Anda di halaman 1dari 17

PROJECT ASSIGNMENT

TINDAK PIDANA PERDAGANGAN MANUSIA (HUMAN TRAFFICKING):


ANALISIS EFEKTIVITAS DOMAIN JARIMAH HUDUD ATAU TA’ZIR

Mata kuliah: Hukum Pidana Islam III

Dosen Pengampu: Muhammad Amin, M.A

Disusun oleh:

FATHIA AZZAHRA PUTRI (0205203131)

PRODI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
T.A. 2022/2023

1
DAFTAR ISI
Abstrak....................................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

1
Abstrak

Perdagangan anak telah berkembang dalam bentuk jaringan


kejahatan terorganisir dan tidak terorganisir, baik antar negara maupun
domestik, sehingga menjadi ancaman bagi masyarakat. Perdagangan
manusia terjadi di berbagai daerah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis dan memeriksa faktor-faktor korban perdagangan anak di
wilayah hukum Kepolisian Kota Malang. Dalam penelitian ini
pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan
perundang-undangan, pendekatan konsep dan studi kasus. Jenis
penelitian ini adalah penelitian yuridis empiris. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa faktor-faktor yang mendasari terjadinya perdagangan
anak adalah faktor ekonomi, faktor lingkungan, faktor pendidikan, faktor
sosial budaya, tidak adanya kesetaraan gender dan faktor penegakan hukum.

Kata Kunci: Perdagangan Manusia (Human Trafficking)

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kejahatan adalah suatu nama atau cap yang diberikan untuk


menilai perbuatan-perbuatan tertentu, sebagai perbuatan jahat. Dengan
demikian si pelaku disebut penjahat. Oleh karena itu kejahatan
memiliki pengertian yang sangat relatif. Adapun kejahatan yang
mengenai tindak pidana perdagangan orang. Ketentuan mengenai
larangan perdagangan orang pada dasarnya telah diatur dalam Kitab
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Undang-Undang No 21 Tahun
2007 Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dan Pasal 297
KUHP menentukan mengenai larangan perdagangan wanita dan anak
laki-laki yang belum dewasa dan mengkualifikasikan tindakan tersebut
sebagai kejahatan. Disamping itu pasal 297 memberikan sanksi yang
terlalu ringan dan tidak sepadan dengan dampak yang diderita korban
akibat kejahatan perdagangan orang yang diadili di Pengadilan Negeri.
Padahal sanksi yang sebenarnya yang diatur pada pasal 297 KUHP
tentang perdagangan wanita dan anak laki-laki yang belum dewasa,
diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun.1

Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan


kebebasan dasar manusia, tanpa diskriminasi. Hak untuk hidup, hak
untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak di perbudak, hak untuk di akui secara pribadi
dan hak untuk tidak di tuntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah
hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan
oleh siapapun. Tidak seorang pun di perbudak dan di perhamba.
Perbudakan atau perhambaan, perdagangan budak, perdagangan wanita,

1
Haraf Zafrulla, pengenalan phychcology kriminal, Palembang, 2005, hlm. 13

3
dan segala perbuatan berupa apapun dan tujuannya, serupa dilarang.
Menurut Rachmat Syafaat, perdagangan perempuan adalah bentuk
imigrasi dengan tekanan yaitu orang yang direkrut, diperdagangkan dan
dipindahkan ke tempat lain secara paksa, ancaman kekerasan atau
penipuan.2

Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati,


melindungi, menegakkan, dan memajukan hak asasi manusia yang diatur
dalam undang-undang ini. Peraturan dan perundangan lain dan hukum
internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh Negara
Republik Indonesia. Pelaku perdagangan orang yang dengan cepat
berkembang menjadi sindikat lintas batas negara dengan sangat halus
menjerat mangsanya, tertapi dengan sangat kejam mengeksplotasinya
dengan berbagai cara sehingga korban menjadi tidak berdaya untuk
membebaskan diri. Perdagangan manusia juga merupakan salah satu
bentuk pelanggaran HAM berat karena sangat merendahkan harkat dan
martabat manusia yang memiliki kebebasan untuk menentukan hidupnya
sendiri. Secara psikologis korban akan kehilangan self esteem dan terutama
berkepanjangan. Hak ini pada akhirnya akan melemahkan diri seseorang
dalam menjalankan fungsinya sebagai manusia yang sehat fisik, mental
maupun spiritual.
Sejalan dengan pernyataan yang dipaparkan di atas, bagaimana
maraknya human trafficking sampai ke seluruh daerah Indonesia, maka
peneliti ingin meneliti bagaiman tindak lanjut pidana bagi pelaku human
trafficking atau perdagangan manusia di Indonesia. Untuk itu, peneliti
mengambil tema penelitian ini sebagai “Tindak Pidana Perdagangan
Manusia (Human Trafficking): Analisis Efektivitas Domain Jarimah Hudud
atau Ta’zir”.

2
Rachmat Syafaat, Dagang Manusia- Kajian Trafficking Terhadap Perempuan
dan Anak di Jawa Timur, Lapper Pustaka Utama, Yogyakarta, 2002, hlm. 10

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa sajakah faktor yang menyebabkan adanya human trafficking di


Indonesia?

2. Bagaimana penerapan tindak pidana bagi pelaku human trafficking di


Indonesia?

3. Apakah tindak pidana bagi pelaku human trafficking sesuai dengan


hukum Jarimah Hudud atau Ta’zir?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan adanya human


trafficking di Indonesia.

2. Mengetahui bagaimana penerapan tindak pidana bagi pelaku human


trafficking di Indonesia.

3. Mengetahui kesesuaian tindak pidana bagi pelaku human trafficking di


Indonesia dengan hukum jarimah hudud atau ta’zir.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jarimah Ta’zir

Ta’zir menurut bahasa berasal dari kata:(1)‘azzara yang


mempunyaipersamaan kata dengan mana’a waradda yang artinya
mencegah dan menolak; (2) addaba yang artinya mendidik; (3) azzama
wa waqqara yang artinyamengagunkan dan menghormati; dan (4) a’ana
wa qawwa wa nasara yang artinya membantunya, menguatkan dan
menolong.3 Dari keempat pengertian di atas, yang lebih relevan adalah
pengertian addaba (mendidik) dan mana’a wa radda (mencegah dan
menolak).4

Kata ta’zir lebih populer digunakan untuk menunjukkan arti


memberi pelajaran dan sanksi hukuman selain hukuman had. Sedangkan
menurut shara’, ta’zir adalah hukuman yang diberlakukan terhadap suatu
bentuk kemaksiatan atau kejahatan yang tidak diancam dengan hukuman
dan tidak pula kafarat, baik itu kejahatan terhadap hak Allah seperti
makan di siang hari pada bulan Ramadan tanpa ada uzur, meninggalkan
salat, melakukan riba. Maupun kejahatan adami, seperti mencuri dengan
jumlah curian yang belum mencapai nisab pencurian, pencurian tanpa
mengandung unsur al-hirzu (harta yang dicuri tidak pada tempat
penyimpanan yang semestinya), korupsi, pencemaran nama baik dan
tuduhan selain zina.5

B. Hukum Perdagangan Manusia

Di Indonesia, upaya penegakan hukum terkait dengan Tindak Pidana


Perdagangan Orang (wanita), Pemerintah Indonesia telah mengesahkan

3
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm. 248.
4
Ibid…, hlm. 276.
5
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam, (Abdul Hayyie al-Kattani, dkk), jilid 7, (Jakarta: Gema
Insani, 2007), hlm. 523.

6
Undang-undang tentang pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang
(UU PTPPO) No.21 tahun 2007 oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Pada tanggal 19 April 2007 lahirlah Undang-undang Tindak
Pidana Perdagangan Orang dan terdapat dalam Pasal 297 yang berbunyi:
“Perdagangan wanita dan perdagangan anak laki-laki yang belum dewasa,
diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun” terbitnya
Undang-undang ini merupakan suatu prestasi karena dianggap sangat
komprehensif dan mencerminkan ketentuan yang diatur dalam Protokol PBB.
Undang-undang No.21 tahun 2007 tentang “Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang (PTPPO)” melarang semua jenis tindakan, cara, atau
semua bentuk eksploitasi yang mungkin terjadi dalam praktek perdagangan
orang.6

Berbicara tentang hukum Islam tidak bisa terlepas dari dua


komponen pokoknya, yaitu; (1) al-Quran dan al-Sunnah, sebagai wahyu
yang keberadaannya bersifat absolut (mutlak) dan keberlakuannya bersifat
permanen dan universal; (2) Fiqh, sebagai wahyu yang telah diintervensi oleh
pemikiran (ijtihad) para ulama. Kebenaran fiqh bersifat nisbi atau relatif,
sementara keberlakuannya tidak permanen dan boleh jadi tidak bersifat
universal. Tujuan utama dari hukum Islam adalah mengatur manusia untuk
mencapai kesejahteraan hidup (maslahah) dengan indikator utamanya yaitu
mendatangkan manfaat dan menghindarkan mudharat.

Karena itulah dalam al-Quran dan al-Sunnah terdapat berbagai


macam perintah dan larangan, dan setiap perintah pasti berkenaan dengan hal-
hal yang bermanfaat, dan sebaliknya setiap larangan pasti berkenaan dengan
hal-hal yang menimbulkan mudharat. Sementara itu, pelanggaran terhadap
ketentuan-ketentuan hukum yang ada dalam kedua sumber tersebut pasti
akan menimbulkan dampak negatif dalam kehidupan masyarakat. Ada lima
hal pokok yang ingin diatur dan dilindungi oleh hukum Islam dalam upaya
mewujudkan ketertiban, ketentraman, dan kesejahteraan hidup manusia.

6
Lim, Perdagangan Perempuan dan Anak Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1998,
hlm. 1

7
Dalam menemukan pelaku kejahatan perdagangan manusia ini
sangat sulit karena biasanya para korban telah direkrut terlebih
dahulu oleh agen perekrutan ilegal dan agen ilegal ini membayar
calo perorangan yang tidak memiliki izin untuk merekrut pekerja
atau mengatur dokumen perjalanan terkait dengan pencari kerja.
Kemudian para korban yang telah dijerat oleh perekrut, baik agen
maupun perorangan, akhirnya ditawan dan dieksploitasi dengan
berbagai cara bahkan hingga kekerasan fisik dan kekerasan seksual.
Masalah penegakan hukum dalam perdagangan orang harus diberantas
sepenuhnya mulai dari perekrutan, transportasi, tempat tinggal,
transfer pemindahan atau penerimaan seseorang dengan ancaman
kekerasan, penculikan – penculikan, pemalsuan, penipuan dan
penyalahgunaan kekuasaan, atau posisi rentan, jeratan hutang atau
pembayaran untuk mendapatkan pembayaran harus mendapat persetujuan
dari orang yang mengendalikan orang lain.7

C. Faktor Penyebab Adanya Human Trafficking di Indonesia

a. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi menjadi penyebab terjadinya perdagangan manusia yang


dilatarbelakangi kemiskinan dan lapangan kerja yang tidak ada atau
tidak memadai dengan besarnya jumlah penduduk, sehingga kedua
hal ini yang menyebabkan seseorang untuk melakukan sesuatu,
yaitu mencari pekerjaan meskipun harus keluar dari daerah asalnya
dengan resiko yang tidak sedikit.8

b. Faktor Lingkungan

Perhatian lingkungan yang kurang sehingga menyebabkan si anak


tidak mendapatkan perhatian dan melakukan hal-hal yang salah serta
7
Brian Septiadi Daud, dkk. 2019. Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku
Perdagangan Manusia di Indonesia. Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, Vol. 1 No. 3, hlm.
353.
8
Yulian Plantika. 2019. Faktor Penyebab Perdagangan Orang di Wilayah Hukum Polres
Malang Kota. Dialektika, Vol. 14, No. 1, hlm. 13.

8
dimanfaatkan oleh para pelaku perdagangan orang. Karena perhatian
lingkungan yang kurang sehingga menyebabkan si anak tidak
mendapatkan perhatian dan melakukan hal-hal yang salah serta
dimanfaatkan oleh para pelaku perdagangan anak, bahkan oleh orang tua
kandung sendiri.9

c. Faktor Pendidikan

Faktor pendidikan juga merupakan faktor penyebab terjadinya


perdagangan anak, karena semakin rendahnya pendidikan seseorang,
semakin mudah untuk dipengaruhi oleh para pedagang anak. Maka dari
itu sedikit banyaknya pendidikan biasanya mempengaruhi seseorang
untuk mendapatkan pekerjaan. Sehingga, anak seharusnya mendapatkan
hak-hak yang layak mengenai pengetahuan dan keterampilan yang bisa
diaplikasikan ke kehidupan sehari-hari mereka dalam pencaharian
uang.Hal ini sesuai denganhak untuk tumbuh berkembang.

d. Faktor Sosial (Kemiskinan)

Memiliki penghidupan yang kurang layak dan tidak sejahtera dapat


menyebabkan keluarga mudah terpengaruh mencari cara apa saja
memperbaiki perekonomian keluarganya. Oleh karena itu, penduduk
yang miskin mungkin akan lebih rentan terhadap perdagangan
orang, tidak hanya karena lebih sedikitnya pilihan yang tersedia
utuk mencari nafkah, tetapi juga karena mereka memegang
kekuasaan sosial yang lebih kecil, sehingga mereka tidak
mempunyai terlalu banyak akses untuk memperoleh bantuan dan
ganti rugi. Meskipun bukan merupakan satu-satunya faktor
bahwa kemiskinan penyebab kerentanan perdagangan orang.

Di samping itu, kemiskinan juga terdapat pada migran, di mana proses


migrasi ini merupakan bentuk migrasi yang dilakukan dalam bentuk
tekanan, sebab dalam praktiknya mereka direkrut melalui berbagai

9
Ibid.., hlm. 15

9
bentuk modus penipuan, termasuk melalui perkawinan untuk
selanjutnya di bawa ke negara lain dengan tujuan diperdagangkan secara
paksa dan biasanya disertai ancaman kekerasan. Meskipun kegiatan
migrasi ini merupakan hak asasi manusia, yaitu setiap orang mempunyai
hak untuk berpindah tempat dari satu daerah ke daerah lainnya untuk
mencoba pengalaman hidup yang baru maupun untuk memperoleh
kehidupan yang lebih baik.

e. Ketidaksetaraan Gender

Adanya ketidaksetaraan relasi antara laki–laki dan perempuan yang


membuat perempuan terpojok dan terjebak pada persoalan perdagangan
orang. Ini terjadi pada perempuan yang mengalami perkosaan dan
biasanya sikap atau respon masyarakat umumnya tidak berpihak
pada mereka. Perlakuan masyarakat itu mendorong perempuan
memasuki dunia eksploitasi seksual komersial. Sebenarnya,
keberadaan perempuan di dunia eksploitasi seksual komersial lebih
banyak bukan karena kemauan sendiri, tetapi kondisi lingkungan
sosial budaya dimana perempuan itu berasal sangat kuat
mempengaruhi mereka terjun ke dunia eksploitasi sosial terutama untuk
dikirim ke kota-kota besar.10

f. Faktor Penegak Hukum

Inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan


nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan
mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai
tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan
kedamaian pergaulan hidup. Dalam arti sebenarnya penegak hukum
berlaku sebagai orang yang bertindak untuk menjaga keamanan dan
ketertiban.

10
Ibid.., hlm. 20

10
D. Tindak Pidana Bagi Pelaku Huma Trafficking

Penerapan sanksi pidana di Indonesia yang implementasinya


pada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),
penjatuhan sanksi pidana terhadap tindak pidana perdagangan orang
(human trafficking) dalam KUHP diatur didalam buku II Pasal295 ayat (1)
angka 1 dan 2, Pasal 295 ayat (2), Pasal296, Pasal 297, Pasal 298 ayat
(1),(2) dan Pasal 506. Dari pengertian yang terdapat di dalam KUHP
dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul


yang korbannya anak (kandung, tiri, angkat) dan anak-anak dibawah
pengawasannya; perbuatan pelaku sebagai mata pencaharian.

2. Perbuatan yang sama tapi untuk orang dewasa.

3. Memperniagakan perempuan dan anak laki – laki.

4. Ada hukuman tambahan, (1) pencabutan hak asuh (untuk yang


korbannya adalah anak), (2) pemecatan dari instansi pekerjaan.11

Undang-Undang nomor 21 tahun 2007tentang pemberantasan


tindak pidana perdagangan orang ini memberikan sanksi pidana yang
cukup berat terhadap pelaku tindak pidana perdagangan manusia
sebagai wujud perlindungan terhadap korban perdagangan manusia.
Ketentuan pidana terdapat dalam pasal 2 hingga pasal 23 Undang-
Undang nomor 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana
perdagangan orang. Salah satu contoh Pasal 2 yang mengatur tentang
dapat dipidananya perbuatan seorang pelaku perdagangan manusia
baik secara melawan hukum maupun memperoleh persetujuan dari
orang yang memegang kendali atas orang lain yang bertujuan untuk
mengeksploitasi. Pasal 2 Undang-Undang nomor 21 tahun 2007
11
Brian Septiadi Daud, dkk. 2019. Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku
Perdagangan Manusia di Indonesia, Op. Cit.., hlm. 359.

11
tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan tersebut berbunyi
“Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan,
pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman
kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan,
pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi
rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat
walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang
kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut
di wilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua
puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus
juta rupiah)”.

Dalam rumusan Pasal 1 angka 4UU No 21 Tahun2007,


pelaku adalah setiap orang perseorangan atau korporasi yang melakukan
tindak pidana perdagangan manusia. Dalam pasal 2 sampai dengan
18, undang-undang ini secara tegas merumuskan sanksi terhadap
pelaku perdagangan orang.12 Berdasarkan pasal-pasal tersebut, dapat
dikategorikan beberapa pelaku Tindak Pidana Perdagangan
Orang yaitu: Pertama, Agen perekrutan Tenaga Kerja (legal atau
illegal) yang membayar agen/ calo untuk mencari buruh di desa-desa,
mengelola penampungan, mengurus identitas serta KTP dan dokumen
perjalanan, memberikan pelatihan dan pemeriksaan medis serta
menempatkan buruh dalam kerjaannya di Negara tujuan. Meskipun
tidak semua, namun sebagian PJTK terdaftar melakukan tindakan
demikian. Kedua, Agen/calo (mungkin orang asing)yang datang ke
suatu desa, tetangga, teman, bahkan kepala desa, tokoh masyarakat,
tokoh adat, maupun tokoh agama. Agen dapat bekerja secara bersamaan
untuk PJTK terdaftar /tidak terdaftar, guna memperoleh bayaran untuk
tiap buruh yang direkrutnya. Ketiga, Majikan yang memaksa buruh
12
Ibid.., hlm. 360

12
bekerja dalam kondisi eksploitatif, tidak membayar gaji, menyekap
buruh ditempat kerja, melakukan kekerasan seksual atau fisik terhadap
buruh. Keempat, Pemerintah, yang terlibat dalam pemalsuan dokumen,
mengabaikan pelanggaran dalam perekrutan tenaga kerja atau
memfasilitasi penyeberangan perbatasan secara illegal (termasuk
pembiaran oleh polisi/petugas imigrasi). Kelima, Pemilik/pengelola
rumah bordil yang memaksa perempuan untuk bekerja di luar
kemauan dan kemampuannya, tidak membayar gaji atau merekrut dan
mempekerjakan anak yang belum berusia 18 tahun.13

E. Tindak Pidana Islam Bagi Pelaku Huma Trafficking

Sedangkan dalam hukum Islam, perdagangan orang seperti


perbudakan manusia yang dianggap merusak hak dasar manusia sebagai
manusia dan hak Allah sebagai Tuhan. Perdagangan manusia atas manusia
sama artinya dengan melanggar hak Tuhan, sedangkan manusia yang
memperbudak manusia lain sama dengan memposisikan dirinya sebagai
Tuhan. Tindak pidana perdagangan tersebut juga sesuai dengan maqasid
al-syari’ah. Sanksi terhadap pelaku trafficking berupa hukuman ta’zir,
karena belum ada ketentuan yang jelas dalam Al-Qur’an dan Hadis,
mengenai bentuk dan ukurannya diserahkan keputusannya kepada ijtihad
hakim atau imam yang berwenang. Macam hukuman ta’zir dapat berupa
hukuman mati, penjara, pengucilan, penyalipan, dera, pengasingan dan
ancaman.14

Jenis hukuman yang termasuk jarimah ta’zir antara lain


hukuman penjara, skorsing atau pemecatan, ganti rugi, pukulan, teguran
dengan kata-kata, dan jenis hukuman lain yang dipandang sesuai dengan
pelanggaran dari pelakunya. Menurut Imam Abu Hanifah, pelanggaran
ringan yang dilakukan oleh seseorang berulang kali dapat dilakukan atau
dijatuhi oleh hakim hukuman mati. Misalnya; pencuri yang dimasukkan
13
Ibid.., hlm. 364.
14
Seyyed Hossein Nasr. The Heart of Islam: Enduring Values for Humanity. (San
Fransisco: Harper), hlm. 204.

13
penjara, lalu masih mengulangi untuk mencuri, hakim berwenang
menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Keputusan mengenai sanksi
hukum dan pihak yang diberi kewenangan untuk menetapkan jenis
hukuman dan pelaksanaan ta’zir adalah pihak pemerintah kecuali, guru
dalam rangka mendidik murid-muridnya, orang tua dalam rangka
mendidik anak-anaknya, suami dalam rangka mendidik istrinya.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tindak pidana perdagangan orang merupakan kejahatan yang terorganisir


secara sistematis, dimana orang-orang yang termasuk didalamnya
memiliki kepentingan-kepentingan secara pribadi dan atau kelompok.
Tindak pidana perdagangan orang ini juga dikategorikan sebagai kejahatan
yang melanggar HAM seseorang, dimana para pelaku menjajakan
orang-orang untuk menjadi pekerja-pekerja yang memberikan
keuntungan bagi mereka. Faktor yang melatarbelakangi terjadinya
perdagangan anak yaitu faktor ekonomi, faktor lingkungan, faktor
pendidikan faktor sosial budaya, ketidakadaan kesetaraan gender dan
faktor penegak hukum. Perdagangan tenaga kerja sebagai sebuah tindak
kejahatan, perlu penanganan yang lintas sektoral dan melibatkan semua
instansi terkait, baik Departemen Tenaga Kerja, Kepolisian Kejaksaan,
Keimigrasian, Perhubungan dan sebagainya. Pola pelayanan satu
atap dan menyederhanakan administrasi bagi para calon tenaga
kerja yang akan bekerja keluar negeri, setidaknya akan
mengurangi maraknya pencalonan tenaga kerja ilegal dan di bawah umur.

15
DAFTAR PUSTAKA

Zafrulla, Haraf. 2005. Pengenalan Psikologi Kriminal. Palembang: Psikologi

Syafaat, Rahmat. 2002. Dagang Manusia – Kajian Trafficking Terhadap


Perempuan dan Anak di Jawa Timur. Yogyakarta: Lapper Pustaka
Utama.

Muslich, Ahmad Wardi. 2005. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

Az-Zhuhaili, Wahbah. 2007. Fiqih Islam Jilid 7. Jakarta: Gema Insani.

Lim. 1998. Perdagangan Perempuan dan Anak di Indonesia. Jakarta: Sinar


Grafika.

Daud, Brian Septiadi, dkk. 2019. Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku
Perdagangan Manusia di Indonesia. Jurnal Pembangunan Hukum
Indonesia.

Plantika, Yulian. 2019. Faktor Penyebab Perdagangan Orang di Wilayah


Hukum Polres Malang Kota. Dialektika.

Nasr, Sayyed Hossein. The Heart of Islam: Enduring Values for Humanity. San
Fransisco: Harper.

16

Anda mungkin juga menyukai