Anda di halaman 1dari 9

Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan

Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah

Disusun oleh :

Niara Aiyah maharani 20170303009

Novi melpriyana veronika 20170303020

Qorine Husnul Qothimah 20170303035

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan
Universitas Esa Unggul

2019/2020
Laporan Pendahuluan

A. Kasus (Masalah Utama)


Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
B. Proses terjadinya masalah
a. Definisi
Haraga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang  sesuai dengan diri sendiri
tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetap
merasa sebagai seseorang yang penting dan berharga.
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri atau
kemampuan diri yangnegatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan. (Towsend, 1998).

Harga diri rendah merupakan semua pemikiran, penilaian, keyakinan dan
kepercayaan individu terhadap dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan
orang lain. Harga diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil
pengalamanunik seseorang dalam dirinya sendiri dengan orang terdekat dan realit
a dunia. (Stuart, 2006)

Harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri


termasuk hilangnya kepercayaan diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi
secara
situasional (trauma) atau kronis (kritik diri yang berlangsung lama) dan dapatdieks
presikan se$ara langsung atau tidak langsung. (stuart dan Sudden, 2006)

Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain.
Gangguanharga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku
orang lainyang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat
harga diriseseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang
memilikiharga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu
beradaptasisecara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu
yangmemiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif
danmenganggap sebagai ancaman. (Keliat, 2012)
b. Faktor predisposisi presipitasi HDR
Adapun faktor predisposisi atau faktor pendorong dari gangguan konsep diri :
harga diri rendah. ( suliawati,2005)
1) Perkembangan individu yang meliputi :
- Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak dicintai.
Dampaknya anak gagal mencintai dirinya sendiri dan akan gagal pula
untuk mencintai orang lain.
- Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang tua.
- Sikap orang tua over pritecting, anak merasa tidak berguna, orang tua
atau orang terdekat seringkali mengkritik serta merevidasikan individu.
- Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa
rendah diri
2) Ideal diri :
- Individu selalu dituntut untuk berhasil
- Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah
- Anak dapat menghakimi dirinya dan hilangnya percaya diri.
c. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi atau stresor pencetuc dari munculnya harga diri rendah mungkin
ditimbulkandari sumber internal dan eksternal
- Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga
keluarga merasa malu dan rendah diri.
- Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan
psikologis atau menyiksa kejadian yang mengancam kehidupan, aniaya
fisik, kecelakaan, bencana alam dan perampokan. Respon terhadap
trauma pada umumnya akan mengubah arti trauma tersebut dan
kopingnya adalah represi dan denial.

Adapun transisi peran yang mendukung faktor presipitasi harga diri rendah.

-Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang


berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-
norma budaya. Nilai-nilai serta tekanan untuk menyesuaikan
diri.\transisi peran situasi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
- Transisi peran sehat-sakit terjadi akitab pergeseran dari sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian
tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan, atau fungsi tubuh,
perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal.
Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen diri yaitu
gambarna diri, identitas diri, peran dan harga diri .
d. Tanda dan gelaja harga diri rendah
- Perasaan malu terhadapa diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap pennyakit.
Misalnya : malu dan sedih karena rambutnya botak setelah mendapat
terapi sinar pada kanker.
- Rasa bersalah terhadap diri sendiri .
Misalnya : ini tidak akan terjais jika saya segera ke rumah sakit,
menyalahkan/mengejek dan mengkritik diri sendiri.
- Merendahkan martabat
Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan
tidak tahu apa-apa
-
Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, dan lebih suka menyendiri.
- Percaya diri kurang . klien sukar mengnambil keputusan.
Misalnya : tentang memilih alternatif tindakan
- Mencederai diri . akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri hidupnya.
e. Pohon masalah

Isolasi

Harga diri

Koping

f. Diagnosa Keperawatan
- Harga diri rendah
- Isolasi sosial : menarik diri

g. Rencana tindakan keperawatan


Diagnosa 1 : Harga diri rendah
- Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bis a
berhubungan dengan orang lain dan lingkungan
- Tujuan khusus :
1) klien dapat membina hubungan saling percaya

tindakan :
- Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri
- Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang
- Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat, dan topik pembicaraan)
- Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
- Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
- Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga
dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Tindakan
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien
- Utamakan memberi pujian yang realistis
- Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutlkan setelah pulang
kerumah
4) Klien dapat menetapkan/merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
- Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
- Beri pujian atas keberhasilan klien
- Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
- Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
- bNtu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
- bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah

Diagnosa 2 : isolasi sosial : menarik diri


- tujuan umum : klien dapat berinteraksi dengan orang lain
- tujuan khusus :
1) Klien dpat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
- Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan namna lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien
2) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan :
- Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya
- Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul
- Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
- Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan
3) Klien dapat menyebutkan kekuntungan berhubungan edngan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
- Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, meyibukkan diri)
- Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungann berhubungan
dengan orang lalin.
- Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
4) Klien dapat melaksanakan hubungnan sosial
Tindakan :
- Kaji kemamppuan klien membina hubungan dengan orang lain
- Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang
lain
- Dikusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu

5) Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan


orang lain
Tindakan :
- Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain
- Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan
dengan orang lain.
Strategi Pelaksanaan

1. SP-1 Pasien : Harga Diri Rendah pertemuan ke-1: Mendiskusikan kemampuan


dan aspek positif yang dimiliki klien, membantu klien menilai kemampuan yang
masik dapat digunakan, membantu klien memilih/menetapkan kemampuan yanng
akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusuk jadal pelaksanaan
kemapuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
a. Orientasi
“ selamat pagi, perkenalkan saya perawat nina. Saya mahasiswa keperawakan
Universitas Esa unggul. Saya yang akan merawat ibu dari jam 8 pagi sampai
jam 3 sore nanti ya bu”

“bagaimana keadaan ibu A hari ini ? ibu A terlihat segar”

“bagaimana, kalau kita berbincang-bincang tentang kemampuan dan kegiatan


yang pernah ibu A lakukan ? setelah itu kita akan nilai, kita akan pilih satu
kegiatan untuk kita latih. Bagaimana menurut ibu A ?

“Dimana kita akan berbincang-bincang ? bagaimana kalau di ruang tamu saja


bu ? berapa lama kira-kira kita akan mengobrol bu ? apakah cukup 20 menit ?
oke cukup ya bu 20 mneit”
b. Kerja
“ Ibu A, apa saja kemampuan yang ibu miliki ? Bagus, apa lagi bu ? Saya
buat daftarnya ya bu. Kegiatan rumah apa yang bisa ibu lakukan ? Bagaimana
dngan merapihkan kamar ? Menayapu ? mencuci piring ? wah, bagus sekali.
Cukup banyak kemampuan dan kegiatan yang ibu miliki “

“ ibu A, dari lima kegiata/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakibisakah ? yang kedua ? sampai 5? coba kita lihat,
yang pertama ? yang kedua / sampai yang kelima. Bagus sekali ada tiga
kegiatan yang masih bisa dikerjakan dirumah sakit ini “

“sekarang, coba ibu A pilih salah satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini “

“ ok, yang nomor satu, merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu
bantak dan selimutnya. Bagus sekali bu. Sekarang kita angkat spreinya dari
arah atas , ya bagus bu. Sekarang sebelah kiri, tarik dan masukan, lalu sebelah
pinggirnya masukkan. Sekarnng ambil bantal, rapihkan dan letakkan di
sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki.
Bagus ibu bisa melakukannya”

“ibu A sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba
perhatikan bedakah dengan yang sebelum dirapihkan ?
c. Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dan latian merapihkan
tempat tidur ? iya benar bu, ibu A ternyata banyak memiliki kemampuan yang
dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur
yang sudah ibu A praktekkan dengan baik sekali. Nah, kemampuan ini dapat
dilakukan juga di rumah setelah pulang ya bu.”

“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu A mau berapa kali
sehari merapihkan tempat tidur ? bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ?
lalu sehabis istirahat jam berapa ?

“besok pagi kita latihan lagi dengan kemampuan yang kedua . ibu A masih
ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain
merapihkantempat tidur ? ya bagus, cuci piring. Kalau bagitu kita akan latihan
mencuci piring besok pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi selama 20
menit, menurut ibu bagaimana ? oke ibu, sampai jumpa ya “
Daftar pustaka

Keliat, B, A & Akemal.(2012). Model praktik keperawatan profesional jiwa. Jakarta :


EGC

Stuar, G, W. (2006). Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Stuard dan sudden. (2002). Buku saku keperawtan . Edisi 3. Jakarta : EGC

Suliswati. (2005). Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai