Disusun oleh:
1
DAFTAR ISI
Abstrak....................................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
1
Abstrak
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
Haraf Zafrulla, pengenalan phychcology kriminal, Palembang, 2005, hlm. 13
3
dan segala perbuatan berupa apapun dan tujuannya, serupa dilarang.
Menurut Rachmat Syafaat, perdagangan perempuan adalah bentuk
imigrasi dengan tekanan yaitu orang yang direkrut, diperdagangkan dan
dipindahkan ke tempat lain secara paksa, ancaman kekerasan atau
penipuan.2
2
Rachmat Syafaat, Dagang Manusia- Kajian Trafficking Terhadap Perempuan
dan Anak di Jawa Timur, Lapper Pustaka Utama, Yogyakarta, 2002, hlm. 10
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
5
BAB II
PEMBAHASAN
3
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm. 248.
4
Ibid…, hlm. 276.
5
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam, (Abdul Hayyie al-Kattani, dkk), jilid 7, (Jakarta: Gema
Insani, 2007), hlm. 523.
6
Undang-undang tentang pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang
(UU PTPPO) No.21 tahun 2007 oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Pada tanggal 19 April 2007 lahirlah Undang-undang Tindak
Pidana Perdagangan Orang dan terdapat dalam Pasal 297 yang berbunyi:
“Perdagangan wanita dan perdagangan anak laki-laki yang belum dewasa,
diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun” terbitnya
Undang-undang ini merupakan suatu prestasi karena dianggap sangat
komprehensif dan mencerminkan ketentuan yang diatur dalam Protokol PBB.
Undang-undang No.21 tahun 2007 tentang “Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang (PTPPO)” melarang semua jenis tindakan, cara, atau
semua bentuk eksploitasi yang mungkin terjadi dalam praktek perdagangan
orang.6
6
Lim, Perdagangan Perempuan dan Anak Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1998,
hlm. 1
7
Dalam menemukan pelaku kejahatan perdagangan manusia ini
sangat sulit karena biasanya para korban telah direkrut terlebih
dahulu oleh agen perekrutan ilegal dan agen ilegal ini membayar
calo perorangan yang tidak memiliki izin untuk merekrut pekerja
atau mengatur dokumen perjalanan terkait dengan pencari kerja.
Kemudian para korban yang telah dijerat oleh perekrut, baik agen
maupun perorangan, akhirnya ditawan dan dieksploitasi dengan
berbagai cara bahkan hingga kekerasan fisik dan kekerasan seksual.
Masalah penegakan hukum dalam perdagangan orang harus diberantas
sepenuhnya mulai dari perekrutan, transportasi, tempat tinggal,
transfer pemindahan atau penerimaan seseorang dengan ancaman
kekerasan, penculikan – penculikan, pemalsuan, penipuan dan
penyalahgunaan kekuasaan, atau posisi rentan, jeratan hutang atau
pembayaran untuk mendapatkan pembayaran harus mendapat persetujuan
dari orang yang mengendalikan orang lain.7
a. Faktor Ekonomi
b. Faktor Lingkungan
8
dimanfaatkan oleh para pelaku perdagangan orang. Karena perhatian
lingkungan yang kurang sehingga menyebabkan si anak tidak
mendapatkan perhatian dan melakukan hal-hal yang salah serta
dimanfaatkan oleh para pelaku perdagangan anak, bahkan oleh orang tua
kandung sendiri.9
c. Faktor Pendidikan
9
Ibid.., hlm. 15
9
bentuk modus penipuan, termasuk melalui perkawinan untuk
selanjutnya di bawa ke negara lain dengan tujuan diperdagangkan secara
paksa dan biasanya disertai ancaman kekerasan. Meskipun kegiatan
migrasi ini merupakan hak asasi manusia, yaitu setiap orang mempunyai
hak untuk berpindah tempat dari satu daerah ke daerah lainnya untuk
mencoba pengalaman hidup yang baru maupun untuk memperoleh
kehidupan yang lebih baik.
e. Ketidaksetaraan Gender
10
Ibid.., hlm. 20
10
D. Tindak Pidana Bagi Pelaku Huma Trafficking
11
tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan tersebut berbunyi
“Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan,
pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman
kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan,
pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi
rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat
walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang
kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut
di wilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua
puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus
juta rupiah)”.
12
bekerja dalam kondisi eksploitatif, tidak membayar gaji, menyekap
buruh ditempat kerja, melakukan kekerasan seksual atau fisik terhadap
buruh. Keempat, Pemerintah, yang terlibat dalam pemalsuan dokumen,
mengabaikan pelanggaran dalam perekrutan tenaga kerja atau
memfasilitasi penyeberangan perbatasan secara illegal (termasuk
pembiaran oleh polisi/petugas imigrasi). Kelima, Pemilik/pengelola
rumah bordil yang memaksa perempuan untuk bekerja di luar
kemauan dan kemampuannya, tidak membayar gaji atau merekrut dan
mempekerjakan anak yang belum berusia 18 tahun.13
13
penjara, lalu masih mengulangi untuk mencuri, hakim berwenang
menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Keputusan mengenai sanksi
hukum dan pihak yang diberi kewenangan untuk menetapkan jenis
hukuman dan pelaksanaan ta’zir adalah pihak pemerintah kecuali, guru
dalam rangka mendidik murid-muridnya, orang tua dalam rangka
mendidik anak-anaknya, suami dalam rangka mendidik istrinya.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Muslich, Ahmad Wardi. 2005. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika.
Daud, Brian Septiadi, dkk. 2019. Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku
Perdagangan Manusia di Indonesia. Jurnal Pembangunan Hukum
Indonesia.
Nasr, Sayyed Hossein. The Heart of Islam: Enduring Values for Humanity. San
Fransisco: Harper.
16