Tujuan nasional seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
4 (empat) konsensus dasar serta n Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan Indonesia sebagai alat pemersatu, identitas, kehormatan dan kebanggaan
bersama. Tanggal 20 Mei untuk pertamakalinya ditetapkan menjadi Hari Kebangkitan
Nasional berdasarkan Pembaharuan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 tahun
1959 tanggal 16 Desember 1959 tentang Hari-Hari Nasional yang Bukan Hari Libur. Hari
Pendidikan Nasional pada tanggal 8 Mei, Hari Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei,
Hari Angkatan Perang pada tanggal 5 Oktober, Hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober, Hari Pahlawan pada tanggal 10 Nopember, dan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember.
Penetapan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional dilatarbelakangi
terbentuknya organisasi Boedi Oetomo di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 sekira pukul
09.00. gagasan Wahidin Soedirohoesodo tentang pentingnya membentuk organisasi yang
memajukan pendidikan dan kebudayaan di Hindia Belanda aklumat yang ditandatangani oleh
Soewarno selaku Sekretaris diumumkan bahwa : “Boedi Oetomo berdiri untuk memperbaiki
keadaan rakyat kita, terutama rakyat kecil”. Eerste Javanen Congres” atau ongres pertama
orang Jawa.
Penetapan tanggal 28 Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda dilatarbelakangi
Kongres Pemuda II yang dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1928 di Indonesische
Clubgenbouw Jl. Kramat 106 Jakarta
Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah
Indonesia,
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung Bahasa persatuan, Bahasa Melayu
Tanggal 17 Agustus ditetapkan sebagai Hari Proklamasi Kemerdekaan berdasarkan
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 24 tahun 1953 tanggal 1 Januari 1953 tentang
Hari-Hari Libur.
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,
guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
4 konsensus dasar berbangsa dan bernegara
Pancasila
Undang Undang Dasar 1945
Bhineka Tunggal IKa
Negara Kesatuan Republik Indonesia
UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yaitu bentuk tindakan:
1. Melawan hukum, memperkaya diri orang/badan lain yang merugikan
keuangan/perekonomian negara (Pasal 2)
2. Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan / kedudukan yang dapat merugikan
keuangan / kedudukan yang dapat merugikan keuangan / perekonomian Negara
( Pasal 3 )
3) Penyuapan (Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 11)
4) Penggelapan dalam jabatan (Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10)
5) Pemerasan dalam jabatan (Pasal 12)
6) Berkaitan dengan pemborongan (Pasal 7 )
7) Gratifikasi (Pasal 12B dan Pasal 12C)
SH Alatas dalam bukunya “korupsi” menjelaskan mengenai korupsi ditinjau dari segi
tipologi, yaitu:
1. Korupsi Transaktif : adanya suatu kesepakatan timbal balik antara pihak pemberi dan
penerima
2. Korupsi yang memeras : jenis korupsi dimana pihak pemberi dipaksa untuk menyuap
3. Korupsi investif : pemberian barang atau jasa tanpa ada ikatan dengan keuntungan
tertentu
4. Korupsi perkerabatan : Nepotisme
5. Korupsi defensif : perilaku korupsi dengan pemerasan dalam rangka mempertahankan
diri dari ancaman usahanya
6. Korupsi dukungan : menyewa penjahat untuk mengusir pemilih yang jujur
B. Gratifikasi
Pasal 12 dan 13 uu No. 31 tahun 1999, pemberian dalam arti luas yakni meliputi
pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan,
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan Cuma – Cuma, dan fasilitas lainya
Suap : menerima sesuatu atau janjim sedangkan ia mengetahui atau patut dapat menduga
bahwa pemberian suatu atau janiji dimasudkan supaya ia berbuat sesuatu dalam tugasnya,
yang berlawanan dengan kewenangan atau kewajibanya yang menyangkut kepentingan
umum
C. Narkoba
Pencegahan dan pemberantas penyalahgunan dan peredaran gelap narkoba (P4GN)
oleh BNN, Drug Abuse : penyalahgunaan obat, Drug Dependence : ketergantungan
obat ( HAWARI)
Pengertian narkotika adalah zat atau oabt yang dapat berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penuruna atau
perubahan kesadaran, hilang rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan (UU no 35 tahun 2009)
Gol 1 : untuk pengetahunan dan bukan untuk pengobatan dan sangat berpotensi tinggi
keterhgantungan
Gol II : berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan berpotensi tinggi
ketergantungan
Gol III : pengobatan berpotensi ringan ketergantungan
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang
bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental perilaku
Gol I : kepentingan ilmu pengobatan sangat berpotensi ketergantungan
Gol II : pengobatan pelayanan Kesehatan berpotensi tinggi ketergantungan
Gol III : prngobatan pelayanan kesehatan berpotensi sedang ketergantungan
Gol IV : banyak digunakan kesehatan dan berpotensi ringan
Instruksi prseiden Nomor 6 tahun 1971 tentang bakolak inpres, Embrio lembaga
pencegahan dan pemberantaasan penyalahgunaan dan dan peredaran gelap narkotika
(P4GN)
UU NO 8 tahun 1976
UU no 5 tahun 1997 psikotropika dan uu No 22 tahun 1997 Narkotika
UU RI Nomor 35 tahun 2009 Dasar hukum BNN
Pemberantasan Narkoba
Demond Reduction side ( aiai mengurangi permintaan)
Upply reduction side ( sisi Mengurangi pasokan )
D. Terorisme
Suatu ancaman serius membuat kegaduhan untuk mencapai
Loudewijk F. Paulus : karaktersitik Organisasi, karakteristik operasi, karakteristik
perilaku, karakteristik sumberdaya
Audrey kurth cronin : teroris sayap kiri ( komunis), teroris sayap kanan ( fasisme),
etnonasionalis (separatis) teroris keagamaan ( religious)
E. Radikalisme dn Radikal
Kehendak untuk mengubah kekuasaan atau tantangan politik yang bersifat mendasar
atau ekstrem terhadap tatanan yang sudah mapan ( Adam Kuper)
Adapun dampak negatif pencucian uang secara garis besar dapat dikategoikan dalam
delapan poin sebagai berikut, yakni: (1) merongrong sektor swasta yang sah; (2)
merongrong integritas pasar-pasar keuangan; (3) hilangnya kendali pemerintah terhadap
kebijakan ekonomi; (4) timbulnya distorsi dan ketidakstabilan ekonomi; (5) hilangnya
pendapatan negara dari sumber pembayaran pajak; (6) risiko pemerintah dalam
melaksanakan program privatisasi; (7) merusak reputasi negara; dan (8) menimbulkan
biaya sosial yang tinggi
G. Proxy War
Konflik di anatar dua negara, dimana negara tersebut tidak serta merta terlibat langsung
dalam peperangan karena melibatkan kaki tangan
H. Media Massa
Media massa : berbicara atas nama lembaga tempat dimana mereka berkomunikasi
sehgingga pada tingkat tertentu
Media Sosial : pemberi informasi maupun penerimanya seperti bisa memiliki media
sendiri
Issue scan :
Media scaning
Existing ddata
Knowlageable ather
Public and private organizations
Public at large
Analisi swot
Strenght : kekuatan
Opportunities : peluang
Weakness : kelemahan
Threats : ancaman
Matriks swot : penggabungan/ kombinasi
Menurut asal kata, kesamaptaan sama maknanya dengan kata kesiapsiagaan yang berasal dari
kata: Samapta, yang artinya: siap siaga atau makna lainnya adalah siap siaga dalam segala
kondisi. Dari makna ini dapat diartikan dan kita samakan bahwa makna kesamptaan sama
dengan makna kesiapsiagaan. Selanjutnya menurut Sujarwo (2011:4) ― Samapta yang
artinya siap siaga.
#AKUNTABEL
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Layanan Publik. Pasal 4
menyebutkan Asas Pelayanan Publik yang meliputi: a. kepentingan Umum, b. kepastian
hukum, c. kesamaan hak, d. keseimbangan hak dan kewajiban, e. keprofesionalan, f.
partisipatif, g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif h. keterbukaan, i. akuntabilitas,
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, k. ketepatan waktu, dan l.
kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral
individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada
seseorang/organisasi yang memberikan amanat.
Aspek akuntabilitas
Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)
Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting)
Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without
consequences)
Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
C. Mekanisme akuntabilitas
Akuntabilitas kejujuran
Akuntabilitas proses
Akuntabilitas program
Akuntabilitas kebijakan
Mekanisme akuntabilitas birokrasi indonesia
Perencanaan strategis
Kontrak kinerja
Laporan kinerja
# Kompeten
Situasi dunia saat ini dengan cirinya yang disebut dengan
“Vuca World”, yaitu dunia yang penuh gejolak (volatility) disertai
penuh ketidakpastian (uncertainty). Demikian halnya situasinya
saling berkaitan dan saling mempengaruhi (complexity) serta
ambiguitas (ambiguity) (Millar, Groth, & Mahon, 2018).
Merit sistem
Sesuai dengan kebijakan Undang Undang ASN Nomor 5
Tahun 2014, prinsip dasar dalam pengelolaan ASN yaitu berbasis
merit. Dalam hal ini seluruh aspek pengelolaan ASN harus
memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja.
Termasuk dalam pelaksanaanya tidak boleh ada perlakuan
diskriminatif, seperti karena hubungan agama, kesukuan atau
aspek-aspek primodial lainnya yang bersifat subyektif.
Karakter ASN
Sekurangnya terdapat 8 (delapan) karakateristik yang
dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan
saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi:
integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan
Bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepeneurship
Konsep kompetensi
Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma (1998) dan standar kompetensi
dari International Labor Organization (ILO), memiliki tiga aspek penting berkaitan
dengan perilaku kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
esuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan
yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi Manajerial
adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur,
dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3)
Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman
berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya,
perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang
harus dipenuhi setiap pemegang Jabatan, untuk memperoleh hasil kerja sesuai
dengan peran, fungsi dan Jabatan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2017,
Pasal 210 sampai dengan pasal 212, Pengembangan kompetensi
#adaptif
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup.
Organisasi dan individu di dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya
makhluk hidup, untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya
Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang
ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di dalamnya dibedakan
mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir
kreatif.
Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan keberlangsungan
organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam
organisasi memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi, tingkat
kepercayaan, perilaku tanggung jawab, unsur kepemimpinan dan lainnya
Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk membangun
karakter adaptif pada diri ASN sebagai individu yang menggerakkan organisasi untuk
mencapai tujuannya
eorang pemimpin adalah seseorang yang membawa perubahan adaptif, bukan teknis.
Dia membuat perubahan yang menantang dan mengacaukan status quo dan dia harus
meyakinkan orang-orang yang marah bahwa perubahan itu untuk kebaikan
mereka sendiri dan kebaikan organisasi” Eddie Teo, mantan Sekretaris Tetap Singapura
(Neo dan Chen, 2007).
1. Hadapi volatility dengan vision
2. Hadapi uncetainty dengan understanding
3. Hadapi compexity dengan clarity
4. Hadapi ambiguity dengan agility
Organisasi adaptif sebagaimana disebutkan di atas tidak terlepas dari budaya adaptif.
Budaya adaptif adalah budaya organisasidi mana karyawan menerima perubahan,
termasuk organisasi penyelamatan yang memelihara lingkungan dan perbaikan proses
internal yang berkelanjutan (McShane & Von Glinow, 2010) dalam Safitri (2019)
Berdasarkan proposal tersebut, Chang dan Lee (2007) membagi tipe budaya organisasi
menjadi empat, yaitu:
1. Budaya adaptif (adaptive culture). Budaya ini merupakan budaya yang bersifat
fleksibel dan eksternal sehingga dapat memuaskan permintaan pelanggan
dengan memusatkan perhatian utama pada lingkungan eksternal
2. Budaya misi (mission culture). Budaya ini merupakan budaya yang
bersifat stabil dan eksternal sehingga menekankan organisasi dengan tujuan-
tujuan yang jelas dan versi-versinya. Para anggota organisasi dapat mengambil
tanggung jawab untuk secara efisien menyelesaikan tugas yang diberikan.
Organisasi menjanjikan para karyawannya dengan penghargaan khusus
3. Budaya klan (clan culture). Budaya ini merupakan budaya yang
bersifat fleksibel dan internal sehingga menekankan bahwa para
anggotanya harus memainkan peran mereka dengan tingkat efisiensi yang tinggi
dan mereka juga harus menunjukkan rasa pertanggungjawaban yang kuat akan
pengembangan dan memperlihatkan komitmen organisasi yang lebih.
4. Budaya birokratik (bureaucratic culture). Budaya ini merupakan budaya yang
bersifat stabil dan internal sehingga organisasi memiliki tingkat konsistensi yang
tinggi akan segala aktivitasaktivitasnya. Melalui kepatuhan dan kerja sama dari
ara anggotanya, organisasi dapat meningkatkan aktivitas organisasional dan
efisiensi kerja.
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon
perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel.
Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam organisasi sehingga
efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat
dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi telah
disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat dijadikan
alat untuk meningkatkan kinerja.
Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas
elain itu, Salicru juga menyatakan bahwa kita telah menyaksikan tiga 3D yaitu
ketidakpercayaan (distrust), keraguan (doubt), dan perbedaan pendapat (dissent). Ini
adalah hasil ketika para pemimpin gagal merespons secara efektif baik konteks
perubahan di mana mereka harus memimpin, dan harapan pemangku kepentingan
mereka (Salicru, 2017)
emerintahan adaptif bergantung pada jaringan yang menghubungkan individu,
organisasi, dan lembaga di berbagai tingkat organisasi (Folke et al, 2005). Sistem
pemerintahan adaptif sering mengatur diri sendiri sebagai jejaring sosial dengan tim
dan kelompok aktor yang memanfaatkan berbagai sistem pengetahuan dan pengalaman
untuk pengembangan pemahaman kebijakan bersama. (Engle, N. L, 2011)
1. Grindle menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana
pengembangan kapasitas pemerintah adaptif dengan indicator-indikator sebagai
berikut: (a) Pengembangan sumber daya manusia adaptif; (b) Penguatan
organisasi adaptif dan (c) Pembaharuan institusional adaptif. Terkait
membangun organisasi
pemerintah yang adaptif, Neo & Chan telah berbagi pengalaman bagaimana
Pemerintah Singapura menghadapi perubahan yang terjadi di berbagai
sektornya, mereka menyebutnya dengan istilah dynamic governance. Menurut
Neo & Chen, terdapat tiga kemampuan kognitif proses pembelajaran
fundamental untuk pemerintahan dinamis yaitu berpikir ke depan (think ahead),
berpikir lagi (think
again) dan berpikir lintas (think across)
2. Selanjutnya, Liisa Välikangas (2010) memperkenalkan istilah
yang berbeda untuk pemerintah yang adaptif yakni dengan sebutan pemerintah
yang tangguh (resilient organization). Pembangunan organisasi yang tangguh
menyangkut lima dimensi yang membuat organisasi kuat dan imajinatif:
kecerdasan organisasi, sumber daya, desain, adaptasi, dan budaya (atau sisu,
kata Finlandia yang menunjukkan keuletan
#KOLABORATIF
Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi kolaborasi dan
collaborative governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019)
mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “ value generated from an alliance between two
or more firms
aiming to become more competitive by developing shared routines
Selain diskursus tentang definisi kolaborasi, terdapat istilah lainnya yang juga perlu
dijelaskan yaitu collaborative governance. Irawan (2017 P 6) mengungkapkan bahwa “
Collaborative governance “sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama
dan interaksi saling menguntungkan antar aktor governance
Ansell dan Gash A (2007:559), menyatakan Collaborative governance mencakup
kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik. Sebuah pendekatan
pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas bersama di
mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggung jawab dan
sumber daya (Davies Althea L Rehema M. White, 2012)
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan
upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program dan pelayanan publik.
Pendekatan WoG ini sudah dikenal dan lama berkembang terutama di negara-negara
Anglo-Saxon seperti Inggris, Australia dan Selandia Baru
#SMARTASN
Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan kebutuhan
SDM talenta digital, literasi digital berperan penting untuk meningkatkan kemampuan
kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas
mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi digital terdiri dari kurikulum digital
skill, digital safety, digital culture, dan digital ethics. Kerangka kurikulum literasi digital
ini digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif
masyarakat dalam menguasai teknologi digital.
Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus dijalankan,
yaitu:
1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
2. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektorsektor strategis, baik di
emerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor
kesehatan,
perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
3. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan
4. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya
Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana menggunakan
komputer dan keyboard, atau cara melakukan pencarian online. Literasi digital juga
mengacu pada mengajukan pertanyaan tentang sumber informasi itu, kepentingan
produsennya, dan cara-cara di mana ia mewakili dunia; dan memahami bagaimana
perkembangan teknologi ini terkait dengan kekuatan sosial, politik dan ekonomi yang
lebih luas
Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola,
memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan
informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan
yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang secara beragam disebut
sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi informasi dan literasi media
Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-rata skor
indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3. Sehingga
literasi digital terkait Indonesia dari kajian, laporan, dan survei harus diperkuat.
enguatan literasi digital ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo
Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan
Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi persoalan
terkait percepatan transformasi digital, dalam konteks literasi digital. Sehingga perlu
dirumuskan kurikulum literasi digital yang terbagi atas empat area kompetensi yaitu:
1. Kecakapan digital
2. Budaya digital
3. Etika digital
4. Keamanan digital
Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media
digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi
adalah kecakapan yang paling utama. Padahal literasi digital adalah sebuah konsep dan
praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai
teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga banyak menekankan pada kecakapan
pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan
secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017). Seorang pengguna
yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung
jawab
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan
kecakapan dalam bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi kemampuan
individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam
kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam
membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan
bangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali,
mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran
keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, kecakapan bermedia
digital meliputi Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan
perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan
sehari-hari.
pengetahuan dasar mengenai lanskap digital meliputi berbagai perangkat keras dan
perangkat lunak karena lanskap digital merupakan sebutan kolektif untuk jaringan
sosial, surel, situs daring, perangkat seluler, dan lain sebagainya
salah satu konten negatif yang mendapat perhatian adalah hoaks. Hoaks, sebuah kata
yang tidak asing lagi bagi kita. KBBI mengartikan hoaks sebagai informasi bohong.
Kata tersebut diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai perundungan di dunia
maya. Pengertiannya, tindakan agresif dari seseorang atau sekelompok orang terhadap
orang lain yang lebih lemah (secara fisik maupun mental), dengan menggunakan media
digital. Tindakan ini bisa dilakukan terus menerus oleh yang bersangkutan (UNICEF,
n.d.). Kita mungkin kesulitan untuk membedakan mana yang disebut sebagai
perundungan dan mana yang hanya candaan.
Pengertian ujaran kebencian atau hate speech adalah ungkapan
atau ekspresi yang menganjurkan ajakan untuk mendiskreditkan, menyakiti seseorang
atau sekelompok orang dengan tujuan membangkitkan permusuhan, kekerasan, dan
diskriminasi kepada orang atau kelompok tersebut (Gagliardone, Gal, Alves, &
Martinez, 2015).
#manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme
Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga
diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul
selaras dengan perkembangan jaman.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: a) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan b)
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang
ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan
intervensi semua golongan dan partai politik
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut:
a) Pelaksana kebijakan public; b) Pelayan public; dan c) Perekat dan pemersatu bangsa
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat meningkatkan
produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak.
Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga berkewajiban sesuai dengan tugas dan
tanggungjawabnya.
ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode
perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode
perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan
birokrasi pemerintah
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan
juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik
dari sisi perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi dan jangkauan penginformasian
kepasa masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya dalam elaksanaan seleksi. Sehingga
instansi pemerintah mendapatkan pegaway yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi
dan misinya.