Anda di halaman 1dari 22

# Wawasan Kebangsaan

Tujuan nasional seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial

4 (empat) konsensus dasar serta n Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan Indonesia sebagai alat pemersatu, identitas, kehormatan dan kebanggaan
bersama. Tanggal 20 Mei untuk pertamakalinya ditetapkan menjadi Hari Kebangkitan
Nasional berdasarkan Pembaharuan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 tahun
1959 tanggal 16 Desember 1959 tentang Hari-Hari Nasional yang Bukan Hari Libur. Hari
Pendidikan Nasional pada tanggal 8 Mei, Hari Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei,
Hari Angkatan Perang pada tanggal 5 Oktober, Hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober, Hari Pahlawan pada tanggal 10 Nopember, dan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember.
Penetapan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional dilatarbelakangi
terbentuknya organisasi Boedi Oetomo di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 sekira pukul
09.00. gagasan Wahidin Soedirohoesodo tentang pentingnya membentuk organisasi yang
memajukan pendidikan dan kebudayaan di Hindia Belanda aklumat yang ditandatangani oleh
Soewarno selaku Sekretaris diumumkan bahwa : “Boedi Oetomo berdiri untuk memperbaiki
keadaan rakyat kita, terutama rakyat kecil”. Eerste Javanen Congres” atau ongres pertama
orang Jawa.
Penetapan tanggal 28 Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda dilatarbelakangi
Kongres Pemuda II yang dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1928 di Indonesische
Clubgenbouw Jl. Kramat 106 Jakarta
Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah
Indonesia,
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung Bahasa persatuan, Bahasa Melayu
Tanggal 17 Agustus ditetapkan sebagai Hari Proklamasi Kemerdekaan berdasarkan
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 24 tahun 1953 tanggal 1 Januari 1953 tentang
Hari-Hari Libur.
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,
guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
4 konsensus dasar berbangsa dan bernegara
Pancasila
Undang Undang Dasar 1945
Bhineka Tunggal IKa
Negara Kesatuan Republik Indonesia

# analisis isu kontemporer


Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, secara signifikan telah mendorong kesadaran PNS untuk menjalankan profesinya
sebagai ASN dengan berlandaskan pada: a) nilai dasar; b) kode etik dan kode perilaku; c)
komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik; d) kompetensi yang
diperlukan sesuai dengan bidang tugas; dan e) profesionalitas jabatan Kontemporer yang
dimaksud disini adalah sesuatu hal yang modern, yang eksis dan terjadi dan masih
berlangsung sampai sekarang, atau segala hal yang berkaitan dengan saat ini.
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari
perjalanan peradaban manusia. Sebelum membahas mengenai perubahan lingkungan
strategis, sebaiknya perlu diawali dengan memahami apa itu perubahan, dan bagaimana
konsep perubahan dimaksud
Charles Handy : kita membuat kesalahan bila kita beranggapan bahwa masa depan
adalah kelanjutan masa lalu, sebab mas depan itu akan sangat berbeda dengan masa lalu, kita
harus meniggalkan cara lama agar kita dukses menghadapi masa depan
Peter sange : kita harus berhenti membayangkan apa yang akan dilakukan di masa
depan dengan melihat apa yang membuat kita sukses di masa lalu
Michael Hammer : kalau kita merasa diri kita hebat, kita akan binasa, sukses dimasa
lalu tidak menjamin sukses dimasa depan, formula sukses di masa lalu menjadi penyebab
kegagalan dimasa yang akan datang
berdasarkan Undang-undang ASN setiap PNS perlu memahami dengan baik fungsi
dan tugasnya, yaitu:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan peraturan perundangundangan,
2 Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta
3 memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia
Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C.,2017) ada empat level
lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan
pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga (family),
Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan
Dunia (Global).
Modal manusia adalah komponen yang sangat penting di dalam organisasi. Manusia dengan
segala kemampuannya bila dikerahkan keseluruhannya akan menghasilkan kinerja yang luar
biasa. Ada enam komponen dari modal manusia (Ancok, 2002)
1. Modal Intelektual
2. Modal Emosional
3. Modal Sosial
4. Modal Ketabahan
a. Quitter : melarikan diri
b. Camper : berusaha tapi tidak sepenuh hati
c. Climber : stamina luar biasa dalam menyelesaikan masalah (Paul G Stoltz)
5. Modal Etika
6. Modal Kesehatan
A. Korupsi
Korupsi dalam sejarah dunia sebagaimana yang dikemukakan oleh Hans G.
Guterbock, “Babylonia and Assyria” dalam Encyclopedia Brittanica bahwa dalam catatan
kuno telah diketemukan gambaran fenomena penyuapan para hakim dan perilaku korup
lainnya dari para pejabat pemerintah
PARAN (Panitia Retooling Aparatur Negara) dan Operasi Budhi Pada masa Orde
Baru encoba memperbaiki penangan korupsi dengan membentuk Tim Pemberantasan
Korupsi (TPK). Komisi Penyelidik Kekakayaan penyelenggara Negara (KPKPN), Komisi
Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU),
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
beserta revisinya melalui Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001
(United Nations Convention Against Corruption/UNCAC) untuk menentang Korupsi
di dunia
Dalam hal pemberantasan korupsi Ratifikasi UNCAC memiliki arti penting bagi Indonesia,
yaitu:
1. meningkatkan kerjasama internasional khususnya dalam melacak, membekukan
menyita, dan mengembalikan aset-aset hasil korupsi yang ditempatkan di luar negeri.
2. meningkatkan kerjasama internasional dalam mewujudkan tata pemerintahan yang
baik.
3. meningkatkan kerjasama internasional dalam pelaksanaan perjanjian ekstradisi, bantuan
ukum timbal balik, penyerahan narapidana, pengalihan proses pidana, dan kerjasama
penegakan hukum.
4. mendorong terjalinnya kerjasama teknik dan pertukaran informasi dalam pencegahan
dan emberantasan tindak pidan korupsi di bawah payung kerjasama pembangunan
ekonomi dan bantuan eknis pada lingkup bilateral, regional, dan multilateral.
5. harmonisasi peraturan perundang-undangan nasional dalam pencegahan dan
pemberantasan indak pidana korupsi sesuai dengan konvensi ini

UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yaitu bentuk tindakan:
1. Melawan hukum, memperkaya diri orang/badan lain yang merugikan
keuangan/perekonomian negara (Pasal 2)
2. Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan / kedudukan yang dapat merugikan
keuangan / kedudukan yang dapat merugikan keuangan / perekonomian Negara
( Pasal 3 )
3) Penyuapan (Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 11)
4) Penggelapan dalam jabatan (Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10)
5) Pemerasan dalam jabatan (Pasal 12)
6) Berkaitan dengan pemborongan (Pasal 7 )
7) Gratifikasi (Pasal 12B dan Pasal 12C)

SH Alatas dalam bukunya “korupsi” menjelaskan mengenai korupsi ditinjau dari segi
tipologi, yaitu:
1. Korupsi Transaktif : adanya suatu kesepakatan timbal balik antara pihak pemberi dan
penerima
2. Korupsi yang memeras : jenis korupsi dimana pihak pemberi dipaksa untuk menyuap
3. Korupsi investif : pemberian barang atau jasa tanpa ada ikatan dengan keuntungan
tertentu
4. Korupsi perkerabatan : Nepotisme
5. Korupsi defensif : perilaku korupsi dengan pemerasan dalam rangka mempertahankan
diri dari ancaman usahanya
6. Korupsi dukungan : menyewa penjahat untuk mengusir pemilih yang jujur

B. Gratifikasi
Pasal 12 dan 13 uu No. 31 tahun 1999, pemberian dalam arti luas yakni meliputi
pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan,
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan Cuma – Cuma, dan fasilitas lainya

Suap : menerima sesuatu atau janjim sedangkan ia mengetahui atau patut dapat menduga
bahwa pemberian suatu atau janiji dimasudkan supaya ia berbuat sesuatu dalam tugasnya,
yang berlawanan dengan kewenangan atau kewajibanya yang menyangkut kepentingan
umum

C. Narkoba
Pencegahan dan pemberantas penyalahgunan dan peredaran gelap narkoba (P4GN)
oleh BNN, Drug Abuse : penyalahgunaan obat, Drug Dependence : ketergantungan
obat ( HAWARI)
Pengertian narkotika adalah zat atau oabt yang dapat berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penuruna atau
perubahan kesadaran, hilang rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan (UU no 35 tahun 2009)
Gol 1 : untuk pengetahunan dan bukan untuk pengobatan dan sangat berpotensi tinggi
keterhgantungan
Gol II : berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan berpotensi tinggi
ketergantungan
Gol III : pengobatan berpotensi ringan ketergantungan
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang
bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental perilaku
Gol I : kepentingan ilmu pengobatan sangat berpotensi ketergantungan
Gol II : pengobatan pelayanan Kesehatan berpotensi tinggi ketergantungan
Gol III : prngobatan pelayanan kesehatan berpotensi sedang ketergantungan
Gol IV : banyak digunakan kesehatan dan berpotensi ringan

Instruksi prseiden Nomor 6 tahun 1971 tentang bakolak inpres, Embrio lembaga
pencegahan dan pemberantaasan penyalahgunaan dan dan peredaran gelap narkotika
(P4GN)
UU NO 8 tahun 1976
UU no 5 tahun 1997 psikotropika dan uu No 22 tahun 1997 Narkotika
UU RI Nomor 35 tahun 2009 Dasar hukum BNN
Pemberantasan Narkoba
Demond Reduction side ( aiai mengurangi permintaan)
Upply reduction side ( sisi Mengurangi pasokan )

D. Terorisme
Suatu ancaman serius membuat kegaduhan untuk mencapai
Loudewijk F. Paulus : karaktersitik Organisasi, karakteristik operasi, karakteristik
perilaku, karakteristik sumberdaya

Terorisme internasional : bentuk kekerasan politik yangmelibatkan warga atau wilayah


lebih dari satu negara

Audrey kurth cronin : teroris sayap kiri ( komunis), teroris sayap kanan ( fasisme),
etnonasionalis (separatis) teroris keagamaan ( religious)

E. Radikalisme dn Radikal
Kehendak untuk mengubah kekuasaan atau tantangan politik yang bersifat mendasar
atau ekstrem terhadap tatanan yang sudah mapan ( Adam Kuper)

Dalam Buku Deradicalizing Islamist Extremist, Angel Rabasa menyimpulkan bahwa


definisi radikal dalah proses mengadopsi sebuah sistem kepercayaan ekstrim, termasuk
kesediaan untuk menggunakan, mendukung, atau memfasilitasi kekerasan, sebagai metode
untuk menuju kepada perubahan sosial.
Pola penanggulangan terorisme terbagi menjadi dua bidang, yaitu pendekatan keras
(hard approach) dan pendekatan lunak (soft approach).
Ragam Radikalisme
1. Radikalisme Gagasan
2. Radikal Milisi : konflik komunal
3. Radikal Separatis : konfrontasi dengan pemerintah
4. Radikal Premanisme : melawan kemaksiatan terjadi di lingkungan mereka
5. Lainya
6. Radikal terorisme : kekrasan menimbulkan rasa takut secara luas
F. Money Laundring
Dengan demikian uang ataupun harta kekayaan yang diputihkan atau dicuci tersebut
adalah uang/harta kekayaan yang berasal dari hasil kejahatan, sehingga diharapkan setelah
pemutihan atau pencucian tersebut, uang/harta kekayaan tadi tidak terdeteksi lagi sebagai
uang hasil kejahatan melainkan telah menjadi uang/harta kekayaan yang halal seperti
uang-uang bersih ataupun aset-aset berupa harta kekayaan bersih lainnya
Dalam rangka merespon berbagai hal di atas, tujuh tahun kemudian UU No. 8 Tahun
2010 disahkan pada tanggal 22 Oktober 2010 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
sebagai
upaya menjawab beberapa tantangan yang dihadapi dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan pencucian uang yang dilakukan sejak 2003. Adapun materi UU tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PP-TPPU)

Adapun dampak negatif pencucian uang secara garis besar dapat dikategoikan dalam
delapan poin sebagai berikut, yakni: (1) merongrong sektor swasta yang sah; (2)
merongrong integritas pasar-pasar keuangan; (3) hilangnya kendali pemerintah terhadap
kebijakan ekonomi; (4) timbulnya distorsi dan ketidakstabilan ekonomi; (5) hilangnya
pendapatan negara dari sumber pembayaran pajak; (6) risiko pemerintah dalam
melaksanakan program privatisasi; (7) merusak reputasi negara; dan (8) menimbulkan
biaya sosial yang tinggi

G. Proxy War
Konflik di anatar dua negara, dimana negara tersebut tidak serta merta terlibat langsung
dalam peperangan karena melibatkan kaki tangan

H. Media Massa
Media massa : berbicara atas nama lembaga tempat dimana mereka berkomunikasi
sehgingga pada tingkat tertentu
Media Sosial : pemberi informasi maupun penerimanya seperti bisa memiliki media
sendiri

Rujukan undang undang :


1. Undang-undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers
2. Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
3. Undang-undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
4. Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
5. Undang-undang No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Cyber crime : kejahatan beroprasi di dunia maya dengan menggunakan komputer


Hate Speech : ujaran kebencian pada media sosial
Hoax : berita bohong

Teknik analisis isu


Current issue : sorotan publik
Emerging issue : perlahan masuk keruang publik
Isu potensial : kemungkinan akan terjadi dimasa depan

Issue scan :
Media scaning
Existing ddata
Knowlageable ather
Public and private organizations
Public at large

Analisi swot
Strenght : kekuatan
Opportunities : peluang
Weakness : kelemahan
Threats : ancaman
Matriks swot : penggabungan/ kombinasi

# KERANGKA KESIAPAN BELA NEGARA

Menurut asal kata, kesamaptaan sama maknanya dengan kata kesiapsiagaan yang berasal dari
kata: Samapta, yang artinya: siap siaga atau makna lainnya adalah siap siaga dalam segala
kondisi. Dari makna ini dapat diartikan dan kita samakan bahwa makna kesamptaan sama
dengan makna kesiapsiagaan. Selanjutnya menurut Sujarwo (2011:4) ― Samapta yang
artinya siap siaga.

1. Profesor R Djokosoetono negara dalah suatu organisasi manusia atau kumpulan


manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama
2. Logemann negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang menyatukan kelompok
manusia yang kemudian disebut bangsa
3. Robert m mac, iver negara adalah asosiasi yang berfungsi memelihara ketertiban
dalam masyarakat berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh pemerintah
yang diberi kekuasaan memaksa
4. Max weber negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam
penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah
5. Hegal negara individu merupakan organisasi kesusilaan yang timbul sebagai sintetis
antara kemerdekaan dengan kemerdekaan dengan kemerdekaan universal
6. Rousseau kewajiban negara adalah memelihara kemerdekaan individu dan menjaga
ketertiban kehidupan manusia
7. George jelinek negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang
telah berkediaman di wilayah tertentu
8. George h sulton, negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat
9. Roelof krannenburg negara dalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak dari
suatu golongan atau bangsanya sendiri
Berdasarkan teori Psikologi medan yang dikemukakan oleh Kurt Lewin (1943) kemampuan
menyikapi perubahan adalah hasil interaksi faktor-faktor biologis-psikologis individu CPNS,
dengan faktor perubahan lingkungan (perubahan masyarakat, birokrasi, tatanan dunia dalam
berbagai dimensi).

# BERORIENTASI PADA PELAYANAN PUBLIK


Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (UU Pelayanan
Publik). Pelayanan publik yang prima dan memenuhi harapan masyarakat merupakan muara
dari Reformasi Birokrasi, sebagaimana tertulis dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun
2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, Agus Dwiyanto (2010:21)
menawarkan alternatif definisi pelayanan publik sebagai semua jenis pelayanan untuk
menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang memenuhi kriteria yaitu
merupakan jenis barang atau jasa yang memiliki eksternalitas tinggi dan sangat diperlukan
masyarakat serta penyediaannya terkait dengan upaya mewujudkan tujuan
bersama yang tercantum dalam konstitusi maupun dokumen perencanaan pemerintah, baik
dalam rangka memenuhi hak dan kebutuhan dasar warga, mencapai tujuan strategis
pemerintah, dan memenuhi komitmen dunia internasional
Prinsip pelayanan publik
1. Partisipasif
2. Transparan
3. Responsif
4. Tidak diskriminatif
5. Mudah dan murah
6. Efektif dan efisien
7. Aksesibel
8. Akuntabel
9. Berkeadialn
Menurut Djamaluddin Ancok dkk. (2014), budaya pelayanan yang baik juga
tentu akan berdampak positif terhadap kinerja organisasi dengan
mekanisme sebagai berikut
1. Budaya pelayanan akan berjalan dengan baik apabila terbangun kerja tim di
dalam internal organisasi.
2. Faktor lain adalah pemahaman tentang pelayanan prima. Budaya berorientasi
pada pelayanan prima harus menjadi dasar ASN dalam penyediaan pelayanan.
3. Pemberian pelayanan yang prima akan berimplikasi pada kemajuan organisasi,
apabila pelayanan yang diberikan prima (baik), maka organisasi akan menjadi
semakin maju.
Sebagaimana kita ketahui dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu
bangsa. Untuk menjalankan fungsi tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:
1. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
3. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 34 UU Pelayanan Publik juga secara jelas mengatur mengenai bagaimana perilaku
pelaksana pelayanan publik, termasuk ASN, dalam menyelenggarakan pelayanan publik,
yaitu:
1. adil dan tidak diskriminatif
2. cermat
3. santun dan ramah
4. tegas andal dan tidak memberikan putusan yang berlarut larut
5. profesional
6. tidak mempersulit
7. patuh pada pemerintah atasan yang sah dan wajar
8. menjunjung tinggi nilai – nilai akuntabilitas dan integritas institusi
penyelenggara
9. tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai
dengan peraturan perundang undangan
10. terbuka dan mengambil langkah yagn tepat untuk menghindari berbenturan
kepentingan
11. tidak menyalahgunakan sarana dan prasana serta fasilitas pelayanan publik
12. tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam menanggapi
permintaan informasi serta proaktif dalam memenuhi kepentingan masyarakat
13. tidak menyalahgunakan informasi jabatan dan kewenangan yang dimiliki
14. sesuai dengan kepantasan
15. tidak menyimpang dari prosedur

A. memnuhi dan memahami kebutuhan masyarakat


Zulian Yamit (2010:75) mengemukakan, bahwa: “Pelanggan adalah orang yang
membeli dan menggunakan produk atau jasa.” us pelayanan itu sendiri menurut
A. manto dalam Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil “Pelayanan Publik”
(2017) adalah “Sebuah rangkaian peristiwa yang dilalui pelanggan sewaktu menikmati
atau menerima layanan yang diberikan

B. Ramah cekatan dan solutif dan dapat diandalkan


C. Melakukan perbaikan tiada henti

#AKUNTABEL
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Layanan Publik. Pasal 4
menyebutkan Asas Pelayanan Publik yang meliputi: a. kepentingan Umum, b. kepastian
hukum, c. kesamaan hak, d. keseimbangan hak dan kewajiban, e. keprofesionalan, f.
partisipatif, g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif h. keterbukaan, i. akuntabilitas,
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, k. ketepatan waktu, dan l.
kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral
individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada
seseorang/organisasi yang memberikan amanat.

Aspek akuntabilitas
Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)
Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting)
Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without
consequences)
Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)

3 fungsi utama akuntabilitas


1. Untuk menyediakan kontrol demokratis
2. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
3. Untuk meningkatkan efisiensi dam efektivitas
Tingkatan akuntabilitas
1. Akuntabilitas stekholder
2. Akuntabilitas organisai
3. Akuntabilitas kelompok
4. Akuntabolitas individu
5. Akuntabilitas individu

A. Akuntabilitas dan integrasi


Aulich (2011) bahkan mengatakan bahwa sebuah sistem yang memiliki integritas
yang baik akan mendorong terciptanya Akuntabilitas, Integritas itu
sendiri, dan Transparansi.
B. Integrasi dan antikorupsi
Integritas adalah salah satu pilar penting dalam pemberantasan korupsi. Secara
harafiah, integritas bisa diartikan sebagai bersatunya antara ucapan dan perbuatan.
Jika ucapan mengatakan antikorupsi, maka perbuatan pun demikian. Dalam bahasa
sehari-hari di masyarakat, integritas bisa pula diartikan sebagai kejujuran atau
ketidakmunafikan.

C. Mekanisme akuntabilitas
Akuntabilitas kejujuran
Akuntabilitas proses
Akuntabilitas program
Akuntabilitas kebijakan
Mekanisme akuntabilitas birokrasi indonesia
Perencanaan strategis
Kontrak kinerja
Laporan kinerja

Menciptakan lingkungan yang akuntabel


Kepemimpinan
Transparansi
Integritas
Tanggungjawab
Keadilan
Kepercayaan
Keseimbangan
Kejelasan
Konsistensi

Duncan Williamson mengartikan konflik kepentingan sebagai “suatu situasi dalam


mana seseorang, seperti petugas publik, seorang pegawai, atau seorang profesional,
memiliki kepentingan privat atau pribadi dengan mempengaruhi tujuan dan
pelaksanaan dari tugas-tugas kantornya atau organisasinya”.

Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak


mudah untuk dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas,
yang terlintas adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak
mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak hal, kata
akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung
jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang
berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab
yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat. Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah
menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN
BerAKHLAK.

Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh


banyak pihak menjadi landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah
negara (Matsiliza dan Zonke, 2017). Kedua prinsip tersebut harus
dipegang teguh oleh semua unsur pemerintahan dalam memberikan
layanang kepada masyarakat. Aulich (2011) bahkan mengatakan bahwa
sebuah sistem yang memiliki integritas yang baik akan mendorong
terciptanya Akuntabilitas, Integritas itu sendiri, dan Transparansi.
Integritas adalah konsepnya telah disebut filsuf Yunani kuno, Plato, dalam
The Republic sekitar 25 abad silam, adalah tiang utama dalam kehidupan
bernegara. Semua elemen bangsa harus memiliki integritas tinggi,
termasuk para penyelenggara negara, pihak swasta, dan masyarakat pada
umumnya. Akuntabilitas dan Integritas Personal seorang ASN akan
memberikan dampak sistemik bila bisa dipegang teguh oleh semua unsur.
Melalui Kepemimpinan, Transparansi, Integritas, Tanggung Jawab,
Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, dan Konsistensi, dapat
membangun lingkungan kerja ASN yang akuntabel

# Kompeten
Situasi dunia saat ini dengan cirinya yang disebut dengan
“Vuca World”, yaitu dunia yang penuh gejolak (volatility) disertai
penuh ketidakpastian (uncertainty). Demikian halnya situasinya
saling berkaitan dan saling mempengaruhi (complexity) serta
ambiguitas (ambiguity) (Millar, Groth, & Mahon, 2018).

Merit sistem
Sesuai dengan kebijakan Undang Undang ASN Nomor 5
Tahun 2014, prinsip dasar dalam pengelolaan ASN yaitu berbasis
merit. Dalam hal ini seluruh aspek pengelolaan ASN harus
memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja.
Termasuk dalam pelaksanaanya tidak boleh ada perlakuan
diskriminatif, seperti karena hubungan agama, kesukuan atau
aspek-aspek primodial lainnya yang bersifat subyektif.

Karakter ASN
Sekurangnya terdapat 8 (delapan) karakateristik yang
dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan
saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi:
integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan
Bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepeneurship

Konsep kompetensi
Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma (1998) dan standar kompetensi
dari International Labor Organization (ILO), memiliki tiga aspek penting berkaitan
dengan perilaku kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
esuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan
yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi Manajerial
adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur,
dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3)
Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman
berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya,
perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang
harus dipenuhi setiap pemegang Jabatan, untuk memperoleh hasil kerja sesuai
dengan peran, fungsi dan Jabatan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2017,
Pasal 210 sampai dengan pasal 212, Pengembangan kompetensi

alah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang


Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak
pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam
Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam
Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(PPPK).

1. Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting


berkaitan dengan perilaku kompetensi meliputi aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
2. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017
tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1)
Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan
yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2)
Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur, dikembangkan
untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3)
Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan
dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi
dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan
budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai,
moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap
pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai
dengan peran, fungsi dan Jabatan
3. Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal
dan non-klasikal, baik untuk kompetensi teknis, manajerial,
dan sosial kultural.
4. Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak
pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh)
Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat)
Jam Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja (PPPK)
5. Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN
ditentukan dengan peta nine box pengembangan, dimana
kebutuhan pengembangan pegawai, sesuai dengan hasil
pemetaan pegawai dalam nine box tersebut.
Sesuai hasil uraian dalam bab V, maka berikut di bawah ini
beberapa materi pokok dalam bab ini sebagai berikut:
Berkinerja yang berahlak
Menigkatkan kompetensi diri
Membantu orang lain belajar
Melakukan kerja terbaik
# HARMONIS
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya
sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini
jelas mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini
sering
disebut chauvinisme Sedang dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan
tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati
bangsa lain
Disharmonis
1. Disharmonis antarsuku yaitu pertentangan antara suku yang satu dengan suku
yang lain.
2. Disharmonis antaragama yaitu pertentangan antarkelompok yang memiliki
keyakinan atau agama berbeda
3. Disharmonis antarras yaitu pertentangan antara ras yang satu dengan ras yang
lain
4. Disharmonis antargolongan yaitu pertentangan antar kelompok dalam
masyarakat atau golongan dalam masyarakat
alam bidang filsafat, harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan
sedemikian rupa hingga faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang
luhur. Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan
kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik
1. Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga
menjadi sebuah tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan
tersebut mudah menimbulkan perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah
tumbuhnya perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bisa menjadi
ledakan yang akan mengancam integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan
bangsa
2. Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa di nusantara
disadari pendiri bangsa dilandasi rasa persatuan Indonesia. Semboyan bangsa
yang dicantumkan dalam Lambang Negara yaitu Bhineka Tunggal Ika
merupakan perwujudan kesadaran persatuan berbangsa tersebut
3. Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai
kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam
wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Adapun
Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu
kelompok khusus dalam] masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang
diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu. Oleh
karena itu, dengan diterapkannya kode etik Aparatur Sipil Negara, perilaku
pejabat publik harus berubah
4. Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam
suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga
berdampak bagi berbagai bentuk organisasi.
5. Identifikasi potensi disharmonis dan analisis strategi dalam mewujudkan
susasana harmonis harus dapat diterapkan dalam kehidupan ASN di lingkungan
bekerja dan bermasyarakat
# Loyal
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi
pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government),
pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan
Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Nilai “Loyal” dianggap penting dan
dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus dimiliki dan diimplementasikan
dengan baik oleh setiap ASN dikarenakan oleh faktor penyebab internal dan eksternal.
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang
artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat
dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih
kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang
dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
1. Taat pada peraturan
2. Berkerja dengan integritas
3. Tanggungjawab pada organisasi
4. Kemauan untuk berkerja sama
5. Rasa memiliki yang tinggi
6. Hubunganantar pribadi
7. Krsukaan terhadap pekerjaan
8. Keberanian mengutarakan ketidaksetujuan
9. Menjadi teladan bagi pegawai lain
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai
bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan
negara, dengan panduan perilaku:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan
perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi,
nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”. Secara
umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai terhadap
organisasi
Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan
martabat pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara
daripada kepentingan sendiri, seseorang atau golongan sebagai wujud loyalitasnya
terhadap bangsa dan negara. Agar para ASN mampu menempatkan kepentingan bangsa
dan Negara di atas kepentingan lainnya dibutuhkan langkah-langkah konkrit,
diantaranya melalui pemantapan Wawasan Kebangsaan. Selain memantapkan
Wawasan Kebangsaan, sikap loyal seorang ASN dapat dibangun dengan cara terus
meningkatkan nasionalismenya kepada bangsa dan negara.
Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang ASN, ASN sebagai profesi berlandaskan
pada prinsip Nilai Dasar (pasal 4) serta Kode Etik dan Kode Perilaku (Pasal 5, Ayat 2)
dengan serangkaian Kewajibannya (Pasal 23). Untuk melaksanakan dan
mengoperasionalkan ketentuan-ketentuan tersebut maka dirumuskanlah Core Value
ASN BerAKHLAK yang didalamnya terdapat nilai Loyal dengan 3 (tiga) panduan
perilaku kode etik)- nya
ifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya dapat
diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam
kehidupan sehari-harinya, yaitu:
1. Cinta tanah air
2. Sadar berbangsa dan bernegara
3. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
4. Kemampuan awal bela negaara
Sikap loyal seorang PNS dapat tercermin dari komitmennya dalam melaksanakan
sumpah/janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi PNS sebagaimana ketentuan
perundangundangangan yang berlaku.
Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari
larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu
pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Hanya PNS-PNS yang memiliki loyalitas yang tinggilah
yang dapat menegakkan kentuan-ketentuan kedisiplinan ini dengan baik
Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik serta perekat dan pemersatu bangsa. Kemampuan ASN dalam melaksanakan
ketiga fungsi tersebut merupakan perwujudan dari implementai nilai-nilai loyal dalam
konteks individu maupun sebagai bagian dari Organisasi Pemerintah.
Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilainilai Pancasila
menunjukkan emampuan ASN tersebut dalam wujudkan nilai loyal dalam
kehidupannya sebagai ASN yang merupakan bagian/komponen dari organisasi
pemerintah maupun sebagai bagian dari anggota masyarakat.

#adaptif
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup.
Organisasi dan individu di dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya
makhluk hidup, untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya
Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang
ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di dalamnya dibedakan
mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir
kreatif.
Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan keberlangsungan
organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam
organisasi memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi, tingkat
kepercayaan, perilaku tanggung jawab, unsur kepemimpinan dan lainnya
Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk membangun
karakter adaptif pada diri ASN sebagai individu yang menggerakkan organisasi untuk
mencapai tujuannya
eorang pemimpin adalah seseorang yang membawa perubahan adaptif, bukan teknis.
Dia membuat perubahan yang menantang dan mengacaukan status quo dan dia harus
meyakinkan orang-orang yang marah bahwa perubahan itu untuk kebaikan
mereka sendiri dan kebaikan organisasi” Eddie Teo, mantan Sekretaris Tetap Singapura
(Neo dan Chen, 2007).
1. Hadapi volatility dengan vision
2. Hadapi uncetainty dengan understanding
3. Hadapi compexity dengan clarity
4. Hadapi ambiguity dengan agility
Organisasi adaptif sebagaimana disebutkan di atas tidak terlepas dari budaya adaptif.
Budaya adaptif adalah budaya organisasidi mana karyawan menerima perubahan,
termasuk organisasi penyelamatan yang memelihara lingkungan dan perbaikan proses
internal yang berkelanjutan (McShane & Von Glinow, 2010) dalam Safitri (2019)
Berdasarkan proposal tersebut, Chang dan Lee (2007) membagi tipe budaya organisasi
menjadi empat, yaitu:
1. Budaya adaptif (adaptive culture). Budaya ini merupakan budaya yang bersifat
fleksibel dan eksternal sehingga dapat memuaskan permintaan pelanggan
dengan memusatkan perhatian utama pada lingkungan eksternal
2. Budaya misi (mission culture). Budaya ini merupakan budaya yang
bersifat stabil dan eksternal sehingga menekankan organisasi dengan tujuan-
tujuan yang jelas dan versi-versinya. Para anggota organisasi dapat mengambil
tanggung jawab untuk secara efisien menyelesaikan tugas yang diberikan.
Organisasi menjanjikan para karyawannya dengan penghargaan khusus
3. Budaya klan (clan culture). Budaya ini merupakan budaya yang
bersifat fleksibel dan internal sehingga menekankan bahwa para
anggotanya harus memainkan peran mereka dengan tingkat efisiensi yang tinggi
dan mereka juga harus menunjukkan rasa pertanggungjawaban yang kuat akan
pengembangan dan memperlihatkan komitmen organisasi yang lebih.
4. Budaya birokratik (bureaucratic culture). Budaya ini merupakan budaya yang
bersifat stabil dan internal sehingga organisasi memiliki tingkat konsistensi yang
tinggi akan segala aktivitasaktivitasnya. Melalui kepatuhan dan kerja sama dari
ara anggotanya, organisasi dapat meningkatkan aktivitas organisasional dan
efisiensi kerja.
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon
perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel.
Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam organisasi sehingga
efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat
dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi telah
disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat dijadikan
alat untuk meningkatkan kinerja.
Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas
elain itu, Salicru juga menyatakan bahwa kita telah menyaksikan tiga 3D yaitu
ketidakpercayaan (distrust), keraguan (doubt), dan perbedaan pendapat (dissent). Ini
adalah hasil ketika para pemimpin gagal merespons secara efektif baik konteks
perubahan di mana mereka harus memimpin, dan harapan pemangku kepentingan
mereka (Salicru, 2017)
emerintahan adaptif bergantung pada jaringan yang menghubungkan individu,
organisasi, dan lembaga di berbagai tingkat organisasi (Folke et al, 2005). Sistem
pemerintahan adaptif sering mengatur diri sendiri sebagai jejaring sosial dengan tim
dan kelompok aktor yang memanfaatkan berbagai sistem pengetahuan dan pengalaman
untuk pengembangan pemahaman kebijakan bersama. (Engle, N. L, 2011)
1. Grindle menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana
pengembangan kapasitas pemerintah adaptif dengan indicator-indikator sebagai
berikut: (a) Pengembangan sumber daya manusia adaptif; (b) Penguatan
organisasi adaptif dan (c) Pembaharuan institusional adaptif. Terkait
membangun organisasi
pemerintah yang adaptif, Neo & Chan telah berbagi pengalaman bagaimana
Pemerintah Singapura menghadapi perubahan yang terjadi di berbagai
sektornya, mereka menyebutnya dengan istilah dynamic governance. Menurut
Neo & Chen, terdapat tiga kemampuan kognitif proses pembelajaran
fundamental untuk pemerintahan dinamis yaitu berpikir ke depan (think ahead),
berpikir lagi (think
again) dan berpikir lintas (think across)
2. Selanjutnya, Liisa Välikangas (2010) memperkenalkan istilah
yang berbeda untuk pemerintah yang adaptif yakni dengan sebutan pemerintah
yang tangguh (resilient organization). Pembangunan organisasi yang tangguh
menyangkut lima dimensi yang membuat organisasi kuat dan imajinatif:
kecerdasan organisasi, sumber daya, desain, adaptasi, dan budaya (atau sisu,
kata Finlandia yang menunjukkan keuletan

#KOLABORATIF
Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi kolaborasi dan
collaborative governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019)
mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “ value generated from an alliance between two
or more firms
aiming to become more competitive by developing shared routines
Selain diskursus tentang definisi kolaborasi, terdapat istilah lainnya yang juga perlu
dijelaskan yaitu collaborative governance. Irawan (2017 P 6) mengungkapkan bahwa “
Collaborative governance “sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama
dan interaksi saling menguntungkan antar aktor governance
Ansell dan Gash A (2007:559), menyatakan Collaborative governance mencakup
kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik. Sebuah pendekatan
pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas bersama di
mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggung jawab dan
sumber daya (Davies Althea L Rehema M. White, 2012)
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan
upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program dan pelayanan publik.
Pendekatan WoG ini sudah dikenal dan lama berkembang terutama di negara-negara
Anglo-Saxon seperti Inggris, Australia dan Selandia Baru
#SMARTASN
Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan kebutuhan
SDM talenta digital, literasi digital berperan penting untuk meningkatkan kemampuan
kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas
mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi digital terdiri dari kurikulum digital
skill, digital safety, digital culture, dan digital ethics. Kerangka kurikulum literasi digital
ini digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif
masyarakat dalam menguasai teknologi digital.
Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus dijalankan,
yaitu:
1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
2. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektorsektor strategis, baik di
emerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor
kesehatan,
perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
3. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan
4. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya
Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana menggunakan
komputer dan keyboard, atau cara melakukan pencarian online. Literasi digital juga
mengacu pada mengajukan pertanyaan tentang sumber informasi itu, kepentingan
produsennya, dan cara-cara di mana ia mewakili dunia; dan memahami bagaimana
perkembangan teknologi ini terkait dengan kekuatan sosial, politik dan ekonomi yang
lebih luas
Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola,
memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan
informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan
yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang secara beragam disebut
sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi informasi dan literasi media
Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-rata skor
indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3. Sehingga
literasi digital terkait Indonesia dari kajian, laporan, dan survei harus diperkuat.
enguatan literasi digital ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo
Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan
Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi persoalan
terkait percepatan transformasi digital, dalam konteks literasi digital. Sehingga perlu
dirumuskan kurikulum literasi digital yang terbagi atas empat area kompetensi yaitu:
1. Kecakapan digital
2. Budaya digital
3. Etika digital
4. Keamanan digital
Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media
digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi
adalah kecakapan yang paling utama. Padahal literasi digital adalah sebuah konsep dan
praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai
teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga banyak menekankan pada kecakapan
pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan
secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017). Seorang pengguna
yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung
jawab
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan
kecakapan dalam bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi kemampuan
individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam
kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam
membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan
bangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali,
mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran
keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, kecakapan bermedia
digital meliputi Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan
perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan
sehari-hari.
pengetahuan dasar mengenai lanskap digital meliputi berbagai perangkat keras dan
perangkat lunak karena lanskap digital merupakan sebutan kolektif untuk jaringan
sosial, surel, situs daring, perangkat seluler, dan lain sebagainya
salah satu konten negatif yang mendapat perhatian adalah hoaks. Hoaks, sebuah kata
yang tidak asing lagi bagi kita. KBBI mengartikan hoaks sebagai informasi bohong.
Kata tersebut diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai perundungan di dunia
maya. Pengertiannya, tindakan agresif dari seseorang atau sekelompok orang terhadap
orang lain yang lebih lemah (secara fisik maupun mental), dengan menggunakan media
digital. Tindakan ini bisa dilakukan terus menerus oleh yang bersangkutan (UNICEF,
n.d.). Kita mungkin kesulitan untuk membedakan mana yang disebut sebagai
perundungan dan mana yang hanya candaan.
Pengertian ujaran kebencian atau hate speech adalah ungkapan
atau ekspresi yang menganjurkan ajakan untuk mendiskreditkan, menyakiti seseorang
atau sekelompok orang dengan tujuan membangkitkan permusuhan, kekerasan, dan
diskriminasi kepada orang atau kelompok tersebut (Gagliardone, Gal, Alves, &
Martinez, 2015).
#manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme
Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga
diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul
selaras dengan perkembangan jaman.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: a) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan b)
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang
ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan
intervensi semua golongan dan partai politik
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut:
a) Pelaksana kebijakan public; b) Pelayan public; dan c) Perekat dan pemersatu bangsa
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat meningkatkan
produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak.
Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga berkewajiban sesuai dengan tugas dan
tanggungjawabnya.
ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode
perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode
perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan
birokrasi pemerintah

Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan
juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik
dari sisi perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi dan jangkauan penginformasian
kepasa masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya dalam elaksanaan seleksi. Sehingga
instansi pemerintah mendapatkan pegaway yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi
dan misinya.

Anda mungkin juga menyukai