SOSIOLOGI HUKUM
Oleh:
1
Bunyi Pasal 365 KUHP sebagai berikut:
Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun,
pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk mempersiap
atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk
memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap
menguasai barang yang dicurinya.
Pencurian dengan kekerasan memang sangat berbeda dengan
pencurian biasa. Namun terhadap substansi yang ada dalam pencurian
dengan kekerasan sama dengan pencurian. Perbedaan keduanya terletak
pada teknis di lapangan, yakni pencurian dengan kekerasan adalah tindakan
pencurian yang berlangsung saat diketahui sang korban, sedangkan
pencurian identik dilakukan saat tidak diketahui korban. Tindak pidana
pencurian dengan kekerasan sendiri sedang ramai dalam pemberitaan di
berbagai media, baik media massa maupun media online. Perampasan
sepeda motor dengan cara melukai korban bahkan tak segan membunuh
tersebut tentu saja menjadi momok kejahatan yang meresahkan masyarakat
yang justru banyak sekarang yang dilakukan oleh anak di bawah umur.
Hal tersebut juga membuat masyarakat menjadi heran dan bahkan
tidak percaya dikarenakan kebanyakan pelaku dari tindak pidana
pembegalan tersebut dilakukan oleh anak-anak yang masih dibawah umur,
dan yang menyebabkan heran tersebut adalah terkait permasalahan umur
dan tindakan yang dilakukan oleh anak dibawah umur tersebut yang
melakukan tindak pidana begal yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat makalah dengan
melakukan penelitian terkait penyebab anak di bawah umur melakukan
tindak pidana pencurian dengan kekerasan (begal).
2
Maksud dari penulisan ini untuk memberikan edukasi, masukan dan
informasi bagi pembaca agar dapat mencerna informasi sebaik-
baiknya untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk dan
mana yang patut untuk dilakukan.
2. Tujuan
Tujuan dalam penulisan ini yaitu sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui penyebab yang melatarbelakangi anak di
bawah umur melakukan tindak pidana dengan kekerasan
(begal).
b. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
anak di bawah umur yang melakukan tindak pidana dengan
kekerasan (begal).
C. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, permasalahan
dalam penulisan ini membahas mengenai:
1. Apakah penyebab yang melatarbelakangi anak di bawah umur
melakukan tindak pidana dengan kekerasan (begal)?
2. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah anak di
bawah umur yang melakukan tindak pidana dengan kekerasan
(begal)?
3
BAB II
FAKTA-FAKTA
4
di sekitaran Denpasar, tepatnya di Jalan Gatot Subroto, Jalan
Mahendradatta, Jalan Kebo Iwa dan Jalan Teuku Umar Barat.3
2. Aksi tindak pidana pencurian dengan kekerasan (begal) di daerah Bekasi.
Lagi-lagi aksi begal sadis yang melibatkan anak di bawah umur
kembali terjadi di Bekasi. Kali ini, Kepolisian Resor Metropolitan Bekasi
berhasil meringkus empat remaja spesialis pelaku pencurian dengan
kekerasan atau begal. MAA alias Ambon (19) bersama FRA alias Onta (16)
ditangkap di wilayah Jatimulya. Sedangkan HH alias Gembel (20) dan MH
alias Riki (18) ditangkap di rumah kontrakan di Rawa Semut, Kota Bekasi.
Sebelumnya Polisi telah lebih dulu menangkap 4 pelaku lainnya, yakni VI
(15), SA (17), FR (12) dan MR (20), berhasil ditangkap polisi lebih dulu
pada Senin 27 Januari 2020.
Diantara kesemuanya, tiga diantaranya masih di bawah umur.
Komplotan begal ini bertanggung jawab atas aksi begal yang terjadi di Jalan
Raya CBL, Kampung Buwek, Desa Sumberjaya, Tambun Selatan, 23
Januari 2020 pukul 02.20 WIB. Dalam melakukan aksinya, pelaku bahkan
tega membacok korban dengan menggunakan celurit sebanyak tiga kali.
Saat korban sudah tidak berdaya, para pelaku lantas mengambil sepada
motor milik korban. Dari penangkapan pelaku, petugas mengamankan
barang bukti dua bilah celurit, sepeda motor Honda Vario warna putih nopol
B 3306 FVG, sepeda motor Honda Vario warna putih mulus B 4269 FWR,
serta 3 buah handphone. Kasus kini ditangani Polsek Tambun dan Polres
Metro Bekasi. Untuk para pelaku dijerat dengan Pasal 365 KUHP, dengan
ancaman hukuman 12 tahun penjara.4
3
Dewi Devianta, Pamit Belajar Kelompok, 14 Pelajar Kaya di Bali Malah Membegal
diakses disitus www.liputan6.com pada tanggal 29 Mei 2021.
4
Deretan Aksi Begal Sadis dengan Pelaku Anak di Bawah UmurI diakses disitus
Liputan6.com pada tanggal 30 Mei 2021.
5
3. Aksi tindak pidana pencurian dengan kekerasan (begal) di daerah Sumatera
Barat.
Terjadi kasus pembegalan yaitu telah ditetapkan sebagai tersangka
yaitu sebanyak 5 orang anak ditangkap pada hari Selasa pada tanggal 1
Desember 2020, statusnya telah ditetapkan sebagai tersangka," kata Kepala
Poltabes Padang, AKBP Imran Amir. Kelima anak tersebut adalah RP (17),
GH (15), AA (15), IE (16), dan WF (16). Empat di antaranya masih
berstatus sebagai pelajar, kecuali RP (17). Mereka ditangkap dari sejumlah
lokasi berbeda itu, dijerat dengan Pasal 365 KUHP tentang pencurian
dengan kekerasan. AKP Afrides menjelaskan kasus yang menjerat kelima
pelaku terjadi pada Minggu tanggal 29 November 2020 pagi sekitar pukul
04.00 WIB.
Pada kejadian itu, mereka beriringan dengan sepeda motor membawa
sebilah parang panjang saat melintas di Jalan Sisingamaraja tepatnya depan
Kafe Taki-taki, pelaku melihat sepasang korban yang mengendarai sepeda
motor masing-masing. Pelaku lalu mendatangi korban dan mengarahkan
senjata tajam sehingga membuat korban ketakutan. Korban lari dengan
berboncengan, satu unit sepeda motornya ditinggal di lokasi. Itulah yang
diambil oleh pelaku.
Sepeda motor tersebut adalah jenis matic Honda Beat warna hitam
merah dengan nomor polisi BA 6257 AC. Dari pengakuan pelaku, motor
tersebut telah mereka jual ke orang lain. Dari tangan para pelaku, polisi
mengamankan parang panjang dan satu sepeda motor yang digunakan saat
beraksi. Polisi mengimbau masyarakat agar berhati-hati ketika beraktivitas
di luar rumah terutama saat malam hingga dini hari.5
4. Aksi tindak pidana pencurian dengan kekerasan (begal) di daerah Sulawesi.
Jajaran Polres Parigi Mautong (Parimo) berhasil mengamankan 9
pelaku begal yang meresahkan masyarakat yang melintas di jalur trans
Sulawesi, tepatnya di Desa Bainaa dan Desa Sintuwu Raya, Kecamatan
5
Lia Harapan, Tersangkut Kasus Begal, 5 Anak di Bawah Umur Ditangkap Polisi diakses
disitus www.merdeka.com pada tanggal 29 Mei 2021.
6
Sidoan, Kabupaten Parimo, Sulawesi Tengah. Dihubungi dari Palu,
Kapolres Parimo AKBP Zulham Efendi Lubis pada hari Minggu tanggal 6
Oktober 2019, mengatakan pihaknya sudah mengamankan 9 pelaku begal
yang biasa beroperasi terhadap pengendara yang melintas di jalur Trans
Sulawesi. 9 pelaku itu diamankan sekitar pukul 10.00 WITA.
Semuanya masih anak-anak, 8 orang di antaranya masih di bawah
umur belum mencapai 18 tahun, satu orang usia 22 tahun. Pelaku yang
diamankan berinisial, HK (16), Us (16), JF (16), AY (16), AT (17), MS
(17), RK (16), MG (17) dan SN (22). Saat ini pelaku sudah diamankan di
Polsek Tinombo guna proses hukum dan mempertanggung jawabkan
perbuatannya. Para pelaku begal itu ditangkap di sekitar Desa Sidoan,
berdasarkan informasi korban yang menceritakan bahwa ketika melewati
jalur tersebut, para pegendara dimintai uang. Jika tidak diberi, kelompok
begal itu mengancam dan tak segan membacok korbannya serta merusak
kendaraan.6
6
Pelaku Begal di Jalur Trans Sulawesi Umumnya Anak di Bawah Umur diakses disitus
www.kumparan.com, pada tanggal 31 Mei 2021.
7
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
8
tuanya secara tidak langsung anak akan mencari pergaulan di luar
keluarga.
3. Faktor pola pikir yang instan.
Penyebab selanjutnya adalah faktor cara berpikir yang serba
instan. Sebagian anak Indonesia yang terpengaruh cara berpikir instan
hanyalah dampak dari euforia sebagian kelompok masyarakat yang
juga memiliki kultur cara berpikir serba instan. Oleh karena itu,
perilaku pembegalan hanyalah bagian kecil dari cara berpikir instan.
Anak ingin mendapatkan sesuatu secara instan, dan hasilkan akan
melakukan perbuatan untuk misalnya memperoleh uang dengan cepat
dikarenakan tuntutan ingin membeli sesuatu atau untuk sekedar
berkumpul-kumpul dengan teman-temannya seperti berfoya-foya.
4. Faktor bullying.
Dampak dari bullying, hampir di setiap sekolah diyakini ada
bibit-bibit bullying. Meski dalam bentuk bullying verbal dan psikis,
hal ini berdasarkan riset IRF 2014. Secara tidak langsung bullying
merupakan permasalahan yang sangat diwaspadai untuk dicegah
terutama berkembangnya tersebut di lingkungan sekolah yang
dilakukan oleh anak di bawah umur dan efeknya akan sangat
berbahaya sekali tidak hanya menyebabkan korban bullying depresi
juga akan menjurus melakukan tindak pidana contohnya begal.
5. Faktor menonton film dengan adengan kekerasan.
Sebagai dampak dari tontonan yang berbau kekerasan
berkontribusi anak permisif dengan kekerasan. Kalaupun anak tidak
menjadi pelaku kekerasan, dalam banyak kasus anak membiarkan
terjadinya kekerasan di lingkungannya, untuk itu harus selalu di awasi
tentang kegiatan yang dilakukan oleh anak baik di rumah maupun di
lingkungan luar rumah.
Kemudian KPAI menyampaikan pencegahan begal pada anak,
menurut Susanto, tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan tunggal.
Namun, perlu diselesaikan secara utuh untuk mensolusi faktor
9
pemicunya. Upaya yang perlu dilakukan adalah Pemerintah perlu
memastikan pemberdayaan keluarga, bukan hanya aspek ekonomi
tetapi juga memastikan Orang Tua memiliki perilaku pengasuhan
yang ramah anak dan berkarakter.
Pemerintah dan daerah juga perlu memastikan bahwa sekolah
tidak ada bibit-bibit kekerasan dan permisif kekerasan. Pemerintah
daerah perlu memastikan seluruh tenaga pendidikan dan kependidikan
memiliki perspektif perlindungan anak sebagai dasar membangun
kultur ramah anak.7
7
5 Penyebab Anak Menjadi Begal Versi KPAI diakses disitus news.detik.com pada tanggal
31 Mei 2021.
10
orang tua setiap harinya harus dilakukan secara terus menerus,
kemudian ketika si anak menemui permasalahan pasti akan
mengadukan pertama kali dengan orang tua, dikarenakan ketika
mengadukan permasalahan kepada orang yang keliru itu juga
penyebab memicu terjadinya pelanggaran hukum.
Apalagi kita ketahui sekarang anak-anak sudah terbiasa
melakukan kegiatannya menggunakan social media, itu pekerjaan
rumah orang tua untuk selalu mengontrol si anak dalam menggunakan
social media sesuai keperluannya dan secara bijak orang tua
memberikan pengertian terhadap si anak terkait mana yang boleh dan
tidak boleh dilakukan.
2. Sosialisasi yang berjenjang.
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini harus dilakukan atau
berawal dari peran serta Pemerintah, Pemerintah harus memberikan
sosialisasi secara bertahap terkait kewaspadaan terkait bahayanya
tindak pidana pencurian dengan kekerasan (begal) bisa diawali di
lakukan di sekolah-sekolah, setelah itu dilakukan di masyarakat
khususnya orang tua yang masih mempunyai anak di bawah umur.
Apabila kegiatan tersebut dilakukan secara berkesinambungan
dan terarah secara tidak langsung kegiatan pencegahan terhadap
tindak pidana begal oleh anak di bawah umur akan memberikan angka
penurunan kasus tersebut. Tidak hanya sosialisasi secara langsung
bias juga dilakukan secara daring melalui social media dengan tidak
mengurangi hikmah dari sosialisasi yang dilakukan.
3. Pengawasan yang konsisten.
Dalam melakukan upaya untuk pencegahan terhadap tindak
pidana pencurian dengan kekerasan (begal) yang dilakukan oleh anak
di bawah umur. Pemerintah dalam hal ini menjadi koordinator dan
mengajak seluruh masyarakat dalam hal ini para orang tua melakukan
pengawasan, pengawasan tersebut dilakukan cara yang yang santun
dan tidak terkesan membuat anak menjadi tertekan dan hasilnya akan
11
berbanding terbalik si anak mungkin akan merasa dikekang dan
timbul perbuatan yang tidak diinginkan.
Perisitiwa hukum ini menjadi permasalahan yang sangat
dirasakan oleh segenap lapisan masyarakat karena berdampak bagi
kurang nyaman dan tertibnya kehidupan bermasyarakat khusunya
pada saat bepergian pada tengah malam akan muncul rasa khawatir.
Selanjutnya dalam kasus ini harus dikedapannya manfaat hokum
yang harus dilakukan yaitu bagi korban harus mendapatkan
kompensasi terkait kerugian yang dialami dan tersangka harus
mendapatkan hukuman yang seadil-adilnya sesuai dengan perbuatan
yang dilakuakan.
Sesuai pernyataan John Rawls yaitu mengembangkan sebuah
teori baru kemudian terkenal dengan motonya, bahwa tujuan hukum
adalah untuk mewujudkan the greatest happiness of the greatest
number (kebahagiaan yang terbedar, untuk terbanyak orang).8 Oleh
karena itu, kemanfaatan hokum harus dikedepankan sesuai dengan
perbuatan dan akibat yang dilakukan.
8
Muhammad Reza, Kemanfaatan Hukum diakses disitus www.metrokaltara.com pada
tanggal 31 Mei 2021.
12
BAB IV
KESIMPULAN
13
memastikan pemberdayaan keluarga, bukan hanya aspek ekonomi tetapi
juga memastikan orang tua memiliki perilaku pengasuhan yang ramah anak
dan berkarakter.
2. Upaya yang dapat dilakukan dalam mencegah anak di bawah umur
melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan (begal) yaitu dari
peran keluarga karena anak dalam hal ini mengetahui interaksi pertamanya
pasti dengan anggota keluarga, selanjutnya orang tua harus selalu
memperhatikan tumbuh kembang anak dan pergaulan anak, ketika anak
memiliki perubahan perilaku segara dilakukan komunikasi terkait
permasalahan apa yang dihadapi dan dirasakan. Kemudian dilakukan
sosialisasi secara berjenjang. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini harus
dilakukan atau berawal dari peran serta Pemerintah, Pemerintah harus
memberikan sosialisasi secara bertahap terkait kewaspadaan terkait
bahayanya tindak pidana pencurian dengan kekerasan (begal) bisa diawali di
lakukan di sekolah-sekolah, setelah itu dilakukan di masyarakat khususnya
orang tua yang masih mempunyai anak di bawah umur. Selanjutnya
pengawasan yang dilakukan secara konsisten. Dalam melakukan upaya
untuk pencegahan terhadap tindak pidana pencurian dengan kekerasan
(begal) yang dilakukan oleh anak di bawah umur. Pemerintah dalam hal ini
menjadi koordinator dan mengajak seluruh masyarakat dalam hal ini para
orang tua melakukan pengawasan, pengawasan tersebut dilakukan cara yang
yang santun dan tidak terkesan membuat anak menjadi tertekan dan hasilnya
akan berbanding terbalik si anak mungkin akan merasa dikekang dan timbul
perbuatan yang tidak diinginkan.
14
BAB V
PREDIKSI
15
BAB VI
REKOMENDASI
Tidak ada kesalahan yang tidak bias dimaafkan, itu merupakan salah satu
prinsip yang kita bisa terapkan. Dalam hal ini permasalahan hukum yaitu terkait
begal ini baik tersangka dan korban harus tercipta keadilan hukum dan
kemanfaatan yang dirasakan tidak hanya dari pihak korban tetapi juga dari
tersangka karena juga mempunyai hak yang sama di depan hukum (equality
before the law).
Selanjutnya harus saling meintropeksi diri dikarenakan tersangka harus
diberikan edukasi dan arahan apalagi masih di bawah umur dan tidak mengerti
apa yang dilakukan tersebut ternyata melanggar hukum dan korban juga dalam hal
ini harus intropeksi diri karena mungkin dari pihak korban yang terlalu lengah dan
memancing tersangka melakukan tindak pidana pencurian tersebut.
Untuk kedepannya semua faktor sangat saling mempengaruhi dan saling
mengisi untuk memecahkan permasalahan begal yang dilakukan oleh anak di
bawah umur seperti melakukan edukasi secara berjenjang terkait bahaya
melakukan tindakan tersebut yang dilakukan melalui lingkungan terkecil yaitu
keluarga dan sampai Pemerintah, Pemerintah juga memberikan fasilitas dan
dukungan dalam menanggulangi pencegahan permasalahan begal ini.
Pengawasan yang secara efektif kunci keberhasilan dalam menanggulangi
masalah begal ini, mulai dari lingkungan keluarga secara berjenjang sampai ke
pihak Pemerintah. Pada akhirnya angka kejahatan begal yang dilakukan anak di
bawah umur akan mengalami penurunan secara bertahap.
16
DAFTAR PUSTAKA
17