Disusun oleh :
2019/2020
Laporan Pendahuluan
Harga diri rendah merupakan semua pemikiran, penilaian, keyakinan dan
kepercayaan individu terhadap dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan
orang lain. Harga diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil
pengalamanunik seseorang dalam dirinya sendiri dengan orang terdekat dan realit
a dunia. (Stuart, 2006)
Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain.
Gangguanharga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku
orang lainyang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat
harga diriseseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang
memilikiharga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu
beradaptasisecara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu
yangmemiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif
danmenganggap sebagai ancaman. (Keliat, 2012)
b. Faktor predisposisi presipitasi HDR
Adapun faktor predisposisi atau faktor pendorong dari gangguan konsep diri :
harga diri rendah. ( suliawati,2005)
1) Perkembangan individu yang meliputi :
- Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak dicintai.
Dampaknya anak gagal mencintai dirinya sendiri dan akan gagal pula
untuk mencintai orang lain.
- Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang tua.
- Sikap orang tua over pritecting, anak merasa tidak berguna, orang tua
atau orang terdekat seringkali mengkritik serta merevidasikan individu.
- Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa
rendah diri
2) Ideal diri :
- Individu selalu dituntut untuk berhasil
- Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah
- Anak dapat menghakimi dirinya dan hilangnya percaya diri.
c. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi atau stresor pencetuc dari munculnya harga diri rendah mungkin
ditimbulkandari sumber internal dan eksternal
- Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga
keluarga merasa malu dan rendah diri.
- Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan
psikologis atau menyiksa kejadian yang mengancam kehidupan, aniaya
fisik, kecelakaan, bencana alam dan perampokan. Respon terhadap
trauma pada umumnya akan mengubah arti trauma tersebut dan
kopingnya adalah represi dan denial.
Adapun transisi peran yang mendukung faktor presipitasi harga diri rendah.
Isolasi
Harga diri
Koping
f. Diagnosa Keperawatan
- Harga diri rendah
- Isolasi sosial : menarik diri
tindakan :
- Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri
- Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang
- Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat, dan topik pembicaraan)
- Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
- Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
- Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga
dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Tindakan
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien
- Utamakan memberi pujian yang realistis
- Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutlkan setelah pulang
kerumah
4) Klien dapat menetapkan/merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
- Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
- Beri pujian atas keberhasilan klien
- Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
- Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
- bNtu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
- bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah
“ ibu A, dari lima kegiata/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakibisakah ? yang kedua ? sampai 5? coba kita lihat,
yang pertama ? yang kedua / sampai yang kelima. Bagus sekali ada tiga
kegiatan yang masih bisa dikerjakan dirumah sakit ini “
“sekarang, coba ibu A pilih salah satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini “
“ ok, yang nomor satu, merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu
bantak dan selimutnya. Bagus sekali bu. Sekarang kita angkat spreinya dari
arah atas , ya bagus bu. Sekarang sebelah kiri, tarik dan masukan, lalu sebelah
pinggirnya masukkan. Sekarnng ambil bantal, rapihkan dan letakkan di
sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki.
Bagus ibu bisa melakukannya”
“ibu A sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba
perhatikan bedakah dengan yang sebelum dirapihkan ?
c. Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dan latian merapihkan
tempat tidur ? iya benar bu, ibu A ternyata banyak memiliki kemampuan yang
dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur
yang sudah ibu A praktekkan dengan baik sekali. Nah, kemampuan ini dapat
dilakukan juga di rumah setelah pulang ya bu.”
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu A mau berapa kali
sehari merapihkan tempat tidur ? bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ?
lalu sehabis istirahat jam berapa ?
“besok pagi kita latihan lagi dengan kemampuan yang kedua . ibu A masih
ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain
merapihkantempat tidur ? ya bagus, cuci piring. Kalau bagitu kita akan latihan
mencuci piring besok pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi selama 20
menit, menurut ibu bagaimana ? oke ibu, sampai jumpa ya “
Daftar pustaka
Stuar, G, W. (2006). Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Stuard dan sudden. (2002). Buku saku keperawtan . Edisi 3. Jakarta : EGC