PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Mustofa,Muhammad, kriminologi, Jakarta, Fisip, UI Press, 2007.Hlm.2
seseorang melakukan kejahatan (motif) dan kategori pelaku kejahatan (tipe-tipe
penjahat). Kemudian kriminologi juga mempelajari reaksi masyarakat terhadap
kejahatan sebagai salah satu upaya kebijakan pencegahan dan pemberantasan
kejahatan.
Adapun dalam kajian hukum positif, aksi begal biasanya akan dikenakan
Pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) mengenai pencurian
dengan kekerasan dan/atau Pasal 368 KUHP mengenai pemerasan dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan. Dengan ancaman pidana yang sangat berat
yaitu berupa pidana penjara hingga pidana mati bagi para pelaku pembegalan. Hal
tersebut menjadi suatu daya tarik dalam pembahasan ini, walau pun sanksi berupa
pidana yang diberikan kepada para pelaku pembegalan sangat berat akan tetapi
hal tersebut bukan menjadi suatu penghalang bagi para pelaku pembagalan dalam
melakukan aksinya tersebut, hal tersebut dapat dibuktikan dengan maraknya berita
dari media massa yang menyiarkan kejahatan pembegalan, sehingga hal tersebut
dijadikan suatu indikator bahwa tingkat kejahatan pembegalan dalam tiap daerah
di Indonesia masih tinggi.Sehingga tidak heran pembegalan sebagai kejahatan
konvensional justru telah menjadi sebuah fenomena kejahatan yang sampai saat
ini masih meresahkan masyarakat Indonesia.
2
Paul Ricardo, Upaya Penanggulangan Penyalaahgunaan Narkoba Oleh Kepolisian (Studi Kasus
Satuan Narkoba Polres Metro Bekasi)”, Jurnal Kriminologi Indonesia, Vol. 6 No.3 Desember
2010, Depok: Fisip UI, hlm. 435-436
Kriminologi sebagai salah satu ilmu yang mengkaji tentang kejahatan, dapat
ikut andil untuk menganalisa dan mencari penyebab dari kausa kejahatan
pembegalan, yang akhir-akhir ini marak terjadi di Indonesia. Hasil dari analisa
tersebut, nantinya dapat dijadikan sumbangsih pemikiran dalam mencegah
kejahatan pembegalan.
B. Masalah
Permasalahan yang diambil dalam kasus ini yaitu kasus pembegalan yang
terjadi di kota semarang, terdapat sekelompok begal yang berhasil ditangkap oleh
Resmob Sat Reskrim Polrestabes Semarang. Terdapat empat orang anggota
kelompok tersebut yang tertangkap,Mereka adalah Deni Triatmojo alias Black
(19) warga Kelud Semarang, Dimas Yuda (24) warga Semarang Tengah, Hendro
Wahyu (34) warga Semarang Barat dan Marcel W alias Michael (23) warga
Semarang Timur.
C. Pembahasan
Berdasarkan pada kasus diatas terlihat bahwa bentuk kejahatan dari istilah
begal adalah pencurian dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. definisi begal
tumbuh dalam culture masyarakat yang menamakan kejahatan begal sebagai
kejahatan yang dilakukan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan mengambil
barang secara paksa di jalanan. Berdasarkan hal tersebut kejahatan begal
merupakan pencurian dengan kekerasan atau ancaman kekerasan yang dilakukan
di jalan terhadap barang yang ada di dalam kekuasaan korban. Berkaitan faktor
yang mempengaruhi terjadinya kejahatan begal, dapat dilihat dalam perspektif
kriminologi. Kriminologi adalah seperangkat pengetahuan yang mempelajari
kejahatan sebagai fenomena social, termaksud di dalamnya proses pembuatan
undang – undang, pelanggaran undang – undang, dan reaksi terhadap pelanggaran
undang – undang.4 Kriminologi adalah ilmu pengetahuan tentang kejahatan, di
mana salah satu ruang lingkupnya adalah etiologi kriminal.5
a.Sifat khusus dari individu, seperti : sakit jiwa, daya emosional, rendahnya
mental dan anomi.
b. Sifat umum dari individu, seperti : umur, gender,
kedudukan didalam masyarakat, pendidikan dan hiburan.
3
http:/www.detik.com/2016/09/26/Begal -Motor -Sadis -di- Semarang- ini- Didor- Polisi -di-
Kakinya,- Sudah-13-Kali-Berulah. Diakses pada tanggal 6 Juni 2017
4
Edwin, H. Sutherland and Donald R Cressey, Criminology, New York: JB Lippin-cott company, 9
th Ed, 1974.
5
I. S. Susanto, 2011, Kriminologi, Yogyakarta: Genda Publishing, hlm. 1.
6
Momon Kartasaputra, Azas-azas kriminologi, Remaja Karya.Bandung
a.Faktor ekonomi, dipengaruhi oleh kebutuhan hidup yang tinggi namun
kedaan ekonominya rendah.
b. Faktor agama, dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan agama.
c.Faktor bacaan, dipengaruhi oleh bacaan buku yang dibaca.
d. Faktor film, dipengaruhi oleh film/tontonan yang disaksikan.
e.Faktor lingkungan/pergaulan, dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal,
lingkungan sekolah atau tempat kerja dan lingkungan pergaulan lainnya.
f. Faktor keluarga, dipengaruhi oleh kurangnya kasih sayang dan perhatian
dari orang tua.
Kejahatan begal yang hanya dilakukan pelaku secara individual, juga tidak
terlepas dari pengaruh lingkungan social, karena faktor yang mendorong pelaku
adalah dari diri si pelaku itu sendiri, kebanyakan pelaku pembegalan yaitu dengan
usia yang masih muda, sehingga mereka berkeinginan untuk hidup hedonnis,
foya-foya. Dengan cara kejahatan inilah mereka dapat menghasilkan harta dengan
cara cepat. Hal ini sessuai dengan Teori control social, teori ini berangkat dari
suatu asumsi/anggapan bahwa induvindu didalam masyarakat mempunyai
kecendrungan yang sama akan suatu kemungkinanya. Penyebab tingkah laku
delinkuen terhadap anak-anak remaja ini adalah murni sosiologis atau sosial
psikologis sifatnya. Misalnya disebabkan oleh pengaruh struktur sosial yang
definitive, tekanan kelompok, peranan sosial, status sosial, atau oleh internalisasi
keliru.Merujuk hal tersebut, jika pelaku berada pada lingkungan sosial yang steril
maka lingkungan tersebut akan lebih dapat mengikat calon pelaku untuk tidak
memiliki gaya hidup demikian, sehingga calon pelaku tidak melakukan kejahatan
begal.
Hal di atas, berkaitan dengan teori ekologis, di mana salah satunya adalah
mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk di sini dimaksudkan hanyalah mobilitas
horizontal yang pada belakangan ini dengan jelas dapat dilihat peningkatannya.
Hal ini terutama karena pengaruh sarana transportasi yang semakin meningkat.
Termasuk pula Shaw & McKay berdasarkan hasil studinya, dia menyimpulkan
bahwa angka kejahatan yang tertinggi terdapat di daerah pusat industri dan
perdagangan, daerah yang paling miskin, daerah yang dihuni para emigran dan
negro. Merujuk pada pendapat tersebut, beberapa kasus tempat terjadinya
kejahatan begal di Banyumas terjadi di daerah perkotaan. Daerah perkotaan di sini
identik dengan pusat perdagangan, sehingga mempengaruhi mobilitas penduduk,
oleh karenanya menjadi tempat target (sasaran ) bagi pelaku begal.
Hal ini diperkuat diperkuat pula dalam kajian Viktimologi bahwa pada
daerah-daerah bisnis di pinggir kota, dan pada daerah-daerah bisnis kota kecil
yang terdapat harta benda berharga, tindak pidana pencurian dengan kekerasan
sangat mendominasi. Termasuk pula, terdapat kecenderungan berisiko untuk
menjadi korban tindak pidana kekerasan di jalan-jalan umum. Ini disebabkan
pertimbangan dari pelakunya mempunyai kesempatan lebih mudah untuk
melarikan diri dibandingkan dengan di jalan-jalan kecil.9
9
Angkasa dan Iswanto, 2009, Viktimologi, Buku Ajar, FH Unsoed, Purwokerto, hlm. 35.
Kelima, masih adanya penadah. Adanya penadah dapat menjadi salah satu
faktor pendorong pelaku melakukan kejahatan begal, di mana keberadaan penadah
mempermudah pelaku kejahatan begal menjual barang ilegal yakni barang hasil
kejahatannya. Hal ini, tentunya tidak berlaku bagi pelaku kejahatan begal yang
tidak menggunakan perantara penadah. Penadah dalam hal ini sebagai salah satu
lingkungan sosial pelaku, maka dengan memutus mata rantai antara penadah dan
pelaku kejahatan begal tentunya dapat mempersempit ruang gerak pelaku.
Simpulan
Saran
Mengenai kasus pembegalan yang kian marak terjadi dalam tiap daerah
diIndonesia maka hal tersebut dapat dijadikan sebagai suatu indikator bagi
pemerintah maupun bagi para penegak hukum diIndonesia untuk lebih
memperhatikan gejala gejala social yang nampak dalam masyarakat, serta
mengatasinya dengan menjalankan kewenangan sebaik mungkin sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang undangan.
DAFTAR PUSTAKA
Sri Uteri, Indah. 2012.Aliran Dan Teori Dalam Kriminologi. Yogyakarta. Thafa Media;