Anda di halaman 1dari 22

KETIDAK ADILAN HUKUM DAN CONTOH KASUSNYA

Aksi sidak Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum berhasil. Seorang


terpidana kasus penyuapan petugas, Artalyta Suryani, kedapatan mendapatkan
fasilitas mewah di dalam Rutan Pondok Bambu, tempatnya ditahan. Bukan hanya
mendapatkan ruangan yang serba wah, Satgas juga menemukan yang
bersangkutan sedang dirawat oleh seorang dokter spesialis. Ia memperoleh
perawatan khusus dari dokter yang didatangkan dari luar Rutan. Luar biasa!
Seorang terpidana yang menyeret nama Jaksa Urip dan petinggi Kejaksaan
Agung, berada dalam penjara dengan fasilitas luar biasa, mulai dari pendingin
ruangan, telepon, ruang kerja, bahkan ruang tamu. Ia juga kabarnya bisa ditemui
dengan bebas oleh para asistennya. Itu adalah wajah hukum kita, wajah yang
semakin suram baik di luar maupun di dalam. Itu pun baru satu temuan, betapa
mafia hukum memang berada dimana-mana, dan ada dimana saja. Temuan itu
justru ditemukan oleh Satgas yang dibentuk dari luar, bukan oleh mereka yang
bekerja untuk melakukan pengawasan di instansi pemerintah, yang bekerja
setiap tahun memastikan prosedur Rutan dijalankan dengan baik. Bagi kita, amat
mudah menemukan alasan bagaimana seorang bernama Artalyta itu bisa
menikmati fasilitas yang begitu mewah. Jawabnya adalah uang. Ia punya uang
untuk melakukan apapun caranya dan untuk membeli apa yang dia mau. Karena
uang itu pula maka para pejabat yang harusnya berwenang menegakkan
peraturan menjadi tidak lagi bisa berkuasa. Mereka tunduk di bawah kekuasaan
uang. Amat aneh kalau para petinggi Rutan tidak tahu menahu bahwa sebuah
ruangan telah disulap oleh seorang terpidana. Mereka pasti merestuinya dan
mengetahuinya.
Rumor mengenai uang ini bukan hanya berhembus pada kasus Arthalyta saja.
Beberapa kasus lain, terutama yang menimpa mereka yang beruang dan berada
dalam kasus yang melibatkan uang besar, juga ditengarai terjadi hal-hal serupa.
Mereka tetap bisa bebas dalam penjara. Dengan menggunakan contoh itu
pulalah maka kita mengerti mengapa keadilan dan kebenaran tidak pernah hadir
di negeri kita. Wajah hukum kita sepertinya telah mudah dibeli oleh uang. Para
pengusaha dan pelaku korupsi yang tidak juga ditangkap dan diperiksa, diyakini
telah menggelontorkan sejumlah uang yang besarannya bisa mencapai miliaran
rupiah supaya mereka tetap menghirup kebebasan. Setelah diperiksa, mereka
juga bisa melakukan tindakan menyuap supaya mereka kalau bisa divonis bebas.
Bahkan kalaupun sudah diyakini bersalah dan berada dalam tahanan, maka
dengan uang pula mereka bisa tetap bebas merdeka dalam ruang tahanan,
seperti Artalyta. Temuan terhadap Artalyta sebenarnya sudah cukup
memperlihatkan bahwa mafia hukum ini terjadi karena dua pihak melakukan
persekutuan jahat. Para pelaku kejahatan yang terbukti melakukan tindakan
kejahatan, bersama-sama dengan para penegak hukum, melakukan tindakan
tidak terpuji.
Karena itu Satgas seharusnya segera melakukan langkah-langkah penting. Salah
satu yang perlu dilakukan adalah memberikan efek jera kepada para pejabat
yang ketahuan memberikan fasilitas lebih dan mudah kepada mereka yang
terlibat dalam kejahatan. Para pimpinan Rutan dimana Artalyta misalnya harus

ditahan bersama-sama dengan mereka yang sebelumnya ditahan. Para pejabat


itu harus jera.
Selain itu, kepada para pelaku kejahatan yang terbukti mencoba atau melakukan
transaksi atas nama uang, harus diberikan hukuman tambahan. Memberikan
efek jera demikian akan membuat mereka tidak ingin berpikir melakukan hal
demikian lagi. Arthalyta, harus diberikan hukuman tambahan atas suap yang
dilakukannya pada pejabat Rutan, ketika dia masih di dalam penjara. Hal-hal
seperti ini harusnya membuat kita menyadari betapa jahatnya kejahatan di
negeri ini. Kejahatan itu bisa membeli dan merampas keadilan dan kebenaran
hukum. Wajar saja kemudian orang kecil hanya bisa menangis ketika berada
dalam persoalan hukum karena mereka hanya bisa menjadi korban
ketidakadilan...

CONOTH KASUS :

HUKUM HANYA BERLAKU BAGI PENCURI KAKAO, PENCURI PISANG, & PENCURI
SEMANGKA(Koruptor Dilarang Masuk Penjara)

Supremasi hukum di Indonesia masih harus direformasi untuk menciptakan


kepercayaan masyarakat dan dunia internasional terhadap sistem hukum
Indonesia. Masih banyak kasus-kasus ketidakadilan hukum yang terjadi di negara
kita. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki
kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.

Keadaan yang sebaliknya terjadi di Indonesia. Bagi masyarakat kalangan bawah


perlakuan ketidakadilan sudah biasa terjadi. Namun bagi masyarakat kalangan
atas atau pejabat yang punya kekuasaan sulit rasanya menjerat mereka dengan
tuntutan hukum. Ini kan tidak adil !!

Kasus Nenek Minah asal Banyumas yang divonis 1,5 bulan kurungan adalah
salah satu contoh ketidakadilan hukum di Indonesia. Kasus ini berawal dari
pencurian 3 buah kakao oleh Nenek Minah. Saya setuju apapun yang namanya
tindakan mencuri adalah kesalahan. Namun demikian jangan lupa hukum juga
mempunyai prinsip kemanusiaan. Masak nenek-nenek kayak begitu yang buta
huruf dihukum hanya karena ketidaktahuan dan keawaman Nenek Minah tentang
hukum.

Menitikkan air mata ketika saya menyaksikan Nenek Minah duduk di depan
pengadilan dengan wajah tuanya yang sudah keriput dan tatapan kosongnya.
Untuk datang ke sidang kasusnya ini Nenek Minah harus meminjam uang
Rp.30.000,- untuk biaya transportasi dari rumah ke pengadilan yang memang
jaraknya cukup jauh. Seorang Nenek Minah saja bisa menghadiri persidangannya
walaupun harus meminjam uang untuk biaya transportasi. Seorang pejabat yang
terkena kasus hukum mungkin banyak yang mangkir dari panggilan pengadilan
dengan alasan sakit yang kadang dibuat-buat. Tidak malukah dia dengan Nenek
Minah?. Pantaskah Nenek Minah dihukum hanya karena mencuri 3 buah kakao
yang harganya mungkin tidak lebih dari Rp.10.000,-?. Dimana prinsip
kemanusiaan itu?. Adilkah ini bagi Nenek Minah?.

Bagaimana dengan koruptor kelas kakap?. Inilah sebenarnya yang menjadi


ketidakadilan hukum yang terjadi di Indonesia. Begitu sulitnya menjerat mereka
dengan tuntutan hukum. Apakah karena mereka punya kekuasaan, punya
kekuatan, dan punya banyak uang ?, sehingga bisa mengalahkan hukum dan
hukum tidak berlaku bagi mereka para koruptor. Saya sangat prihatin dengan
keadaan ini.

Sangat mudah menjerat hukum terhadap Nenek Minah, gampang sekali


menghukum seorang yang hanya mencuri satu buah semangka, begitu
mudahnya menjebloskan ke penjara suami-istri yang kedapatan mencuri pisang
karena keadaan kemiskinan. Namun demikian sangat sulit dan sangat berbelitbelit begitu akan menjerat para koruptor dan pejabat yang tersandung masalah
hukum di negeri ini. Ini sangat diskriminatif dan memalukan sistem hukum dan
keadilan di Indonesia. Apa bedanya seorang koruptor dengan mereka-mereka
itu?.

Saya tidak membenarkan tindakan pencurian oleh Nenek Minah dan merekamereka yang mempunyai kasus seperti Nenek Minah. Saya juga tidak membela
perbuatan yang dilakukan oleh Nenek Minah dan mereka-mereka itu. Tetapi
dimana keadilan hukum itu? Dimana prinsip kemanusian itu?. Seharusnya para
penegak hukum mempunyai prinsip kemanusiaan dan bukan hanya menjalankan
hukum secara positifistik.

Inilah dinamika hukum di Indonesia, yang menang adalah yang mempunyai


kekuasaan, yang mempunyai uang banyak, dan yang mempunyai kekuatan.
Mereka pasti aman dari gangguan hukum walaupun aturan negara dilanggar.
Orang biasa seperti Nenek Minah dan teman-temannya itu, yang hanya
melakukan tindakan pencurian kecil langsung ditangkap dan dijebloskan ke
penjara. Sedangkan seorang pejabat negara yang melakukan korupsi uang
negara milyaran rupiah dapat berkeliaran dengan bebasnya.

Oleh karena itu perlu adanya reformasi hukum yang dilakukan secara
komprehensif mulai dari tingkat pusat sampai pada tingkat pemerintahan paling
bawah dengan melakukan pembaruan dalam sikap, cara berpikir, dan berbagai
aspek perilaku masyarakat hukum kita ke arah kondisi yang sesuai dengan
tuntutan perkembangan zaman dan tidak melupakan aspek kemanusiaan.

LENSAINDONESIA.COM: Di Indonesia, sesuai dengan amanat konstitusi negara, semua warga


negara berhak memperoleh pendidikan bermutu. Namun demikian, data Depdiknas tahun 2009
menunjukkan bahwa sekitar 2,2 juta anak usia wajib belajar (usia 7-15 tahun) belum dapat
menikmati pendidikan. Total sekitar 28,4 juta warga usia 7-25 tahun tidak memperoleh
pendidikan (Kompas, 11/12/ 2009). Jika jumlah penduduk Indonesia saat ini sekitar 250 juta jiwa,
maka berarti lebih dari 10% penduduk yang tidak terjamah oleh amanat konstitusi tersebut.
Beragam berita tragis tentang dunia pendidikan di Indonesia benar-benar merupakan suatu
keprihatinan (dengan tidak berarti tidak bangga atas berbagai prestasi yang telah dicapai).
Demonstrasi guru, perilaku anarkis peserta didik, banyaknya anak putus sekolah, serta
ditolaknya siswa di beberapa sekolah karena kebutuhan khusus yang dimiliki merupakan kondisi
nyata yang menggambarkan kerapuhan dunia pendidikan di Indonesia. Hal ini secara tidak
langsung telah berdampak terhadap krisis multidimensional dalam segala aspek kehidupan.
Sebagai akibatnya, berbagai bentuk patologi sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat saat ini.
Baca juga: Majukan pendidikan bangsa, Indonesia perlu pemimpin kuat dan Gerindra
mengutuk keras kasus pelecehan terhadap siswa JIS
Pendidikan bagi semua yang merupa-kan hak dari setiap warga negara masih menjadi suatu
impian. Memang mencapai pendidikan bagi semua bukan semudah membalikkan telapak
tangan. Pendidikan bagi semua memerlukan huge investments. Suatu langkah dalam
menyikapi kondisi tersebut adalah dengan melakukan koreksi terhadap segala bentuk
ketidakadilan social dalam setiap kebijakan publik, termasuk kebijakan pendidikan. Perspektif
keadilan sosial dalam setiap tindakan pemerintah sangat diperlukan agar tidak terlepas dari
koridor amanat konstitusi negara.

Aspek pendidikan juga terkait erat de-ngan politik, yaitu politik pendidikan. Poli-tik pendidikan
merupakan policy yang dite-tapkan sebagai kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Pengembangan sumber daya manusia untuk mewujudkan tujuan pembangunan bangsa melalui
pembangu-nan pendidikan, menurut Rohman dan Wiyono (2010) dirumuskan dalam kebijak-an
pendidikan yang akan berakses antara lain pada equality of opportunity, accessibility, equality,
dan equity. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 4 ayat 1 yang menyatakan bahwa pendidikan dise-lenggarakan secara
demokratis dan berkea-dilan serta tidak diskriminatif dengan men-junjung tinggi hak asasi
manusia, nilai ke-agamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
Pendidikan bagi semua merupakan tujuan dari kebijakan pendidikan. Tentu saja pendidikan
bukan satu-satunya aspek yang menentukan. Pen-didikan terkait erat dan mempunyai hubungan yang sangat kompleks dengan peme-rataan atau keadilan. Keadilan sosial secara formal
merupakan aspirasi utama yang ter-kandung dalam konstitusi negara Indone-sia, UUD 1945.
Dengan kata lain, keadilan sosial merupakan norma pokok dalam kehi-dupan bermasyarakat
bangsa

mencapai

tujuan

yang

dicita-citakan.

Hakikat pendidikan adalah memandu peserta didik ke arah realita sosial, artinya berintegrasi
secara holistik dengan kondisi masyarakat yang heterogen serta tidak me-ngarahkan pada
ekslusifitas (Mulyadi, 2010). Kebijakan pendidikan harus dapat mengakomodir tantangan
pluralisme de-ngan kekayaan heterogenitas yang dimiliki bangsa Indonesia. Keterpaduan
segenap individu luruh dalam suatu kelompok social dengan menghormati segala perbedaan
yang ada merupakan kondisi keadilan social yang dicita-citakan.
Oleh karena itu, untuk mengurangi ke-tidakadilan juga ditentukan keputusan-keputusan politik
terkait segala aspek kehi-dupan. Tentu saja tidak dapat dipungkiri bah -wa dalam setiap upaya
pembenahan sistem, akan muncul permasalahan-permasalahan lainya. Ketidakadilan sosial
(termasuk dalam bidang pendidikan) juga akan mempenga-ruhi pembangunan nasional.
C.Komersialisasi

dan

Kastanisasi

dalam

Pendidikan

Ungkapan orang miskin di larang sekolah bukan suatu jeritan kosong. Hal itu berdasar pada
kenyataan tentang betapa mahalnya biaya pendidikan tidak dapat dijangkau oleh masyarakat.
Pendidikan yang diharapkan mengentaskan kemiskin-an hanyalah mimpi belaka karena orang
miskin dilarang sekolah. Pemerintah telah mengorientasikan pendidikan pada komer-sialisasi
dengan market oriented. Terkesan bahwa pemerintah melalaikan (kalau tidak dikatakan
melupakan) tanggungjawab da-lam bidang pendidikan yang adil dan ber-mutu bagi seluruh
lapisan masyarakat.
Fenomena komersialisasi pendidikan ini juga diperkuat dengan pergeseran otonomi-sasi
pendidikan ke arah privatisasi (swastani-sasi) pendidikan. Bukan merupakan hal yang aneh
apabila saat ini lembaga-lembaga pendidikan memiliki kewenangan untuk mencari sumber
dana dan mengelola dana secara mandiri yang pada akhirnya akan menuju pada apa yang
disebut sebagai kapitalisme pendidikan. Kapitalisme pendidikan, menurut Wahono (2001),

akan mengakibatkan eliminasi bagi beberapa ke-lompok masyarakat untuk mencapai ke-adilan
dalam akses pendidikan.
Pada saat yang sama, pemerintah telah meng-kastanisasi pendidikan dengan mem-bagi sekolah
dalam beberapa kelompok. Kelompok-kelompok sekolah yang ada saat ini adalah sekolah
bertaraf internasional (SBI), rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI), sekolah kategori
mandiri, sekolah standar nasional, dan sekolah reguler. Munculnya SBI dan RSBI didasari UU
No 20/2003 Pasal 50 ayat 3 bahwa pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pen-didikan pada semua jenjang pendidikan untuk
dikembangkan jadi satuan pendidik-an yang bertaraf internasional.
Data Kemendiknas tahun 2009 menun-jukkan bahwa jumlah RSBI tingkat SD ada-lah 136
sekolah, SMP adalah 300 sekolah, SMK adalah 118 sekolah, dan SMA 320 sekolah (Kompas,
26/5/2010). Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa secara nyata tercipta kasta-kasta dalam
dunia pendidikan saat ini dalam segala tingkatan. RSBI dan SBI merupakan kasta tertinggi
dalam dunia pendidikan saat ini, khususnya pendidikan tingkat dasar sampai tingkat menengah.
Warga negara yang bisa masuk menjadi bagian dari kasta tertinggi ini adalah mereka yang
ber-uang. Biaya masuk SMP dan SMA, bahkan SD berbunyi jutaan rupiah, belum termasuk
biaya bulanan.
Peng-kotak-an yang berakibat kastanisa-si dalam pendidikan ini sebenarnya juga da-pat dilihat
dengan adanya segregasi system pendidikan dengan adanya sekolah regular dan sekolah
khusus (terutama bagi peserta didik berkebutuhan khusus SLB). Jika konstitusi negara
mengamanatkan bahwa setiap individu dengan segala kondisi yang melekat pada dirinya
mempunyai hak yang sama dalam pendidikan, mengapa ada pem-bedaan sekolah? Beragam
persoalan keti-dakadilan muncul sebagai akibat dari ada-nya kebijakan peng-kotak-an ini.
Padahal, katanya, adanya SBI dan RSBI diharapkan tidak membuat masyarakat eksklusif dan
memprioritaskan kemampuan akademik siswa. Harapan ini akan tetap menjadi hara-pan ketika
system yang ada tetap dilakukan secara ekslusif.
D.Wacana

Inklusi

dalam

Kebijakan

Pendidikan Menurut Subarsono (2008) dalam me-milih alternatif kebijakan publik, salah satu
variabel yang perlu dipertimbangkan yaitu mampu mempromosikan pemerataan dan keadilan
pada masyarakat. Artinya kebijak-an publik harus dapat diakses oleh seluruh masyarakat dan
bersifat adil. Rohman dan Wiyono (2010) mengemukakan bahwa ke-seluruhan kebijakan
pendidikan di Indone-sia belum membuahkan hasil yang optimal, ditandai dengan masih
banyaknya

distorsi

dan

keganjilan

penyelenggaraan

pendidi-kan.

Kastanisasi

dan

komersialisasi pendi-dikan menunjukkan ketidakadilan dalam kebijakan pendidikan. Tingginya


jumlah warga negara yang tidak dapat menikmati pendidikan telah menyimpulkan ketidak-adilan
dalam bidang pendidikan. Hal ini menunjukkan lemahnya peran pemerintah dalam menggemban
dan mewujudkan amanat konstitusi.

Pendidikan merupakan bagian kebutu-han mendasar setiap warga negara serta merupakan
bagian dari proses sosial. Peserta didik disebut sebagai pembawa perubahan (agent of
change) . Oleh karena itu apa (ke arahmana) dan bagaimana perubahan dapat terjadi ditentukan
oleh model sistem pendi-dikan serta landasan ideologi dari pendidik-an itu sendiri. Beberapa
pemerhati pendi-dikan mengemukakan bahwa sistem pen-didikan yang berdasar pada ideology
sekula -ristik-kapitalistik atau sosialisme-komunisme akan melahirkan masyarakat sekuler-kapitalis atau sosialis-komunis. Ditambahkan oleh Rohman dan Wiyono (2010) bahwa pendidikan
dengan perspektif ekonomi akan melahirkan generasi yang berorientasi individualis, materialis,
dan liberalis.
Perspektif inklusi berorientasi pada per-wujudan keadilan sosial. Paradigma inklusi berdasar
pada nilai-nilai demokratis dan non diskrimimasi. Booth (2005, dalam Polat, 2011) menyatakan
bahwa inclusion is a philosophy based on values aiming to maximize the participation of all in
society and education by minimizing exclusionary and discrimina-tory practices. Dalam
kebijakan pendidik-an, wacana inklusi menentukan tercapainya keadilan sosial. Sebagaimana di
kemukakan oleh Polat (2011) bahwa inclusion in educa-tion is a step towards social justice.
Dengan kata lain, paradigma inklusi tidak hanya akan meningkatkan kualitas suatu kebijak-an
(termasuk kebijakan pendidikan), tetapi juga menepis ketidaksetaraan dan ketidak-adilan.
E.Penutup
Pendidikan merupakan tumpuan suatu bangsa mencapai masa depan yang dicita-citakan.
Keberhasilan bidang pendidikan akan terkait erat dengan keberhasilan pem-bangunan bidang
lainnya, termasuk eko-nomi dan politik. Keberhasilan pembangu-nan dalam segala aspek turut
ditentukan oleh kebijakan pemerintah sesuai dengan bidangnya. Kebijakan pemerintah dalam
bidang pendidikan adalah kebijakan pen-didikan.
Kehidupan bangsa yang cerdas dan ke-pekaan terhadap realitas social sebagai wu-jud hasil
bidang pendidikan masih menuai kritik yang belum berujung, dibalik prestasi atas beberapa
keberhasilan yang telah di-capai. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi
dunia pendidikan harus dilakukan pendekatan yang integratif. Perlu a new way of thinking
terhadap para-digma dan pokok-pokok penopang system pendidikan.
Dalam hal ini, fokus pada keadilan social ditawarkan sebagai kunci utama. Paradigma inklusi
dalam setiap kebijakan publik akan mewujudkan tujuan pembangunan bangsa yang ber-keadilan
sosial. Dalam bidang pendidikan dikemukakan bahwa inclusion in education is a step towards
social justice. Dengan kata lain, paradigma inklusi dalam kebijakan pendidikan akan
menciptakan keadilan sosial, sesuai dengan amanat kons-titusi negara. *ian

MENGATASI PERMASALAHAN KETIDAKADILAN DAN KETIMPANGAN EKONOMI


MEI 25, 2014 / ISLAM OKEY
Oleh: Ust. Agung Riyardi (ISTAC Jakarta)

Semua ideologi menghadapi permasalahan ketimpangan ekonomi, yaitu ketimpangan harta


antara kaya dan miskin. Selain itu, semua ideologi juga mensikapi permasalahan ketidakadilan
ekonomi dan ketimpangan ekonomi.

Tulisan ini menunjukan permasalahan ketimpangan

ekonomi pada semua ideologi dan menunjukan pensikapan yang dilakukan atas ketidakadilan
ekonomi dan ketimpangan ekonomi. Hasilnya adalah ketimpangan ekonomi yang terjadi pada
ideologi Islam tidak menjadi permasalahan serius disebabkan ideologi Islam mengatasi
permasalahan ketidakadilan ekonomi dan ketimpangan ekonomi dengan serius.

Permasalahan Ketimpangan Ekonomi

Jika ingin melihat seriusnya permasalahan ketimpangan ekonomi, lihatlah pada ideologi
kapitalisme. Rasanya berlembar-lembar kertas dan bergalon-galon tinta tidak akan habis untuk
menunjukan seriusnya permasalahan ketimpangan ekonomi pada ideologi kapitalisme. Pada
masa kapitalisme feodalisme, ketimpangan ekonomi terlihat dari perbedaan mencolok dan
pertentangan keras antara kelompok tuan tanah dengan kelompok budak tanah, adapun pada
masa kapitalisme industri, ketimpangan ekonomi terlihat dari perbedaan mencolok dan
pertentangan keras antara kelompok majikan dengan kelompok buruh.

Permasalahan ketimpangan ekonomi pada ideologi kapitalisme memang fatal karena


menyangkut juga masalah ketidakadilan ekonomi.

Pihak yang miskin menjadi miskin dan

semakin miskin karena dieksploitasi dan dimiskinkan, sedangkan pihak yang kaya menjadi kaya
dan semakin kaya karena mengeksploitasi dan menghalalkan segala cara untuk memperkaya
diri.

Jadi, bersama masalah ketimpangan ekonomi terdapat masalah ketidakadilan.

karena itu, ketimpangan ekonomi pada ideologi kapitalisme sangat tajam.

Oleh

Perkembangan kemasyarakatan yang terjadi, tidak menyebabkan permasalahan ketimpangan


ekonomi mereda. Di tengah masyarakat kapitalisme tetap terjadi ketimpangan ekonomi yang
serius. Ketimpangan ekonomi antar kawasan, ketimpangan ekonomi antar negara, ketimpangan
ekonomi pusat-daerah, ketimpangan ekonomi kota-desa, dan ketimpangan ekonomi antar
pendapatan adalah contoh-contoh ketimpangan ekonomi yang terjadi pada ideologi kapitalisme.

Negara-negara yang menerapkan konsep welfare state juga mengalami ketimpangan ekonomi
yang kadang lebih parah dari ketimpangan ekonomi pada ideologi kapitalisme itu sendiri.
Permasalahannya, welfare state dimaknai sebagai usaha mempertahankan kapitalisme dan
menutup-nutupi kebobrokan kapitalisme melalui pengembangan bisnis jaminan sosial di tengah
masyarakat kapitalisme.

Jadilah ideologi kapitalisme tetap ada, bersama-sama dengan

kebobrokan yang dihasilkannya termasuk ketimpangan ekonomi yang di dalamnya terdapat


ketidakadilan ekonomi. Permasalahan mereka sedikit tertutupi oleh bisnis welfare state dan
jaminan sosial.

Negara-negara yang meniru ideologi kapitalisme, baik yang tidak menutupi ataupun yang
menutupi dengan konsep welfare state mengalami nasib tidak kalah malang.

Bukannya

kesuksesan diraih, namun waktu demi waktu kemalangan diperoleh. Ketimpangan ekonomi
yang di dalamnya ada ketidakadilan ekonomi menjadi salah satu permasalahan besar.

Entah apa alasannya, kondisi ketimpangan ekonomi dan ketidakadilan ekonomi pada ideologi
kapitalisme mengundang minat untuk menghitung di atas kertas derajat ketimpangan yang
terjadi. Berbagai ukuran ketimpangan ekonomi berhasil dibentuk.

Salah satu ukuran yang

populer adalah yang dikemukakan oleh Corrado Gini yaitu Gini Ratio atau Gini coefficient atau
Gini index yang mengukur ketimpangan ekonomi berdasarkan kurva Lorenz. Gini ratio
menghasilkan angka mutlak antara 0 sampai 1 atau angka prosentase 0 sampai 100%. Angka 0
berarti tidak ada ketimpangan sebab semua orang memiliki pendapatan yang sama, sedangkan,
angka 1 atau 100% berarti terjadi ketimpangan ekonomi paling lebar sebab hanya 1 orang yang
memiliki pendapatan, sedangkan orang lain tidak memiliki pendapatan.

Sayangnya, ukuran

tersebut dan ukuran yang lain tidak menunjukan ketidakadilan ekonomi.

Setiap tahun derajat ketimpangan ekonomi dapat diukur dan dipaparkan pada semua level.
Sebuah publikasi misalnya, telah mengukur Gini Ratio dan ketimpangan ekonomi setiap negara
pada tahun 2009. Gini Ratio berkisar antara 24,7% hingga 59,5%. Gini Ratio terendah adalah

Denmark dan tertinggi adalah Haiti. Indonesia dalam publikasi tersebut berada pada ranking 70
dengan Gini Ratio 39.4%.

Khusus Gini Ratio Indonesia, walaupun lebih baik dari Gini Ratio berbagai negara sekitar,
ternyata dari tahun 1990 hingga 2012 memiliki trend Gini Ratio yang meningkat dan Gini Ratio di
kota lebih tinggi daripada di desa. Bahkan, modifikasi Gini Ratio dari Gini Ratio pendapatan
menjadi Gini Ratio tanah dan kekayaan menunjukkan bahwa ketimpangan ekonomi di Indonesia
sangat tajam sebab Gini Ratio pendapatan sekitar 40%, namun Gini Ratio tanah dan kekayaan
mencapai 72% dan 76%.

Terlepas dari hitung-hitungan di atas kertas, menggunakan Gini Ratio atau yang lain, fakta
ketimpangan ekonomi dapat dirasakan dan bahkan dilihat dengan jelas.

Sebagai contoh pada

saat ada nenek Minah yang miskin sehingga harus mencuri tiga buah kakao senilai hanya Rp
15.000 ternyata ada pengusaha macam Ted Sioeng yang berbisnis di bidang persuratkabaran
berbahasa Cina dan Inggris yang mendermakan US$ 1 juta pertahun selama 5 tahun (sekitar Rp
56,5 milyar) kepada Global Fund.

Bahkan kabarnya Ted Siong dulu pernah menyumbang

sangat banyak untuk pemenangan Bill Clinton.

Masih terkait dengan pendapatan, konon

kabarnya, gabungan gaji setahun dari ribuan pegawai suatu perusahaan sepatu terkenal di
suatu negara lebih rendah dari honor yang diterima seorang pesohor di sana untuk
mempromosikan sepatu perusahaan tersebut.

Konon Kabarnya pula, sebuah negara di Afrika,

yaitu Tanzania yang berpendapatan agregat US$ 2,2 milyar pertahun dengan 25 juta orang
penduduk ternyata tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan sebuah perusahaan investasi
internasional Goldman Sachs yang pendapatannya US$ 2,2 milyar pertahun dengan rekan
bisnis hanya 161 usaha.

Permasalahannya bukan sekadar ketimpangan ekonomi itu sendiri, namun adanya ketidakadilan
ekonomi.

Minimal ada pemihakan kepada yang kaya dan pembiaran kepada yang miskin.

Bahkan situasinya lebih parah lagi. Eksploitasi yang dilakukan si kaya dilindungi, dihormati dan
dijamin, sedangkan tereksploitasinya si miskin tidak mendapat empati. Kasus pinjam meminjam
uang ribawi misalnya, pihak bank dilindungi, dihormati dan dijamin walaupun mengeksploitasi,
sedangkan pihak peminjam selalu diliputi kekhawatiran terkena pinalti dan kehilangan barang
jaminan.

Kasus lain adalah privatisasi dan nasionalisasi harta milik umum seperti hutan,

tambang, dll dilindungi, dihormati dan dijamin, di mana masyarakat yang mau menggunakan
harus ijin terlebih dahulu dan atau membayar (mahal).

Masih banyak kasus lain di mana

ketimpangan ekonomi pada ideologi kapitalisme mencerminkan ketidakadilan.

Wajar saja banyak yang muak dengan kapitalisme.

Ingin rasanya merevolusi ideologi

kapitalisme secepat mungkin sehingga ketimpangan ekonomi lenyap.

Bubarnya ideologi

kapitalisme adalah pintu masuk bubarnya ketimpangan ekonomi.

Salah seorang yang berusaha membubarkan ideologi kapitalisme adalah Karl Marx.
Ditunjukannya kesalahan ideologi kapitalisme dan dirumuskannya ideologi tandingan bagi
kapitalisme, yaitu ideologi sosialisme-komunisme. Ditawarkannya perubahan dari ketimpangan
ekonomi menjadi sama rata dan sama rasa. Karl Marx mengetahui betapa hinanya ideologi
kapitalisme.

Melalui Das Kapital dia tunjukan kesalahan teknis ideologi kapitalisme berupa penyerapan
hak kaum pekerja oleh kaum borjuis. Kesalahan teknis Itulah yang menyebabkan kemiskinan
terjadi di mana-mana, dan ketimpangan ekonomi mencolok sekali di tengah masyarakat. Melalui
bukunya Manifesto komunisme dia tunjukan cara melawan ideologi kapitalisme menggunakan
dialetika materialisme di mana untuk kalangan agamawan hendaknya dimulai dengan
menghilangkan pengaruh agama

dari dirinya sebab agama itu seperti opium/candu hanya

menyebabkan kecanduan kepada kapitalisme dan lupa perjuangan melawan kapitalisme.

Namun, Karl Mark lupa kalau manusia memiliki kelemahan mendasar yaitu manusia, termasuk
Karl Mark sendiri, diliputi keterbatasan dan sangat terpengaruh oleh lingkungannya.
Perlawanan terhadap ideologi kapitalisme yang dilakukannya, dipengaruhi oleh euphoria di
tengah masyarakat kapitalisme tentang penolakan kepada agama dan pengaruhnya dalam
kehidupan. Demikian juga perlawanan terhadap ideologi kapitalisme yang dilakukannya,
dipengaruhi oleh euphoria di tengah masyarakat kapitalisme tentang filsafat pemberontakan
terhadap kejumudan, khususnya filsafat Hegelian tentang dialektika.

Seandainya Karl Mark mempelajari Islam tentu dia akan mengetahui bahwa eksploitasi yang
terjadi pada ideologi kapitalisme bukan hanya kelicikan para majikan, namun juga kerakusan
pelaku pinjam meminjam ribawi, pelaku nasionalisasi dan privatisasi harta milik umum, dan lainlain eksploitasi. Demikian juga, seandainya Karl Mark mempelajari Islam tentu dia akan
mengetahui bahwa jalan perubahan adalah mengikuti metode dakwah Rasulullah SAW. Tetapi
dia sudah tertutup dari kebenaran. Jadilah ideologi sosialisme-komunisme yang diciptakannya
tidak kalah hina dengan ideologi kapitalisme.

Hingga saat kematian Karl Marx datang, ideologi sosialisme-komunisme ciptaan Karl Marx
hanya sedikit bergaung di tengah ideologi kapitalisme.
pendek, pengecut dan frustasi yang mau menerimanya.
sosialisme-komunisme

gagal

merubah

ideologi

Hanya orang-orang yang berpikiran


Boleh disimpulkan bahwa ideologi

kapitalisme

dan

gagal

menghilangkan

ketimpangan ekonomi.

Lenin dan dilanjutkan oleh Stalin berjasa menerapkan ideologi sosialisme-komunisme melalui
negara Uni Soviet.

Lenin berjasa karena mendirikan negara Uni Soviet yang berideologi

sosialisme-komunisme.

Stalin berjasa karena membersihkan negara Uni Soviet dari pihak

internal Uni Soviet yang bertentangan dengan ideologi sosialisme-komunisme, termasuk


menghabisi umat Islam di sana.

Kruschev meneruskan langkah para kamerad pendahulunya

itu melalui sosialisme industri dan pertanian. Brezhnev sangat populer karena bersama dengan
blok timurnya terlibat perang dingin dengan blok Barat. Yang paling berjasa adalah Gorbachev
sebab dialah yang menunjukan kebobrokan dan membubarkan negara Uni Soviet.

Seandainya merekadari Karl Marx hingga Gorbachev dan yang lain-lainnyamempelajari,


membenarkan dan memperjuangkan agama Islam tentu nasib mereka baik sekali di dunia dan di
akhirat. Kenyataannya mereka menolak kebenaran dari Tuhan Yang Menciptakan mereka, Yang
Maha Mengetahui dan Yang Maha berkuasa. Jadilah mereka merugi besar-besaran. Khayalan
mereka di dunia itulah yang sebenarnya seperti opium/candu, dan di akhirat kelak mereka akan
berhadapan dengan kemurkaanNYA.

Agama Islam menunjukan bahwa permasalahan ketimpangan ekonomi tidak menjadi


permasalahan serius sebab tidak terjadi ketidakadilan ekonomi, dan ketimpangan ekonomi
diatasi dengan serius.

Berbagai dalil menunjukan tidak terjadi ketidakadilan ekonomi dan

berbagai hadits menunjukkan bahwa ketimpangan ekonomi bukan permasalahan serius.


Perhatikan berbagai dalil berikut ini:

Ketidakadilan ekonomi diberantas.


Hal itu dapat diketahui dari adanya berbagai larangan eksploitasi seperti larangan
memprivatisasi harta milik umum, larangan menasionalisasi harta milik umum, larangan riba,
larangan menerlantarkan lahan pertanian dan larangan menipu dalam jual beli
Hal itu juga dapat diketahui dari peranan qodhi hisbah yang terus menerus secara langsung
memantau dan menyelesaikan pelanggaran dan ketidakadilan di sektor perekonomian.

Berbagai hadits yang menunjukkan bahwa ketimpangan ekonomi tidak menjadi permasalahan
Dari Abdurrahman bin Auf r.a. katanya: Ketika kami tiba di Madinah, Rasulullah saw.
mempersaudarakan saya dengan Saad bin Rabi. Kata Saad bin Rabi, Saya orang Ansar yang
paling kaya. Aku bagi dua hartaku denganmu. Dan tengoklah mana di antara isteriku yang
engkau senangi. Akan saya ceraikan dia. Setelah ia halal, engkau boleh mengawininya. Jawab
Abdurrahman, Saya tidak memerlukan demikian. Di manakah pasar di sini? Jawab Saad,
Pasar Qainuqa, Pagi-pagi Abdurrahman pergi ke pasar itu membawa keju dan samin. Dan
sesudah itu ia terus menerus pergi ke sana. Tidak lama kemudian, Abdurrahman datang (kepada
Nabi saw) dengan kesan pucat (di mukanya). Rasulullah saw. bertanya, Kawinkah engkau?
Jawab Abdurrahman, Benar, ya, Rasulullah! Tanya Nabi , Dengan siapa? Jawabnya, Dengan
seorang wanita Ansar. Sabda Nabi, Berapa engkau beri maharnya! Jawabnya, Emas seberat
atau sebesar biji kurma. Sabda Nabi saw., Adakanlah pesta, sekalipun dengan seekor
kambing.
Suatu hari kalangan miskin dari kalangan sahabat mendatangi Rasulullah SAW.

Mereka

berkata, Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah mendahului kami dengan membawa derajatderajat yang tinggi dan kenikmatan yang abadi. Rasulullah SAW bertanya, Kenapa demikian?
Para sahabat tadi melanjutkan, orang-orang kaya tersebut shalat sebagaimana kami juga
sholat, mereka puasa sebagaiman kami juga berpuasa, tapi mereka bersedekah dan kami tidak
bisa bersedekah, mereka membebaskan budak dan kami tidak bisa. Maka Rasulullah SAW
bersabda: Bukankah telah kuajarkan kepada kalian sesuatu yang dengannya kalian dapat
menyamai orang-orang sebelum kalian dan kalian mendahului orang-orang setelah kalian serta
tidak ada seorang-pun yang lebih utama dari kalian kecuali dia melakukan apa yang kalian
lakukan ? Mereka menjawab : Betul wahai Rasulullah. Rasulullah bersabda: Kalian bertasbih,
bertakbir, dan bertahmid setiap selesai shalat 33 kali. Kemudian kaum miskin dari kalangan
sahabat kembali, lalu berkata: Saudara-saudara kami orang-orang kaya mendengar apa yang
kami lakukan, kemudian mereka melakukan hal serupa.

Maka Rasulullah SAW bersabda:

Itulah keutamaan Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Nya.
Ajaklah mereka kepada syahadat laa ilaaha illallaah dan bersaksi bahwa aku adalah utusan
Allah. Kemudian apabila mereka telah menaatinya maka beritahukanlah kepada mereka bahwa
Allah mewajibkan kepada mereka mengerjakan shalat lima waktu pada setiap sehari semalam.
Kemudian apabila mereka telah menaatinya maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah
juga mewajibkan kepada mereka sedekah/zakat dalam harta mereka yang diambil dari orangorang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang miskin di antara mereka.

Hal-hal di atas, dan dalil-dalil lainnya dalam ajaran Islam menunjukan bahwa permasalahan
ketimpangan ekonomi

dalam Islam bukan permasalahan serius karena tidak ada masalah

ketidakadilan ekonomi, dan ketimpangan ekonomi diselesaikan secara serius.

Poin 1

menunjukkan bahwa tidak ada masalah ketidakadilan ekonomi sebab semua permasalahan
ketidakadilan ekonomi segera diselesaikan secara hukum.
ketimpangan ekonomi tidak menjadi masalah serius.

Poin 2 menunjukan bahwa

Hadits a menunjukkan bahwa

permasalahan ketimpangan ekonomi bukan permasalahan serius, sebab (1) yang diirikan oleh
orang miskin bukan masalah kekayaan orang kaya, namun betapa orang kaya dapat meraih
pahala yang banyak. (2) Orang kaya juga iri kepada orang miskin, sebab orang miskin diberi
amalan yang dapat menghasilkan pahala banyak, selanjutnya orang kaya meniru juga yang
dilakukan orang miskin, yaitu membaca tasbih, hamdalah dan takbir 33x setelah sholat. Jelas
permasalahan ketimpangan ekonomi bukan permasalahan serius yang mencemaskan hati kita.
Selanjutnya mari kita selalu berdoa agar dapat menyaksikan ketimpangan ekonomi tidak
menjadi masalah serius sebagaimana dalam kehidupan Islam. Hadits b dan c juga menunjukan
bahwa ketimpangan ekonomi tidak menjadi masalah serius dalam kehidupan Islam, sebab
diatasi secara serius. Hadits kedua menunjukkan arti penting persaudaraan dan amal usaha,
sedangkan hadits ketiga menunjukkan arti penting anggaran negara/baitul mal dalam mengatasi
masalah ketimpangan ekonomi.

Penanganan serius untuk mengatasi ketidakadilan ekonomi dan ketimpangan ekonomi


menyebabkan ketimpangan ekonomi bukan permasalahan serius, sebaliknya penanganan tidak
serius untuk mengatasi ketidakadilan ekonomi dan ketimpangan ekonomi menyebabkan
ketimpangan ekonomi menjadi permasalahan serius. Oleh karena itu harus ada usaha serius
mengatasi permasalahan ketidakadilan ekonomi dan ketimpangan ekonomi.

Mengatasi Permasalahan Ketidakadilan Ekonomi

Perlunya penanganan terhadap ketidakadilan ekonomi sudah dijelaskan di atas. Islam sangat
serius dalam mengatasi permasalahan ketidakadilan ekonomi, sedangkan yang lain tidak serius
dalam mengatasi ketidakadilan ekonomi. Ideologi kapitalisme membiarkan bahkan menjamin
orang kaya berlaku ekonomi tidak adil terhadap orang miskin, sedangkan ideologi sosialismekomunisme menganggap orang kaya selalu berbuat tidak adil kepada orang miskin. Hanya
Islam yang mampu mengatasi ketidakadilan ekonomi.

Mengatasi Permasalahan Ketimpangan Ekonomi

Ideologi kapitalisme tidak serius mengatasi permasalahan ketimpangan ekonomi. Terdapat dua
cara yang mudah untuk mengetahui ketidakseriusan ideologi kapitalisme dalam mengatasi
permasalahan ketimpangan ekonomi.

Cara yang pertama adalah peran keluarga dan cara

kedua adalah peran anggaran negara.

Peran keluarga dan peran pemerintah yang kecil

menunjukkan ketidakseriusan mengatasi permasalahan ketimpangan ekonomi, sebaliknya


peran yang besar menunjukkan keseriusan mengatasi permasalahan ketimpangan ekonomi.

Ideologi kapitalisme menganggap keluarga tidak berperan dalam mengatasi permasalahan


ketimpangan ekonomi. Bahkan, ideologi kapitalisme menganggap keluarga sebagai musuh
perekonomian.

Hal itu dapat kita ketahui dari berbagai pandangan yang berkembang.

Pandangan Malthus misalnya, adalah pandangan yang menganggap keluarga sebagai pihak
yang menghasilkan penduduk yang berkembangnya lebih cepat dari berkembangnya
perekonomian, sehingga menghabiskan perekonomian. Adapun pandangan club of Rome lebih
sadis lagi sebab mengusulkan zero growth of population. Penduduk tidak boleh berkembang
supaya sumber perekonomian tidak habis.

Pandangan Garry S. Becker memberikan

pembenaran terhadap zero growth of population melalui perlunya reformasi keluarga.


Keluarga

harus

mempertimbangkan

seperti
hasil

perusahaan;
produksi,

mempertimbangkan

mempertimbangkan

anak

juga

pendapatan diperoleh, pola kerja sama dalam perusahaan.

biaya

seperti

perusahaan

yang

dikeluarkan,

Hanya keluarga yang sudah

direformasi seperti itu yang mendukung zero growth of population.

Padahal, kalau kita cermati, bukan penduduk dan keluarga yang menghabiskan sumber
perekonomian. Yang menghabiskan sumber perekonomian adalah para kapitalis yang memang
terbukti rakus dan serakah.

Seharusnya, bukan penduduk dan keluarga yang disalahkan,

namun para kapitalis yang rakus dan serakah itu. Kalau perlu dicanangkan gerakan zero and
zero growth of capitalism and socialism-communism.

Kenyataannya, banyak pandangan dalam ideologi kapitalisme yang menganggap penduduk dan
keluarga sebagai musuh perekonomian. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa mereka

pesimis keluarga berperan dalam mengurangi ketimpangan ekonomi.

Mereka tidak serius

menjadikan keluarga sebagai metode untuk mengurangi ketimpangan ekonomi.

Ideologi

kapitalisme

menganggap

anggaran

negara

sebagai

salah

satu

tempat

mengekspresikan relasi (transaksional) antara negara dengan berbagai pihak-pihak yang


memiliki kepentingan-kepentingan anggaran. Istilahnya: love it or leave it. Berbagai pihak
mencintai negara dan anggarannya jikalau share yang telah diberikan kepada negara berbalas
dengan negara dan anggarannya memberi manfaat sebanding dengan share yang telah
diberikan, sebaliknya, berbagai pihak tidak mencintai negara dan anggarannya jikalau share
yang telah diberikan kepada negara berbalas dengan negara dan anggarannya memberi
manfaat tidak sebanding dengan share yang telah diberikan. Berbagai perusahaan ekspor
misalnya, suka hati membayar pajak jalan jika jalan-jalan dan infrastruktur pelabuhan dalam
kondisi bagus sehingga tranportasi ke pelabuhan lancar.

Sebaliknya, berbagai perusahaan

ekspor merasa berat hati membayar pajak jalan jika jalan-jalan dan infrastruktur pelabuhan
dalam kondisi tidak bagus sehingga tranportasi ke pelabuhan tidak lancar, menambah biaya.
Bukan hanya berat hati, mereka ada yang memilih hengkang dan merelokasi usaha ke
negara/tempat lain.

Tentu saja metode anggaran seperti ini memarjinalkan pelayanan umum kepada rakyat.
Contohnya adalah yang terjadi di AS. Sudah 18 kali terjadi sejak tahun 1976 hingga tahun 2013,
sekitar antara bulan Oktober

sampai Desember, pemerintah AS menghentikan pelayanan

kepada masyarakat. Sebagian pegawai negerinya diliburkan (kemungkinan termasuk gajinya),


kantor dan fasilitas dalam tanggung jawab pemerintah ditutup dan pelayanan dihentikan.
Mengapa pemerintah AS melakukan seperti itu?. Para pebisnis yang meminjami uang kepada
anggaran AS khawatir pemerintah AS tidak membayar hutang sebab di akhir tahun anggarannya
sudah menipis. Lalu para pebisnis ini berteriak-teriak (mengancam) nilai dollar dan saham
Wall Street akan jatuh kalau pemerintah AS tidak membayar hutang.
merespon dengan sembah takzim permintaan para pebisnis tersebut.

Pemerintah AS pun
Segala hal akan

digunakan untuk memenuhi keinginan mereka. Kalau anggaran tidak cukup, mereka ikhlas gaji
pegawai negerinya dan pelayanan kepada masyarakatnya disisihkan dan ditunda terlebih dahulu
demi membayar hutang dari para pebisnis tersebut. Sungguh suatu contoh yang buruk dari
anggaran negara dalam ideologi kapitalisme.

Haruskah umat Islam mengikuti seperti itu?

Walaupun dampaknya belum separah di ideologi kapitalisme, kita khawatir sedang mengikuti
atau seperti mereka. Anggaran negara bukan lagi ekspresi pelayanan umum negara, namun
ekspresi relasi transaksional yang tentu saja tidak berperan dalam mengurangi ketimpangan
ekonomi.

Parahnya lagi, anggaran transaksional seperti itu dapat ditunggangi oleh pihak asing. Sebagai
contoh adalah APBN Indonesia yang ditunggangi IMF melalui Konsensus Washington. Setelah
konsesus itu, Indonesia pun menyetujui mengurangi subsidi BBM dan naiknya harga BBM.
Laporan John Pilger menunjukkan bahwa pihak yang diuntungkan dari penurunan subsisi BBM
dan kenaikan harga BBM adalah para pemberi pinjaman ke Indonesia, karena pembayaran
hutang terjamin dan tidak tersendat-sendat. Berbagai reformasi seperti reformasi pendidikan
dan reformasi jaminan kesehatan dalam bentuk BPJS diperkirakan semakin menyebabkan
pembayaran hutang terjamin dan tidak tersendat-sendat. Para pemberi pinjaman tertawa lega,
namun rakyat menjerit sedih. Anggaran transaksional telah membunuh masa depan mereka.

Lalu bagaimana ideologi kapitalisme menjawab pertanyaan tentang ketimpangan ekonomi?


Jawabannya sederhana, yaitu ketimpangan ekonomi hanyalah bagian awal dari kemajuan
ekonomi.

Simon Kuznet mengemukakan teori Kurva berbentuk U terbalik.

Ketika suatu

perekonomian mengalami kemajuan, pihak-pihak yang mengalami kelemahan dalam sumber


daya belum mampu menyesuaikan diri terhadap kemajuan perekonomian, namun cepat atau
lambat, pihak-pihak tersebut akan menyesuaikan diri dan mengejar kemajuan ekonomi. Jadilah
jika di awal kemajuan ekonomi terjadi ketimpangan ekonomi, maka di kelanjutan dan
pertengahan kemajuan ekonomi ketimpangan berkurang.

Bahkan ketika kemajuan ekonomi tersebut terjadi antar negara, yang disebut globalisasi,
ideologi kapitalisme meyakini ketimpangan ekonomi hanya terjadi di awal globalisasi.
Ketimpangan ekonomi berkurang pada proses-proses selanjutnya dari globalisasi. Pada tahap
awal globalisasi, ketika suatu negara berusaha menyamai kemajuan ekonomi negara di
sekitarnya sehingga terjadi konvergensi, di dalam negeri akan terjadi ketimpangan ekonomi yang
mencolok, namun cepat atau lambat, ketimpangan ekonomi berkurang.

Oleh karena itu, ideologi kapitalisme merekomendasikan membuka peluang kerja dan usaha
sebesar-besarnya, beserta membuka berbagai hal yang mendukung seperti pendidikan, untuk
mengurangi ketimpangan ekonomi. Individu dan pihak-pihak yang terlambat menyesuaikan diri
dengan kemajuan ekonomi dan globalisasi sehingga timpang, diharapkan dapat menyesuaikan
diri melalui terbukanya peluang kerja dan usaha sebesar-besarnya, dan dukungan dari
pendidikan. Ketimpangan ekonomi pun dapat dikurangi.

Adapun rekomendasi untuk anggaran negara dalam rangka mengurangi ketimpangan ekonomi
adalah penerapan pajak progresif. Orang-orang kaya silahkan saja membeli barang-barang
mewah, namun hal itu akan dikenakan pajak progresif.

Harapannya pajak progresif

menyebabkan orang-orang kaya takut membeli barang-barang mewah.

Kalaupun berani

membeli barang mewah, mereka terkena pajak progresif yang dapat digunakan pemerintah
untuk mengurangi ketimpangan ekonomi. Menurut ideologi kapitalisme, pajak progresif menjadi
andalan dalam mengurangi ketimpangan ekonomi.

Terlihat sekali bahwa ideologi kapitalisme tidak serius dalam mengatasi masalah ketimpangan
ekonomi. Di satu sisi mereka tidak membenarkan peran keluarga dan anggaran pemerintah
dalam mengatasi ketimpangan ekonomi, di sisi lain mereka menyatakan ketimpangan ekonomi
hanya permasalahan awal kemajuan ekonomi dan globalisasi, yang cepat atau lambat
berkurang seiring kemajuan ekonomi dan globalisasi. Terbukanya peluang kerja dan usaha,
termasuk peluang pendidikan, dan penerapan pajak progresif hanya semacam asesoris bagi
kemajuan ekonomi dan globalisasi dalam mengatasi masalah ketimpangan ekonomi. Padahal
banyak sekali fakta yang menunjukan bahwa kemajuan ekonomi sesungguhnya bukan
kemajuan ekonomi dan globalisasi sesungguhnya juga bukan kemajuan ekonomi internasional.
Lalu bagaimana dapat mengatasi masalah ketimpangan ekonomi?

Jangan pernah berharap kepada sosialisme-komunisme dalam mengatasi masalah ketimpangan


ekonomi. Dialektika materialism yang dikemukakan Karl Marx sebagai metode memunculkan
sosialisme-komunisme dan mengatasi ketimpangan ekonomi hanya khayalan.
kandungan

sosialisme-komunisme

yang

mengingkari

keberadaan

Tuhan

Belum lagi
dan

agama

menyebabkan manusia keluar dari fitrahnya. Memaksakan penerapan sosialisme-komunisme


menyebabkan ketimpangan ekonomi hilang sebab semuanya sama rasa dan sama rata dalam
kemiskinan.

Harapan hanyalah kepada ajaran Islam.

Ini yang betul sebab sebagaimana dalam surat Al

Ikhlas ayat 2, Allah SWT berfirman: Allah tempat bergantung (berharap). Kenyataannya ajaran
Islam memberikan solusi dalam mengurangi ketimpangan ekonomi.

Penjelasannya sebagai

berikut:

Ajaran Islam memerintahkan terbukanya lapangan usaha dan kerja. Hal ini dapat diketahui dari
perintah untuk bekerja, perintah bagi pemerintah untuk membuka lapangan pekerjaan dan
perintah untuk mengoptimalkan penggunaan segala sumber daya. Berkaitan dengan perintah
untuk bekerja sudah sangat umum diketahui. Misalnya perintah Allah SWT dalam surat Al Mulk
ayat 15:

Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala

penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu
dibangkitkan.

Berkaitan dengan perintah bagi pemerintah untuk membuka lapangann kerja

dapat diketahui dari perbuatan Nabi SAW yang memberi barang modal untuk bekerja kepada
seseorang. Berkaitan dengan pengoptimalan sumber daya dapat diketahui dari hadits larangan
menterlantarkan sumber daya lahan pertanian lebih dari 3,5 tahun, atau mengoptimalkan
penggunaan sumber daya (barang) modal dalam bentuk syirkah mudhorobah. Masih banyak
dalil-dalil lain yang intinya memerintahkan individu bekerja sehingga memperoleh harta yang
dapat mencukupi kebutuhan-kebutuhannya.
Larangan riba dan judi juga mendorong terbukanya lapangan pekerjaan. Larangan tersebut
menyebabkan bandar riba dan bandar judi tidak memiliki kesempatan melakukan eksplotasi
ekonomi atas nama mengembangkan harta miliknya. Jika ingin mengembangkan harta miliknya,
mereka harus benar-benar bekerja secara riel. Jadi, larangan riba dan judi juga mendorong
terbukanya lapangan pekerjaan.

Ajaran Islam memerintahkan silaturahmi di antara anggota keluarga. Silaturahmi di sini tidak
sekadar kunjungan, khususnya di saat lebaran, namun silaturrahmi adalah hubungan terus
menerus di antara anggota keluarga sedemikian hingga berbagai permasalahan di tengah
keluarga terselesaikan. Jika ada anggota keluarga yang mengalami masalah kemiskinan, maka
anggota keluarga yang lain yang dalam keadaan mampu segera memberikan bantuan
menyelesaikan masalah kemiskinan.

Jika ada anggota keluarga yang mengalami masalah

pengangguran, maka anggota keluarga yang lain yang dalam keadaan mampu segera
memberikan bantuan menyelesaikan masalah pengangguran. Silaturahmi merupakan metode
untuk mendistribusikan harta dari yang kaya kepada yang miskin di tengah keluarga.
Kita semua dapat memahami pentingnya silaturahmi dari hadits tentang Abdurrahman bin Auf di
atas. Keluarga/persaudaraan bagi kaum Muhajirin pada waktu itu, pada awal hijrah di Madinah,
bukan keluarga/persaudaraan asli, namun keluarga/persaudaraan berdasarkan ketetapan Nabi
SAW,

seperti

Abdurrahman

Keluarga/persaudaraan

bin

bentukan

Auf
ini

dipersaudarakan

ternyata

begitu

dengan

dahsyat

Saad

dalam

bin

silaturahmi

Rabi.
dan

pendistribusian harta, apalagi silaturahmi dan pendistribusian harta dalam keluarga yang asli.
Yang kaya di tengah keluarga memberikan jaminan harta kepada saudaranya yang miskin,
sedangkan yang miskin tidak mau bermalas-malasan dan berpangku tangan di atas kerja keras
saudaranya.

Adanya harta warisan, menyebabkan silaturahmi di antara anggota keluarga semakin mudah.
Harta warisan akan dimiliki oleh ahli waris sebagaimana hadits Nabi SAW: Barang siapa mati
meninggalkan harta, maka itu untuk ahi warisnya, dan barang siapa mati meninggalkan
beban/tanggungan maka itu bagian kami. Ahli waris akan menggunakan harta warisan yang
diterimanya untuk menunaikan tanggung jawab nafkah, termasuk kepada pihak yang

kekurangan di tengah keluarga. Jadi, harta warisan menyebabkan silaturahmi menjadi lebih
mudah terlaksana.

Ajaran Islam memerintahkan negara untuk melayani rakyat sebaik-baiknya dan memerintahkan
baitul mal sebagai tempat bagi negara untuk melayani rakyat sebaik-baiknya di bidang
kekayaan dan harta.

Pelayanan baitulmal tersebut meliputi perolehan, pemilikan dan

penggunaan harta baitulmal. Dari sisi perolehan harta, baitulmal melayani rakyat dengan tidak
memperoleh harta secara sembarangan.

Harta baitul mal diperoleh dari pungutan zakat,

eksplorasi harta milik umum, pungutan jizyah, pungutan kharaj, pungutan usyr, pungutan
khumus rikaz, dan harta rampasan perang. Pungutan pajak hanya diperbolehkan dipungut dari
orang kaya Muslim, ketika anggaran dalam keadaan defisit.
perolehan harta baitulmal.

Hutang tidak menjadi sumber

Dari sisi pemilikan harta, baitulmal melayani rakyat dengan

bertanggung jawab terhadap semua harta yang diperoleh, walaupun harta zakat dan harta milik
umum yang ada di baitulmal tidak menjadi pemilikannya baitulmal. Dari sisi penggunaan harta,
baitulmal melayani rakyat dengan menggunakan harta dalam baitulmal untuk memenuhi
berbagai kebutuhan di tengah masyarakat, seperti menyantuni orang miskin, menghilangkan
ketimpangan ekonomi, membangun berbagai fasilitas yang dibutuhkan masyarakat, membayar
kewajiban keuangan negara yang harus dikeluarkan dalam rangka sempurnanya pelayanan
kepada masyarakat dan menjauhkan masyarakat dari mara bahaya.
Oleh karena itu, baitulmal memegang peranan penting dalam mengatasi permasalahan
ketimpangan ekonomi. Hadits nomor 3 di atas jelas sekali menunjukkan bahwa zakat dipungut
dari yang kaya dan didistribusikan kepada yang miskin. Adapun dalam Al Quran surat Al Hasyr
ayat 7, Allah SWT berfirman: supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu.

Pada waktu itu, sebagaian harta rampasan perang, fai, dibagikan Rasulullah

SAW kepada orang-orang miskin dari kalangan Muhajirin dan 3 orang dari kalangan Anshor.
Orang-orang kaya dari kalangan Anshor tidak mendapatkan pembagian harta fai tersebut.
Masih banyak contoh yang menunjukkan bahwa baitulmal sangat serius mengatasi masalah
ketimpangan ekonomi.

Penutup

Permasalahan

ketimpangan

ekonomi

di

tengah

masyarakat

mencakup

permasalahan

ketidakadilan ekonomi dan ketidakseriusan dalam menangani ketimpangan ekonomi dan

ketidakadilan ekonomi.
mengatasi

Mengatasi permasalahan ketimpangan ekonomi seharusnya dengan

permasalahan

ketidakadilan

ekonomi

dan

keseriusan

menangani

masalah

ketimpangan ekonomi sedemikian hingga ketimpangan ekonomi tidak menjadi masalah serius.
Ideologi Islam sukses mengatasi permasalahan ketimpangan ekonomi. Ideologi lain gagal.

Ideologi Islam sukses mengatasi permasalahan ketidakadilan ekonomi dengan peran qodhi
hisbah dalam memutuskan perkara pelanggaran ekonomi, sukses dalam keseriusan mengatasi
ketimpangan ekonomi dan sukses menjadikan ketimpangan ekonomi menjadi masalah yang
tidak serius.

Ideologi kapitalisme sukses membuat ukuran di atas kertas ketimpangan ekonomi, misalnya
Gini Ratio. Namun ukuran itu tidak menunjukkan ketidakadilan ekonomi. Yang jelas ideologi
kapitalisme membiarkan dan mendukung ketidakadilan ekonomi, tidak serius dalam mengatasi
ketimpangan ekonomi, dan ketimpangan ekonomi menjadi masalah serius. Ideologi kapitalisme
gagal mengatasi permasalahan ketimpangan ekonomi.

Ideologi sosialisme-komunisme gagal mengatasi permasalahan ketimpangan ekonomi. Konsep


dan

penerapan

sosialisme-komunisme

bukan

mengatasi

ketidakadilan

ekonomi

dan

ketimpangan ekonomi, namun menyebabkan terjadinya sama rasa-sama rata dalam kemiskinan.
Bahkan ideologi sosialisme-komunisme menjadi pelaku ketidakadilan ekonomi.

Ideologi

sosialisme-komunisme, sebagaimana ideologi kapitalisme, tidak dapat dan tidak boleh


diharapkan untuk mengatasi permasalahan ketimpangan ekonomi.
Contoh gambar :

Anda mungkin juga menyukai