di indonesia
11/5/2013
5 Comments
120322-LUNA AMIRAHDYA
pendekatan struktural;
pendekatan nonstruktural; dan
pendekatan persuasif.
Leave a Reply.
Powered by
Di dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD Tahun 1945) pengaturan tentang Hak
Asasi Manusia (HAM) diatur di dalam Bab XA, Pasal 28A sd 28J, dan menurut UU No. 39
Tahun 1999 tentang HAM, defenisi HAM adalah :
"seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa
dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara hukum,
Pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia".
HAM menurut UUD Tahun 1945 terdiri dari :
Negara terutama pemerintah adalah penanggung jawab dalam hal perlindungan, pemajuan,
penegakan, dan pemenuhan HAM, namun sudahkah pemerintah melaksanakan amanat UUD
Tahun 1945 tersebut?
Menurut saya BELUM, saya menilai tindakan dan kebijakan pemerintah sering sekali
bertentangan bahkan semakin jauh dari perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan
HAM. Saya menyadari bahwa tidak mudah dalam mewujudkan dan melaksanakan amanat
UUD tersebut, namun bukan tidak mungkin untuk mewujudkannya.
Untuk perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan HAM seharusnya dimulai pada
bidang yang sangat mendasar (fundamental) yaitu dari sisi perekonomian masyarakat, karena
dapat menjawab beberapa permasalahan. Dengan telah terpenuhinya kebutuhan pokoknya,
seseorang dapat:
Hidup & bertahan hidup
Mengembangkan diri dengan cara mendapatkan pendidikan dan agama yang
diyakininya
Setelah mendapat pendidikan maka memungkinkan seseorang untuk mendapat
pekerjaan yang layak ataupun berwirausaha
Setelah mendapat pekerjaan maka dapat membentuk keluarga dan memiliki anak
Memenuhi hak anak untuk mendapatkan pendidikan dan pengembangan diri anak
Melindungi diri dan keluarga
Dengan terpenuhinya kebutuhan diri sendiri maka seseorang tidak akan berfikir untuk
mencuri, merampok, dan bahkan membunuh orang lain hanya untuk mengambil
barang milik orang tersebut.
Pendapat saya diatas didasarkan pada keadaan negara kita saat ini, kita harus jujur mengakui
bahwa di negara kita ini BIAYA HIDUP (life cost) sangat tinggi, tidak sebanding dengan
penghasilan, bahkan penghasilan setiap bulan kurang (minus) sehingga masyarakat harus
mencari pinjaman uang atau harus mengorbankan hal selain makan, bisa jadi intesitas makan
yang normalnya 3 (tiga) kali sehari dikurangi menjadi 2 (dua) atau 1 (satu) kali sehari.
Dampak dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar tersebut, maka kita sering mendengar
tentang terjadinya tindakan kriminal pencurian, perampokan, bahkan pembunuhan.
Saya menyadari betul bahwa negara tidak dapat membagi-bagikan uang secara langsung
kepada masyarakat, dan saya pun tidak setuju dengan hal tersebut. Akan tetapi, masyarakat
berhak untuk mendapatkan kemudahan sesuai dengan ketentuan UUD Tahun 1945.
Kemudahan yang saya maksud adalah kemudahan untuk memdapatkan permodalan usaha
(usaha yang baru akan dimulai maupun usaha yang telah berjalan), kemudahan untuk
mendapatkan pekerjaan, dan kemudahan mendapatkan pendidikan.
Diperlukan etikad baik dan keinginan pemerintah untuk memenuhi HAM di Indonesia,
khususnya yang berhubungan langsung dengan kehidupan masyarakat sehari-hari, khususnya
penurunan biaya hidup yang sangat tinggi pemerintah seharusnya melakukan tindakan :
Hambatan
Masalah HAM masih saja di bicarakan, karena masih banyak pelanggaran atau
kepalsuan. Masalah HAM memang masalah kemanusiaan berarti terkait dengan upaya, tidak
saja pengakuan harkat kemanusiaan tetapi yang lebih penting sejauh mana harkat
kemanusiaanyang dimiliki setiap orang dapat dimiliki oleh setiap individu tanpa beda. Upaya
penegakan HAM di Indonesia, masih banyak hambatan-hambatan yang di hadapi antara lain
sebagai berikut:
Rendahnya kesadaran dan keberanian masyarakat untuk melaporkan pelanggaran HAM yang
terjadi baik mengenai dirinya maupun pihak lain.
Belum optimalnya kemampuan para hakim di peradilan HAM ad hoc.
Keterbatasan kemampuan pengetahuan masyarakat terhadap bentuk-bentuk pelanggaran
HAM.
Masalah hakim,ternyata tidak begitu mudah menentukan para calon hakim ad hoc diluar
hakim karir, meskipun sampai sekarang sudah begitu lantang orang berbicara tentang
pelanggaran HAM dan banyak pelatihan dan penanaman HAM. LSM HAM pun ternyata tak
banyak yang tersrdia. Banyak tokoh-tokoh HAM yang terikat oleh tugas dilembaga lain.
Sulitnya mencari Jaksa sebagai penuntut umum sebab hanya orang yang berpengalaman
penuntut saja yang diangkut atau kata lainnya sifatnya tertutup.
Masalah pembahasan acara peradilan yang belum tuntas, masih tersisa pertanyaan banding dan
langsung saja dari peradilan tingkat pertama langsung ke MA.