Anda di halaman 1dari 9

BAB II

LANDASAN TEORI

The British Law Commision, mengartikan Cyber Crime / Computer


Crime sebagai manipulasi dengan menghalalkan segala cara disertai itikad
buruk dengan maksud untuk menimbulkan kerugian kepada pihak lain, dan
juga untuk mandapatkan keuntungan memperoleh uang, barang dan lain-lain.
(Aryyaguna, 2017: 21)
Mandell, membagi Cyber Crime atas dua kegiatan, yaitu (1) penipuan
komputer untuk melaksanakan perbuatan penipuan, pecurian atau
penyembunyian yang dimaksud untuk memperoleh keuntungan keuangan,
keuntungan bisnis, kekayaan, atau pelayanan, dan (2) ancaman terhadap
komputer itu sendiri, seperti pencurian perangkat keras atau lunak, sabotase
dan pemerasan. (Aryyaguna, 2017: 21-26)
Kejahatan dengan jaringan internet yang marak di Indonesia meliputi
penipuan kartu kredit, perbankan, judi online, penyebaran berita bohong,
penipuan saat berbisnis online, dan lain-lain. (Aryyaguna, 2017: 26)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, penipuan berarti perbuatan,
cara menipu (mengecoh), bohong, palsu, tidak jujur. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa penipuan adalah perbuatan yang tidak jujur, palsu,
bohong, untuk menyesatkan dan merugikan orang lain atau suatu kelompok,
utnuk kepentingan dirinya sendiri. (Aryyaguna, 2017: 26)
Biasanya orang yang melakukan penipuan membuat sesuatu seolah-
olah benar terjadi, namun perkataan itu nyatanya tidak sesuai dengan
kenyaatan yang sebenarnya terjadi, karena pada dasarnya penipu melakukan
hal tersebut untuk meyakinkan bahwa orang yang menjadi sasaran mereka
mengikuti perkataan mereka. Mereka juga menggunakan nama dan jabatan
yang palsu agar orang-orang semakin yang dengan perkataan mereka. Di
Indonesia sendiri, kejahatan yang marak terjadi dengan jaringan internet
meliputi penipuan kartu kredit, perbankan, judi online, penyebaran berita
bohong (hoax), penipuan saat berbisnis online, dan lain-lain.
Kejahatan penipuan dalam bentuk umum ditetapkan dalam KUHP
pada Pasal 378. Dalam pasal ini telah diatur bahwa barang siapa dengan
maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak,
baik dengan memakai nama palsu, baik dengan akal dan tipu muslihat
maupun dengan karangan-karangan perkataan bohong., membujuk orang
supaya memberikan suatu barang, membuat utang atau menghapuskan
piutang, dihukum karena penipuan, dengan hukuman penjara selama-lamanya
4 tahun. (Aryyaguna, 2017: 32)
Menurut ahli hukum pidana Andi Zainal Abidin Farid, bahwa unsur-
unsur tindak pidana penipuan yang terkandung dalam pasal 378 tersebut yaitu
:
1. Membujuk,
2. Menyerahkan suatu barang atau supaya memubuat suatu hutang atau
minghapuskan suatu utang,
3. Dengan menggunakan upaya-upaya atau cara-cara:
a. Memakai nama palsu
b. Memakai kedudukan palsu
c. Memakai tipu muslihat
d. Memakai rangkaian kata-kata bohong
4. Dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain
dengan membawa hukum. (Aryyaguna, 2017: 21-34)

Aryyaguna, Adhi Dharma. (2017). Skripsi Tinjauan


Kriminologis Terhadap Kejahatan Penipuan Berbasis Online.
Makassar: tidak diterbitkan.

Jual Beli Online adalah suatu kegiatan pembelian


menggunakan media internet dari penjual ke penjual ataupun
penjual ke konsumen. Dengan melakukan pembelian suatu barang
melalui internet, konsumen dapat melihat terlebih dahulu
spesifikasi barang yang akan dibeli. Biasanya, spesifikasi
barang ditemukan pada kolom keterangan. Kegiatan belanja
menggunakan media internet merupakan bentuk komunikasi yang
tidak memerlukan komunikasi secara tatap mukasecara langsung
melainkan dapat dilakukan secara terpisah dari berbagai tempat
ke tempat lain dengan menggunakan media laptop, notebook,
handphone, dan lain-lain. Ada juga penjualan online yang di lakukan
dengan menjual barang ke media sosial ataupun web yang kemudian penjual
dan konsumen bertemu di sebuah tempat yang telah di sepakati sebelumnya,
cara ini dilakukan apabila lokasi penjual dan konsumen tidak terlalu jauh.

Pada keberlangsungan transaksi online yang meningkat,


tidak menutup kemungkinan bahwa tingkat kriminalitas seperti
penipuan juga akan semakin meningkat pula. Berdasarkan riset
yang dilakukan BukaLapak.com terrhadap 1000 responden,
terdapat 21% mengaku pernah menjadi korban penipuan.

Dengan maraknya kasus penipuan seperti ini, tidak hanya


pihak konsumen yang merasa dirugikan, namun juga para penjual
lain yang berbisnis secara jujur. Karena, ketakutan para
konsumen akan kasus penipuan seperti yang banyak terjadi,
akhirnya mengham perkembangan bisnis mereka.

Dalam pemberantasannya pun, masih banyak kasus yang


tidak terungkap daripada kasus yang terungkap. Hal ini juga
didasarkan pada pengetahuan masyarakat yang tidak tahu
bagaimana melaporkan kasus penipuan itu sendiri. Sehingga hal
ini menyebabkan pihak kepolisian kesulitan untuk melakukan
investigasi dan mengusut pelaku penipuan tersebut.
Utomo, H. T., Febriliyan Samopa, Bambang Setiawan.
(2012). Pengembangan Sistem Pengaduan Konsumen Terkait Bisnis
Online Berbasis Facebook Open Graph Protocol Dan SMS Gateaway.
Surabaya: Jurnal Teknik ITS Vol. I1, No. 1 ISSN: 2301-9271.

Selama ini, kondisi ekonomi, kriminalitas dan keseimbangan anatar


hidup dan pekerjaan menjadi urutan tiga teratas kekhawatiran utama
konsumen Indonesia pada kuartal ini. Namun saat ini presentase konsumen
yang sangat khawatir akan keadaan ekonomi sedikit menurun untuk kuartal
pertama. Meski demikian, kekhawatiran akan kriminalitas justru meningkat.

Septania, R. C. (2016). Indeks Kepercayaan Konsumen Indonesia


Meningkat, [On-line]. Available FTP: http://swa.co.id/swa/trends/indeks-
kepercayaan-indonesia-meningkat/, Tanggal Akses 29 Maret 2018.

Berdasarkan pnelitian yang dilakukan Reza Andryanto dalam


skripsinya yang berjudul Perngaruh Kepercayaan, Persepsi Manfaat, Dan
Persepsi Kemudahan Penggunaan Terhadap Minat Beli Di Toko Online
menyatakan bahwa suatu kepercayaan akan berpengaruh pada minat beli
konsumen pada transaksi online. Selain masalah kepercayaan, juga dijelaskan
bahwa adanya sebagian masyarakat yang berbelanja online tidaklah praktis
dan ada juga yang tidak mengetahui cara berbelanja online, juga tidak semua
konsumen memiliki akses m-banking untuk melakukan pembayaran sehingga
mereka tetap harus melakukan pembayaran dengan mendatangi bank secara
langsung.

Andryanto, Reza. (2016). Skripsi Perngaruh Kepercayaan, Persepsi


Manfaat, Dan Persepsi Kemudahan Penggunaan Terhadap Minat Beli Di
Toko Online. Skripsi di Universitas…: tidak diterbitkan.

Sebagaimana penelitian yag telah dilakukan oleh Pavlou dan Gefen


(2002), Kim dan Tadisina (2003), Corbit et al (2003), Mukherjee dan Nath
(2003), dan penelitian yang lain dari sekian banyak faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya transaksi online, factor kepercayaan (trust)
merupakan faktor kunci dan faktor yang signifikan. Hanya pelanggan yang
mempunyai kepercayaan yang berani melakukan transaksi secara online.
Tanpa adanya kepercayaan dari para pelanggan, maka tidak akan mungkin
transaksi online akan terjadi.

Dalam Utoyo (2003), menurut hasil riset ClearCommerce.com (2001),


Indonesia dinyatakan berada di urutan ke-2 negara asal pelaku cyberfraud
(kejahatan melalui internet) setelah Ukraina. Hasil riset ini menunjukkan
bahwa sekitar 20% dari total transaksi kartu kredit dari Indonesia di Internet
adalah fraud. (

Jaya, D. Candra. (Tanpa Tahun). Peran Kepercayaan Dalam Perilaku


Pelanggan Untuk Meningkatkan Penjualan Secara Online. ……: tidak
diterbitkan.

Secara umum, penipuan telah diatur dalam pasal 378 KUHP yang
berbunyi: “Barang siapa dengan maksud menguntungkan diri sendiri, atau
orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu, atau
martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan,
menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya,
atau supaya memberi hutang, maupun menghapuskan piutang, diancam
karena penipuan dengan penjara paling lama empat tahun.”

Berbeda dengan penipuan yang diatur dalam UU ITE, di dalam nya


mengatur tentang berita bohong dan penyesatan dalam lingkup internet.
Penipuan dalam UU ITE ini memiliki ruang lebih sempit dari pengaturan
Pasal 378 KUHP. Pasal 28 ayat (1) berbunyi: “Setiap orang dengan sengaja
dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang
mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik.” (hlm.106)

Dan diancam dengan sanksi pidana oleh Pasal 45 ayat (2) yang
menentukan: “Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana pidana paling
lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).” (Sumenge, 2013: hlm 110)

Sumenge, M. M. (2013). Penipuan Menggunakan Media Internet Berupa


Jual-Beli Online. Kota: Lex Crimen Vol. II No. 4

Dalam pelaksanaannya, KUHP mengalami kesulitan dalam menangani


kasus penipuan, karena tidak ada ketentuan khusus mengenai perbuatan
tersebut. Salah satu faktor penghambatnya adalah sarana dan fasilitas hukum
yang belum memadai. Dalam KUHP ini, harus dilihat terlebih dahulu unsur-
unsur kasus penipuan itu sendiri. Maka, dari unsur-unsur tersebut dapat
disimpulkan bahwa KUHP dapat digunakan dalam menangani kasus
penipuan, namun belum cukup efektif dalam menanggulangi tindak pidana
tersebut.

Darmayanti, D. M. P., Ketut Suardita. (Tanpa Tahun) Kajian Terhadap


Tindak Pidana Melalui Jual-Beli Online. Bali: tidak diterbitkan.

Putra, A. J. Suarjana. (2016). Skripsi Pencegahan Tindak Pidana Penipuan


Transaksi Jual Beli Online di Polresta Denpasar. Bali: tidak diterbitkan.

Illegal Contens adalah kejahatan dengan memasukkan data atau


informasi ke internet tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan
dapat dianggap melanggar hukum atau mengganggu ketertiban umum.
Computer Related Fraud adalah kecurangan atau penipuan yang dibuat untuk
mendapatkan keuntungan pribadi atau untuk merugikan orang lain.
(Sumenge, 2013: hlm.107)

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam jual beli secara online, antara
lain:

1. Penjual atau merchant atau pengusaha yang menawarkan sebuah produk


melalui internet sebagai pelaku.
2. Pembeli atau konsumen.
3. Bank sebagai pihak penyalur dana dari konsumen kepada penjual ataupun
pengusaha. Ada juga beberapa online shop yang tidak melibatkan bank,
namun mereka menerapkan sistem pembayaran dengan COD (Cash On
Delivery).
4. Provider sebagai penyedia jasa layanan akses internet. (Sumenge, 2013:
hlm.108)

Sumenge, M. M. (2013). Penipuan Menggunakan Media Internet Berupa


Jual-Beli Online. Kota: Lex Crimen Vol. II No. 4
Metode Penelitian
Setyawan, Indra. (2008). Skripsi Tinjauan Hukum Pidana Mengenai Tindak
Pidana Penipuan. Surakarta: tidak diterbitkan.
Praktek penipuan adalah orang yang secara aktif terlibat dalam
mendefinisikan, mengelola, dan memantau praktik pencegahan penipuan
untuk bisnis. (Montague:2011)
Masalah keamanan dan penipuan untuk pedagang jauh lebih rumit dari
sekedar mengamankan proses pemeriksaan. Pedagang harus berkaitan dengan
keamanan terhubung dengan, mengamankan transfer dari, dan perlindungan
berkelanjutan dari data konsumen yang sensitif. (Montague, 2011: 32)
Penipuan bukanlah hal baru. Pengambilan properti dari orang lain telah
ada selama manusia berada di bumi ini. Penipuan dicirikan sebagai
pengambilan barang atau layanan dari yang lain dengan menggunakan trik
atau perangkat. Dalam beberapa kasus, konsep penipuan sangat jelas, seperti
kasus di yang seorang penipu jelas mencoba untuk lulus kartu kredit curian
atau mencoba untuk mencuri barang ke orang lain. Tapi tidak semua penipu
penjahat yang dikeraskan. Dalam beberapa kasus, orang yang mungkin
terlihat seperti konsumen yang baik sebenarnya tidak lebih dari seorang
penipu. Misalnya, seorang konsumen mungkin percaya dia lebih pintar dari
pedagang dan memesan produk dengan maksud menggunakannya dan
mengembalikannya. Atau seorang konsumen dapat memesan barang,
menerima mereka, dan mengatakan dia tidak menerimanya. Beberapa
konsumen, yang biasanya konsumen yang baik, tidak mempercayai jenis ini
kegiatan sebenarnya adalah penipuan. Tetapi bagi pedagang, hasil akhirnya
adalah tidak berbeda jika seorang penjahat yang diperas menggunakan kartu
kredit curian. Apa yang memotivasi seorang penipu untuk melakukan
penipuan? Uang? Sensasi atau bahaya yang terlibat? Atau apakah itu ujian
keterampilan? Itu benar-benar tidak masalah, seperti maksud adalah apa yang
saya perhatikan — maksud mengambil barang atau jasa dengan menggunakan
trik atau perangkat. Sejumlah besar konsumen dan pedagang mengaitkan
peningkatan kredit penipuan kartu online dengan pencurian identitas.
Kenyataannya, pencurian identitas adalah salah satunya skema tertua
dalam buku ini. Faktanya adalah kita semua hanya mendengar lebih banyak
tentang itu di berita hari ini. Tampaknya pencurian identitas adalah fenomena
baru era internet, tetapi dalam kenyataannya, salah satu cara terbaik untuk
menghilang selama berabad-abad adalah untuk mengadopsi identitas baru.
Apa yang lebih baik cara untuk mengadopsi identitas baru daripada mencuri
dari yang lain? Tanpa keraguan, penipu dapat memperoleh salinan akte
kelahiran dan dari itu mereka bisa dapatkan nomor jaminan sosial dan
dokumen lain untuk mencuri konsumen identitas. Pencurian identitas
hanyalah sebagian dari masalah — mekanisme tunggal untuk melakukan
penipuan. Pencurian identitas hanya menawarkan penipu dengan cara lain
melakukan kejahatan dan menyembunyikannya dari deteksi. (Montague,
2011: 59-61)
Penipuan melalui internet atau penipuan berbasis online merupakan
kejahatan yang marak terjadi saat ini. Pengguna internet yang semakin
meningkat ternyata membuka kesempatan yang lebih besar bagi para penipu
online untuk mendapatkan uang atau keuntungan dari internet. Ada banyak
sekali pengguna internet yang mencari peluang melalui bisnis online, dan ini
memberikan ide bagi para scammer (pelaku penipuan berbasis online) untuk
meraup keuntungan. (Aryyaguna,2017: 2)
Ada banyak modus penipuan di dunia maya, mulai dari toko online
hingga penawaran bisnis online. Penipuan yang berkedok bisnis online dapat
tersamar dengan sangat baik, bahkan orang yang sudah sering bermain
internet tidak sadar bahwa dia sedang tertipu. Penipuan bisnis online bisa
dilakukan dengan berbagai modus, berikut ini beberapa modus yang biasa
digunakan oleh pelaku untuk menjerat korbannya seperti melakukan modus
penipuan bisnis online berupa pembajakan akun. Modus penipuan bisnis
online yang paling sering dijumpai pada saat bertransaksi seperti barang yang
tidak terkirim atau tidak sampai ke penerima, atau barang yang sampai kepada
konsumen tidak sama dengan barang yang diperjual-belikan.
(Aryyaguna,2017: 3)
Montague, David. 2011. Essentials of Online Payment Security and
Fraud Prevention

Dharma, Adhi.2017.Tinjauan Krimonologis terhadap Kejahatan


Penipuan Berbasis Online. Makassar: Tidak diterbitkan. (Skripsi)

Anda mungkin juga menyukai