PENDAHULUAN
Masalah yang terjadi disuatu negara sangatlah bervariasi mulai dari sektor-sektor yang paling
utama meliputi ekonomi yang memang fatal keberlangsungannya kesejahteraan bagi kehidupan
manusia, kesehatan pun tak kalah pentingnya serta pendidikan yang memang dasar utama bagi
kemajuan semua peradaban kemajuan negara. Sumber daya alam yang ada diberikan dan
menjadi nikmat dapat diolah sebagai bahan pemenuhan kebutuhan hidup manusia yang diibangi
dengan keberadaan daya dukung sumber daya manusia yang dapat dimana Indonesia merupakan
negara ke empat terbesar yang memiliki jumlah penduduk banyak cukup wakili bahwa kita
sebagai warga negara negara berkembang memanfaatkan sumber daya alam secara efisien dan
melestarikannya.
Aktivitas manusia yang dijalankan dapat berdampak positif serta ada pula yang berdampak
negatif, keberadaan manusia dapat menguntungkan suatu negara bahkan juga dapat mempersulit
gerak suatu negara. Hal yang terkait menguntungkan negara dapat kita lihat contohnya ialah jasa
para tenaga kerja yang berada di luar negeri devisa yang mereka hasilkan membuat pendapatan
negara bertambah hasilnya dapat dirasakan juga timbal baliknya bagi mereka semua sarana dan
Akan tetapi banyak penyimpangan yang terjadi para calon tenaga kerja indonesia yang awam
tidak memiliki pengalaman bekerja di luar negeri mudah ditipu oleh para oknum yang tidak
bertanggung jawab dalam jasa penyaluran kerjanya, hanya dengan diiming-imingi upah besar
para calon TKI menurutinya padahal mereka masuk dalam perangkap perdagangan manusia
yang dikirim keluar negeri tugasnya berbagai macam bekerja sebagai pemuas kebutuhan para
lelaki, sebagai budak, PSK dan lain sebagainya, sisi kehidupan seperti ini dapat menyebabkan
faktor kerugian bagi negara bahkan masyarakat Indonesia khususnya. Menurut International
dunia, sebesar 3.943 orang. Perdagangan orang adalah fenomena global yang didorong oleh
banyaknya permintaan, dan dipicu oleh kemiskinan dan pengangguran. Organisasi Buruh
Internasional PBB (ILO) mengestimasikan ada sekitar 2,5 juta korban perdagangan orang di
seluruh dunia, dan lebih dari setengahnya berada di Asia dan Pasifik. Estimasi lain
BAB II
PERMASALAHAN
KUPANG, KOMPAS.com — Aparat Kepolisian Resor Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT),
mulai membongkar sindikat mafia jaringan perdagangan manusia di wilayah itu. Berdasarkan
enam laporan yang masuk ke Kepolisian Resor Kupang, aparat Reserse dan Kriminal kemudian
bergerak cepat dan menangkap sedikitnya 13 orang pelaku dari tujuh kelompok jaringan
perdagangan manusia. Kepala Kepolisian Resor Kupang Ajun Komisaris Besar Polisi Adjie
Indra Dwiatma mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap para pelaku, mereka
mengaku harga jual calon tenaga kerja wanita (TKW) asal NTT di Malaysia bervariasi, mulai
dari Rp 4,5 juta hingga Rp 27 juta. “Harga jual calon TKW ini paling murah sebesar Rp 4,5 juta
per orang. Selain itu, ada juga harga Rp 9,5 juta per orang, Rp 12,5 juta per orang, dan yang
paling mahal Rp 27,5 juta per orang. Ada persaingan dalam perdagangan anak. Jika ada yang
(menawar) lebih mahal, mereka menjual ke situ,” ujar Adjie. Harga para calon TKI ini, lanjut
Adjie, sama seperti hukum pasar, yakni ketika stok calon TKW tidak ada maka harga akan
mengalami kenaikan. “Anak-anak asal NTT yang berusia rata-rata 15 sampai 16 tahun ini sama
seperti sapi yang dijual di pasar, tergantung perusahaan yang membutuhkan. Jika ada tawaran
yang lebih mahal, maka mereka (pelaku perdagangan orang) akan menjualnya ke situ. Para
pelaku akan mencari untung yang sebesar-besarnya,” kata dia. Bahkan, sebut dia, ada agen
perekrut asal Surabaya, Jawa Timur, yang berani menukarkan mobil jenis Daihatsu Xenia
dengan 20 orang calon TKW asal NTT. Para calon TKW yang direkrut secara ilegal itu
kemudian dibawa bekerja ke Sumatera Utara dan Malaysia. Sebelumnya diberitakan, Kepolisian
Daerah (Polda) NTT mencatat, 1.667 orang calon TKW asal NTT dikirim keluar daerah secara
ilegal atau menjadi korban human trafficking (perdagangan manusia). Kepala Polda NTT Brigjen
(Pol) Estasius Widyo Sunaryo dalam jumpa pers di Markas Polda NTT, Senin (22/8/2016),
mengatakan, para calon TKW itu dikirim oleh sejumlah jaringan perdagangan manusia untuk
bekerja di Sumatera Utara dan Malaysia. Sunaryo merinci, sebanyak 941 orang calon TKW
diberangkatkan pada periode 1 Januari 2015 sampai dengan 31 Desember 2015. Selanjutnya,
pada periode 1 Januari 2016 hingga Juli 2016, sebanyak 726 orang.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAHAN
ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk lain dari pemaksaan, penculikan,
penipuan, kebohongan, atau penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau memberi atau
menerima pembayaran atau memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh persetujuan dari
seseorang yang berkuasa atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi. Eksploitasi termasuk, paling
tidak, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktek-praktek serupa perbudakan,
Kedua, persetujuan korban perdagangan manusia terhadap eksploitasi yang dimaksud yang
dikemukakan dalam bagian pertama tidak akan relevan jika salah satu dari cara-cara yang dimuat
penerimaan seorang anak untuk tujuan eksploitasi dipandang sebagai "perdagangan manusia"
bahkan jika kegiatan ini tidak melibatkan satu pun cara yang dikemukakan dalam bagian pertama
pasal ini. Terakhir, definisi "anak" adalah setiap orang yang berumur di bawah 18 tahun.
Dalam Perda Anti Trafiking BAB I disebut pengertian tentang trafiking. Trafiking adalah
rangkaian kegiatan dengan maksud eksploitasi terhadap perempuan dan atau anak yang meliputi
kegiatan perdagangan manusia (trafiking) khususnya perempuan dan anak adalah segala tindakan
pelaku trafiking, yang mengandung salah satu atau lebih tindakan perekrutan, pengangkutan
penampungan sementara atau di tempat tujuan, perempuan dan anak dengan cara ancaman,
penggunaan kekerasan verbal dan fisik, penculikan, penipuan, tipu muslihat, memanfaatkan
kerentanan (misalnya ketika seseorang tidak memiliki pilihan lain, terisolasi, ketergantungan
obat, jebakan hutang, dll), memberikan atau menerima pembayaran atau keuntungan, di mana
perempuan dan anak digunakan untuk tujuan pelacuran dan eksploitasi seksual (termasuk
phaedopili), buruh migran legal maupun illegal, adopsi anak, pekerjaan jermal, pengantin
pesanan, pembantu rumah tangga, mengemis, industri pornografi, pengedaran obat terlarang dan
Ada beberapa bentuk perdagangan manusia yang ditemukan di Indonesia. Bentuk pertama adalah
buruh migran. Buruh migran adalah orang yang bermigrasi dari wilayah kelahirannya ke tempat
lain dan kemudian bekerja di tempat yang baru tersebut dalam jangka waktu relatif menetap.
Pekerja migran mencakup sedikitnya dua tipe: pekerja migran internal dan pekerja migran
internasional. Pekerja migran internal (dalam negeri) adalah orang yang bermigrasi dari tempat
asalnya untuk bekerja di tempat lain yang masih termasuk dalam wilayah Indonesia. Karena
perpindahan penduduk umumnya dari desa ke kota (rural-to-urban migration), maka pekerja
migran internal seringkali diidentikan dengan “orang desa yang bekerja di kota.” Pekerja migran
internasional (luar negeri) adalah mereka yang meninggalkan tanah airnya untuk mengisi
pekerjaan di negara lain. Di Indonesia, pengertian ini menunjuk pada orang Indonesia yang
bekerja di luar negeri atau yang dikenal dengan istilah Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Karena
persoalan TKI ini seringkali menyentuh para buruh wanita yang menjadi pekerja kasar di luar
negeri, TKI biasanya diidentikan dengan Tenaga Kerja Wanita (TKW atau Nakerwan).
Bentuk kedua adalah perdagangan anak. Perdagangan anak dapat diartikan sebagai segala bentuk
tindakan dan percobaan tindakan yang melibatkan perekrutan, transportasi baik di dalam maupun
antar negara, pembelian, penjualan, pengiriman, dan penerimaan anak dengan menggunakan tipu
daya, kekerasan, atau dengan pelibatan hutang untuk tujuan pemaksaan pekerjaan domestik,
pelayanan seksual, perbudakan, buruh ijon, atau segala kondisi perbudakan lain, baik anak
tersebut mendapatkan bayaran atau tidak, di dalam sebuah komunitas yang berbeda dengan
komunitas di mana anak tersebut tinggal ketika penipuan, kekerasan, atau pelibatan hutang
tersebut pertama kali terjadi. Namun tidak jarang perdagangan anak ini ditujukan pada pasangan
Bentuk ketiga adalah tindakan prostitusi. Secara harfiah, prostitusi berarti pertukaran hubungan
seksual dengan uang atau hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan. Secara hukum, prostitusi
didefinisikan sebagai penjualan jasa seksual yang meliputi tindakan seksual tidak sebesar
kopulasi dan hubungan seksual. Pembayaran dapat dilakukan dalam bentuk uang atau modus lain
kecuali untuk suatu tindakan seksual timbal balik. Banyak yang merasa bahwa jenis definisi
dengan penegakan semua dukungan bahasa termasuk selektif hukum sesuai dengan keinginan
dan angan-angan dari badan penegak terkemuka untuk mengontrol mutlak perempuan. Prostitusi
dibagi ke dalam dua jenis, yaitu prostitusi di mana anak perempuan merupakan komoditi
perdagangan dan prostitusi di mana wanita dewasa sebagai komoditi perdagangan. Prostitusi
anak dapat diartikan sebagai tindakan mendapatkan atau menawarkan jasa seksual dari seorang
anak oleh seseorang atau kepada orang lainnya dengan imbalan uang atau imbalan lainnya.
Bentuk lainnya adalah perbudakan berkedok pernikahan dan pengantin pesanan. Biasanya,
praktik perbudakan berkedok pernikahan dan pengantin pesanan dilakukan oleh pria warga
negara asing dengan wanita warga negara Indonesia. Hal yang membendakan antara perbudakan
berkedok pernikajan dengan pengantin pesanan adalah tidak semua kasus pengantin pesanan
Pada kasus trafiking, ada beberapa arti dan pengertian istilah penting yang dipakai sesuai definisi
1. Eksploitasi, yaitu memanfaatkan seseorang secara tidak etis demi kebaikan atau
keuntungan seseorang.
2. Eksploitasi pekerja, yaitu mendapat keuntungan dari hasil kerja orang lain tanpa
3. Perekrutan, yaitu tindakan mendaftarkan seseorang untuk suatu pekerjaan atau aktivitas.
4. Agen, yaitu orang yang bertindak atas nama pihak lain, seseorang yang
memfasilitasi proses migrasi (pemindahan) baik migrasi sah maupun tidak sah.
5. Broker / makelar, yaitu seseorang yang membeli atau menjual atas nama orang lain.
6. Kerja paksa dan praktek serupa perbudakan, yaitu memerintahkan seseorang untuk bekerja
kekuasaan atau posisi yang dominan, penjeratan utang, kebohongan atau bentuk-bentuk
pemaksaan lainnya. Kerja paksa dapat dilakukan demi keuntungan pemerintah, individu pribadi,
pemilik atau majikan; atau hilangnya kebebasan pribadi, untuk bertindak sebagaimana yang
dikehendakinya.
milik seorang penguasa budak atau suatu rumah tangga; atau praktik untuk memiliki budak; atau
9. Perbudakan seksual, yaitu ketika seseorang memiliki orang lain dan mengeksploitasinya
10. Pekerja seks komersial, yaitu seseorang yang melakukan tindakan seksual untuk
memperoleh uang.
layanan / service dengan kondisi kerja eksploitatif, pornaaksi / striptease dan kondisi rentan.
Beberapa faktor tertentu dapat mendorong seseorang untuk melakukan situasi psikologis inilah
yang dapat menjadi salah satu penyebabnya. Penyebab-penyebab inilah yang yang mendorong
pihak-pihak tertentu sehingga terjadilah perdagangan manusia. Istilah yang kemudian diserap ke
dalam Bahasa Indonesia dengan kata trafiking ini, sampai saat ini belum mendapat perhatian
yang intensif dari pihak-pihak terkait, misalnya aparat penegak hukum dan pemerintah Republik
Indonesia. Jadi, sangat tidak mengherankan jika para korban trafiking terus berjatuhan. Bahkan
pada faktanya, rentetan korban kemungkinan besar bertambah apabila tidak ditangani dengan
serius.
Trafiking dapat terjadi karena berbagai macam faktor, kondisi, pemicu, serta persoalan yang
berbeda-beda. Faktor pertama yang mempengaruhi hal ini adalah kurangnya kesadaran
masyarakat itu sendiri terhadap bahaya trafiking. Kesadaran ini tidak hanya didapatkan dari
mereka yang telah menjadi korban perdagangan manusia, kesadaran mengenai trafiking
seharusnya juga didapatkan dari mereka yang menjalankan atau terlibat langsung dalam kegiatan
kurangnya kewaspadaan dan kurangnya informasi. Selain itu, pengetahuan yang terbatas
mengenai motif-motif dari perdagangan manusia juga menjadi salah satu penyebab kurangnya
Faktor kedua adalah faktor ekonomi. Permasalahan ini sering sekali menjadi pemicu utama
terjadinya kasus perdagangan manusia. Tanggung jawab yang besar untuk menopang hidup
keluarga, keperluan yang tidak sedikit sehingga membutuhkan uang yang tidak sedikit pula,
terlilit hutang yang sangat besar, dan motif-motif lainnya yang dapat memicu terjadinya tindakan
perdagangan manusia. Tidak hanya itu, hasrat ingin cepat kaya juga mendorong seseorang untuk
Faktor ketiga adalah kebudayaan masyarakat setempat. Memang tidak secara gamblang terlihat
bukti mengenai tindakan perdagangan manusia. Namun pada kebudayaan masyarakat tertentu,
terdapat suatu kebiasaan yang menjurus pada tindakan perdagangan manusia. Sebagai contoh,
dalam hierarki kehidupan pada hampir semua kebudayaan, memang sudah kodrat perempuan
untuk tidak mengejar karir. Mereka “ditakdirkan” untuk mengurus rumah tangga, mengurus
anak, serta bersolek. Kalau memang diperlukan perempuan bertugas untuk mencari nafkah
tambahan bagi keluarganya. Sedangkan laki-laki dalam hierarki kehidupan pada mayoritas
kebudayaan, berfungsi sebagai pencari nafkah, dan juga pemimpin setidaknya bagi keluarganya
sendiri. Namun pada kenyataannya, tidak semua keluarga tercukupi kebutuhannya hanya dari
pendapatan utama, yaitu pendapatan laki-laki. Tidak semua dapat sejahtera hanya dengan satu
sumber penghasilan. Biasanya, hal inilah yang mendorong kaum perempuan untuk tetap
Contoh lainnya, seorang anak mempunyai peran dalam sebuah keluarga. Kepatuhan terhadap
orangtua, rasa tanggung jawab terhadap masa depan orangtua mereka, atau situasi ekonomi
keluarga yang jauh dari cukup terkadang memaksa anak-anak ini untuk bekerja. Terkadang
hanya bekerja di sekitar lingkungan. Namun tidak sedikit juga yang melakukan migrasi untuk
mendapatkan uang.
Contoh terakhir adalah kasus pernikahan dini. Pernikahan dini mempunyai dampak yang serius
bagi pelakunya, terlebih bagi kaum perempuan. Mereka tidak hanya diintai oleh bahaya
kesehatan, namun juga kesempatan menempuh pendidikan yang juga semakin menjadi terbatas
bagi mereka. Hal itu berdampak pula pada kesempatan kerja yang terbatas sehingga situasi
ekonomi mereka semakin terjepit. Pernikahan dini juga menghambat perkembangan psikologis
pelakunya, sehingga hal ini menimbulkan gangguan perkembangan pribadi, rusaknya hubungan
dengan pasangan. Bahkan tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pula perceraian dini. Pada
perempuan, apabila mereka sudah menikah sudah dianggap sebagai wanita dewasa. Apabila
sewaktu-waktu mereka bercerai, mereka tetap dianggap sudah dewasa. Mereka inilah yang
rentan menjadi korban tindakan perdagangan manusia yang dapat disebabkan karena kerapuhan
pendidikan yang rendah memiliki lebih sedikit keahlian daripada orang dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan kesempatan kerja yang semakin sedikit
sehingga akan sangat sulit untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Dengan iming-
iming bisa cepat kaya, orang-orang dengan situasi seperti ini dapat mudah untuk direkrut dan
Faktor keenam adalah kurangnya pencatatan / dokumentasi. Dokumentasi ini meliputi akta
kelahiran atau surat keterangan kelahiran. Karena hal ini sangat minim dilakukan, maka akan
sangat mudah untuk melakukan pemalsuan identitas. Sampai saat ini, masih banyak orangtua
yang tidak mencatatkan kelahiran anaknya di kantor catatan sipil. Para orangtua melakukan hal
tersebut karena mereka menganggap bahwa untuk mencatatkan kelahiran anak-anak mereak
dibutuhkan sejumlah uang yang besar. Akibat yang ditimbulkan dari hal ini adalah anak-anak
tersebut tidak akan tercatat oleh negara. Apabila sewaktu-waktu mereka menjadi korban
perdagangan manusia, mereka akan sangat sulit untuk mendapatkan bantuan dari pihak terkait.
Faktor terakhir adalah lemahnya aparat penegak hukum dan pihak-pihak terkait dalam
melakukan penjagaan terhadap indikasi terjadinya kasus perdagangan manusia. Sampai saat ini,
para pelaku kasus perdagangan manusia masih dapat bebas berkeliaran tanpa adanya
pengawasan yang ketat dari aparat penegak hukum. Hal inilah yang membuat kasus perdagangan
manusia seolah-olah dihalalkan dan tidak ada titik terang mengenai penyelesaiannya.
Akibat Perdagangan Manusia
Para korban perdagangan manusia mengalami banyak hal yang sangat mengerikan. Perdagangan
manusia menimbulkan dampak negatif yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan para
korban. Tidak jarang, dampak negatif hal ini meninggalkan pengaruh yang permanen bagi para
korban. Dari segi fisik, korban perdagangan manusia sering sekali terjangkit penyakit. Selain
karena stress, mereka dapat terjangkit penyakit karena situasi hidup serta pekerjaan yang
mempunyai dampak besar terhadap kesehatan. Tidak hanya penyakit, pada korban anak-anak
Sebagai contoh, para korban yang dipaksa dalam perbudakan seksual seringkali dibius dengan
obat-obatan dan mengalami kekerasan yang luar biasa. Para korban yang diperjualbelikan untuk
eksploitasi seksual menderita cedera fisik akibat kegiatan seksual atas dasar paksaan, serta
hubungan seks yang belum waktunya bagi korban anak-anak. Akibat dari perbudakan seks ini
adalah mereka menderita penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual, termasuk
diantaranya adalah HIV / AIDS. Beberapa korban juga menderita cedera permanen pada organ
reproduksi mereka.
Dari segi psikis, mayoritas para korban mengalami stress dan depresi akibat apa yang mereka
alami. Seringkali para korban perdagangan manusia mengasingkan diri dari kehidupan sosial.
Bahkan, apabila sudah sangat parah, mereka juga cenderung untuk mengasingkan diri dari
keluarga. Para korban seringkali kehilangan kesempatan untuk mengalami perkembangan sosial,
moral, dan spiritual. Sebagai bahan perbandingan, para korban eksploitasi seksual mengalami
luka psikis yang hebat akibat perlakuan orang lain terhadap mereka, dan juga akibat luka fisik
serta penyakit yang dialaminya. Hampir sebagian besar korban “diperdagangkan” di lokasi yang
berbeda bahasa dan budaya dengan mereka. Hal itu mengakibatkan cedera psikologis yang
semakin bertambah karena isolasi dan dominasi. Ironisnya, kemampuan manusia untuk menahan
penderitaan yang sangat buruk serta terampasnya hak-hak mereka dimanfaatkan oleh “penjual”
mereka untuk menjebak para korban agar terus bekerja. Mereka juga memberi harapan kosong
Pemerintah Indonesia turut meratifikasi protokol PBB tersebut dan Rencana Aksi Nasional
(RAN) Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak yang disahkan pada tanggal 30
Desember 2002 melalui Keputusan Presiden No.88 Tahun 2002. RAN tersebut merupakan
landasan dan pedoman bagi pemerintah dan masyarakat dalam melaksanakan penghapusan
hlm. 4). Pengesahan RAN ditindaklanjuti dengan pembentukan gugus tugas anti trafiking di
Tingkat Nasional. Untuk menjamin terlaksananya RAN di tingkat propinsi dan kabupaten / kota
maka penetapan peraturan dan pembentukan gugus tugas. Penetapam peraturan dan
pembentukan gugus tugas ini dibuat berdasarkan keputusan kepala daerah masing-masing,
Dalam RAN (hlm 14-15) diberikan 29 rujukan landasan hukum yang relevan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang dapat dipakai dalam upaya menghapus trafiking, antara
lain: Undang-Undang (UU) No.1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP); UU no.7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita; UU no.3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak; UU no.19
tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO (International Labor Organisation) no.105
mengenai Penghapusan Kerja Paksa; UU no. 1 tahun 2000 tentang Pengesahan Konvesi ILO
Terburuk Untuk Anak; UU no.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan rujukan-rujukan
relevan lainnya.
Sampai saat ini, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap kasus perdagangan manusia
sudah semakin terlihat nyata. Hal ini terbukti dari meningkatnya jumlah kasus yang ditangani
oleh aparat hukum. Selain itu, saat ini sudah banyak pelaku tindakan perdagangan manusia yang
Antiperdagangan Manusia di Indonesia pada tahun 2007, jumlah kasus usaha perdagangan
manusia yang ditangani oleh aparat hukum meningkat dari 109 kasus pada tahun 2007 menjadi
Menurut data yang diperoleh, hukuman yang dijatuhkan untuk pelaku tindakan perdagangan
manusia meningkat dari 46 kasus pada tahun 2007 menjadi 55 kasus pada tahun 2008. Namun,
eksploitasi yang diduga dilakukan oleh perusahaan besar masih menjadi masalah serius,
walaupun aparat kepolisisan dan Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah berkali-kali
Penegakan hukum terhadap aparat yang ikut melakukan tindakan mendukung perdagangan
manusia juga masih cukup memprihatinkan. Petugas yang terlibat langsung dalam usaha
perdagangan manusia ataupun yang hanya memberikan perlindungan terhadap bisnis tersebut
masih banyak yang belum ditindak. Sementara itu, pemerintah Indonesia selalu berusaha untuk
meningkatkan pelayanan sekaligus perlindungan terhadap warga negaranya yang bekerja di luar
negeri. Salah satu contoh komitmen pemerintah Republik Indonesia dalam melindungi warga
negara Indonesia yang bekerja di luar negeri dapat dilihat dari tindakamn penghentian sementara
Rendahnya tingkat ekonomi, pendidikan, dan situasi psikologis adalah penyebab utama
terjadinya perdagangan manusia. Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan agar kasus
masyarakat melalui penyuluhan pemuka agama dan pemerintah. Apabila kesadaran masyarakat
akan bahaya dari perdagangan manusia sudah muncul, maka diharapkan tingkat perdagangan
Solusi kedua adalah memperluas tenaga kerja, fokus pada program Usaha Kecil Menengah
(UKM), serta pemberdayaan perempuan. Apabila lapangan kerja di Indonesia sudah cukup
memenuhi kebutuhan masyarakat, maka keinginan untuk bermigrasi dan bekerja di luar negeri
akan berkurang dan resiko perdagangan manusia pun akan semakin berkurang juga.
meningkatkan kinerja para aparat penegak hukum. Kejahatan seperti perdagangan manusia dapat
saja terjadi. Kemungkinan untuk terjadi akan semakin besar apabila tidak ada pengawasan yang
ketat oleh aparat yang terkait. Apabila pengawasan sudah ketat dan hukum sudah ditegakkan,
Solusi lainnya adalah memberikan pengetahuan dan penyuluhan seefektif mungkin kepada
masyarakat. Untuk dapat mencegah masalah ini, perlu diadakan penyuluhan dan sosialisasi
masalah yang rutin mengenai perdagangan manusia kepada masyarakat. Dengan sosialisasi
secara terus-menerus, masyarakat akan mengetahui bahaya masalah ini dan bagaimana solusinya.
Pendidikan tentu saja tidak hanya diberikan kepada masyarakat golongan menengah ke atas.
Justru pendidikan tersebut harus diberikan kepada kaum kelas bawah, karena mereka rentan
sekali menjadi korban praktik perdagangan manusia. perdagangan manusia seringkali terjadi
pada masyarakat dengan taraf pendidikan yang cukup rendah. Pendidikan harus diberikan
Setelah masyarakat mengetahui masalah ini, saatnya mereka memberitahu keepada orang lain
yang belum tahu. Apabila informasi seperti ini tidak disebarluaskan, maka rantai masalah ini
tidak akan pernah terputus. Sudah menjadi kewajiban masyarakan untuk menyampaikan apa
yang terjadi pada orang lain, terlebih lagi orang-orang yang dianggap berpotensi mengalami
tindakan perdagangan manusia. Sebab, orang yang tidak mengetahui adanya permasalahan ini
tidak akan menyadari bahwa hal ini mungkin telah terjadi pada orang lain di sekitar mereka.
Solusi terakhir adalah berperan aktif untuk mencegah. Setelah mengetahui dan berusahaa berbagi
dengan masyarakat yang lain, kita juga dapat berperan aktif untuk menanggulangi permasalahan
ini. Berperan aktif dapat dilakukan dengan cara melaporkan kasus perdagangan manusia yang
diketahui kepada pihak yang berwajib. Masyarakat juga bisa mengarahkan keluarganya untuk
lebih berhati-hati terhadap orang lain, baik yang tidak dikenal maupun yang sudah dikenal.
Mungkin hal yang dilakukan hanyalah sesuatu yang kecil dan sederhana, namun apabila semua
orang bergerak untuk turut melakukannya, bukan tidak mungkin masalah ini akan teratasi.
BAB IV
KESIMPULAN
2. Perdagangan manusia mempunyai banyak bentuk dan jenis yang dapat diklasifikasikan
3. Ada banyak faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan perdagangan
manusia.
4. Faktor utama tindakan perdagangan manusia (baik korban maupun pelaku) adalah faktor
ekonomi.
5. Akibat dari perdagangan manusia dapat berupa gangguan fisik, gangguan psikis, serta
gangguan sosial.
6. Sejauh ini, tindakan pemerintah terhadap kasus perdagangan manusia masih jauh dari
7. Ada banyak solusi yang yang dilakukan agar kasus perdagangan manusia dapat diatasi.
Saran
kewaspadaan terhadap semua orang. Kewaspadaan itu harus ditujukan baik kepada orang yang
belum dikenal maupun kepada orang yang telah dikenal. Selain itu, masyarakat juga harus selalu
berpegang teguh pada ajaran agama dan moral yang dianut. Hal itu perlu dilakukan sebagai
antisipasi dari segala bentuk tipu daya para pelaku perdagangan manusia. Untuk memberantas
dan mengurangi trafficking memerlukan juga kerja sama lintas Negara serta peningkatan kualitas
pendidikan dan keterampilan. Selain itu penyedian perangkat hukum yang memadai untuk skala
internasional, regional bahkan lokal juga penegakan hukum oleh apart hukum untuk
menghambat laju pergerakan jaringan trafficking. Bahkan tindakan pemberian sanksi yang berat
terhadap pelaku trafficking dan perlindungan terhadap korban juga harus diperhatikan. Dan yang
tak kalah pentingnya dengan sosialisasi isu tentang perdagangan anak dan perempuan terhadap
semua komponen masyarakat sehingga masalah ini mendapat perhatian dan menjadi kebutuhan
yang mendesak untuk diperjuangkan dan mendapatkan penanganan yang maksimal dari semua
pihak.
DAFTAR PUSTAKA
https://regional.kompas.com/read/2016/08/23/11460081/
kasus.perdagangan.manusia.20.tkw.ditukar.dengan.mobil
http://m.beritasatu.com/nasional/112076-indonesia-dikenal-sebagai-surga-human-
trafficking.html
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/27176/node/642/uu-no-21-tahun-2007-
pemberantasan-tindak-pidana-perdagangan-orang