Anda di halaman 1dari 2

1.

Jadi yang pertama menurut saya kejadian diatas awal nya diawali dengan Alqawani, seorang warga

Qatar yang tertarik membeli kertas di toko online milik Craig dan Dodi, www.tunggalika nusandra dan

nexianexpres pada Maret 2010 lalu Setelah memesan, Craig sempat mengirim sampel kertas sebanyak

satu rim ke Qatar. Alqawani yang puas kemudian memesan lebih banyak. Ia kemudian mentransfer Rp

200 juta ke nomor rekening toko tersebut. Setelah itu, Craig menghilang bersama uang Alqawani tanpa

bisa dihubungi kembali.

Polri telah membidik sindikat toko palsu ini sejak akhir 2010 setelah korban melaporkan toko tersebut
ke

KBRI di Qatar. "Sementara korbannya kebanyakan warga di Qatar. Satu orang ada yang tertipu Rp 200

juta untuk DP pembelian kertas. Itu baru sementara. Seperti penipuan yang di Bali. Kalau pelaku

utamanya tertangkap, biasanya banyak korban yang melapor. Jadi bisa saja jumlah kerugiannya

banyak," tuntasnya."

Menurut Kanit Cyber Crime Bareskrim Polri Kombes Pol Sulistyo, anggotanya memang terus memburu

komplotan penipu tersebut sejak mendapat laporan dari korban seorang warga Qatar, Alqawani, pada

2010. "Rabu dua minggu lalu di Medan sudah tertangkap satu orang anggotanya oleh tim kita sendiri,

tim Cyber sini (Mabes). Namanya yang ditangkap, Christianto alias Craig," ujar Sulistyo saat dihubungi,

Selasa (1/3/2011) "Tim Cyber Bareskrim Mabes Polri menangkap Christianto alias Craig, seorang

anggota komplotan penipuan jual beli kertas online, di Medan.


Sementara, dua pelaku utama yang menjadi otak kejahatan dunia maya ini masuk dalam Daftar

Pencarian Orang (DOP) alias buronan kepolisian. Keduanya adalah Muhammad Redha dan Tunggalika

Nusandra alias Dodi. "Dua itu pelaku utamanya. Alat bukti berupa buku tabungan BCA sudah disita dari

para pelaku. Waktu itu kita sudah geledah rumah dari 2 DPO itu," jelasnya. Selesai

2.Pihak pihak yang terlibat :

- Tim Cyber Bareskrim Mabes Polri sebagai penegak hukum

- Alqawani, seorang warga Qatar adalah korban

- Christianto alias Craig, seorang anggota komplotan penipuan jual beli kertas online adalah salah satu

pelaku yang sudah tertangkap

- Muhammad Redha dan Tunggalika Nusandra alias Dodi adalah dua pelaku utama yang menjadi otak

kejahatan dunia maya ini masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DOP) alias buronan kepolisian
3.Untuk motif nya sudah jelas adalah demi keuntungan sepihak/cuan dengan merugikan orang lain, dan

unsur unsur kejahatan nya adalah penipuan online Pada dasarnya, Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU ITE”) dan perubahannya tidak mengatur secara

khusus mengenai tindak pidana penipuan. Sementara itu, dalam Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (“KUHP”) mengatur tindak pidana penipuan sebagai berikut:

Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum

dengan menggunakan nama palsu atau martabat (hoedaningheid) palsu; dengan tipu muslihat, ataupun

rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau

supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang, diancam, karena penipuan, dengan pidana
penjara

paling lama empat tahun.Terdapat beberapa pasal yang dapat dikenakan untuk menjerat pelaku
penipuan

bermodus jual beli online tersebut perbuatan tersebut memenuhi unsur-unsur pasal, di antaranya yaitu

Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU ITE”).

4.Modus operandi yang mereka lakukan adalah seperti ini yaitu mereka membuka toko online yang

menjual barang berupa kertas , mereka dengan sengaja memikat korban dengan mengirimkan contoh

barang agar mudah dipercaya oleh korban nya kalo memang toko tersebut betulan nyata dan menjual

barang tersebut dan bayar nya pun bisa di dp dulu begitu korban sudah mengirimkan dana dp tersbut

disitulah mereka lenyap dan menipu korban nya tersebut dengan tidak mengirimkan barang yang
dipesan

alias hanyan tipu tipu saja.

Anda mungkin juga menyukai