Anda di halaman 1dari 9

KOMUNIKASI TERAPIUTIK PADA PASIEN

POSTPARTUM BABY BLOUSE


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Dalam
Keperawatan ll
Dosen Pengampu :
Ns. Wahyuningsih, M.Kep

Di susun oleh :

1. Nurmala Dia Safitri siregar 2007058

2. Naila kansa iffah 2007050

3. Intan Nuraini Eka Safitri 2007035

4. Jovani dwinda putri 2007036

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN BISNIS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG 2020/2021


PENGERTIAN

Post partum blues adalah keadaan di mana seorang ibu


mengalami perasaan tidak nyaman (kesedihan atau
kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan,
yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau
pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada
saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan
endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang
dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
Post-partum blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Savage
pada tahun 1875 telah menulis referensi di literature
kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca-
salin yang disebut sebagai ‘milk fever’ karena gejala
disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi. Dewasa
ini, post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut
maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu
sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam
minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase
taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai
kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau
dua minggu pasca persalinan.
Pemeran
Jovani dwinda putri. : pasien
Intan azzahro. : bidan
Nurmala Dia Safitri Siregar : perawat
Naila khansa iffah. : suami
Fase prainteraksi
a. Mempersiapkan
Topik. : Komunikasi terapeutik pada pasien
pospartum baby bluose
Subtopik : komunikasi terapeutik pada wanita
pasca kelahiran
Tempat. : Rumah sakit

b. Karakteristik klien
Nama : Jova
Umur. : 22 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Keadaan umum:
Pasien mengalami depresi dan kecemasan
pasca melahirkan

2. Orientasi
Perawat : “ selamat pagi ibu , betul dengan ibu jova ?
Jova. : “ iya betul sus “
Perawat : “ alamat jl.subardi raya “
Jova. : “ Iya sus .”

3. Fase kerja

Perawat : “ baik ibu . Permisi ya bu saya cek dulu


tekanan darahnya “
Perawat : “ 135/90 , tekanan darah ibu tinggi ya bu ,
apakah ibu merasa pusing ?”
Jova. : “ iya sus”
Perawat : “ baik ibu , banyinya bernama zahra ya bu
usia 3 minggu , silahkan tunggu sebentar ya bu nanti
silahkan masuk jika sudah di panggil.”
Jova. : “ baik sus”

Perawat : “ ny .jova , silahkan masuk ibu sudah di


tunggu bidannya “
Bidan : “ silahkan masuk bapak dan ibu , pertama
saya cek dulu banyinya bu , alhamdulilah bayinya
sehat ya bu , jangan lupa untuk memberikan asi tepat
waktu “

Jova. : “ baik bu bidan”


Bidan : “ kalok ibu sendiri apakah ada keluhan pasca
melahirkan ? “
Jova. : “ iya bu bidan saya merasakan ada yang beda
setalah saya melahirkan,”
Bidan : “ apa itu bu coba di ceritakan “
Jova. : “ jadi begini bu bidan , pasca melahrikan saya
merasa sedih dah banyak tekanan , saya merasa
bahwa saya tidak aka bisa membesarkan anak saya
dan saya merasa bentuk badan saya berubah dan
saya takut suami saya berpaling dari saya bu bidan ,
terkadang saya juga sangat marah apabila suami saya
pulang kerjanya terlambat walau hanya sebentar bu
bidan “.
Suami : “ iya bu bidan setiap hari istri saya marah
marah dan sedih , padahal sebelum melahirkan istri
saya tidak pernah seperti ini “
Bidan : “ baik bapak dan ibu saya akan membantu
menjawab masalah bapak dan ibu , dari cerita tadi ibu
jova mengidap postpartum blues , yaitu kondisi di
mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman
(kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati
setelah persalinan, yang berkaitan dengan
hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya
sendiri.

Suami : “ kenapa bisa seperi itu ya bu bidan , karna


yang asli istri saya itu orangnya sabar dan baik “

Bidan : “ jadi begini bapak , pospartum baby blouse di


sebabkan pada saat persalinan, terjadi perubahan
hormon yang melibatkan endorphin, progesteron,
dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat
mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional
Ibu.
Jova : “ tapi saya benar benar takut bu bidan jika di
tinggal suami saya karna badan saya sudah tidak
bagus lagi “
Bidan : “ ibu sebaiknya ibu tidak berfikiran seperti
itu , coba ibu tanyakan sama suami ibu sendiri ,
apakah beliau akan melakukan hal itu “
Suami : “ engga kok mah papah itu sayang sekali sama
mamah dalam sedih dan senang papah akan selalu
ada untuk mamah kok”
Bidan : “ nah apakah ibu masih tidak percaya “
Bidan : “ tenang saja bu saya liat suami ibu itu orang
yang sangat baik , dalam masa seperti ini seharusnya
ibu tidak terlalu banyak berfikir negatif karna hanya
akan merusak suasana hati ibu”
Jova : “ iya sih bu bidan banyak yang bilang begitu ,
baik bu saya paham “
Suami : “ iya mah , mamah jangan banyak berburuk
sangka sama papah , papah takut nanti mamah
tambah stres dan kasian anak kita nanti ya mah “
Jova : “ iya pah “

4. Fase terminasi
Bidan : “ baik bapak dan ibu masalah sudah
terjawabkan ya , apakah masih ada yang ditanyakan
lagi ?
Jova : “ tidak bu , terimakasih
Bidan : “ baik ibu berarti sudah jelas ya ? Coba di
ulangi lagi pesan saya tadi bu ?”
Jova : “ jangan terlalu banyak berfikir negatif dan
komsunsi makanan yang sehat ”
Bidan : “ iya bu seperti itu alhamdulilah kalok paham”
Jova : “ terimakasih ya bu bidan sudah membantu “
Bidan : “ iya bu sama sama “

Anda mungkin juga menyukai