Anda di halaman 1dari 16

Vol. 1, No.

1, 2023

SHARIA AND LAW PROCEEDING (SL-PRO)


The 2nd Raden Fatah International Conference
On Sharia and Law Faculty (RAFAH-ICoShaL)

Penipuan Digital: Antara Penipuan dan Privasi Data Dalam Hukum


Pidana Islam

Halwa Sabilah
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Hukum Pidana Islam

Keywords: Abstrak

Penipuan: Privasi Penipuan merupakan tindakan yang dilakukan dengan tujuan


Data, Hukum memperoleh keuntungan secara tidak sah atau merugikan orang
Pidana Islam lain dengan menggunakan berbagai metode manipulatif.
Penipuan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, baik secara fisik
maupun melalui platform digital. Pelaku penipuan seringkali
menggunakan tipu daya, manipulasi informasi, atau pemalsuan
identitas untuk mengecoh korbannya. Penipuan tidak hanya
menyebabkan kerugian finansial, tetapi juga dapat merusak
kepercayaan, menciptakan ketidak amanan, dan mengancam
privasi individu. Hukum Pidana Islam sebagai sarana mengatur
aturan tentang sanksi bagi penipuan yang terdapat di Al- Qur’an
serta Hukum Pidana Positif mengatur sanksi penipuan dalam
KUHP. Tujuan penelitian ini bertujuan agar masyarakat
memahami urgentsi nya penipuan dalam sosial media dengan
menggunakan metode yang dikemas seperti asli oleh oknum -
oknum penipu. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang
didasarkan pada data primer dan sekunder. Data primer yang
digunakan dalam studi ini berupa deskripsi teks berita online,
yang diperoleh melalui proses pembacaan pada 1.000 berita
online dengan menggunakan kata kunci pencarian “penipuan
melalui media digital” melalui mesin pencarian Google.Hasil
penelitian ini menunjukan bagaimana peran hukum pidana islam
serta solusi dalam menyelesaikan tindak pidana yang dilakukan
oleh penipu melalui media online.

Pendahuluan
Zaman semakin berkembang dengan maraknya penipuan melalui media digital
telah menjadi ancaman serius dalam masyarakat saat ini (Utami et al., 2021)
Dengan semakin luasnya penggunaan internet dan adopsi teknologi digital,
para penipu telah menemukan cara baru untuk mengeksploitasi orang-orang
secara online. Mereka menggunakan berbagai metode seperti phishing,
penipuan investasi, penipuan motif menyebarkan undangan pernikahanan, dan
penipuan pembayaran online untuk mencuri informasi pribadi, mengelabui
orang, dan mendapatkan keuntungan finansial secara ilegal. Penipuan ini sering

101
Sharia and Law Proceeding Halwa Sabilah
Vol. 1, No. 1, 2023 Penipuan Digital: Antara Penipuan Dan Privasi Data
Dalam Hukum Pidana Islam. 101 - 116

kali mengandalkan teknik manipulasi emosional, penampilan situs web palsu,


atau pesan palsu yang terlihat meyakinkan.{Formatting
Citation} Masalah ini tidak hanya merugikan individu, tetapi juga merusak
kepercayaan dan integritas platform digital, mempengaruhi stabilitas ekonomi,
dan memerlukan tindakan yang serius untuk melawan dan mencegah penipuan
online. Menurut (Al Jum’ah, 2019) Salah satu isu utama yang terkait dengan
penipuan melalui media digital adalah keamanan data dan privasi. Saat penipu
mendapatkan akses ke informasi pribadi, seperti kata sandi, nomor kartu kredit,
atau rincian identitas, mereka dapat mengeksploitasinya untuk keuntungan
pribadi mereka. Pelanggaran data dan pencurian identitas menjadi ancaman
yang nyata, dengan dampak jangka panjang bagi individu yang terkena
dampaknya. Selain itu, Menurut (Maulidya & Rozikin, 2022) ada juga isu terkait
kurangnya regulasi yang memadai untuk melindungi konsumen dari penipuan
online. Para penipu seringkali beroperasi secara internasional, menggunakan
infrastruktur yang sulit dilacak, dan menghindari tanggung jawab hukum.
Inisiatif kolaboratif antara pemerintah, perusahaan teknologi, dan lembaga
penegak hukum perlu ditingkatkan untuk melawan penipuan digital secara
efektif dan melindungi masyarakat dari ancaman yang semakin berkembang ini.
Salah satu kekurangan dari fenomena penipuan melalui media digital
adalah kurangnya kesadaran dan pemahaman yang luas di kalangan pengguna
internet. Menurut (Pautina et al., 2022) banyak orang yang masih kurang
waspada terhadap risiko penipuan online dan rentan terhadap manipulasi yang
dilakukan oleh penipu. Penipuan-penipuan ini seringkali dikemas dengan sangat
canggih, sehingga sulit bagi orang awam untuk membedakan antara situs web
asli dan palsu, atau antara pesan yang sah dan phishing. (Irawan, 2020) Selain
itu, penegakan hukum terhadap penipuan online juga masih menghadapi
tantangan. Menurut (Miftakhur Rokhman Habibi, 2020) Penipu seringkali
beroperasi di wilayah lintas negara dan menggunakan teknologi anonim,
sehingga sulit untuk melacak dan menangkap mereka. Regulasi yang ada
belum selalu mampu mengikuti perkembangan teknologi dan metode penipuan
baru yang terus berkembang. Penipu dapat memanfaatkan platform social
media untuk menyebarkan penipuan dengan cepat kepada banyak orang,
memanipulasi opini publik, atau memperoleh legitimasi palsu melalui ulasan
palsu atau testimoni palsu. Penting bagi individu untuk meningkatkan literasi
digital mereka, mengenali tanda-tanda penipuan online, dan mempraktikkan
kehati-hatian yang lebih tinggi saat berinteraksi secara online. Selain itu,
diperlukan kerjasama antara pemerintah, perusahaan teknologi, dan lembaga
penegak hukum untuk meningkatkan keamanan digital, memberlakukan
regulasi yang lebih ketat, serta mengembangkan solusi dan mekanisme untuk
melaporkan dan menangani penipuan secara efektif.
Tulisan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dari persoalan yang
hadir akibat fenomena penipuan yang dilakukan di social media. Selain
menghadirkan kontribusi, fenomena tulisan ini juga melihat bagaimana
persoalan-persoalan yang hadir. Maka dari itu setidaknya terdapat tiga
pertanyaan yang diajukan dalam tulisan ini terkait dengan persoalan penipuan
berbasis online, diantaranya Untuk merespons kekurangan yang telah

102
Sharia and Law Proceeding Halwa Sabilah
Vol. 1, No. 1, 2023 Penipuan Digital: Antara Penipuan Dan Privasi Data
Dalam Hukum Pidana Islam. 101 - 116

disebutkan, berikut adalah tiga langkah yang dapat diambil: a) Peningkatan


Kesadaran dan Pendidikan Pengguna Internet: Penting untuk meningkatkan
kesadaran dan pemahaman di kalangan pengguna internet tentang risiko
penipuan online. Ini dapat dilakukan melalui kampanye pendidikan yang
menyediakan informasi tentang taktik penipuan yang umum, cara mengenali
tanda-tanda penipuan, dan langkah-langkah keamanan yang harus diambil.
Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan penyedia layanan internet
dapat bekerja sama untuk menyediakan sumber daya, seminar, atau program
pendidikan online yang mengedukasi pengguna tentang ancaman yang ada dan
cara melindungi diri mereka sendiri. b) Meningkatkan Kesadaran akan Risiko
dan Waspada: Selain meningkatkan kesadaran, penting juga untuk mendorong
pengguna internet untuk menjadi lebih waspada terhadap risiko penipuan
online. Ini dapat dicapai dengan mempromosikan praktik-praktik keamanan
online yang baik, seperti menggunakan kata sandi yang kuat dan unik,
menghindari mengklik tautan atau membuka lampiran dari sumber yang
mencurigakan, dan memverifikasi keaslian situs web atau penawaran sebelum
melakukan pembelian atau memberikan informasi pribadi. Penyedia layanan
internet juga dapat menyediakan peringatan atau filter yang dapat mendeteksi
dan memblokir situs web yang dicurigai sebagai penipuan. c.) Perkuat
Penegakan Hukum dan Kerjasama Internasional: Untuk mengatasi tantangan
dalam penegakan hukum terhadap penipuan online, penting untuk memperkuat
kerjasama internasional dalam menangani kejahatan siber lintas batas. Negara-
negara harus meningkatkan kerja sama mereka dalam pertukaran informasi,
pengembangan kapasitas, dan penegakan hukum bersama. Peningkatan
sumber daya dan pelatihan untuk penegak hukum juga diperlukan agar mereka
dapat menghadapi tantangan yang terus berkembang dalam domain kejahatan
siber. Selain itu, undang-undang dan peraturan harus diperbarui secara teratur
untuk mengatasi inovasi penipuan online dan memberikan kerangka hukum
yang kuat untuk menindak pelaku kejahatan.

Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yuridis normative. Adapun yang menjadi
fokus penelitian ialah penyalahgunaan media sosial sebagai sarana oknum
untuk melakukan penipuan. Di era digital yang terus berkembang, media sosial
telah menjadi platform yang sangat populer dan luas digunakan oleh
masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah memberikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang fenomena penipuan melalui media sosial, serta memberikan
dasar bagi pengembangan strategi dan kebijakan yang lebih efektif dalam
melawan penipuan tersebut. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang
metode penipuan, strategi pencegahan yang tepat dapat dikembangkan untuk
melindungi masyarakat dari ancaman penipuan online dan menjaga integritas
dan kepercayaan dalam penggunaan media sosial.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang didasarkan pada data
primer dan sekunder. Data primer yang digunakan dalam studi ini berupa
deskripsi teks berita online, yang diperoleh melalui proses pembacaan pada
1.000 berita online dengan menggunakan kata kunci pencarian “penipuan

103
Sharia and Law Proceeding Halwa Sabilah
Vol. 1, No. 1, 2023 Penipuan Digital: Antara Penipuan Dan Privasi Data
Dalam Hukum Pidana Islam. 101 - 116

melalui media digital” melalui mesin pencarian Google. Proses pencarian dan
pembacaan pada berita online tersebut dilakukan oleh tiga orang penulis
melalui personal computer, dari tanggal 20 Maret 2022 sampai dengan 18
Januari tahun 2023. Pembacaan pada 1.000 berita online difokuskan pada
judul-judul berita dan menghasilkan tiga tema dominan, diantaranya; marak
penipuan modus undangan pernikahan, modus penawaran kerja melalui APK,
motif mengirim paket. Dari tiga tema tersebut, kemudian dilakukan eksplorasi
terhadap isi berita secara mendalam untuk menemukan bentuk, perlakuan,
studi ini juga menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui website,
buku, yang relevan.

Hasil dan Pembahasan


Kasus Penipuan Media Digital
Maraknya kasus penipuan melalui media digital telah menjadi ancaman
yang semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu bentuk
penipuan yang umum adalah penipuan melalui platform media sosial. Para
penipu menciptakan profil palsu yang terlihat meyakinkan, seringkali
menggunakan foto dan informasi pribadi orang lain. Mereka kemudian
menghubungi pengguna media sosial dengan berbagai dalih, agar korban
tertarik dengan yang mereka tawarkan dan pelaku mengambil keuntungan dari
yang mereka berikan. Mereka mengupaya untuk mengelabui korban, mereka
mengarahkan pengguna untuk mengungkapkan informasi pribadi atau
mentransfer uang. hal tersebut dapat dilihat dari data di bawah ini:

Tabel. 1 Data Penipuan Media Digital

KASUS MODUS KETERANGAN


Pelaku mengirimkan file https://www.bi.go.id/id
Penipuan APK agar calon korban /publikasi/ruang-
menyebarkan file mengklik dan menginstal media/cerita-
APK bi/Pages/Waspada!-
Modus-Penipuan-
Online-Terbaru-lewat-
File-APK.aspx
Penipuan berkedok Pelaku mengirim foto https://www.cnbcindon
mengirim paket berbentuk file dengan esia.com/tech/2023012
barang motif mengirim paket 3180846-37-
barang 407629/terungkap-
begini-modus-
penipuan-berkedok-
kurir-paket

104
Sharia and Law Proceeding Halwa Sabilah
Vol. 1, No. 1, 2023 Penipuan Digital: Antara Penipuan Dan Privasi Data
Dalam Hukum Pidana Islam. 101 - 116

Penipuan Pelaku menawarkan https://news.detik.com


memberikan kerja pekerjaan melalui /berita/d-
dengan klik link aplikasi hanya dengan 6715251/polisi-penipu-
subcribe memencet Like dan modus-kerja-pencet-
Subscribe pada video like-subscribe-diduga-
YouTube sindikat
Penipuan motif Pelaku menawarkan https://inet.detik.com/s
manawarkan pekerjaan bodong yang ecurity/d-
pekerjaan di aplikasi beredar di LinkedIn 6646389/awas-
LinkedIn tujuannnya melakukan pemburu-kerja-di-
serangan phishing linkedin-jadi-incaran-
penipuan

Dari tabel diatas dapat dilihat bagaimana dalam era digital, orang dapat
dengan mudah menipu orang lain dengan cara memberikan undangan
pernikan, mengirim foto paket agar korban mengklik foto tersebut, memberikan
pekerjaan dengan hanya mengklik link subscriber, memberikan perkerjaan
dengan aplikasi LinkedIn menyebarkan undangan pernikahan secara digital.
Salah satu taktik yang umum digunakan adalah membuat situs web palsu yang
terlihat seperti dari lemabag resmi. Penipu ini mungkin mencuri informasi
pribadi korban melalui formulir online yang mereka sediakan, atau mereka bisa
mengarahkan korban untuk melakukan pembayaran atas layanan yang
sebenarnya tidak ada. Selain itu, penipu juga dapat memanfaatkan platform
media sosial dengan membuat akun palsu yang mengaku sebagai pasangan
pengantin dan meminta kontribusi keuangan untuk acara pernikahan yang
sebenarnya tidak ada. Penting untuk selalu berhati-hati dan memeriksa keaslian
undangan pernikahan digital yang diterima, verifikasi informasi dengan sumber
yang dapat dipercaya, dan tidak memberikan informasi pribadi atau melakukan
transaksi keuangan tanpa melakukan pengecekan yang tepat. Jika ada
kecurigaan tentang penipuan, segera laporkan kegiatan tersebut kepada
otoritas yang berwenang untuk tindakan lebih lanjut.
Penyebaran privasi data telah menjadi isu yang semakin penting di era
digital ini. Dalam lingkungan yang terus terhubung secara online, pengguna
sering kali harus berbagi informasi pribadi mereka dengan berbagai platform
dan layanan. Namun, kekhawatiran tentang penggunaan dan penyalahgunaan
data pribadi semakin meningkat. Data pribadi dapat tersebar melalui berbagai
cara, seperti pelacakan online, pengumpulan data oleh perusahaan, serangan
peretasan, dan berbagi informasi dengan pihak ketiga tanpa persetujuan yang
jelas. Penyebaran privasi data yang tidak diinginkan dapat mengakibatkan
dampak serius, termasuk pencurian identitas, penyalahgunaan informasi
pribadi, dan manipulasi perilaku. Oleh karena itu, penting bagi individu dan
organisasi untuk memperhatikan keamanan dan privasi data mereka, serta
mempertimbangkan langkah-langkah untuk melindungi dan mengendalikan
informasi pribadi mereka, berikut data dibawah ini yang menyebabkan
beberapa faktor tersebarnya data pribadi.

105
Sharia and Law Proceeding Halwa Sabilah
Vol. 1, No. 1, 2023 Penipuan Digital: Antara Penipuan Dan Privasi Data
Dalam Hukum Pidana Islam. 101 - 116

Kasus Penyebaran Privasi Data

Table. 2 Data Faktor Tersebarnya Privasi Data

KASUS PENYEBAB KETERANGAN


Peretasan Data Bank Ransomware Diduga https://www.dw.com/i
Syariah Indonesia Sebab Bocornya Data d/data-nasabah-bsi-
Nasabah BSI. diduga-bocor-karena-
ransomware/a-
65612084
https://www.cnbcindo
Data facebook bocor, Kesalahan manusia dan nesia.com/tech/20210
533 juta user kesalahan sistem dalam 405101044-37-
terancam dibegal keamaan seperti 235223/data-
hacker penyalahgunaan akses, facebook-bocor-533-
kelemahan enkripsi. juta-user-terancam-
dibegal-hacker
Kebocoran data Data Kesalahan Manusia https://www.cnbcindo
Pelanggan PLN yang Kurangnya kesadaran nesia.com/tech/20220
Diduga Dijual Hacker diri terhadap 820165321-37-
penyebaran data sensitif 365289/jenis-data-
seperti memasukkan pelanggan-pln-yang-
data pribadi berupa diduga-bocor-dijual-
nomor telfon di situs hacker
atau aplikasi yang tidak
aman.

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa privasi data yang tersebar menjadi
perhatian utama di era digital saat ini. Dengan perkembangan teknologi dan
ketergantungan kita pada internet, data pribadi kita semakin mudah terpapar
dan diakses oleh pihak yang tidak berwenang. Kelemahan keamanan, serangan
siber, dan kurangnya kesadaran pengguna terhadap risiko yang terkait dengan
privasi data, semuanya berkontribusi pada penyebaran yang mudah.
Perlindungan privasi data menjadi penting, baik melalui tindakan pribadi seperti
penggunaan kata sandi yang kuat dan kehati-hatian dalam berbagi informasi
pribadi, maupun melalui regulasi yang ketat yang mengatur penggunaan dan
perlindungan data pribadi.

Korelasi Sanksi Hukum Pidana Positif Hukum Pidana Islam


Dalam hukum pidana Islam, penipuan dianggap sebagai perbuatan
tercela yang melanggar prinsip-prinsip keadilan dan kejujuran. Islam
menekankan pentingnya integritas dan kejujuran dalam segala aspek
kehidupan, termasuk dalam bertransaksi dan berinteraksi dengan orang lain.
Penipuan dalam Islam dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak individu dan
merusak tatanan sosial yang adil. Oleh karena itu, hukum pidana Islam melihat
penipuan sebagai tindakan kriminal yang dapat dikenai sanksi hukum, dengan

106
Sharia and Law Proceeding Halwa Sabilah
Vol. 1, No. 1, 2023 Penipuan Digital: Antara Penipuan Dan Privasi Data
Dalam Hukum Pidana Islam. 101 - 116

tujuan menjaga keadilan dan melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang


merugikan dan menipu. Adapun table yang disajikan dibawah ini untuk melihat
sanksi bagi pelaku penipuan dilihat dari dalam Al-Quran dan KUHP.

Tabel. 3 Data Analisis Hukum Pidana Islam Tentang Penipuan Online

SUMBER HUKUM KETERANGAN


Surah Al- Ayat 9 https://ummetro.ac.id/bahagia-dengan-al-
Baqarah quran-opurtunis-vs-integritas-dalam-
peradaban/
Surah An-Nahl Ayat 94 https://www.tokopedia.com/s/quran/an-
nahl/ayat-
94?utm_source=google&utm_medium=organic
KUHP Pasal 28 https://www.hukumonline.com/klinik/a/pasal-
ayat (1) penipuan-online-lt4f0db1bf87ed3/
UU ITE

Dapat kita lihat dari table diatas bahwa sanksi bagi penipuan dalam
hukum pidana Indonesia diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP). Pasal 28 ayat (1) UU ITE mengatur setiap orang dengan sengaja dan
tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan
kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik. Allah SWT dalam Al-Quran
mengingatkan umat manusia untuk menjauhi perilaku penipuan dan
menekankan pentingnya keadilan dalam bertransaksi. Ayat-ayat seperti Surah
Al-Baqarah ayat 9 dan hadis Nabi Muhammad SAW juga menekankan
pentingnya kejujuran dan integritas dalam segala aspek kehidupan, termasuk
dalam bertransaksi. Dari perspektif hukum pidana dan nilai-nilai agama,
penipuan dianggap sebagai tindakan yang serius dan dapat dikenai sanksi
pidana sebagai bentuk pembalasan hukum dan menjaga tatanan sosial yang
adil.

Penipuan Dan Privasi Data Dalam Hukum Pidana Islam


Penipuan merupakan suatu tindakan yang melibatkan kebohongan,
manipulasi, atau penyalahgunaan kepercayaan orang lain dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan secara tidak sah. Dalam konteks online, menurut
(Oetary & Hutauruk, 2022) penipuan seringkali dilakukan melalui platform
digital, seperti email, media sosial, situs web palsu, atau aplikasi perbankan
online. Para penipu menggunakan berbagai Tindakan yang cerdik dan salah
satu nya teknik menyebarkan undangan secara online untuk melakukan
penipuan terhadap korban, yang sering kali mengakibatkan kerugian finansial,
pencurian identitas, dan data pribadi korban.menurut (Rahman & Arief, 2022)
Penipuan online merujuk pada berbagai jenis kegiatan penipuan yang dilakukan
melalui internet dengan menggunakan berbagai metode dan strategi yang
bertujuan untuk menipu dan merugikan korban, namun sekarang banyak
terjadinya penipuan melalui media online yang dapat melibatkan kegiatan

107
Sharia and Law Proceeding Halwa Sabilah
Vol. 1, No. 1, 2023 Penipuan Digital: Antara Penipuan Dan Privasi Data
Dalam Hukum Pidana Islam. 101 - 116

seperti penipuan melalui media sosial, penipuan motif mengundang undangan


secara online, penjualan barang palsu. Para pelaku penipuan online sering kali
menggunakan identitas palsu, atau memanfaatkan kerentanan masyarakat
terhadap teknologi digital untuk mencuri informasi pribadi, uang, atau
melakukan tindakan penipuan lainnya (Rahmad, 2019). Fenomena ini menjadi
ancaman serius bagi masyarakat yang menggunakan internet dalam kehidupan
sehari-hari, dan memerlukan upaya kolektif untuk mengatasi dan mengurangi
dampak negatif yang ditimbulkan.
Penipuan sering kali digunakan di media sosial salah satunya
menggunakan aplikasi Whatsaap yang kerap telah menjadi masalah yang cukup
serius dalam beberapa tahun terakhir. Pelaku penipuan menggunakan platform
ini untuk menyebarkan pesan palsu, mengirim tautan berbahaya, atau
mengklaim hadiah palsu untuk menipu pengguna yang kurang waspada.
Mereka sering kali menyamar sebagai teman atau anggota keluarga yang
dikenal, memanfaatkan teknik sosial engineering untuk memperoleh informasi
pribadi atau bahkan meminta uang secara tidak sah. Untuk mengatasi penipuan
melalui WhatsApp, diperlukan upaya kolektif dari pengguna, WhatsApp sebagai
platform, dan pihak berwenang. Pertama, pengguna harus meningkatkan
kesadaran dan kehati-hatian mereka dalam berinteraksi di aplikasi ini. Mereka
perlu memverifikasi identitas pengirim, berhati-hati dalam mengklik tautan yang
mencurigakan, dan tidak memberikan informasi pribadi atau keuangan kepada
orang yang tidak mereka kenal secara langsung. Kedua, WhatsApp sebagai
platform harus terus meningkatkan keamanan dan memberikan edukasi
tentang praktik yang aman kepada penggunanya. Ini dapat melibatkan fitur
keamanan tambahan, verifikasi dua faktor, dan filter pesan yang mencurigakan.
Ketiga, pihak berwenang harus melibatkan diri dalam penindakan hukum
terhadap pelaku penipuan dan bekerja sama dengan WhatsApp untuk
mengidentifikasi dan menindak mereka yang bertanggung jawab atas penipuan
online.
Melalui penipuan secara online para oknum hendak ingin mengambil
data pribadi yang bertujuan untuk mencuri data korban. Menurut (Wahyuning
Ismoyo, 2014) Privasi data saat ini menjadi isu yang semakin penting di era
digital saat ini. Dalam konteks ini, privasi data merujuk pada hak individu untuk
mengendalikan informasi pribadi mereka yang dikumpulkan, disimpan, dan
digunakan oleh organisasi atau pihak ketiga lainnya. Pentingnya privasi data
terletak pada perlindungan individu dari penyalahgunaan informasi pribadi
mereka, seperti identitas, riwayat kesehatan, preferensi pribadi, dan lain
sebagainya. Dalam era di mana teknologi semakin maju dan perangkat
terhubung secara digital, terdapat risiko yang lebih besar terkait dengan privasi
data, (Simorangkir, 2021) Juga mengatakan oleh karena itu, diperlukan upaya
serius dari organisasi, pemerintah, dan individu untuk menjaga privasi data
agar informasi pribadi tetap aman dan tidak disalahgunakan. Melindungi privasi
data menjadi tantangan yang kompleks di tengah era digital. Banyak organisasi
dan perusahaan mengumpulkan data pengguna melalui berbagai sumber,
seperti aplikasi, situs web, atau platform media sosial. Data ini seringkali
digunakan untuk tujuan pemasaran, penelitian, atau untuk meningkatkan

108
Sharia and Law Proceeding Halwa Sabilah
Vol. 1, No. 1, 2023 Penipuan Digital: Antara Penipuan Dan Privasi Data
Dalam Hukum Pidana Islam. 101 - 116

pengalaman pengguna. Namun, penggunaan data ini harus dilakukan dengan


memperhatikan kepatuhan privasi dan perlindungan data. Pelanggaran privasi
data dapat mengakibatkan dampak serius bagi individu, termasuk pencurian
identitas, penyalahgunaan keuangan, atau pelecehan online. Oleh karena itu,
penting bagi organisasi dan pemerintah untuk mengadopsi kebijakan privasi
yang ketat, termasuk penggunaan enkripsi data, transparansi dalam
penggunaan data, serta memberikan kontrol kepada individu atas informasi
pribadi mereka. Selain itu, kesadaran individu terhadap privasi data dan
penggunaan yang bijak terhadap teknologi juga menjadi faktor penting dalam
menjaga privasi data di dunia digital yang terus berkembang.
Menurut (Ali, 2012) Perkembangan zaman di dunia digital membawa
dampak positif dan negatif dalam berbagai aspek namun sering kali banyak
sekali beberapa dampak negatif nya dengan menyalagunakan media sosial
sebagai sarana untuk melakukan penipuan dengan berbagai hal. Hal ini
mengambil alih data privasi melalui aplikasi seperti, SMS whatsaap dan
sebagainya. pengambil alihan data privasi merupakan hal yang dianggap serius
sebagai pelanggaran hak asasi individu oleh karena itu. Dalam Hukum Islam,
penipuan merupakan perbuatan yang sangat dilarang dan dianggap sebagai
tindakan yang tidak bermoral. Islam menganjurkan umatnya untuk berpegang
teguh pada prinsip kejujuran dan kebenaran dalam semua aspek kehidupan.
Penipuan melibatkan tindakan menyesatkan orang lain dengan memberikan
informasi palsu atau mengelabui mereka dengan niat untuk memperoleh
keuntungan pribadi. Dalam Islam, penipuan dianggap sebagai perbuatan dosa
yang dapat merusak hubungan antara individu dan masyarakat serta merusak
keadilan sosial. Agama islam ini mengajarkan agar umatnya menjauhi
penipuan dan selalu berlaku jujur dalam berinteraksi dengan sesama, baik
dalam transaksi jual beli, perjanjian maupun dalam komunikasi sehari-hari.
Menurut hukum Islam, penipuan memiliki keterkaitan yang serius dan dapat
menimbulkan konsekuensi hukum. Penipuan dapat mengakibatkan kerugian
berupa material dan moral pada pihak yang menjadi korban. Dalam sistem
hukum Islam, ada sanksi yang tegas terhadap pelaku penipuan. menurut
(Firmansyah, 2022) Dikenakan sanksi jarimah tazir bagi melakukan penipuan
dan mengajarkan umat Islam untuk menghindari perbuatan tersebut. Selain itu,
hukum Islam juga mengatur kewajiban pelaku penipuan untuk mengganti
kerugian yang disebabkan oleh tindakannya. Hal ini menunjukkan betapa
seriusnya pandangan Islam terhadap penipuan dan betapa pentingnya menjaga
integritas dan kejujuran dalam segala aspek kehidupan.
Dalam pandangan Islam, (AISYAH MEUTIA SARI R.H, 2020) penipuan
adalah perbuatan yang dilarang dan dianggap sebagai dosa yang serius. Islam
menganjurkan umatnya untuk senantiasa berpegang teguh pada kejujuran,
amanah, dan kebenaran dalam setiap aspek kehidupan. Al-Qur'an dan Hadis
memberikan petunjuk yang jelas mengenai larangan terhadap penipuan dan
menegaskan pentingnya prinsip-prinsip moral dan etika. Islam mengajarkan
bahwa kejujuran adalah landasan yang kuat dalam membangun hubungan
sosial yang baik dan menjaga kepercayaan antara sesama manusia. Penipuan
tidak hanya melanggar hak-hak orang lain, tetapi juga merusak keadilan dan

109
Sharia and Law Proceeding Halwa Sabilah
Vol. 1, No. 1, 2023 Penipuan Digital: Antara Penipuan Dan Privasi Data
Dalam Hukum Pidana Islam. 101 - 116

ketertiban sosial, serta merugikan individu yang menjadi korban. Dalam Islam,
setiap individu bertanggung jawab di hadapan Allah SWT atas perbuatannya,
termasuk penipuan, dan akan mendapatkan ganjaran atau hukuman yang
sesuai di akhirat. Oleh karena itu, umat Muslim ditegaskan untuk menjauhi
penipuan dan mengutamakan kejujuran sebagai bagian integral dari ajaran
agama mereka. Sebagaimana Islam memandang penipuan menekankan
pentingnya integritas moral dan etika dalam setiap aspek kehidupan. Islam
menekankan bahwa kejujuran merupakan prinsip yang harus dijunjung tinggi
oleh setiap individu. Penipuan merusak kepercayaan antara sesama manusia
dan melanggar prinsip-prinsip keadilan. Islam mengajarkan umatnya untuk
senantiasa berlaku jujur dan amanah dalam bertransaksi, berbisnis, serta
berinteraksi dengan sesama. Kejujuran dianggap sebagai landasan yang kuat
untuk menjaga ketertiban sosial, melindungi hak-hak individu, dan menciptakan
hubungan yang harmonis dalam masyarakat. Dalam Islam, pelaku penipuan
akan mendapatkan konsekuensi di dunia ini dan di akhirat. Oleh karena itu,
umat Muslim ditekankan untuk menghindari penipuan serta mengutamakan
nilai-nilai kejujuran dan keadilan dalam segala tindakan.(Silistari, 2020)
Hukum Pidana Islam juga menegaskan bahwa penipuan adalah tindakan
kejahatan yang melanggar prinsip-prinsip moral dan etika dalam Islam. Dalam
pandangan Islam, penipuan merupakan pelanggaran terhadap hak-hak individu
dan merusak keadilan dalam masyarakat. Hukum Pidana Islam mengatur
berbagai bentuk penipuan, baik dalam konteks transaksi bisnis, pertukaran
barang, maupun dalam aspek kehidupan sosial lainnya. Menurut (Yulianingsih
& Suciyani, 2021) Dalam Hukum Pidana Islam, penipuan dapat dikategorikan
sebagai salah satu dari beberapa tindakan kejahatan yang dikenal sebagai ta'zir
(hukuman yang ditentukan oleh hakim berdasarkan kebijaksanaan dan
keadilan). Pelaku penipuan dapat dikenai sanksi dan hukuman yang sesuai
dengan tingkat kesalahan dan kerugian yang ditimbulkan. Prinsip keterbukaan
dan kejujuran di dalam Islam mendorong umat Muslim untuk menjaga
integritas moral dan etika dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam
transaksi dan interaksi sosial. Islam mengajarkan umatnya untuk berlaku adil,
jujur, dan amanah dalam segala tindakan mereka. Penipuan dianggap sebagai
tindakan yang melanggar prinsip-prinsip tersebut dan berpotensi merusak
keadilan dan ketertiban sosial.
Dalam penegakan Hukum Pidana Islam terhadap penipuan, penting
untuk memperhatikan prinsip-prinsip bukti yang kuat dan keadilan. Ada
persyaratan yang harus dipenuhi dalam memproses kasus penipuan, seperti
adanya bukti yang cukup, pengakuan dari pelaku, atau kesaksian yang dapat
dipertanggung jawabkan. Hakim memiliki kewenangan untuk menentukan
sanksi dan hukuman yang sesuai dengan tingkat pelanggaran dan kerugian
yang ditimbulkan. Selain penegakan hukum, Islam juga mendorong umatnya
untuk meningkatkan kesadaran dan pendidikan dalam mengenali tanda-tanda
penipuan serta melibatkan masyarakat dalam pencegahan dan pengungkapan
tindakan penipuan. Masyarakat Muslim diajarkan untuk berhati-hati, berpikir
kritis, dan bertindak dengan kebijakan dalam setiap transaksi dan interaksi
sosial guna mencegah jatuh ke dalam perangkap penipuan. Dalam kesimpulan,

110
Sharia and Law Proceeding Halwa Sabilah
Vol. 1, No. 1, 2023 Penipuan Digital: Antara Penipuan Dan Privasi Data
Dalam Hukum Pidana Islam. 101 - 116

perspektif Hukum Pidana Islam dalam penipuan menegaskan larangan dan


kecaman terhadap tindakan tersebut. Islam mendorong umatnya untuk
berpegang teguh pada prinsip kejujuran, adil, dan amanah dalam setiap aspek
kehidupan. Penegakan hukum pidana dalam Islam terhadap penipuan
bertujuan untuk menjaga keadilan, melindungi hak-hak individu, dan menjaga
ketertiban sosial. Selain itu, pencegahan dan kesadaran masyarakat juga
penting dalam memerangi tindakan penipuan dan membangun masyarakat
yang jujur dan adil.
Penipuan online dalam hukum pidana Islam menganggap penipuan
sebagai tindakan yang melanggar prinsip-prinsip keadilan dan kesusilaan.
Dalam Islam, penipuan dianggap sebagai perbuatan dosa dan melanggar
prinsip-prinsip etika Islam yang mendasari hubungan antara individu dan
masyarakat. Penipuan online dianggap sebagai bentuk penyalahgunaan
teknologi modern untuk tujuan penipuan, yang dapat menyebabkan kerugian
finansial, kehilangan kepercayaan, dan ketidakadilan. Dalam hukum pidana
Islam, penipuan online dapat dianggap sebagai tindak pidana tergantung pada
sifatnya dan dampak yang ditimbulkan. Dalam banyak negara yang
menerapkan hukum Syariah, penipuan online dapat dikenakan hukuman yang
mencakup pidana penjara, denda, atau hukuman lain yang sesuai dengan
tingkat pelanggaran dan kerugian yang disebabkan. Konsep penipuan dalam
hukum pidana Islam didasarkan pada prinsip keadilan dan perlindungan
terhadap individu dan masyarakat. Prinsip-prinsip seperti kejujuran,
kepercayaan, dan keadilan merupakan landasan bagi hukum pidana Islam
dalam menghadapi penipuan online. Sistem hukum Islam juga memberikan
penekanan pada tanggung jawab individu untuk menjaga kejujuran,
menghormati hak-hak orang lain, dan menghindari penipuan dalam setiap
bentuknya.
Namun, penting untuk dicatat bahwa implementasi dan interpretasi
hukum pidana Islam dapat bervariasi di berbagai negara atau yurisdiksi yang
menerapkan hukum Syariah. Oleh karena itu, dalam hal penipuan online,
penting bagi individu untuk mengacu pada otoritas hukum yang berlaku di
negara mereka untuk memahami hukum pidana Islam yang berlaku dan
konsekuensi hukum yang mungkin terkait dengan tindakan penipuan online.
Penipuan online melalui digital merupakan ancaman yang nyata bagi banyak
orang di era digital saat ini. Dengan semakin banyaknya orang yang
menggunakan internet untuk berbagai aktivitas, penipuan online telah menjadi
salah satu kejahatan yang paling umum terjadi. Metode penipuan online terus
berkembang dan semakin rumit, membuatnya sulit untuk dideteksi oleh korban
potensial. Selain itu, penipuan melalui media sosial juga menjadi masalah
serius. Penipuan di era digital mencakup berbagai bentuk, mulai dari penipuan
online, seperti phising dan penipuan lewat email, hingga penipuan melalui
media sosial dan aplikasi perpesanan. Penipu sering menggunakan metode
yang canggih dan licik, seperti menyamar sebagai lembaga keuangan atau
perusahaan terpercaya, untuk memperoleh informasi pribadi korban atau
mencuri uang mereka. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai pengguna
internet untuk tetap waspada, meningkatkan kesadaran tentang metode

111
Sharia and Law Proceeding Halwa Sabilah
Vol. 1, No. 1, 2023 Penipuan Digital: Antara Penipuan Dan Privasi Data
Dalam Hukum Pidana Islam. 101 - 116

penipuan yang ada, dan mengambil langkah-langkah keamanan yang tepat


untuk melindungi diri kita dari ancaman penipuan di era digital ini.
Untuk menjaga privasi data dan memastikan bahwa data tersimpan
dengan aman di provider, beberapa langkah penting dapat diambil. Pertama,
memilih provider yang tepercaya dan memiliki reputasi yang baik dalam hal
keamanan data. Melakukan riset menyeluruh tentang kebijakan privasi dan
praktik keamanan dari provider yang dipertimbangkan adalah langkah awal
yang penting. Memastikan bahwa provider memiliki sistem enkripsi yang kuat
untuk melindungi data saat penyimpanan dan pengiriman juga sangat penting.
Selanjutnya, penting untuk mengambil langkah-langkah keamanan individu.
Salah satunya adalah menggunakan kata sandi yang kuat dan unik untuk akun
dan layanan yang digunakan. Mengaktifkan fitur autentikasi dua faktor (2FA)
juga sangat disarankan untuk memberikan lapisan keamanan tambahan. Selalu
memperbarui perangkat lunak dan aplikasi ke versi terbaru juga penting karena
pembaruan tersebut seringkali mengandung perbaikan keamanan.
Selain itu, penting untuk menghindari berbagi informasi pribadi yang
sensitif secara tidak perlu atau kepada pihak yang tidak tepercaya. Hindari
mengklik tautan atau lampiran yang mencurigakan dalam email atau pesan
yang mungkin merupakan upaya phishing atau malware. Rajinlah membaca
kebijakan privasi dan persyaratan penggunaan sebelum menggunakan layanan
dari provider tertentu untuk memahami bagaimana data Anda akan ditangani
dan digunakan. Terakhir, menghapus data yang tidak diperlukan secara teratur
dan melakukan pencadangan data secara berkala dapat membantu mengurangi
risiko kebocoran atau kehilangan data. Dengan menggabungkan langkah-
langkah ini, individu dapat meningkatkan peluang untuk menjaga privasi data
mereka dan memastikan bahwa data yang tersimpan di provider disimpan
dengan aman. Namun, tidak ada sistem yang sepenuhnya kebal terhadap
ancaman keamanan, oleh karena itu, menjadi penting untuk senantiasa
meningkatkan kesadaran dan mengikuti praktik terbaik dalam menjaga privasi
dan keamanan data pribadi.
Dalam konteks hukum pidana Islam, penipuan online dapat diatasi
dengan mengadopsi beberapa solusi. Dalam hukum pidana Islam, terdapat
beberapa solusi untuk mengatasi penipuan online. Pertama, penegakan hukum
yang kuat dan efektif sangat penting. Negara-negara yang menerapkan hukum
Syariah dapat mengambil tindakan hukum terhadap pelaku penipuan online,
termasuk penegakan pidana, penuntutan, dan hukuman yang sesuai dengan
tingkat pelanggaran yang dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memberikan efek
jera kepada pelaku penipuan dan mencegah tindakan serupa di masa depan.
Selain itu, kesadaran masyarakat juga menjadi faktor penting dalam mengatasi
penipuan online. Edukasi dan kampanye publik tentang penipuan online serta
cara-cara melindungi diri dari penipuan dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang risiko dan taktik penipuan yang ada. Peningkatan
kesadaran ini dapat membantu individu untuk menjadi lebih waspada,
mengidentifikasi tanda-tanda penipuan, dan melaporkan kejadian penipuan
kepada otoritas yang berwenang. Selain itu, pendekatan berbasis masyarakat,
melalui kerjasama antara pemerintah, lembaga keuangan, dan komunitas

112
Sharia and Law Proceeding Halwa Sabilah
Vol. 1, No. 1, 2023 Penipuan Digital: Antara Penipuan Dan Privasi Data
Dalam Hukum Pidana Islam. 101 - 116

agama, juga dapat memainkan peran penting dalam memerangi penipuan


online dengan membangun kesadaran dan pemahaman yang lebih luas di
kalangan masyarakat.
Penerapan solusi Hukum Pidana Islam terhadap penipuan online
memperlihatkan komitmen untuk melindungi masyarakat dan menegakkan
prinsip keadilan. Melalui penegakan hukum yang kuat dan edukasi yang
berkelanjutan, diharapkan dapat tercipta lingkungan online yang lebih aman, di
mana penipuan dapat diminimalisir, dan masyarakat dapat berinteraksi dengan
lebih percaya dan tenang dalam menjalankan aktivitas mereka secara digital.
Dengan penegakan hukum yang kuat dan kesadaran masyarakat yang tinggi,
solusi hukum pidana Islam dapat membantu melindungi individu dan
masyarakat dari penipuan online. Melalui kombinasi pendekatan ini, diharapkan
dapat diciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan serta terpercaya.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas bawasannya, penipuan melalui
digital telah menjadi ancaman serius di era digital saat ini. Metode penipuan
online terus berkembang dan semakin rumit, memanfaatkan teknologi dan
akses mudah ke internet. Penipuan tersebut mencakup phising, penipuan lewat
email, penipuan melalui media sosial, dan masih banyak lagi. Penipuan digital
dapat menyebabkan kerugian finansial, kehilangan data pribadi, dan kerugian
lainnya bagi para korban. Untuk melindungi diri dari penipuan digital, penting
bagi pengguna internet untuk tetap waspada dan meningkatkan kesadaran
tentang metode penipuan yang ada. Selain itu juga Hukum Pidana Islam
melihat Fenomena penipuan di era digital terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat
9 dan Surah An-Nahl serta hukum pidana positif mengatur sanksi dalam
penipuan melalui digital KUHP Pasal 28 ayat (1) UU ITE dengan ini Dengan
adanya ketentuan tersebut, penipuan melalui digital dapat dikenai sanksi
pidana sesuai dengan hukum positif yang berlaku. Hal ini menunjukkan bahwa
penegakan hukum terhadap penipuan melalui digital diatur dan dilakukan
dalam kerangka hukum yang ada. Dengan demikian, baik dari perspektif
Hukum Pidana Islam maupun hukum pidana positif, penipuan melalui digital
dianggap sebagai tindakan yang melanggar prinsip-prinsip keadilan dan etika,
serta dapat dikenai sanksi pidana sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Untuk menjawab permasalahan tentang penipuan digital, ada beberapa
metode yang bisa digunakan. Beberapa metode yang umumnya digunakan
untuk melawan penipuan digital: a.) Kesadaran dan Pendidikan: Meningkatkan
kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang berbagai bentuk penipuan
digital, seperti phishing, skimming, atau malware. Melalui kampanye
penyuluhan dan pendidikan, orang-orang dapat belajar mengenali tanda-tanda
penipuan dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat. b.)
Keamanan dan Enkripsi Data: Menggunakan metode keamanan yang kuat
untuk melindungi data pribadi dan keuangan. Ini termasuk penggunaan
enkripsi pada komunikasi online, penggunaan kata sandi yang kuat, dan
penggunaan teknologi keamanan seperti firewall dan antivirus. c.) Verifikasi
Identitas: Memastikan identitas pengguna secara akurat sebelum memberikan

113
Sharia and Law Proceeding Halwa Sabilah
Vol. 1, No. 1, 2023 Penipuan Digital: Antara Penipuan Dan Privasi Data
Dalam Hukum Pidana Islam. 101 - 116

akses ke informasi sensitif atau melakukan transaksi keuangan. Metode ini


dapat mencakup verifikasi melalui email, SMS, panggilan telepon, atau
menggunakan teknologi biometrik seperti pemindaian sidik jari atau pemindaian
wajah. d.) Update Perangkat Lunak: Memastikan perangkat lunak sistem
operasi, aplikasi, dan antivirus selalu diperbarui dengan versi terbaru.
Pembaruan perangkat lunak seringkali mengandung perbaikan keamanan yang
penting untuk melawan ancaman penipuan digital. Oleh karna itu bebarapa
metode diatas mampu meminalisir penipuan secara digital dengan menerapkan
di kehidupan.

114
Sharia and Law Proceeding Halwa Sabilah
Vol. 1, No. 1, 2023 Penipuan Digital: Antara Penipuan Dan Privasi Data
Dalam Hukum Pidana Islam. 101 - 116

Referensi

Aisyah Meutia Sari R.H. (2020). Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap
Penipuan ( Blackmagic ) Dalam. In repository.unissula.ac.id.
Al Jum’ah, M. N. (2019). ANALISA KEAMANAN DAN HUKUM UNTUK
PELINDUNGAN DATA PRIVASI. Cyber Security Dan Forensik Digital.
https://doi.org/10.14421/csecurity.2018.1.2.1370
Ali, M. H. (2012). Cyber Crime Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE (Perspektif Hukum Pidana Islam).
Repositori.Uin.
Amin Muftiadi. (2022). Studi kasus keamanan jaringan komputer: analisis
ancaman phisingterhadap layanan online banking. Hexatech: Jurnal Ilmiah
Teknik.
Firmansyah, M. F. (2022). Sanksi Pidana Penipuan Dalam Pembelian Online
Perfektif Hukum Pidana Dan Hukum Pidana Islam. Edulaw: Journal of
Islamic Law ….
Irawan, D. (2020). MENCURI INFORMASI PENTING DENGAN MENGAMBIL ALIH
AKUN FACEBOOK DENGAN METODE PHISING. JIKI (Jurnal Llmu Komputer
& Lnformatika). https://doi.org/10.24127/jiki.v1i1.671
Maulidya, R., & Rozikin, M. (2022). ANALISIS RETROSPEKTIF KEBIJAKAN SATU
DATA INDONESIA. Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara.
https://doi.org/10.25157/dak.v9i2.7884
Miftakhur Rokhman Habibi, I. L. (2020). Kejahatan Teknologi Informasi (Cyber
Crime) dan Penanggulangannya dalam Sistem Hukum Indonesia. Al-
Qanun: Jurnal Kajian Sosial Dan Hukum Islam, vol.23 no.
https://jurnalfsh.uinsby.ac.id/index.php/qanun/article/view/1132
Oetary, Y., & Hutauruk, R. H. (2022). Kajian Yuridis Terhadap Tindak Pidana
Dalam Aspek Perundungan Dunia Maya (Cyberbullying): Perspektif Hukum
Pidana Di Indonesia. Jurnal Komunitas Yustisia.
Pautina, Y. B., Ismail, Y. L., & ... (2022). Pengaruh Kepercayaan Dan
Kemudahan Terhadap Keputusan Pembelian Pada Aplikasi Belanja Online
Shopee (Studi Pada Mahasiswa Manajemen Fakultas …. JAMBURA: Jurnal
Ilmiah ….
Rahmad, N. (2019). Kajian Hukum terhadap Tindak Pidana Penipuan Secara
Online. Jurnal Hukum Ekonomi Syariah.
Rahman, S., & Arief, A. (2022). Efektivitas Penyelidikan Dalam Pengungkapan
Tindak Pidana Penipuan Online Melalui Media Elektronik Internet Di
Polrestabes Makassar. Journal of Lex Generalis (JLG).
Silistari. (2020). Tindak pidana penipuan jual beli online menurut undang -
undang ite dan hukum pidana islam. In Universitas Islam Negeri Sultahan
Thaha Saifuddin Jambi.
Simorangkir, E. N. (2021). PERLINDUNGAN HUKUM KORBAN TINDAK PIDANA
PENIPUAN ONLINE (STUDI KASUS DI KEPOLISIAN SUMATERA UTARA).
Kumpulan Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum.
Utami, S. D., Carudin, C., & Ridha, A. A. (2021). ANALISIS LIVE FORENSIC
PADA WHATSAPP WEB UNTUK PEMBUKTIAN KASUS PENIPUAN

115
Sharia and Law Proceeding Halwa Sabilah
Vol. 1, No. 1, 2023 Penipuan Digital: Antara Penipuan Dan Privasi Data
Dalam Hukum Pidana Islam. 101 - 116

TRANSAKSI ELEKTRONIK. Cyber Security Dan Forensik Digital.


https://doi.org/10.14421/csecurity.2021.4.1.2416
Wahyuning Ismoyo, D. (2014). Kendala Penyidik Dalam Mengungkap Tindak
Pidana Penipuan Online Melalui Media Elektronik Internet (Studi di Polres
Malang Kota). Jurnal Hukum.
Yulianingsih, A. P., & Suciyani, S. (2021). PENETAPAN SANKSI PIDANA PELAKU
PENIPUAN DI PENGADILAN NEGERI BATANG PERSPEKTIF HUKUM PIDANA
ISLAM. Jurnal Al-Hakim: Jurnal Ilmiah Mahasiswa, Studi Syariah, Hukum
Dan Filantropi. https://doi.org/10.22515/alhakim.v3i2.4447

116

Anda mungkin juga menyukai