Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“BENTUK-BENTUK PELANGGARAN ATAU KEJAHATAN HAM”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

1. MUIN LA MANI
2. MOH. RIDHO ARMAIN
3. NANDA FEBRIYANA
4. NOVITA FATMONA
5. NURFANI FATAHAHIKU
6. RIYAD MIZARD HARIS A.R
7. RISKYKA SARINITA SANGADJI
8. ROSNAYANTI GAILEA
9. SUMARNI RIRY

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
MALUKU UTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat waktu.Tak lupa shalawat
serta salam tercurahkan kepada junjungan Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulisan makalah yang berjudul “Bentuk-bentuk pelanggaran atau kejahatan terhadap


HAM beserta contoh kasusnya” ini disusun guna menyelesaikan tugas dari dosen mata kuliah
Hukum dan HAM dapat diselesaikan juga dengan baik sesuai keinginan dosen tepat waktu.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangan
pada penyusunan serta penulisannya. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
supaya makalah ini dapat lebih sempurna serta menambah wawasan bagi penelitian
selanjutnya. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis memohon maaf.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis dan pembaca.

Ternate, 15 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A. Kejahatan Terhadap Kemanusiaan
B. Genocide (Genosida)
C. Kejahatan Peran (War Crime)
D. Penggusuran Paksa (Forced Eviction)
E. Perbudakan (Slavery)
F. Traffickinng
G. Kasus Pelanggaran HAM yang Terjadi di Maluku Utara

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak asasi manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada setiap manusia
dimanapun, ia berada tanpa perbedaan ras, ideologi, serta agama atau kepercayaan
yang dimilikinya. Oleh sebab itu, munculnya konsep HAM dianggap sebagai suatu isu
penting dunia yang harus diperhatikan bersamaan dengan perkembangan kesadaran
manusia akan pentingnya mengakui, menghormati, dan mewujudkan manusia yang
berdaulat dan utuh.

Perkembangan besar HAM setidak-tidaknya dapat dilihat sebelum dan setelah


Perang Dunia II. Sebelum Perang Dunia II, HAM berkembang berdasarkan konteks
pengertian negara-negara tertentu. Pada masa itu, telah ada bentuk acuan HAM yakni
‘Magna Charta’ yang dilahirkan di Inggris (1215). Di Amerika, makna HAM juga dapat
dilihat sejak Tahun 1776 pada The Declaration of Independence, khususnya the right to
life, the right to liberty, dan the right to pursue happiness. Hal yang sama juga dapat
dilihat di Perancis pada Declaration des droits de I'homme et du citoyen pada 1789.
Perkembangan selanjutnya adalah ketika Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa
(PBB) pada Tanggal 10 Desember 1948, mengeluarkan Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia (DUHAM/Universal Declaration of Human Right /UDHR) yang dianggap sebagai
penanda babak baru wacana HAM internasional. Indonesia juga secara aktif melakukan
perlindungan HAM sesuai prinsip hak asasi manusia internasional. Salah satu upaya
prinsipil tersebut terlihat dengan ditempatkannya pasal-pasal tentang HAM pada
Undang-undang Dasar 1945.1

Setiap manusia memiliki hak, entah itu bayi atau lansia, miskin atau kaya, muda
atau tua. Akan tetapi sebenarnya ada satu hak yang paling dijunjung dalam hidup setiap
manusia dan eksistensinya sudah ada sejak kita berada dalam kandungan, hak tersebut
adalah hak asasi manusia atau yang biasa disebut HAM. HAM secara umum adalah hak-
hak dasar manusia yang dimiliki oleh setiap insan yang lahir di dunia sebagai karunia
Tuhan serta harus dihormati dan ditegakkan. HAM tidak dapat dicabut serta bersifat
hakiki dan universal pada semua manusia.

Dalam Undang-Undang No.39 tahun 1999 Pelanggaran HAM adalah


setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat Negara baik
disengajamaupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan
hukum ,mengurangi,menghalangi, membatasi dan mencabut HAM seseorang atau
kelompok orangyang dijamin oleh undang-undang ini dan tidak mendapat

1
‘’ Irsyad D, Mengartikan kejahatan kemanusiaan dalam hak asasi manusia sesuai UUD 1945’’
http://eprints.unm.ac.id/16390/1/2.b.4.%20Mengartikan%20Kejahatan%Kemanusiaan.pdf
atau dikhawatirkantidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan
benar berdasarkanmekanisme hukum yang berlaku. Sekarang telah menjadi UU
No.26/2000tentang pengadilan HAM yang berbunyi pelanggaran HAM adalah
setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik
disengajaataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum
mengurangi,menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM seseorang atau
kelompokorang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan
atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang berlaku.

Oleh sebab itu diperlukan upaya untuk penyamaan persepsi dalam pengertian
HAM, khususnya pada prinsip pengaturan kejahatan masa lalu yang banyak beorientasi
pada kejahatan kamanusiaan. Hal ini penting untuk dibahas, sebab salah satu penyebab
ketidakselaran penerapan HAM karena tidak jelasnya pengertian kejahatan atau
tindakan yang dianggap sebagai kejahatan atau pelanggaran HAM.

Makalah ini mencoba menggambarkan bagaimana pengertian kejahatan dan


pelanggaran HAM yang diselaraskan menjadi acuan dalam UUD 1945 dan sebagai
pertimbangan dalam mengadili kasus HAM di tanah air. Untuk melihat secara detail,
makalah ini akan memaparkan contoh kasus yang berhubungan dengan tindakan
tersebut..

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kejahatan terhadap kemanusiaan beserta contoh
kasusnya ?
2. Apa yang dimaksud dengan genocida (Genosida) beserta contoh kasusnya ?
3. Apa yang dimaksud dengan kejahatan peran (Wer Crime) beserta contohnya ?
4. Apa yang dimaksud dengan penggusuran paksa (Forced Eviction) beserta
contohnya ?
5. Apa yang dimaksud dengan perbudakan (Slavery) beserta contoh kausnya ?
6. Apa yang dimaksud dengan Trafficking beserta contoh kasusnya ?

C. Tujuan penulisan
Untuk memberikan pemahaman dan kesadaran kepada kami dan juga pembaca
mengenai berbagai macam kejahatan dan pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi di
Indonesia. Selain itu, untuk mengetahui contoh kasus dan upaya yang dapat mengurangi
kejahatan dan pelanggaran tersebut sehingga bisa dijadikan pembelajaran untuk
mencegah pelanggaran HAM selanjutnya terlebih pelanggaran HAM berat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kejahatan terhadap kemanusian


Kejahatan terhadap umat manusia adalah hal yang mengacu pada tindakan
pembunuhan masal dengan penyiksaan terhadap tubuh orang orang sebagai suatu
kejahatan penyerangan terhadap yang lain. Secara luas kejahatan terhadap umat
manusia dapat di gambarkan sebagai tindakan yang sangat keji, pada suatu skala yang
sangat besar, yang dilaksanakan untuk mengurangi ras manusia secara keseluruhan.
Biasanya kejahatan terhadap kemanusian di lakukan atas dasar kepentingan politik. 2

Kejahatan kemanusiaan di Indonesia


Instrumen hukum nasional Indonesia telah menerangkan mengenai pengertian
kejahatan kemanusiaan yang mana ketentuan dalam pengaturan ketentuan kejahatan
ini diadopsi dari ketentuan ketentuan internasional yang mengatur mengenai delik atau
kejahatan kamanusiaan, serta sering dikonotasikan sebagai kejahatan HAM. Melalui
pembentukan UU Hak Asasi Manusia serta UU pengadilan HAM, Indonesia menyatakan
persetujuannya mengenai pengertian kejahatan kemanusiaan seperti yang dinyatakan
dalam Konvensi Anti Penyiksaan 1984 dalam tindakan peratifikasian ketentuan melalui
UU No. 5 Tahun 1998. Dengan lahirnya UU No. 5 Tahun 1998, ada lima hal penting
didalamnya yaitu: pertama, Indonesia mempunyai komitmen nyata untuk mencegah,
mengatasi, dan mengakhiri fenomena penyiksaan, kedua, Indonesia harus
menyempurnakan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), ketiga, Indonesia
memberikan legitimasi hukum yang lebih memadai untuk mencegah, mengatasi, dan
mengakhiri penyiksaan yang melibatkan aparat negara, langsung maupun tidak
langsung, keempat, Indonesia menyadari bahwa upaya untuk mengatasi penyiksaan
harus dilakukan secara multilateral, kelima, Indonesia mengakui kewenangan Komisi
Menentang Penyiksaan PBB untuk mencegah, mengatasi, dan mengakhiri penyiksaan.
10 Selain itu, pada Pasal 7 dan 9 UUPHAM, penyiksaan merupakan salah satu bentuk
atau jenis kejahatan terhadap kemanusiaan bilamana dikaitkan dengan karakterisitik
tindakan tersebut, serta berdasarkan suatu kebiasaan yang dipraktekkan oleh negara-
negara. 11 Berdasarkan ketentuan dan kebiasaan internasional ini pula, maka ketentuan
nasional (UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM) menentukan bahwa tindakan
kejahatan ini, yang biasa pula dikenal sebagai pelanggaran HAM berat, menentukan
bahwa tindakan kejahatan kemanusiaan adalah salah satu kejahatan luar biasa.

2
https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/03/1702000021/kejehatan-kemanusiaan-dan-contohnya
Dari rumusan kategori tindakan crime against humanity yang di berikan oleh
Luban diatas, ada implikasinya terhadap kasus-kasus kejahatan berat yang terjadi di
Indonesia. – Bila dilihat dari point pertama yang mengatakan bahwa kejahatan terhadap
kemanusiaan biasanya dilakukan terhadap warga negara sendiri atau orang asing,
memperlihatkan indikasi ada kecenderungan pelaksanaan persidangan kejahatan
kemanusiaan dalam yurisdiksi non-internasional menjadi tinggi. Hal ini berarti
kecenderungan untuk mengunakan hukum nasional juga besar.
Berdasarkan gambaran ini maka ketika ada suatu kejahatan yang dilakukan oleh
warganegera tertentu, maka pendefinisian atau pencitraan kejahatan ini akan menjadi
wewenang hukum nasional, yang pada akhirnya akan membawa pengertian kejahatan
sebagai kejahatan dalam pengertian hukum nasional pula. Dengan kata lain, institusi
yang ada dalam hukum nasional mempunyai wewenang untuk mengartikan kejahatan
mana dapat dianggap sebagai suatu kejahatan kemanusiaan berdasarkan penafsiran
nasional, bukan berdasarkan penafsiran hukum internasional.
Contoh kasusnya pembunuhan massal 1965
Pada 2012 silam,komnas HAM menyatakan adanya indikasi pelanggaran HAM
berat dalam peristiwa gerakan 30 september 1965. Kasusu pelanggaran HAM yang di
temukan meliputi pembunuhan, penganiyaan, pemerkosaan, penghilangan paksa,
hingga perbudakan. Dari dugaan-dugaan itu,komas HAM menemukan sebagian besar
korban adalah anggota PKI dan organisasi lain yang masi berkaitan. Korban lainya adalah
masyarakat umum.3

B. Genocide (Genosida)
Kata genosida pertama kali diciptakan oleh pengacara polandia, Raphael Lemkin pada
tahun 1944, istila tersebut mulai dipopulerkan melalui bukunya Axis Rule in Occupied
Europa. Melansir United Nation (UN), genosida berasal dari kata Genos (Yunani) dan
Cide (Latin), Genos berarti rasa tau suku.Sementara itu, cide artinya pembunuhan.
Genosida adalah salah satu bentuk kejahatan dengan memusnakan kelompok
masyarakat tertentu secara sistem matis. Istila genosida berasal dari bahasa yunani,
yakni dari kata “genos” yang berarti ras, suku, bangsa, dan kata bahsa latin “cide” yang
artinya pembunuhan. 4
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mendefinisikan genosida sebagai bentuk
pembunuhan besar-besaran, secara berencana terhadap suatu bangsa atau ras.
3
‘’12 kasus pelanggaran HAM berat yang pernah Ditangani komnas HAM ‘’
https://nasional.tempo.co/read/1616237/12-kasus-pelanggaran-ham-berat-yang-pernah-ditangani-komnas-ham

4
“Apa yang Dimaksud dengan Genosida? Ini penjelasannya dan contohnya”
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5859353/apa-yang-dimaksud-dengan-genosida-ini-penjelasan-dan-
contohnya/amp
Di Indonesia sendiri, hukuman kejahatan genosida telah diatur dalam kitab undang-
undang hukum pidana pasal 400 dan 401. Pasal tersebut menyatakan bahwa setiap
orang yang melakukan genosida akan melakukan ancaman hukum.
Contoh kasusnya G30S PKI
Peristiwa yang terjadi pada 30 september 1965 ini merupakan salah satu kasus
genosida terbesar yang perna terjadi di Indonesia. Pasalnya, peristiwa dengan
nama G30S ini mengakibatkan beberapa jendral TNI meninggal dunia. Akibat peristiwa
yang mengenaskan ini, diperkirakan bahwa korban yang tewas mencapai 500 ribu orang
sekaligus.

C. Kejahatan Peran
Istilah kejahatan perang sudah lama dikenal dalam perbincangan hukum
internasional, yaitu khususnya dalam hukum humaniter yang sering disebut juga sebagai
hukum perang atau hukum konflik bersenjata. Dalam hukum humaniter, istilah
kejahatan perang dihubungkan dengan tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan oleh
para pelaku perang atau pihak yang terlibat dalam perang yang melanggar kaedah
hukum humaniter. Tindakan tertentu dapat dikategorikan kedalam pelanggaran berat
(Graves breaches) terhadap hukum humaniter dan pelanggaran lainnya (yang bukan
dikategorikan berat).5
Secara khusus, Kejahatan Perang atau Konflik Bersenjata dapat ditemukan
pengaturannya pada Pasal 402 sampai 406 R KUHP. Ini pengaturan yang sangat
minimalis ketimbangan dalam naskah R KUHP sebelumnya. Awalnya R KUHP
mengadopsi kategori pengaturan tentang kejahatan perang dalam Statuta Roma,
dimana kejahatan perang dibagi dalam empat kategori sebagaimana tertera diatas. R
KUHP hanya melingkupi kejahatan perang baik untuk konflik yang bersifat internasional
bukan konflik yang bersifat internal seperti yang diatur dalam 405. Oleh karena itulah
maka tindak pidana hukum perang dalam R KUHP menimbulkan banyak kelemahan
dalam upaya menghukum pelaku kejahatan perang di masa depan dan dalam konteks
Indonesia.
Mahkamah Pidana Internasional memiliki yurisdiksi terhadap kejahatan-
kejahatan internasional paling serius (terhadap hak asasi manusia) dan sebagai
pelengkap sistem pengadilan pidana nasional, apabila sistem pengadilan nasional tidak
efektif atau tidak tersedia, maka Mahkamah Pidana Internasional dapat melaksanakan
yurisdiksinya dalam menuntut dan mengadili pelaku kejahatan internasional dalam
yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional.

5
“Apakah Kejahatan Perang Termasuk Pelanggaran HAM?” https://fahum.umsu.ac.id/apakah-kejahatan-perang-
termasuk-pelanggaran-ham/
Contoh kasusnya seperti perang kamboja
Invasi (serbuan) Vietnam ke Kamboja pada tahun 1978 segera menarik perhatian
dunia. Negara-negara barat yang dipelopori oleh Amerika Serikat mengutuk invasi
Vietnam tersebut, sedangkan Negara-negara Blok Timur yang dipelopori oleh Uni Soviet
mendukung sikap Vietnam itu seperti pada dampak positif perang dingin di bidang
politik.6
Sikap Vietnam juga dikecam keras oleh Negara-negara ASEAN. Para Menlu
ASEAN mengeluarkan suatu komunike bersama tanggal 7 Januari 1979 di Jakarta. Dalam
komunike itu dinyatakan bahwa ASEAN mengutuk invasi bersenjata Vietnam ke
Kamboja, serta menegaskan hak-hak rakyat Kamboja untuk menentukan masa
depannya yang terbebas dari campur tangan pihak luar dan menyerukan penarikan
pasukan asing dari Kamboja.
Pernyataan ASEAN itu ditolak oleh Vietnam. Penolakan itu mengakibatkan
munculnya sikap pro dan kontra , yang diikuti oleh pernyataan-pernhyataan perang
yang muncul hampir di seluruh wilayah Kamboja. Suara ASEAN yang diwakili oelh
Perdana Menteri Singapura Siunathamby Rajaratnam menyatakan bahwa ASEAN
sebagai organisasi regional yang anti terhadap komunis, tetapi bukan bertujuan
menghancurkan Vietnam. ASEAN hanya menginginkan agar Vietnam menarik
pasukannya dari Kamboja, tanpa syarat apa pun.

D. Penggusuran Paksa
Apabila diterjemahkan secara bebas, penggusuran paksa berarti pemindahan
individu, keluarga, atau kelompok secara paksa dari rumah atau tanah yang mereka
duduki, baik untuk sementara atau untuk selamanya, tanpa perlindungan hukum yang
memadai.7 Patut dicatat bahwa Pasal 11 ayat (1) yang dimaksud dalam judul dokumen
di atas adalah Pasal 11 ayat (1) Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial,
dan Budaya 1966 yang disahkan melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang
Pengesahan International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan
Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya) (“UU 11/2005”).
Diterangkan bahwa:
Negara Pihak pada Kovenan ini mengakui hak setiap orang atas standar
kehidupan yang layak baginya dan keluarganya, termasuk pangan, sandang dan
perumahan, dan atas perbaikan kondisi hidup terus menerus. Negara Pihak akan

6
“Perang Kamboja-Vietnam-Wikipedia bahasa Indonesia,ensiklopedia bebas”
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Perang_Kamboja%E2%80%93Vietnam

7
“Penggusuran Paksa sebagai Pelanggaran HAM – Klinik Hukumonline”
https://www.hukumonline.com/klinik/a/penggusuran-paksa-sebagai-pelanggaran-ham-It5dd4a4ac231d0
mengambil langkah-langkah yang memadai untuk menjamin perwujudan hak ini dengan
mengakui arti penting kerjasama internasional yang berdasarkan kesepakatan sukarela.

Contoh kasusnya seperti penggusuran paksa kampong nelayan dadap


Tanggal 26 April 2016, Bupati Tangerang mengeluarkan Surat Peringatan 1 (satu)
dengan Nomor 301/1081-SPPP yang ditujukan kepada pemilik bangunan tempat usaha
dan tempat hiburan Kampung Baru Dadap, Kelurahan Dadap Kecamatan Kosambi
Kabupaten Tangerang. Pengeluaran surat peringatan 1 ditolak sebab warga menilai
tindakan yang dilakukan oleh Bupati Tangerang penuh dengan kesewenang-wenangan.
Dengan alasan penertiban lokalisasi, Bupati Tangerang akan menggusur ratusan kepala
keluarga yang bertempat tinggal di Kampung Nelayan Dadap. Padahal 72 bangunan
cafe/lokalisasi sejak dua bulan lalu telah ditutup warga dan pekerja seks komersial telah
dilakukan pembinaan oleh Kementerian Sosial dan telah pulang kampung. Bahwa 14
maret 2016, terjadi proses sosialisasi tanpa mendengar warga dan dilakukan dengan
cara intimidasi menggunakan ratusan aparat gabungan dan tidak transparan.
Pemerintah daerah mengundang perwakilan namun dijaga 550 aparat gabungan TNI,
Polri, Satpol PP sehingga warga tertekan. 8
Dalam sosialisasi penertiban bertujuan menertibkan lokalisasi, bukan menggusur
tempat tinggal warga. Namun dalam kenyataannya seluruh rumah/tempat tinggal warga
menjadi target penggusuran. Bahwa pemerintah menyampaikan akan membangun
rumah susun dilokasi dan Islamic Center, namun warga tidak pernah diperlihatkan
rencana pembangunan tersebut. Warga tidak dilibatkan dalam proses penataan.
Dilapangan aparat melakukan intimidasi terhadap tokoh masyarakat dengan cara
mendatangi rumah-rumah agar tidak memasang spanduk atau menolak penggusuran.
Warga mencurigai bahwa rencana penggusuran Kampung Nelayan Dadap diindikasikan
kuat sebagai bagian memuluskan pengembang, sebab Kampung Nelayan Dadap
berhadapan langsung dengan area pembangunan Pulau A, B dan C Reklamasi Teluk
Jakarta yang menguntungkan pengembang. Warga telah melaporkan hal ini ke Komnas
HAM dan Ombudsman, bahkan warga telah mendatangi kantor Bupati, Bupati melalui
sekda bersikukuh melakukan penggusuran paksa.

E. Perbudakan
Perbudakan adalah sistem sosial masa lalu yang keji dan tidak
berperikemanusiaan, bersifat eksploitatif dan mengakibatkan korban sangat menderita.
Dalam perspektif HAM, praktik perbudakan tidak dapat ditolerir. Di era modern ini,
8
“ Penggusuran Paksa Kampung Nelayan Dadap” https://bantuanhukum.or.id/penggusuran-paksa-kampung-
nelayan-dadap/
praktik perbudakan masih terjadi. Perbudakan termasuk kejahatan terhadap
kemanusiaan. 9
Contoh kasus yang terjadi yaitu perbudakan ABK Indonesia di kapal asing.
Praktik perbudakan yang diduga dialami anak buah kapal (ABK) asal Indonesia di kapal
penangkapan ikan Cina, ramai diperbincangkan. Media Korea Selatan, MBC News
mengabarkan liputan khusus ABK bekerja selama 30 jam dengan waktu istirahat hanya
enam jam di kapal ikan berbendera Cina dengan nama Long Xin 605 dan Tian Yu 8.
Pemerintah berjanji menangani serius kasus ini. Kementerian Luar Negeri akan
segera memanggil Duta Besar Cina. “Kemlu akan memanggil Duta Besar Republik Rakyat
Tiongkok guna meminta penjelasan terkait perlakuan yang diterima ABK WNI,” ujar
Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri RI, Judha Nugraha dalam
keterangan tertulis, Kamis, 7 Mei 2020.

F. Trafficking
Perdagangan orang khususnya bagi kaum perempuan dan anak, bukan
merupakan masalah yang baru di Indonesia serta bagi negara-negara lain di dunia. Telah
banyak yang mengawali sejarah lahirnya konvensi-konvensi sebagai upaya dari berbagai
Negara untuk menghilangkan penghapusan Perdagangan Orang dan Penyelundupan
Manusia terutama perempuan dan anak secara lintas batas Negara untuk tujuan
prostitusi. Sebagai perbandingan bahwa Perdagangan Orang dan Penyelundupan
Manusia merupakan kejahatan dengan nilai keuntungan terbesar ke-3 (tiga) setelah
kejahatan Penyelundupan Senjata dan Peredaran Narkoba.

Perdagangan orang (trafficking) menurut definisi dari pasal 3 Protokol PBB


berarti perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan
seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk lain dari
pemaksaan, penculikan, penipuan, kebohongan atau penyalahgunaan kekuasaan atau
posisi rentan atau memberi atau menerima pembayaran atau memperoleh keuntungan
agar dapat memperoleh persetujuan dari seseorang yang berkuasa atas orang lain,
untuk tujuan eksploitasi. Eksploitasi termasuk paling tidak eksploitasi untuk melacurkan
orang lain atau bentuk-bentuk lain dari eksploitasi seksual, kerja atau pelayanan paksa,
perbudakan atau praktek-praktek serupa perbudakan, penghambaan atau pengambilan
organ tubuh.10 (Pasal 3 Protokol PBB untuk Mencegah, Menekan dan Menghukum
Trafiking Manusia, Khususnya Wanita dan Anak-Anak, ditandatangani pada bulan
Desember 2000 di Palermo, Sisilia, Italia).

9
“Perbudakan, Pelanggaran HAM di Era Modern”
https://www.komnasham.go.id/index.php/news/2022/3/28/2108/perbudakan-pelanggaran-ham-di-era-
modern.html

10
“Nurkusuma Wardani, Jurnal Ilmiah Trafficking perempuan dan anak, Hlm.2”
Sedangkan definisi Perdagangan Orang (trafficking) menurut Undang-Undang
Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang,
yaitu :
Pasal 1 (ayat 1) ; Tindakan perekrutan, pengangkutan, atau penerimaan seseorang
dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan,
pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang
atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang
yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam Negara
maupun antar Negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang
tereksploitasi.

Contoh triffcking yang terjadi di Indonesia yaitu perdagangan manusia yang terjadi di
Manado.

Dua orang terduga pelaku tindak pidana perdagangan orang atau Human
Trafickking ini berhasil diamankan personel Subdit Renakta Ditreskrimum Polda
Sulut. Keduanya merekrut sejumlah perempuan muda untuk dipekerjakan sebagai
pelayan wanita di tempat hiburan milik salah satu pelaku di Kalimantan Tengah.Dalam
konfrensi pers di Mapolda Sulut pada Kamis (28/07) siang, Kapolda Irjen Pol Mulyatno
menjelaskan bahwa penyelidikan dilakukan oleh petugas setelah mendapatkan laporan
dari ayah dari salah satu korban traficking, pada Minggu 12 Juni 2022 lalu.

Hasil kerja sama dengan UPTD PPA Provinsi Sulut dan Yayasan Kasih Kalimantan
Tengah, Penyidik Subdit Renakta Ditreskrimum Polda Sulut berhasil mengamankan 2
orang perempuan sebagai terduga pelaku perbuatan tindak pidana perdagangan orang
di Kalimantan Tengah, yaitu DT perempuan 27 tahun dan SK perempuan 38 tahun.Para
terduga pelaku selanjutnya dikenakan Pasal 2 Ayat 1 Undang-Undang RI Nomor 21
Tahun 2007, tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang, dengan
hukuman penjara maksimal 15 tahun penjara.

G. Bentuk-bentuk kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Maluku utara:

1. Perampasan tanah dan pelanggaran Hak Asasi Manusia di pulau taliabu, Maluku
Utara.
2. Kasus pembunuhan ibu dan anak yang terjadi di desa rawa, kecamatan mangoli
utara, kabupaten kepulauan sula, Maluku utara.
3. Kasus pelecehan terhadap seorang gadis remaja yang duduk dibangku SMA
wilayah ternate, Maluku utara.
4. Kasus pemerkosaan gadis dibawah umur asal Bukulasa Desa Durian Kecamatan
Oba Utara, Kota Tidore Kepulauan.
5. Rumah pasangan suami istri di Desa Mangon, Kecamatan Sanana, Kabupaten
Kepulauan Sula, Maluku Utara, dibakar orang karena dituduh menggunakan ilmu
hitam.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan Hak Asasai Manusia (HAM)
mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia, terutama dalam hubungan antara
negara dan warga negara, dan dalam hubungan antara sesama warga negara. HAM
merupakan hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu dilahirkan yang diperoleh
manusia dari Tuhan YME dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan. HAM tidak
dapat digganggu gugat oleh siapapun karena HAM bersifat kodrati dan berlaku
sepanjang hidup manusia. Oleh sebab itu munculnya konsep pelanggaran HAM
dianggap sebagai suatu isu penting di dunia yang harus diperhatikan bersamaan dengan
perkembangan kesadaran manusia akan pentingnya mengakui, menghormati, dan
mewujudkan manusia yang berdaulat dan utuh.

B. Saran
Negara harus menghargai dan menghormati Hak Asasi Manusia itu secara utuh.
Negara harus menjamin dan melindungi HAM seseorang, tanpa pandang bulu apalagi
didasarkan atas kepentingan pribadi dan golongannya. Negara harus menindak tegas
para pelaku pelanggaran Hak Asasi Manusia tanpa membedakan agama, ras, suku
bangsa, warna kulit, ideology, miskin atau kaya, pejabat atau rakyat biasa, maupun sipil
atau militer. Sehingga keadilan dan kepastian hukum bisa dirasakan oleh setiap warga
Negara.

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.unm.ac.id/16390/1/2.b.4.%20Mengartikan%20Kejahatan%Kemanusiaan.pdf
https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/03/1702000021/kejehatan-kemanusiaan-dan-contohnya
https://nasional.tempo.co/read/1616237/12-kasus-pelanggaran-ham-berat-yang-pernah-ditangani-komnas-ham
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5859353/apa-yang-dimaksud-dengan-genosida-ini-penjelasan-dan-
contohnya/amp
https://fahum.umsu.ac.id/apakah-kejahatan-perang-termasuk-pelanggaran-ham/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Perang_Kamboja%E2%80%93Vietnam
https://www.hukumonline.com/klinik/a/penggusuran-paksa-sebagai-pelanggaran-ham-It5dd4a4ac231d0
https://bantuanhukum.or.id/penggusuran-paksa-kampung-nelayan-dadap/
https://www.komnasham.go.id/index.php/news/2022/3/28/2108/perbudakan-pelanggaran-ham-di-era-
modern.html

Anda mungkin juga menyukai