Anda di halaman 1dari 8

Lex Privatum Vol. IX/No.

4/Apr/EK/2021

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN PENDAHULUAN


PROSTITUSI ONLINE DAN EKSPLOITASI A. Latar Belakang
PEREMPUAN YANG BERADA DI BAWAH Prostitusi atau juga bisa disebut pelacuran
ANCAMAN VIKTIMISASI1 berasal dari bahasa Latin, yaitu pro-situare yang
Oleh: Debby Christy Wagey2 berarti membiarkan diri berbuat zina,
Dientje Rumimpunu3 melakukan perbuatan persundalan atau
Christine S. Tooy4 pencabulan. Bahasa Inggris prostitusi disebut
prostitution yang artinya tidak jauh beda
ABSTRAK dengan bahasa Latin, yaitu pelacuran,
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk persundalan atau ketunasusilaan. Orang yang
mengetahui bagaimana perlindungan hukum melakukan perbuatan prostitusi disebut pelacur
bagi korban prostitusi online dan eksploitasi yang dikenal juga dengan Wanita Tuna Susila
perempuan yang berada di bawah ancaman (WTS).5 Pelacuran dalam kamus Bahasa
viktimisasi dan bagaimana sanksi pidana bagi Indonesia dijelaskan berasal dari kata lacur
korban prostitusi online dan eksploitasi yang berarti malang, celaka, sial, gagal, atau
perempuan yang berada di bawah ancaman buruk laku. Pelacur adalah perempuan yang
viktimisasi, yang dengan metode penelitian melacur, sundal, wanita tuna susila. Pelacuran
hukum normatif disimpulkan: 1. Perlindunggan adalah perihal menjual diri sebagai pelacur,
hukum bagi korban prostitusi online dan penyundalan.6
eksploitasi perempuan, antara lain: a. Memberi Korban tindak pidana prostitusi online
sanksi pidana terhadap perantara atau tersebut umumnya kaum perempuan, terutama
penyedia jasa PSK agar kegiatan prostitusi tidak dengan latar belakang ekonomi yang kurang,
merugikan atau menjerat lebih banyak korban kebutuhan hidup mendesak disertai tingkat
(Pasal 296 KUHP dan Pasal 506 KUHP); b. pendidikan yang rendah. Perempuan sering kali
Memberi sanksi pidana bagi pelaku yang dijadikan objek seksual dan korban eksploitasi
memperdagangkan wanita dengan Undang oleh para pelaku kejahatan. Eksploitasi dapat
Undang TPPO; c. Memberi sanksi pidana bagi berupa diedarkannya foto-foto dan video-video
penyalur konten asusila dengan Undang- tak senonoh secara online yang dilakukan oleh
Undang ITE; d. Undang-undang Perlindungan oknum-oknum tidak bertanggung jawab untuk
Anak bila korban yang mengalami viktimisasi menarik para pengguna jasa prostitusi tersebut
masih di bawah umur. 2. Sanksi pidana bagi dengan atau tanpa persetujuan korban.
korban prostitusi online dan korban eksploitasi
perempuan yang berada di bawah ancaman B. Rumusan Masalah
viktimisasi hanya bisa dikenakan sanksi pidana 1. Bagaimana perlindungan hukum bagi
apabila dirinya terbukti dengan sadar dan korban prostitusi online dan eksploitasi
karena kemauan sendiri menyebarkan muatan perempuan yang berada di bawah
atau konten-konten (gambar, video, isi chat) ancaman viktimisasi?
yang melanggar kesusilaan untuk kepentingan 2. Bagaimana sanksi pidana bagi korban
pribadi. Perbuatannya tersebut dapat dikenai prostitusi online dan eksploitasi
sanksi menurut Undang-Undang ITE. Bilamana perempuan yang berada di bawah
dalam konten tersebut ditemukan muatan atau ancaman viktimisasi?
konten yang berisi anak-anak, maka dapat
dikenai juga dengan Undang-Undang C. Metode Penelitian
Perlindungan Anak. Jenis penelitian yang digunakan adalah
Katakunci: prostitusi; prostitusi online; penelitian yuridis normatif.
vitimisasi;

5Kartono, K. 1997. Patologi Sosial. Jakarta: PT. Raja


1 Artikel Skripsi Grafindo Persada. Jilid I Edisi 2. Hal. 177
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. 6Poerdarmita, W. J. S.: (Diolah kembali oleh pusat

17071101358 Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen


3 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum Pendidikan dan Kebudayaan). 1984. Kamus Umum
4 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hal. 548.

158
Lex Privatum Vol. IX/No. 4/Apr/EK/2021

PEMBAHASAN Secara umum, penyebab tindak pidana


A. Perlindungan Hukum Bagi Korban Prostitusi perdagangan orang adalah masalah ekonomi
Online Dan Eksploitasi Perempuan Yang (kemiskinan) dengan modus penjeratan utang
Berada Di Bawah Ancaman Viktimisasi dan rendahnya tingkat pendidikan.9 Undang-
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, undang yang mengatur tentang ini adalah
pelacuran atau prostitusi adalah pertukaran Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang
hubungan seksual dengan uang atau hadiah PTPPO. Undang-undang lain yang terkait
sebagai suatu transaksi perdagangan.7 dengan UU PTPPO, diantaranya Undang-
Prostitusi merupakan bagian dari industri undang Nomor 7 Tahun 1984 Tentang
seks komersial yang sejajar atau dapat Pengesahan Konvensi tentang Penghapusan
disamakan dengan pornografi, striptease, Segala Bentuk Diskriminasi terhadap
bahkan segala mata pencaharian yang Perempuan, Undang-Undang Nomor 23 Tahun
berkenaan dengan eksploitasi aktivitas seksual 2002 Tentang Perlindungan Anak. Terbaru,
dan pertunjukan yang berhubungan dengan Indonesia juga telah mengesahkan suatu
seksualitas untuk menghibur orang lain demi protokol pencegahan dan penindakan
memenuhi kebutuhan hidup pribadi maupun perdagangan orang, yaitu Undang-Undang
orang lain. Nomor 14 Tahun 2009. Berdasarkan UU PTPPO
Prostitusi juga dapat dikaitkan dengan “Korban adalah seseorang yang mengalami
perdagangan orang, dimana korban yang penderitaan psikis, mental, fisik, seksual,
umumnya adalah perempuan dan anak-anak ekonomi, dan/atau sosial, yang diakibatkan
dijadikan objek yang diperjualbelikan untuk tindak pidana perdagangan orang”.
pelacuran maupun berbagai macam bentuk Perlindungan terhadap korban amat sangat
eksploitasi seksual lainnya. Prostitusi umumnya penting karena manusia sebagai makhluk sosial
terjadi karena faktor yang melatar belakangi baik perorangan maupun kelompok dapat
korban itu sendiri, antara lain kemiskinan menjadi korban. Perlindungan hukum terhadap
(kebutuhan hidup yang mendesak) serta korban kejahatan secara umum dapat
rendahnya tingkat pendidikan dari individu diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti
tersebut mengenai bahaya atau dampak negatif pemberian restitusi dan kompensasi, konseling,
yang dapat ditimbulkan apabila terlibat dalam pelayanan/bantuan medis, bantuan hukum,
dunia pelacuran. pemberian informasi. Undang-Undang PTPPO
Situasi atau kelemahan tersebut sering kali mengatur perlindungan dasar bagi korban,
dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu dalam selain itu undang- undang ini juga memberikan
menjerat korban-korbannya untuk perhatian terhadap penderitaan korban sebagai
dijerumuskan dalam dunia prostitusi maupun akibat tindak pidana perdagangan orang
dijadikan objek eksploitasi seksual tanpa berupa ganti kerugian (restitusi) bagi korban
memandang usia atau status yang dan mengatur rehabilitasi medis dan sosial,
bersangkutan. Korban biasanya dipaksa pemulangan serta reintegrasi yang harus
dibawah ancaman hingga melakukan sesuatu dilakukan negara khususnya bagi korban yang
yang sebenarnya tidak dikehendakinya. Hal mengalami penderitaan fisik, psikis, dan sosial
demikian kita sebut sebagai viktimisasi, yaitu akibat tindak pidana perdagangan orang.10
proses yang menyebabkan seseorang menjadi Beberapa bentuk atau model perlindungan
korban termasuk hubungan antara korban dan yang dapat diberikan kepada korban, yaitu
pelaku, interaksi antara korban dan sistem sebagai berikut:11
peradilan, hubungan korban dengan kelompok- 1. Pemberian restitusi
kelompok sosial dan institusi lain seperti media, Setiap korban tindak pidana perdagangan
kalangan bisnis dan gerakan sosial.8 orang atau ahli warisnya berhak

7https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/prostitusi (diakses 9Nuraeny, H. 2013. Tindak Pidana Perdagangan Orang


tanggal 5 November 2020). “Kebijakan Hukum Pidana dan Penerapannya”. Cet Ke-2.
8Mangesti, Y. A. 2019. Perlindungan Hukum Bagi Kaum Jakarta: Sinar Grafika. Hal. 324.
Rentan Kriminalisasi Dan Viktimisasi Struktural. 10Farhana. 2010. Aspek Hukum Perdagangan Orang di

https://www.rumpan.id/perlindungan-hukum-bagi-kaum- Indonesia. Cet 1. Jakarta: Sinar Grafik. Hal. 180.


rentan-kriminalisasi-dan-viktimisasi-struktural/ 11Ibid. Hal. 163.

159
Lex Privatum Vol. IX/No. 4/Apr/EK/2021

memperoleh restitusi dari pelaku. b. Sebagai unsur yang meringankan


Restitusi adalah pembayaran ganti rugi hukuman yang akan dijatuhkan.
yang dibebankan kepada pelaku c. Sebagai salah satu cara merehabilitasi
berdasarkan putusan pengadilan yang terpidana.
berkekuatan hukum tetap atas kerugian d. Mempermudah proses peradilan.
materil dan/atau immateril yang diderita e. Dapat mengurangi ancaman atau
korban atau ahli warisnya. Restitusi lebih reaksi masyarakat dalam bentuk
diarahkan pada tanggung jawab pelaku tindakan balas dendam.
terhadap akibat yang ditimbulkan oleh 2. Rehabilitasi
kejahatan, sehingga sasaran utamanya Rehabilitasi adalah pemulihan dari
adalah menanggulangi semua kerugian gangguan terhadap kondisi fisik, psikis,
yang diderita korban. Restitusi ini dapat dan sosial agar dapat melaksanakan
berupa pengembalian harta milik, perannya kembali secara wajar baik
pembayaran ganti kerugian untuk dalam keluarga maupun dalam
kehilangan atau penderitaan, masyarakat.15 Rehabilitasi dapat berupa
penggantian biaya untuk tindakan rehabilitasi kesehatan dan rehabilitasi
tertentu.12 Berdasarkan Pasal 48 Ayat 2 sosial. Penjelasan Undang-Undang PTPPO
Undang-Undang TPPO disebutkan bahwa disebutkan bahwa rehabilitasi
restitusi dapat berupa: medis/kesehatan adalah pemulihan
a. Kehilangan kekayaan atau kondisi semula baik fisik maupun psikis.
penghasilan. Rehabilitasi medis diberikan pada korban
b. Penderitaan. yang menderita secara medis sebagai
c. Biaya untuk tindakan perawatan akibat tindak pidana perdagangan orang.
medis dan/atau psikologis. Pelayanan medis yang dimaksud dapat
d. Kerugian lain yang diderita korban berupa pemeriksaan kesehatan dan
sebagai akibat perdagangan orang. laporan tertulis sedangkan rehabilitasi
Undang-Undang PTPPO hanya sosial adalah pemulihan dari gangguan
menjelaskan bahwa restitusi adalah hak terhadap kondisi mental sosial dan
korban atau ahli warisnya dan restitusi pengembalian fungsi sosial agar dapat
tersebut diberikan dan dicantumkan melaksakan perannya kembali secara
dalam amar putusan pengadilan, tidak wajar baik dalam keluarga maupun
dijelaskan ukuran besar atau indikator dalam masyarakat. Berpijak pada pasal
jumlah restitusi dan layak tidaknya ganti 51 dan 52, penjelasan mengenai
rugi yang diberikan. Tolak ukur yang rehabilitasi pada pokoknya adalah
digunakan dalam menentukan jumlah sebagai berikut:16
restitusi yang diberikan tidak mudah a. Korban berhak memperoleh
dalam merumuskannya. Hal ini rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi
tergantung pada status sosial pelaku dan sosial, pemulangan, dan reintegrasi
korban. Bila korban dengan status sosial sosial pemerintah apabila yang
lebih rendah dari pelaku, akan bersangkutan mengalami penderitaan
mengutamakan ganti kerugian dalam baik fisik maupun psikis akibat tindak
bentuk materi, dan sebaliknya jika status pidana perdagangan orang.
korban lebih tinggi dari pelaku maka b. Rehabilitasi diajukan oleh korban atau
pemulihan harkat serta nama baik akan keluarga korban, teman korban,
lebih diutamakan.13 Rena Yulia kepolisian, relawan pendamping atau
merumuskan lima tujuan dari kewajiban pekerja sosial, setelah korban
restitusi:14 melaporkan kasus yang dialaminya
a. Meringankan penderitaan korban. atau pihak lain yang melaporkannya.

15LihatPasal 1 Butir 14 Undang-Undang Nomor 21 Tahun


12Mansur, A. Op. Cit. Hal. 166. 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
13Yulia, R. Op. Cit. Hal. 60. Orang.
14Ibid. Hal. 179. 16Waluyo, B. Viktimologi Perlindungan. Hal. 123.

160
Lex Privatum Vol. IX/No. 4/Apr/EK/2021

c. Permohonan diajukan kepada dapat memberikan perlindungan dan


pemerintah melalui menteri atau pemenuhan kebutuhan bagi korban. Hak
instansi yang menangani masalah- atas pemulangan harus dilakukan dengan
masalah kesehatan dan sosial di memberi jaminan bahwa korban benar-
daerah. benar menginginkan pulang dan tidak
d. Menteri atau instansi yang menangani beresiko bahaya yang lebih besar bagi
rehabilitasi, wajib memberikan korban. Biasanya korban menyatakan
rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi kehendak untuk pulang ke daerah asal.
sosial, pemulangan dan reintegrasi Kehendak untuk segera pulang tersebut
sosial paling lambat 7\tujuh hari tentu sangat bisa dimengerti apalagi bila
terhitung sejak diajukan permohonan. dikaitkan dengan tidak tersedianya
e. Untuk penyelenggaraan pelayanan tempat di mana korban bisa tinggal lebih
rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi lama di sana.18 Korban yang berada di
sosial, pemulangan, dan reintegrasi luar negeri berhak dilindungi dan
sosial pemerintah serta pemerintah dipulangkan ke Indonesia atas biaya
daerah wajib membentuk rumah negara sebagaimana yang tercantum
perlindungan sosial atau pusat dalam pasal 54 Undang-Undang PTPPO:
trauma. “Dalam hal korban berada di luar negeri
Rehabilitasi pada kasus protistusi memerlukan perlindungan hukum akibat
dilakukan sebagai suatu upaya tindak pidana perdagangan orang, maka
mengembalikan pelacur kepada pemerintah republik indonesia melalui
masyarakat setelah dididik dan dilatih perwakilannya di luar negeri wajib
dengan berbagai keterampilan dan melindungi pribadi dan kepentingan
penyuluhan dalam jangka waktu enam korban, dan mengusahakan untuk
bulan atau satu tahun, dengan tujuan memulangkan korban ke Indonesia atas
memberikan kesadaran kepada mereka biaya negara.”
ke jalan yang baik sesuai dengan norma- Undang-undang ini mengatur
norma yang berlaku.17 perlindungan saksi dan korban sebagai
Rehabilitasi berlangsung selama tiga aspek penting dalam penegakan hukum
tahap. Tahap pertama sebagai yang bertujuan untuk memberikan
pendekatan awal, mulai dari perlindungan dasar kepada korban dan
penangkapan, identifikasi, pemberian saksi. Undang-Undang PTPPO,
motivasi dan seleksi. Tahap kedua perlindungan korban dan saksi diatur dari
merupakan tahap rehabilitasi sosial atau pasal 43 sampai pasal 55. Pasal 51 hingga
masa rehabilitasi berlangsung. Pada pasal 54 Undang-Undang PTPPO yang
tahap ini dilakukan bimbingan fisik dan berturut-turut mengatur tentang
mental, bimbingan kemasyarakatan dan kerahasiaan identitas korban, hak
bimbingan keterampilan praktis. Tahap mendapatkan restitusi atau ganti rugi,
ketiga tahap sosialisasi, yaitu berupa baik terkait hak milik, biaya selama
memperkenalkan mereka kepada mengemban proses hukum, baik didalam
masyarakat dalam bentuk audiensi dan negeri maupun di luar negeri, dan
mengunjungi berbagai perusahaan restitusi tersebut harus dicantumkan
dengan harapan bisa menerima mereka sekaligus pada amar putusan
19
bekerja di sana setelah pembinaan pengadilan. Selanjutnya melalui pasal
dianggap selesai. 60 sampai dengan pasal 63 diakomodir
3. Pemulangan dan Reintegrasi Sosial peran serta masyarakat membantu
Reintegrasi sosial maksudnya adalah
penyatuan kembali korban tindak pidana
18Irianto, S. 2006. Perempuan & Hukum “Menuju Hukum
perdagangan orang kepada pihak
Yang Berspektif Kesetaraan Dan Keadilan”. Jakarta:
keluarga atau penggantian keluarga yang Yayasan Obor Indonesia. Hal. 267.
19Alfian, A. 2015 “Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum” Upaya
17Dahlan, A. A. 1996. Ensiklopedi Hukum Islam. Cet Ke-1, Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana
Jilid 4. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996. Hal. 1421. Perdagangan Orang, Volume 9.

161
Lex Privatum Vol. IX/No. 4/Apr/EK/2021

pencegahan dan penanganan korban Informasi elektronik yang melanggar


tindak pidana perdagangan orang.20 kesusilaan menurut tafsir dari ilmuwan hukum
Ketentuan ini dilaksanakan berdasarkan pidana diantaranya adalah berupa gambar,
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 video, percakapan, animasi, sketsa yang
tentang Perlindungan Saksi dan Korban. mengandung konten tidak senonoh,
Pasal 3 mengatur mengenai perdagangan persetubuhan, kekerasan seksual, alat kelamin
orang yang korbannya adalah bukan dan lain-lain. Mengacu pada ketentuan
hanya Warga Negara Indonesia (WNI) Undang-Undang ITE, jika perbuatan yang
tetapi juga Warga Negara Asing (WNA), dilakukan berisi pesan untuk melacurkan
namun lokasi perdagangan orang adalah dirinya tetapi tidak disebarluaskan ke publik
berada di wilayah Republik Indonesia. maka tidak memenuhi unsur dari pasal 27 Ayat
Walaupun bukan WNI atau WNA, namun 1 Undang-Undang ITE.
undang-undang ini tetap melindungi KUHP tidak mempersoalkan pelanggan yang
korban.21 membeli jasa seks pada kegiatan prostitusi
kecuali jasa yang dipakai adalah anak-anak yang
B. Sanksi Pidana Bagi Korban Prostitusi masih di bawah umur. Perbuatan demikian bisa
Online Dan Eksploitasi Perempuan Yang diancam dengan Undang-Undang Perlindungan
Berada Di Bawah Ancaman Viktimisasi Anak (Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Prostitusi dalam hukum pidana umum diatur Juncto Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014).
lewat Pasal 298 KUHP dimana pasal ini Jika pembeli seks adalah laki-laki atau
ditafsirkan oleh ahli hukum pidana Indonesia perempuan yang telah bersuami/beristeri maka
sebagai pasal yang mengancam pidana para bisa dikenakan delik zina sebagaimana diatur
germo, mucikari atau pemilik dan atau dalam Pasal 284 KUHP dengan ancaman pidana
pengelola rumah bordir. Pasal ini melarang maksimum sembilan bulan namun delik zina ini
segala bentuk dan praktik kegiatan melacurkan adalah delik aduan, sehingga harus ada
orang lain dan mendapatkan keuntungan atau pengaduan dari pasangan yang sah, yaitu suami
menjadikannya sebagai mata pencaharian. atau isteri dari pelaku perbuatan tersebut. Jika
Tidak hanya mucikari yang pernah dihukum tapi tidak ada pengaduan, maka pembeli jasa seks
juga seseorang yang menyewakan kamarnya tersebut tidak dapat dikatakan melakukan
untuk kegiatan prostitusi pun pernah dihukum tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal
oleh pengadilan meskipun orang tersebut 284 KUHP.
bukan mucikari atau germo, namun Berdasarkan situasi di atas, maka baik
mendapatkan keuntungan darinya. pelanggan maupun pekerja seks tersebut tidak
Segala bentuk kegiatan prostitusi yang bisa dipidana, kecuali ditemukan adanya
dikelola sendiri oleh pekerja seks tersebut pelanggaran, paksaan atau tindak kekerasan.
dengan pelanggannya tidak bisa dikategorikan Posisi mereka hanyalah sebagai saksi, itupun
sebagai delik yang diancam dengan hukuman jika prositusi tersebut melibatkan germo,
menurut KUHP Indonesia termasuk juga mucikari atau pihak lain yang mendapatkan
pelacuran online yang dikelolanya sendiri keuntungan atas berlangsungnya transaksi
dengan para pelanggannya. Undang-Undang seksual tersebut.
Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), Muncul pertanyaan kenapa KUHP tidak
yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 memberi sanksi pidana terhadap praktek
pun tidak memberikan ancaman pidana atas prostitusi dan para pelanggan yang
sebuah tindakan pelacuran online yang dikelola menggunakan jasanya. Sebagaimana diketahui
oleh pelaku prostitusi itu sendiri. Pasal 27 Ayat bahwa KUHP atau dalam bahasa Belanda
1 Undang-Undang ITE memberikan ancaman disebut wetbook van straftrecht adalah kitab
hanya pada perbuatan yang mendistribusikan, hukum buatan Belanda yang diberlakukan di
mentransmisikan atau membuat dapat Indonesia. Kitab ini masih terus diberlakukan
diaksesnya informasi elektronik yang melanggar dengan melakukan penyempurnaan di
kesusilaan. beberapa bagian, maka dari itu nilai-nilai atau
prinsip-prinsip yang dianut dalam KUHP ini
20Waluyo, B. Op. Cit. Hal. 120. adalah nilai-nilai barat yang tentu saja berbeda
21Nuraeny, H. Op. Cit. Hal. 132.

162
Lex Privatum Vol. IX/No. 4/Apr/EK/2021

dengan nilai-nilai yang hidup dan dianut dalam seksual; atau dengan tipu daya membuat
masyarakat Indonesia. seseorang terjerat dalam praktik prostitusi;
Konteks hukum yang hidup dalam atau pengguna jasa layanan seksual
masyarakat, yaitu kegiatan prostitusi adalah melakukannya dengan anak di bawah umur
kegiatan yang tercela, melanggar norma dan baik dengan paksaan maupun tanpa paksaan.
tidak patut sehingga tidak hanya bertentangan Perbuatan-perbuatan demikian dapat dihukum
dengan jiwa bangsa tetapi juga bertentangan karena termasuk tindak kejahatan
dengan harkat dan martabat manusia. pemerkosaan, perdagangan orang untuk tujuan
Pandangan ini sejalan pandangan Rancangan ekspolitasi seksual, perbuatan cabul atau
Undang-Undang KUHP. Menurut RUU-KUHP, pelacuran anak sehingga dalam situasi-situasi
prostitusi adalah kegiatan yang tercela, bukan tersebut PSK dapat dikategorikan sebagai
saja oleh orang yang mengambil keuntungan korban.
tetapi juga siappun yang terlibat dalam Pekerja seks dan pelanggannya bukan
kegiatan ini. RUU KUHP juga memperhatikan dipidana karena perbuatan hubungan seksual
hukum yang hidup di dalam masyarakat, dalam rangka prostitusi namun diancam pidana
sehingga perbuatan-perbuatan yang dinilai dengan tuduhan menyebarkan muatan yang
bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup di melanggar kesusilaan sebagaimana yang diatur
dalam masyarakat digolongkan sebagai oleh Undang-Undang ITE. Pihak yang
perbuatan yang melawan hukum. berwenang juga perlu membuktikan apakah
Praktik prostitusi telah terjadi sejak lama, PSK yang terlibat dapat diancam pidana sesuai
namun publik tampak terkejut saat beberapa dengan rumusan dalam Undang-Undang ITE.
waktu yang lalu polisi berhasil membongkar Pasal 27 Ayat 1 Undang-Undang ITE melarang
praktik prostitusi online yang dilakukan oleh setiap orang melakukan dengan sengaja dan
kalangan artis. Reaksi terhadap kejadian ini, tanpa hak mendistribusikan dan/atau
petugas penegak hukum telah melakukan mentransmisikan dan/atau membuat dapat
langkah-langkah hukum dengan melakukan diaksesnya informasi elektronik dan/atau
pemeriksaan, penangkapan, bahkan penahanan dokumen elektronik yang memiliki muatan
terhadap beberapa orang yang diduga terkait yang melanggar kesusilaan.
dalam kasus ini. Perbuatan mendistribusikan dalam Undang-
Literatur hukum pidana sebenarnya tidak Undang ITE tersebut didefinisikan sebagai
mengenal terminologi prostitusi online, karena kegiatan mengirimkan dan/atau menyebarkan
yang dikenal hanya istilah prostitusi atau informasi elektronik dan/atau dokumen
pelacuran. Online prostitution atau pelacuran elektronik kepada banyak orang atau berbagai
yang dilakukan dalam jaringan (daring/online) pihak melalui sistem elektronik.
merupakan suatu aktivitas seksual dengan Mentransmisikan sendiri didefinisikan sebagai
orang lain melalui proses transaksi yang mana kegiatan mengirimkan informasi elektronik
dapat dilakukan dengan menggunakan media dan/atau dokumen elektronik yang ditujukan
elektronik. Kegiatan ini melibatkan paling tidak kepada satu pihak lain melalui sistem
dua orang pihak, yaitu orang yang elektronik. Setiap orang yang melanggar Pasal
menggunakan jasa layanan seksual dan 27 Undang-Undang ITE tersebut akan dikenai
pemberi layanan seksual atau PSK. ancaman pidana seperti yang terdapat dalam
Menurut KUHP, PSK dan orang yang Pasal 45 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 19
menggunakan jasa prostitusi tidak dapat Tahun 2016 (sebagai perubahan terhadap
diancam dengan pidana karena perbuatan ini Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008)
masuk dalam kategori victimless crime atau Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
kejahatan tanpa korban. Hal ini karena dalam (Undang-Undang ITE) dengan ancaman pidana
kegiatan prostitusi tidak dapat ditentukan siapa penjara paling lama enam tahun dan/atau
yang menjadi pelaku dan siapa yang menjadi denda paling banyak satu milyar rupiah.
korban kecuali jika hubungan seksual tersebut Pekerja seks dapat dipidana apabila dalam
dilakukan dengan paksaan baik dengan melakukan perbuatannya secara tidak langsung
kekerasan atau ancaman kekerasan; atau jika juga melakukan perbuatan lainnya, yaitu
seseorang memaksa PSK melakukan hubungan mengirimkan atau menyebarkan informasi atau

163
Lex Privatum Vol. IX/No. 4/Apr/EK/2021

dokumen elektronik (baik berupa gambar atau dan kekerasan terhadap perempuan.
tayangan video/rekaman) yang bermuatan Sosialisasi ke berbagai lapisan
kesusilaan melalui komputer, jaringan masyarakat mengenai pentingnya
komputer dan/atau media elektronik lainnya. kesetaraan gender antara laki-laki dan
Pekerja seks bukan diancam pidana karena perempuan demi menghindari timbulnya
perbuatan pelacuran yang dilakukannya viktimisasi. Aturan hukum yang jelas bagi
(praktik prostitusinya) melainkan karena ia setiap pelaku prostitusi online agar
telah mengirimkan atau menyebarkan kejahatan asusila dapat ditekan dan
informasi atau dokumen elektronik yang eksploitasi terhadap perempuan dan
bermuatan kesusilaan melalui media anak-anak dapat dicegah agar tidak
elektronik. bebas dilakukan oleh oknum-oknum
tidak bertanggung jawab.
PENUTUP 2. Perlunya menginformasikan kepada
A. Kesimpulan setiap korban prostitusi online maupun
1. Perlindunggan hukum bagi korban eksploitasi agar berani melaporkan setiap
prostitusi online dan eksploitasi tindak kejahatan yang ditujukan atau
perempuan, antara lain: dilakukan padanya agar pelaku tidak
a. Memberi sanksi pidana terhadap merajalela.
perantara atau penyedia jasa PSK agar
kegiatan prostitusi tidak merugikan DAFTAR PUSTAKA
atau menjerat lebih banyak korban Alfian, A. 2015 “Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum”
(Pasal 296 KUHP dan Pasal 506 KUHP) Upaya Perlindungan Hukum Terhadap
b. Memberi sanksi pidana bagi pelaku Korban Tindak Pidana Perdagangan
yang memperdagangkan wanita Orang, Volume 9.
dengan Undang Undang TPPO Alvionita, R. K., Pramesthi, D. S. 2013. Kajian
c. Memberi sanksi pidana bagi penyalur Yuridis Terhadap Prostitusi Online Cyber
konten asusila dengan Undang- Prostitution Di Indonesia.
Undang ITE. Arif Gosita. 1983.
d. Undang-undang Perlindungan Anak MasalahKorbanKejahatan.Edisi I.Jakarla:
bila korban yang mengalami Akademika Pressindo.
viktimisasi masih di bawah umur. Bressler and Charles, E. 2007. Literary Criticism:
2. Sanksi pidana bagi korban prostitusi An Introduction to Theory and Practice 4th-
online dan korban eksploitasi perempuan ed. Pearson Education, Inc.
yang berada di bawah ancaman Dahlan, A. A. 1996. Ensiklopedi Hukum Islam.
viktimisasi hanya bisa dikenakan sanksi Cet Ke-1, Jilid 4. Jakarta: Ichtiar Baru Van
pidana apabila dirinya terbukti dengan Hoeve, 1996. Hal. 1421.
sadar dan karena kemauan sendiri Guamawarti dan Nandika, A. 2009. Suatu Kajian
menyebarkan muatan atau konten- Kriminologis Mengenai Kekerasan
konten (gambar, video, isi chat) yang Terhadap Perempuan dalam Relasi
melanggar kesusilaan untuk kepentingan Pacaran Heteroseksual. Jurnal Kriminologi
pribadi. Perbuatannya tersebut dapat Indonesia Vol 5 No. 1.
dikenai sanksi menurut Undang-Undang Irianto, S. 2006. Perempuan & Hukum “Menuju
ITE. Bilamana dalam konten tersebut Hukum Yang Berspektif Kesetaraan Dan
ditemukan muatan atau konten yang Keadilan”. Jakarta: Yayasan Obor
berisi anak-anak, maka dapat dikenai Indonesia. Hal. 267.
juga dengan Undang-Undang Julaiddin. 2019. Penghukuman Tanpa Hakim
Perlindungan Anak. Suatu Pendekatan Dari Sudut Korban
(Viktimologi). Universitas Ekasakti Padang:
B. Saran LPPM-UNES. Hal. 18.
1. Perlu komitmen yang nyata dari Kartono, K. 1997. Patologi Sosial. Jakarta: PT.
pemerintah bersama masyarakat untuk Raja Grafindo Persada. Jilid I Edisi 2. Hal.
menghapus segala bentuk diskriminasi 177

164
Lex Privatum Vol. IX/No. 4/Apr/EK/2021

Kemenppa. perempuan#:~:text=Viktimisasi%20perem
https://www.liputan6.com/news/read/431 puan%20adalah%20fenomena%20dimana,
7662/kemen-pppa-hingga-juni-110- masih%20berlangsung%20sampai%20saat
perempuan-dan-anak-jadi-korban- %20ini (diakses tanggal 20 Oktober 2020).
eksploitasi-seksual-daring (diakses 20 Soekanto, S dan Mamudji, S. 2001. Penelitian
Oktober 2020). Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat).
Komnas Jakarta: Rajawali Pers, hal. 13-14.
Perempuan https://mediaindonesia.com/r Sahetapy, J. E. 1987. Vittimologi. Jakarta.
ead/detail/208886-komnas-perempuan- Pustaka Sinar Harapan. Hal. 35.
setop-eksploitasi-korban-prostitusi-online Separovic. 1985.Victim's. USA: D.C.Health and
(diakses 22 Oktober 2020). Company.
Karmen, A. 2003. Crime Victims: An Wibowo, A. 2006. Bahan ajar Ilmu Tentang
Introduction to Victimology. Wadsworth Viktimologi. Fakultas Hukum Universitas
Publishing Ekasakti.
Mangesti, Y. A. 2019. Perlindungan Hukum Bagi Yulia, R, 2010 Viktimologi Perlindungan Hukum
Kaum Rentan Kriminalisasi Dan Viktimisasi Terhadap Korban Kejahatan, Graha Ilmu:
Struktural. Yogyakarta. Hal. 45.
https://www.rumpan.id/perlindungan-
hukum-bagi-kaum-rentan-kriminalisasi- SUMBER-SUMBER LAIN
dan-viktimisasi-struktural/ https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/prostitusi
Mansur, A., M, D., Gultom. 2007. Urgensi (diakses tanggal 5 November 2020).
Perlindungan Korban Kejahatan Antara https://qwords.com/blog/pengertian-cyber-
Norma Dan Realita. Jakarta: Raja Grafindo crime/ (diakses 1 November 2020).
Persada. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Moore, R. 2005. Cyber Crime: Investigating Undang-Undang Tindak Pidana Perdagangan
High-Technology Computer Crime. Orang.
Cleveland, Mississippi: Anderson Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Publishing. Elektronik.
Morgan, S. Cyber Crime Costs Projected To Undang-Undang Perlindungan Anak
Reach $2 Trillion by 2019. Forbes. Pasal 1 Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi
Naibaho, N. Manusia.
https://theconversation.com/prostitusi-
online-dan-kasus-va-siapa-yang-dapat-
dihukum-110796
Poerwaraminta. 1983. Kamus Umum Bahasa
Indonesia.
Poerdarmita, W. J. S.: (Diolah kembali oleh
pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan). 1984. Kamus Umum
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hal. 548.
Ratnaya, I. G. 2011. Dampak Negatif
Perkembangan Teknologi Informatika Dan
Komunikasi Dan Cara Antisifasinya.
Abstract,
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/
JPTK/article/view/2890 (diakses tanggal 20
Oktober 2020).
Rhovi, R. 2011. Viktimisasi Perempuan.
https://www.kompasiana.com/halamanku
/552ffa156ea834847a8b45ac/viktimisasi-

165

Anda mungkin juga menyukai