Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Masalah yang terjadi disuatu negara sangatlah bervariasi mulai dari sektor-sektor yang paling

utama meliputi ekonomi yang memang fatal keberlangsungannya kesejahteraan bagi kehidupan

manusia, kesehatan pun tak kalah pentingnya serta pendidikan yang memang dasar utama bagi

kemajuan semua peradaban kemajuan negara. Sumber daya alam yang ada diberikan dan

menjadi nikmat dapat diolah sebagai bahan pemenuhan kebutuhan hidup manusia yang diibangi

dengan keberadaan daya dukung sumber daya manusia yang dapat dimana Indonesia merupakan

negara ke empat terbesar yang memiliki jumlah penduduk banyak cukup wakili bahwa kita

sebagai warga negara negara berkembang memanfaatkan sumber daya alam secara efisien dan

melestarikannya.

Aktivitas manusia yang dijalankan dapat berdampak positif serta ada pula yang berdampak

negatif, keberadaan manusia dapat menguntungkan suatu negara bahkan juga dapat mempersulit

gerak suatu negara. Hal yang terkait menguntungkan negara dapat kita lihat contohnya ialah jasa

para tenaga kerja yang berada di luar negeri devisa yang mereka hasilkan membuat pendapatan

negara bertambah hasilnya dapat dirasakan juga timbal baliknya bagi mereka semua sarana dan

fasilitas umum dapat rakyat rasakan.

Akan tetapi banyak penyimpangan yang terjadi para calon tenaga kerja indonesia yang awam

tidak memiliki pengalaman bekerja di luar negeri mudah ditipu oleh para oknum yang tidak

bertanggung jawab dalam jasa penyaluran kerjanya, hanya dengan diiming-imingi upah besar

para calon TKI menurutinya padahal mereka masuk dalam perangkap perdagangan manusia

yang dikirim keluar negeri tugasnya berbagai macam bekerja sebagai pemuas kebutuhan para
lelaki, sebagai budak, PSK dan lain sebagainya, sisi kehidupan seperti ini dapat menyebabkan

faktor kerugian bagi negara bahkan masyarakat Indonesia khususnya. Menurut International

Organization for Migration, Indonesia menempati peringkat teratas perdagangan manusia di

dunia, sebesar 3.943 orang. Perdagangan orang adalah fenomena global yang didorong oleh

banyaknya permintaan, dan dipicu oleh kemiskinan dan pengangguran. Organisasi Buruh

Internasional PBB (ILO) mengestimasikan ada sekitar 2,5 juta korban perdagangan orang di

seluruh dunia, dan lebih dari setengahnya berada di Asia dan Pasifik. Estimasi lain

memperkirakan antara 4 hingga 27 juta orang.

BAB II

PERMASALAHAN

Contoh Kasus Human Trafficking (Perdagangan Manusia) :

KUPANG, KOMPAS.com — Aparat Kepolisian Resor Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT),

mulai membongkar sindikat mafia jaringan perdagangan manusia di wilayah itu. Berdasarkan

enam laporan yang masuk ke Kepolisian Resor Kupang, aparat Reserse dan Kriminal kemudian

bergerak cepat dan menangkap sedikitnya 13 orang pelaku dari tujuh kelompok jaringan

perdagangan manusia. Kepala Kepolisian Resor Kupang Ajun Komisaris Besar Polisi Adjie

Indra Dwiatma mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap para pelaku, mereka

mengaku harga jual calon tenaga kerja wanita (TKW) asal NTT di Malaysia bervariasi, mulai

dari Rp 4,5 juta hingga Rp 27 juta. “Harga jual calon TKW ini paling murah sebesar Rp 4,5 juta

per orang. Selain itu, ada juga harga Rp 9,5 juta per orang, Rp 12,5 juta per orang, dan yang

paling mahal Rp 27,5 juta per orang. Ada persaingan dalam perdagangan anak. Jika ada yang
(menawar) lebih mahal, mereka menjual ke situ,” ujar Adjie. Harga para calon TKI ini, lanjut

Adjie, sama seperti hukum pasar, yakni ketika stok calon TKW tidak ada maka harga akan

mengalami kenaikan. “Anak-anak asal NTT yang berusia rata-rata 15 sampai 16 tahun ini sama

seperti sapi yang dijual di pasar, tergantung perusahaan yang membutuhkan. Jika ada tawaran

yang lebih mahal, maka mereka (pelaku perdagangan orang) akan menjualnya ke situ. Para

pelaku akan mencari untung yang sebesar-besarnya,” kata dia. Bahkan, sebut dia, ada agen

perekrut asal Surabaya, Jawa Timur, yang berani menukarkan mobil jenis Daihatsu Xenia

dengan 20 orang calon TKW asal NTT. Para calon TKW yang direkrut secara ilegal itu

kemudian dibawa bekerja ke Sumatera Utara dan Malaysia. Sebelumnya diberitakan, Kepolisian

Daerah (Polda) NTT mencatat, 1.667 orang calon TKW asal NTT dikirim keluar daerah secara

ilegal atau menjadi korban human trafficking (perdagangan manusia). Kepala Polda NTT Brigjen

(Pol) Estasius Widyo Sunaryo dalam jumpa pers di Markas Polda NTT, Senin (22/8/2016),

mengatakan, para calon TKW itu dikirim oleh sejumlah jaringan perdagangan manusia untuk

bekerja di Sumatera Utara dan Malaysia. Sunaryo merinci, sebanyak 941 orang calon TKW

diberangkatkan pada periode 1 Januari 2015 sampai dengan 31 Desember 2015. Selanjutnya,

pada periode 1 Januari 2016 hingga Juli 2016, sebanyak 726 orang.
BAB III

PEMBAHASAN MASALAHAN

Pengertian Perdagangan Manusia

Berdasarkan Protokol Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Mencegah, Memberantas dan

Menghukum Perdagangan Manusia, khususnya Perempuan dan Anak (2000), suplemen

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Melawan Organisasi Kejahatan Lintas Batas,

memasukkan definisi perdagangan manusia sebagai berikut. Pertama, "Perdagangan Manusia"

adalah perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan atau penerimaan seseorang, dengan

ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk lain dari pemaksaan, penculikan,

penipuan, kebohongan, atau penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau memberi atau

menerima pembayaran atau memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh persetujuan dari

seseorang yang berkuasa atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi. Eksploitasi termasuk, paling

tidak, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktek-praktek serupa perbudakan,

perhambaan atau pengambilan organ tubuh.

Kedua, persetujuan korban perdagangan manusia terhadap eksploitasi yang dimaksud yang

dikemukakan dalam bagian pertama tidak akan relevan jika salah satu dari cara-cara yang dimuat

dalam bagian digunakan. Ketiga; perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan atau

penerimaan seorang anak untuk tujuan eksploitasi dipandang sebagai "perdagangan manusia"

bahkan jika kegiatan ini tidak melibatkan satu pun cara yang dikemukakan dalam bagian pertama

pasal ini. Terakhir, definisi "anak" adalah setiap orang yang berumur di bawah 18 tahun.

Dalam Perda Anti Trafiking BAB I disebut pengertian tentang trafiking. Trafiking adalah

rangkaian kegiatan dengan maksud eksploitasi terhadap perempuan dan atau anak yang meliputi
kegiatan perdagangan manusia (trafiking) khususnya perempuan dan anak adalah segala tindakan

pelaku trafiking, yang mengandung salah satu atau lebih tindakan perekrutan, pengangkutan

antar daerah dan antar negara, pemindahtanganan, pemberangkatan, penerimaan dan

penampungan sementara atau di tempat tujuan, perempuan dan anak dengan cara ancaman,

penggunaan kekerasan verbal dan fisik, penculikan, penipuan, tipu muslihat, memanfaatkan

kerentanan (misalnya ketika seseorang tidak memiliki pilihan lain, terisolasi, ketergantungan

obat, jebakan hutang, dll), memberikan atau menerima pembayaran atau keuntungan, di mana

perempuan dan anak digunakan untuk tujuan pelacuran dan eksploitasi seksual (termasuk

phaedopili), buruh migran legal maupun illegal, adopsi anak, pekerjaan jermal, pengantin

pesanan, pembantu rumah tangga, mengemis, industri pornografi, pengedaran obat terlarang dan

penjualan organ tubuh, serta bentuk-bentuk eksploitasi lainnya.

Bentuk-Bentuk Perdagangan Manusia di Indonesia

Ada beberapa bentuk perdagangan manusia yang ditemukan di Indonesia. Bentuk pertama adalah

buruh migran. Buruh migran adalah orang yang bermigrasi dari wilayah kelahirannya ke tempat

lain dan kemudian bekerja di tempat yang baru tersebut dalam jangka waktu relatif menetap.

Pekerja migran mencakup sedikitnya dua tipe: pekerja migran internal dan pekerja migran

internasional. Pekerja migran internal (dalam negeri) adalah orang yang bermigrasi dari tempat

asalnya untuk bekerja di tempat lain yang masih termasuk dalam wilayah Indonesia. Karena

perpindahan penduduk umumnya dari desa ke kota (rural-to-urban migration), maka pekerja

migran internal seringkali diidentikan dengan “orang desa yang bekerja di kota.” Pekerja migran

internasional (luar negeri) adalah mereka yang meninggalkan tanah airnya untuk mengisi

pekerjaan di negara lain. Di Indonesia, pengertian ini menunjuk pada orang Indonesia yang
bekerja di luar negeri atau yang dikenal dengan istilah Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Karena

persoalan TKI ini seringkali menyentuh para buruh wanita yang menjadi pekerja kasar di luar

negeri, TKI biasanya diidentikan dengan Tenaga Kerja Wanita (TKW atau Nakerwan).

Bentuk kedua adalah perdagangan anak. Perdagangan anak dapat diartikan sebagai segala bentuk

tindakan dan percobaan tindakan yang melibatkan perekrutan, transportasi baik di dalam maupun

antar negara, pembelian, penjualan, pengiriman, dan penerimaan anak dengan menggunakan tipu

daya, kekerasan, atau dengan pelibatan hutang untuk tujuan pemaksaan pekerjaan domestik,

pelayanan seksual, perbudakan, buruh ijon, atau segala kondisi perbudakan lain, baik anak

tersebut mendapatkan bayaran atau tidak, di dalam sebuah komunitas yang berbeda dengan

komunitas di mana anak tersebut tinggal ketika penipuan, kekerasan, atau pelibatan hutang

tersebut pertama kali terjadi. Namun tidak jarang perdagangan anak ini ditujukan pada pasangan

suami istri yang ingin mempunyai anak.

Bentuk ketiga adalah tindakan prostitusi. Secara harfiah, prostitusi berarti pertukaran hubungan

seksual dengan uang atau hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan. Secara hukum, prostitusi

didefinisikan sebagai penjualan jasa seksual yang meliputi tindakan seksual tidak sebesar

kopulasi dan hubungan seksual. Pembayaran dapat dilakukan dalam bentuk uang atau modus lain

kecuali untuk suatu tindakan seksual timbal balik. Banyak yang merasa bahwa jenis definisi

dengan penegakan semua dukungan bahasa termasuk selektif hukum sesuai dengan keinginan

dan angan-angan dari badan penegak terkemuka untuk mengontrol mutlak perempuan. Prostitusi

dibagi ke dalam dua jenis, yaitu prostitusi di mana anak perempuan merupakan komoditi

perdagangan dan prostitusi di mana wanita dewasa sebagai komoditi perdagangan. Prostitusi

anak dapat diartikan sebagai tindakan mendapatkan atau menawarkan jasa seksual dari seorang

anak oleh seseorang atau kepada orang lainnya dengan imbalan uang atau imbalan lainnya.
Bentuk lainnya adalah perbudakan berkedok pernikahan dan pengantin pesanan. Biasanya,

praktik perbudakan berkedok pernikahan dan pengantin pesanan dilakukan oleh pria warga

negara asing dengan wanita warga negara Indonesia. Hal yang membendakan antara perbudakan

berkedok pernikajan dengan pengantin pesanan adalah tidak semua kasus pengantin pesanan

berakhir dengan nasih yang mengerikan.

Pada kasus trafiking, ada beberapa arti dan pengertian istilah penting yang dipakai sesuai definisi

trafiking. Istilah-istilah tersebut adalah :

1. Eksploitasi, yaitu memanfaatkan seseorang secara tidak etis demi kebaikan atau

keuntungan seseorang.

2. Eksploitasi pekerja, yaitu mendapat keuntungan dari hasil kerja orang lain tanpa

memberikan imbalan yang layak.

3. Perekrutan, yaitu tindakan mendaftarkan seseorang untuk suatu pekerjaan atau aktivitas.

4. Agen, yaitu orang yang bertindak atas nama pihak lain, seseorang yang

memfasilitasi proses migrasi (pemindahan) baik migrasi sah maupun tidak sah.

5. Broker / makelar, yaitu seseorang yang membeli atau menjual atas nama orang lain.

6. Kerja paksa dan praktek serupa perbudakan, yaitu memerintahkan seseorang untuk bekerja

atau memberikan jasa dengan menggunakan kekerasan atau ancaman, penyalahgunaan

kekuasaan atau posisi yang dominan, penjeratan utang, kebohongan atau bentuk-bentuk

pemaksaan lainnya. Kerja paksa dapat dilakukan demi keuntungan pemerintah, individu pribadi,

perusahaan atau asosiasi.


7. Penghambaan, yaitu keadaan di mana seseorang berada di bawah penguasaan seorang

pemilik atau majikan; atau hilangnya kebebasan pribadi, untuk bertindak sebagaimana yang

dikehendakinya.

8. Perbudakan, yaitu keadaan di mana seseorang terbelenggu dalam penghambaan sebagai

milik seorang penguasa budak atau suatu rumah tangga; atau praktik untuk memiliki budak; atau

metode produksi di mana budak merupakan tenaga kerja pokok.

9. Perbudakan seksual, yaitu ketika seseorang memiliki orang lain dan mengeksploitasinya

untuk aktivitas seksual.

10. Pekerja seks komersial, yaitu seseorang yang melakukan tindakan seksual untuk

memperoleh uang.

11. Pekerja hiburan, yaitu seseorang yang dipekerjakan di bidang jasa

layanan / service dengan kondisi kerja eksploitatif, pornaaksi / striptease dan kondisi rentan.

Penyebab Perdagangan Manusia di Indonesia

Beberapa faktor tertentu dapat mendorong seseorang untuk melakukan situasi psikologis inilah

yang dapat menjadi salah satu penyebabnya. Penyebab-penyebab inilah yang yang mendorong

pihak-pihak tertentu sehingga terjadilah perdagangan manusia. Istilah yang kemudian diserap ke

dalam Bahasa Indonesia dengan kata trafiking ini, sampai saat ini belum mendapat perhatian

yang intensif dari pihak-pihak terkait, misalnya aparat penegak hukum dan pemerintah Republik

Indonesia. Jadi, sangat tidak mengherankan jika para korban trafiking terus berjatuhan. Bahkan
pada faktanya, rentetan korban kemungkinan besar bertambah apabila tidak ditangani dengan

serius.

Trafiking dapat terjadi karena berbagai macam faktor, kondisi, pemicu, serta persoalan yang

berbeda-beda. Faktor pertama yang mempengaruhi hal ini adalah kurangnya kesadaran

masyarakat itu sendiri terhadap bahaya trafiking. Kesadaran ini tidak hanya didapatkan dari

mereka yang telah menjadi korban perdagangan manusia, kesadaran mengenai trafiking

seharusnya juga didapatkan dari mereka yang menjalankan atau terlibat langsung dalam kegiatan

perdagangan manusia. Kurangnya perhatian mengenai trafiking dapat disebabkan karena

kurangnya kewaspadaan dan kurangnya informasi. Selain itu, pengetahuan yang terbatas

mengenai motif-motif dari perdagangan manusia juga menjadi salah satu penyebab kurangnya

perhatian mengenai trafiking.

Faktor kedua adalah faktor ekonomi. Permasalahan ini sering sekali menjadi pemicu utama

terjadinya kasus perdagangan manusia. Tanggung jawab yang besar untuk menopang hidup

keluarga, keperluan yang tidak sedikit sehingga membutuhkan uang yang tidak sedikit pula,

terlilit hutang yang sangat besar, dan motif-motif lainnya yang dapat memicu terjadinya tindakan

perdagangan manusia. Tidak hanya itu, hasrat ingin cepat kaya juga mendorong seseorang untuk

melakukan tindakan tersebut.

Faktor ketiga adalah kebudayaan masyarakat setempat. Memang tidak secara gamblang terlihat

bukti mengenai tindakan perdagangan manusia. Namun pada kebudayaan masyarakat tertentu,

terdapat suatu kebiasaan yang menjurus pada tindakan perdagangan manusia. Sebagai contoh,

dalam hierarki kehidupan pada hampir semua kebudayaan, memang sudah kodrat perempuan

untuk tidak mengejar karir. Mereka “ditakdirkan” untuk mengurus rumah tangga, mengurus

anak, serta bersolek. Kalau memang diperlukan perempuan bertugas untuk mencari nafkah
tambahan bagi keluarganya. Sedangkan laki-laki dalam hierarki kehidupan pada mayoritas

kebudayaan, berfungsi sebagai pencari nafkah, dan juga pemimpin setidaknya bagi keluarganya

sendiri. Namun pada kenyataannya, tidak semua keluarga tercukupi kebutuhannya hanya dari

pendapatan utama, yaitu pendapatan laki-laki. Tidak semua dapat sejahtera hanya dengan satu

sumber penghasilan. Biasanya, hal inilah yang mendorong kaum perempuan untuk tetap

melangsungkan kehidupan keluarga mereka sehingga mereka melakukan migrasi dengan

menjadi tenaga kerja.

Contoh lainnya, seorang anak mempunyai peran dalam sebuah keluarga. Kepatuhan terhadap

orangtua, rasa tanggung jawab terhadap masa depan orangtua mereka, atau situasi ekonomi

keluarga yang jauh dari cukup terkadang memaksa anak-anak ini untuk bekerja. Terkadang

hanya bekerja di sekitar lingkungan. Namun tidak sedikit juga yang melakukan migrasi untuk

mendapatkan uang.

Contoh terakhir adalah kasus pernikahan dini. Pernikahan dini mempunyai dampak yang serius

bagi pelakunya, terlebih bagi kaum perempuan. Mereka tidak hanya diintai oleh bahaya

kesehatan, namun juga kesempatan menempuh pendidikan yang juga semakin menjadi terbatas

bagi mereka. Hal itu berdampak pula pada kesempatan kerja yang terbatas sehingga situasi

ekonomi mereka semakin terjepit. Pernikahan dini juga menghambat perkembangan psikologis

pelakunya, sehingga hal ini menimbulkan gangguan perkembangan pribadi, rusaknya hubungan

dengan pasangan. Bahkan tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pula perceraian dini. Pada

perempuan, apabila mereka sudah menikah sudah dianggap sebagai wanita dewasa. Apabila

sewaktu-waktu mereka bercerai, mereka tetap dianggap sudah dewasa. Mereka inilah yang

rentan menjadi korban tindakan perdagangan manusia yang dapat disebabkan karena kerapuhan

ekonomi, emosi yang masih labil, dan lain-lain.


Faktor selanjutnya adalah pengetahuan masyarakat yang terbatas. Orang dengan tingkat

pendidikan yang rendah memiliki lebih sedikit keahlian daripada orang dengan tingkat

pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan kesempatan kerja yang semakin sedikit

sehingga akan sangat sulit untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Dengan iming-

iming bisa cepat kaya, orang-orang dengan situasi seperti ini dapat mudah untuk direkrut dan

dapat menjadi korban perdagangan manusia.

Faktor keenam adalah kurangnya pencatatan / dokumentasi. Dokumentasi ini meliputi akta

kelahiran atau surat keterangan kelahiran. Karena hal ini sangat minim dilakukan, maka akan

sangat mudah untuk melakukan pemalsuan identitas. Sampai saat ini, masih banyak orangtua

yang tidak mencatatkan kelahiran anaknya di kantor catatan sipil. Para orangtua melakukan hal

tersebut karena mereka menganggap bahwa untuk mencatatkan kelahiran anak-anak mereak

dibutuhkan sejumlah uang yang besar. Akibat yang ditimbulkan dari hal ini adalah anak-anak

tersebut tidak akan tercatat oleh negara. Apabila sewaktu-waktu mereka menjadi korban

perdagangan manusia, mereka akan sangat sulit untuk mendapatkan bantuan dari pihak terkait.

Faktor terakhir adalah lemahnya aparat penegak hukum dan pihak-pihak terkait dalam

melakukan penjagaan terhadap indikasi terjadinya kasus perdagangan manusia. Sampai saat ini,

para pelaku kasus perdagangan manusia masih dapat bebas berkeliaran tanpa adanya

pengawasan yang ketat dari aparat penegak hukum. Hal inilah yang membuat kasus perdagangan

manusia seolah-olah dihalalkan dan tidak ada titik terang mengenai penyelesaiannya.
Akibat Perdagangan Manusia

Para korban perdagangan manusia mengalami banyak hal yang sangat mengerikan. Perdagangan

manusia menimbulkan dampak negatif yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan para

korban. Tidak jarang, dampak negatif hal ini meninggalkan pengaruh yang permanen bagi para

korban. Dari segi fisik, korban perdagangan manusia sering sekali terjangkit penyakit. Selain

karena stress, mereka dapat terjangkit penyakit karena situasi hidup serta pekerjaan yang

mempunyai dampak besar terhadap kesehatan. Tidak hanya penyakit, pada korban anak-anak

seringkali mengalami pertumbuhan yang terhambat.

Sebagai contoh, para korban yang dipaksa dalam perbudakan seksual seringkali dibius dengan

obat-obatan dan mengalami kekerasan yang luar biasa. Para korban yang diperjualbelikan untuk

eksploitasi seksual menderita cedera fisik akibat kegiatan seksual atas dasar paksaan, serta

hubungan seks yang belum waktunya bagi korban anak-anak. Akibat dari perbudakan seks ini

adalah mereka menderita penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual, termasuk

diantaranya adalah HIV / AIDS. Beberapa korban juga menderita cedera permanen pada organ

reproduksi mereka.

Dari segi psikis, mayoritas para korban mengalami stress dan depresi akibat apa yang mereka

alami. Seringkali para korban perdagangan manusia mengasingkan diri dari kehidupan sosial.

Bahkan, apabila sudah sangat parah, mereka juga cenderung untuk mengasingkan diri dari

keluarga. Para korban seringkali kehilangan kesempatan untuk mengalami perkembangan sosial,

moral, dan spiritual. Sebagai bahan perbandingan, para korban eksploitasi seksual mengalami

luka psikis yang hebat akibat perlakuan orang lain terhadap mereka, dan juga akibat luka fisik

serta penyakit yang dialaminya. Hampir sebagian besar korban “diperdagangkan” di lokasi yang

berbeda bahasa dan budaya dengan mereka. Hal itu mengakibatkan cedera psikologis yang
semakin bertambah karena isolasi dan dominasi. Ironisnya, kemampuan manusia untuk menahan

penderitaan yang sangat buruk serta terampasnya hak-hak mereka dimanfaatkan oleh “penjual”

mereka untuk menjebak para korban agar terus bekerja. Mereka juga memberi harapan kosong

kepada para korban untuk bisa bebas dari jeratan perbudakan.

Tindakan Pemerintah Indonesia dalam Menangani Kasus Perdagangan Manusia

Pemerintah Indonesia turut meratifikasi protokol PBB tersebut dan Rencana Aksi Nasional

(RAN) Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak yang disahkan pada tanggal 30

Desember 2002 melalui Keputusan Presiden No.88 Tahun 2002. RAN tersebut merupakan

landasan dan pedoman bagi pemerintah dan masyarakat dalam melaksanakan penghapusan

perdagangan perempuan dan anak (Kementerian Pemberdayaan Perempuan/KPP, RAN, 2002,

hlm. 4). Pengesahan RAN ditindaklanjuti dengan pembentukan gugus tugas anti trafiking di

Tingkat Nasional. Untuk menjamin terlaksananya RAN di tingkat propinsi dan kabupaten / kota

maka penetapan peraturan dan pembentukan gugus tugas. Penetapam peraturan dan

pembentukan gugus tugas ini dibuat berdasarkan keputusan kepala daerah masing-masing,

termasuk anggaran pembiayaannya (KPP/RAN, hlm8-9).

Dalam RAN (hlm 14-15) diberikan 29 rujukan landasan hukum yang relevan sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku yang dapat dipakai dalam upaya menghapus trafiking, antara

lain: Undang-Undang (UU) No.1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana

(KUHP); UU no.7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala

Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita; UU no.3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak; UU no.19

tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO (International Labor Organisation) no.105
mengenai Penghapusan Kerja Paksa; UU no. 1 tahun 2000 tentang Pengesahan Konvesi ILO

No.182 mengenai Pelanggaran dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan

Terburuk Untuk Anak; UU no.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan rujukan-rujukan

relevan lainnya.

Sampai saat ini, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap kasus perdagangan manusia

semakin besar. Usaha pemerintah untuk menyelesaikan masalah-masalah perdagangan manusia

sudah semakin terlihat nyata. Hal ini terbukti dari meningkatnya jumlah kasus yang ditangani

oleh aparat hukum. Selain itu, saat ini sudah banyak pelaku tindakan perdagangan manusia yang

masuk penjara dan diproses secara hukum. Sejak diberlakukannya Undang-Undang

Antiperdagangan Manusia di Indonesia pada tahun 2007, jumlah kasus usaha perdagangan

manusia yang ditangani oleh aparat hukum meningkat dari 109 kasus pada tahun 2007 menjadi

129 pada tahun 2008.

Menurut data yang diperoleh, hukuman yang dijatuhkan untuk pelaku tindakan perdagangan

manusia meningkat dari 46 kasus pada tahun 2007 menjadi 55 kasus pada tahun 2008. Namun,

eksploitasi yang diduga dilakukan oleh perusahaan besar masih menjadi masalah serius,

walaupun aparat kepolisisan dan Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah berkali-kali

melakukan operasi untuk memecahkan kasus ini.

Penegakan hukum terhadap aparat yang ikut melakukan tindakan mendukung perdagangan

manusia juga masih cukup memprihatinkan. Petugas yang terlibat langsung dalam usaha

perdagangan manusia ataupun yang hanya memberikan perlindungan terhadap bisnis tersebut

masih banyak yang belum ditindak. Sementara itu, pemerintah Indonesia selalu berusaha untuk

meningkatkan pelayanan sekaligus perlindungan terhadap warga negaranya yang bekerja di luar

negeri. Salah satu contoh komitmen pemerintah Republik Indonesia dalam melindungi warga
negara Indonesia yang bekerja di luar negeri dapat dilihat dari tindakamn penghentian sementara

pengiriman tenaga kerja Indonesia ke Malaysia.

Solusi Masalah Perdagangan Manusia di Indonesia

Rendahnya tingkat ekonomi, pendidikan, dan situasi psikologis adalah penyebab utama

terjadinya perdagangan manusia. Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan agar kasus

perdagangan manusia dapat berkurang. Solusi pertama adalah meningkatkan kesadaran

masyarakat melalui penyuluhan pemuka agama dan pemerintah. Apabila kesadaran masyarakat

akan bahaya dari perdagangan manusia sudah muncul, maka diharapkan tingkat perdagangan

manusia akan sdikit berkurang.

Solusi kedua adalah memperluas tenaga kerja, fokus pada program Usaha Kecil Menengah

(UKM), serta pemberdayaan perempuan. Apabila lapangan kerja di Indonesia sudah cukup

memenuhi kebutuhan masyarakat, maka keinginan untuk bermigrasi dan bekerja di luar negeri

akan berkurang dan resiko perdagangan manusia pun akan semakin berkurang juga.

Solusi selanjutnya adalah meningkatkan pengawasan di setiap perbatas NKRI serta

meningkatkan kinerja para aparat penegak hukum. Kejahatan seperti perdagangan manusia dapat

saja terjadi. Kemungkinan untuk terjadi akan semakin besar apabila tidak ada pengawasan yang

ketat oleh aparat yang terkait. Apabila pengawasan sudah ketat dan hukum sudah ditegakkan,

maka kasus perdagangan manusia dapat berkurang.

Solusi lainnya adalah memberikan pengetahuan dan penyuluhan seefektif mungkin kepada

masyarakat. Untuk dapat mencegah masalah ini, perlu diadakan penyuluhan dan sosialisasi

masalah yang rutin mengenai perdagangan manusia kepada masyarakat. Dengan sosialisasi
secara terus-menerus, masyarakat akan mengetahui bahaya masalah ini dan bagaimana solusinya.

Pendidikan tentu saja tidak hanya diberikan kepada masyarakat golongan menengah ke atas.

Justru pendidikan tersebut harus diberikan kepada kaum kelas bawah, karena mereka rentan

sekali menjadi korban praktik perdagangan manusia. perdagangan manusia seringkali terjadi

pada masyarakat dengan taraf pendidikan yang cukup rendah. Pendidikan harus diberikan

dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh semua lapisan masyarakat.

Setelah masyarakat mengetahui masalah ini, saatnya mereka memberitahu keepada orang lain

yang belum tahu. Apabila informasi seperti ini tidak disebarluaskan, maka rantai masalah ini

tidak akan pernah terputus. Sudah menjadi kewajiban masyarakan untuk menyampaikan apa

yang terjadi pada orang lain, terlebih lagi orang-orang yang dianggap berpotensi mengalami

tindakan perdagangan manusia. Sebab, orang yang tidak mengetahui adanya permasalahan ini

tidak akan menyadari bahwa hal ini mungkin telah terjadi pada orang lain di sekitar mereka.

Solusi terakhir adalah berperan aktif untuk mencegah. Setelah mengetahui dan berusahaa berbagi

dengan masyarakat yang lain, kita juga dapat berperan aktif untuk menanggulangi permasalahan

ini. Berperan aktif dapat dilakukan dengan cara melaporkan kasus perdagangan manusia yang

diketahui kepada pihak yang berwajib. Masyarakat juga bisa mengarahkan keluarganya untuk

lebih berhati-hati terhadap orang lain, baik yang tidak dikenal maupun yang sudah dikenal.

Mungkin hal yang dilakukan hanyalah sesuatu yang kecil dan sederhana, namun apabila semua

orang bergerak untuk turut melakukannya, bukan tidak mungkin masalah ini akan teratasi.
BAB IV

KESIMPULAN

1. Perdagangan ,manusia merupakan segala sesuatu bentuk transaksi yang melibatkan

manusia sebagai komoditi perdagangan.

2. Perdagangan manusia mempunyai banyak bentuk dan jenis yang dapat diklasifikasikan

berdasarkan umur dan gender.

3. Ada banyak faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan perdagangan

manusia.

4. Faktor utama tindakan perdagangan manusia (baik korban maupun pelaku) adalah faktor

ekonomi.

5. Akibat dari perdagangan manusia dapat berupa gangguan fisik, gangguan psikis, serta

gangguan sosial.

6. Sejauh ini, tindakan pemerintah terhadap kasus perdagangan manusia masih jauh dari

maksimal. Namun kemajuan akan usaha pemerintah sudah terlihat.

7. Ada banyak solusi yang yang dilakukan agar kasus perdagangan manusia dapat diatasi.

Namun solusi yang paling tepat adalah komunikasi yang baik.

Saran

Agar tidak terseret ke dalam perdagangan manusia, sebaiknya masyarakat meningkatkan

kewaspadaan terhadap semua orang. Kewaspadaan itu harus ditujukan baik kepada orang yang

belum dikenal maupun kepada orang yang telah dikenal. Selain itu, masyarakat juga harus selalu

berpegang teguh pada ajaran agama dan moral yang dianut. Hal itu perlu dilakukan sebagai
antisipasi dari segala bentuk tipu daya para pelaku perdagangan manusia. Untuk memberantas

dan mengurangi trafficking memerlukan juga kerja sama lintas Negara serta peningkatan kualitas

pendidikan dan keterampilan. Selain itu penyedian perangkat hukum yang memadai untuk skala

internasional, regional bahkan lokal juga penegakan hukum oleh apart hukum untuk

menghambat laju pergerakan jaringan trafficking. Bahkan tindakan pemberian sanksi yang berat

terhadap pelaku trafficking dan perlindungan terhadap korban juga harus diperhatikan. Dan yang

tak kalah pentingnya dengan sosialisasi isu tentang perdagangan anak dan perempuan terhadap

semua komponen masyarakat sehingga masalah ini mendapat perhatian dan menjadi kebutuhan

yang mendesak untuk diperjuangkan dan mendapatkan penanganan yang maksimal dari semua

pihak.

DAFTAR PUSTAKA

 https://regional.kompas.com/read/2016/08/23/11460081/

kasus.perdagangan.manusia.20.tkw.ditukar.dengan.mobil

 Syafaat, Rachmad, Dagang Manusia-Kajian Trafficking Terhadap Perempuan dan Anak

di Jawa Timur. (Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama, 2002)

 http://m.beritasatu.com/nasional/112076-indonesia-dikenal-sebagai-surga-human-

trafficking.html

 http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/27176/node/642/uu-no-21-tahun-2007-

pemberantasan-tindak-pidana-perdagangan-orang

Anda mungkin juga menyukai