Anda di halaman 1dari 15

PERLINDUNGAN HUKUM KORBAN IDENTITY THEFT DALAM

KASUS CYBER CRIME PRESPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata S.1

Oleh :

Ahmad Maliki

NIM. 1902026071

PRODI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2022
A. Judul
PERLINDUNGAN HUKUM KORBAN IDENTITY THEFT DALAM
KASUS CYBER CRIME PRESPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM
B. Latar Belakang

Dilihat dari sudut pandang positif teknologi informasi dapat


memberikan manfaat, mempercepat dan mempermudah akses informasi yang
kita butuhkan dalam segala hal serta dapat mengubah model perekonomian
dan model berbisnis. Namun dampak negatif pun tidak bisa dihindari. Dengan
semakin tingginya perkembangan teknologi internet, menyebabkan
munculnya kejahatan baru yang disebut dengan new cyber crime melalui
jaringan internet. Munculnya beberapa kasus cyber crime di Indonesia, seperti
penipuan, hacking, penyadapan data orang lain,1 spamming email, dan
manipulasi data dengan program komputer untuk mengakses data milik orang
lain.2 Salah satu kejahatan cyber crime yang terjadi adalah pencurian data
pribadi.3 Sebab dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebut
membuat batas privasi makin tipis sehingga berbagai data-data pribadi
semakin mudah untuk tersebar.

Berdasarkan dari data yang diperoleh, menurut laporan POLRI dari


bulan April 2020 sampai dengan Juli 2021, tercatat 937 kasus yang dilaporkan
mengenai kejahatan cybercrime. Angka ini menunjukkan bahwa keamanan
dan kerahasiaan data pribadi menjadi hal yang sangat penting untuk dilindungi
oleh hukum. Dalam penggunaan media elektronik tidak terlepas dari data atau
informasi pribadi pengguna. Pengguna wajib memasukkan data pribadi pada
media tersebut sebelum dapat digunakan. Adapun yang dimaksud dengan data
pribadi adalah informasi informasi penting milik pribadi yang tidak boleh
disebarluaskan kepada orang lain. Oleh sebab itu karena informasi ini bersifat
rahasia dan penting sehingga memerlukan keamanan yang tinggi serta adanya
perlindungan hukum yang tegas terhadap kerahasiaan data pribadi tersebut.
1
Amin Purnawan, "Pengaruh Globlasasi Terhadap Politik Hukum Perekonomian Di Indonesia",
Jurnal Hukum, Khaira Ummah, vol. 2, 2007, hlm. 240.
2
Kusuma, M. J, Hukum Perlindungan Nasabah Bank: Upaya Hukum Melindungi Nasabah Banj
Terhadap Tindakan Kejahatan ITE di Bidang Perbankan, (Bandung: Nusa Media, 2012), hlm.
3
Dikdik M. Arif Mansur dan Elisatris Gultom, Cyberlaw Aspek Hukum Teknologi Informasi,
(Bandung Refika Aditama, 2005), Cet. 1, hlm. 8.
Contoh dari cybercrime terhadap data pribadi adalah hacking atau cracker.
Data atau informasi seseorang yang diretas melalui jaringan internet kemudian
dapat dengan mudah disebarkan maupun digunakan untuk kepentingan pribadi
peretas membawa kerugian bagi si pemilik identitas.4

Baru-baru ini, kabar angin bocornya data pribadi dan penawaran


transaksi untuk data pribadi yang bocor kembali mengemuka. Kejadian
tersebut bukan hanya berdampak pada data pribadi yang dikelola perusahaan
tetapi juga instansi pemerintah. Tentu saja masyarakat menjadi prihatin dan
bertanya-tanya mengapa kejadian tersebut sering terjadi dan seolah-olah tidak
terdapat tindakan penguatan hukum. Seluruh peristiwa kebocoran data pribadi
tampaknya hanya berakhir serupa berita. Korporasi dan instansi terkait
tampaknya cukup menginformasikan kepada publik, cukup hanya
mengeluarkan pernyataan dan penjelasan. Akibatnya, para pelaku pencurian
data pribadi seolah-olah bebas dalam melakukan tindakan tersebut dan seolah-
olah mereka merasa bebas untuk membeli dan menjual data pribadi sebagai
mata pencaharian mereka dengan melakukan penawaran melalui situs internet
gelap.

Kasus kebocoran data yang pernah terajdi di Indonesia pada tahun


2021 adanya pembobolan data yang dijual di forum online. Data yang dicuri
berisi foto, informasi kontak, dan data pribadi lainnya. Ditemukan data yang
dicuri berisi Nomor Induk Kependudukan (NIK), Nomor Handphone, Alamat,
Alamat E-mail dan NPWP. Selain itu, 20 juta catatan berisi informasi pribadi
tentang tempat tinggal dan tanggungan korban kebocoran. Para pelaku
menyatakan bahwa pembobolan data ini berasal dari BPJS Kesehatan. Kepala
Pusat Penelitian Keamanan Sistem Komunikasi dan Informasi Cyber
mengatakan kemungkinan kebocoran ini berasal dari BPJS Kesehatan karena
nama file yang dicuri sama dengan nama file BPJS Kesehatan yang
sebenarnya.) Dari kasus kebocoran dan pencurian data ini sebenarnya tidak
ada data yang terlalu sensitif namun dengan adanya data pribadi berupa foto

4
Thiara Dewi Purnama, Abdurrakhman Alhakim, "Pentingnya UU Perlindungan Data Pribadi
Sebagai Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Privasi Di Indonesia", e-Journal Komunitas
Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha, vol. 4, no. 3, 2021, hlm. 1057.
yang ada maka bagi pelaku kejahatan media sosial cukup untuk memberikan
ancaman nyata dan penyalahgunaan yang merugikan korban baik kerugian
materill maupun immaterill.5

Di era abad 21 ini, data pribadi telah menjadi "barang seksi" seiring
dunia nyata semakin bergerak menuju hal-hal baru dalam bentuk visual, yang
semakin memudahkan segala aktivitas. Adagium “kejahatan adalah produk
masyarakat itu sendiri” berlaku untuk perkembangan pesat teknologi
informasi, yang telah menciptakan sesuatu yang baru di dunia hukum. Muncul
dan berkembangnya kejahatan dalam penggunaan teknologi sebagai media
berbasis internet telah menjadi hal yang lumrah.

Hal ini jelas sangat mengganggu jalannya kenyamanan pengguna


internet, kenyamanan privasi, mengganggu dunia bisnis, dan sebagainya
dimana banyak pengguna yang sangat dirugikan serta menjadi ancaman
stabilitas sistem keamanan dan ketertiban masyarakat nasional terlebih jika
hal ini merupakan kejahatan siber yang dilakukan dalam skala transnasional.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas, jelas diperlukan tindakan penanganan
melalui peraturan perundang-undangan yang cermat mengingat suatu hal,
yakni jangan sampai perundang-undangan menjadi terpaku dan ikut arus pada
perkembangan teknologi sehingga membuat peraturan yang overlegislate,
yang pada gilirannya justru akan membawa dampak negative, baik di bidang
hukum lainnya maupun di bidang sosial ekonomi baik tingkat nasional
maupun dunia internasional6.

Suatu masyarakat hukum memiliki nilai-nilai yang dianut bersama atau


berkenaan dengan penghargaan kolektif (sinngebungen) atau kepentingan
hukum tentang apa yang baik, benar dan karena itu patut diraih. Nilai-nilai
dimaksudkan untuk melindungi, baik terhadap pelanggaran maupun ancaman
bahaya (resiko), dengan cara memuruskan suatu ketentuan pidana. Negara
seharusnya memberikan keamanan terhadap data pribadi bagi masyarakat
5
Muhammad Fikri, Abdurrakhman Alhakim, "Urgensi Pengaturan Hukum Terhadap Pelaku
Tindak Pidana Pencurian Data Pribadi di Indonesia", Yustisi Jurnal Hukum dan Hukum Islam ,
Vol. 9 No. 1, 2022, hlm, 3.
6
Maskun, Wiwik Meliarati Saloko, Aspek Hukum Penipuan Berbasis Internet, (Bandung: CV
Keni Media), 2017, hlm. 5.
yang berpotensi baik dalam bentuk penyalahgunaan atau kejahatan yang
berasal dari dalam maupun luar negara. Sehingga negara dianggap perlu untuk
memiliki regulasi yang menggambarkan dan memetakan klasifikasi bahwa
data pribadi dibatasi dalam keadaan tertentu dan langkah-langkah yang
diambil dengan dasar keputusan yang khusus oleh otoritas negara sebagai
perlindungan dan jaminan oleh hukum atas pelanggaran yang merugikan.7

Sistem peradilan pidana di Indonesia yang menganut prinsip dominus


litis yaitu wewenang penuntutan dipegang oleh penuntut umum sebagai
monopoli, artinya tidak ada badan lain yang boleh melakukan itu. Sayangnya,
pengambilalihan hak masyarakat oleh negara dalam perkembangannya lebih
berorientasi kepada sistem pembalasan (retributive system), yang justru
cenderung melupakan kepentingan korban. Akibatnya, peranan korban untuk
menuntut hak-haknya mulai terabaikan. Kejahahatan di dunia maya bukan
berkurang melainkan semakin bertambah. Modusnya pun semakin banyak,
sehingga korban kejahatan ini semakin banyak.8

Berkaitan dengan perlindungan terhadap permasalahan-permasalahan


yang telah disampaikan diatas khususnya terkait dengan pencurian data
pribadi milik orang sangatlah diperlukan. Saat ini perlindungan hukum
sebagaimana dimaksud tersebar pada beberapa Peraturan perundang-undangan
yang berlaku seperti pada Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor. 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (Selanjutnya disebut UU ITE) dan
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi.

Berdasarkan dari latar belakang diatas, membuat penulis tertarik untuk


melakukan penelitian dengan judul "Perlindungan Hukum Korban Identity
Theft Dalam Kasus Cyber Crime Prespektif Hukum Pidana Islam".

7
Bagus Satryo Ramadha, Kemampuan Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Siber Terkait
Perlindungan Data Pribadi Di Indoensia, 2021, hlm 4-5.
8
Ferdiyansyah Dwi Putra, "Kebijakan Hukum Pidana dalam Perlindungan Hukum terhadap
Korban Tindak Pidana Pencurian Data Pribadi dalam Transaksi Elektronik Ditinjau dari Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik", Prosiding Ilmu Hukum, vol. 7, no. 1, 2021, hlm.
208.
C. Rumusan Masalah

Mengacu pada uraian masalah diatas, permasalahan yang diangkat


dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tindak pidana identity theft dalam kasus tindak pidana cyber
dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 Tentang Perlindungan Data
Pribadi ?
2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap korban identity theft pada tindak
pidana cyber menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 Tentang
Perlindungan Data Pribadi?
3. Bagaimana tinjauan hukum pidana islam terhadap tindak pidana identity
theft dalam kasus tindak pidana cyber dalam Undang-Undang Nomor 27
Tahun 2022 Tentang Perlindungan Data Pribadi?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana tindak pidana identity theft dalam kasus
tindak pidana cyber berdasarkan undang-undang yang berlaku di
indonesia.
2. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap korban
identity theft menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 Tentang
Perlindungan Data Pribadi.
3. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum islam terhadap sanksi
tindak pidana identity theft.
E. Manfaat Peneleitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian hukum ini dharapkan dapat menyumbangkan dampak
positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum secara
umum dan khususnya juga pada bidang cybercrime di dunia hukum
pidana islam.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bahan
kepustakaan sebagai pedoman bagi penelitian yang memiliki tema
pemasalahan yang sama di kemudian hari.
2. Manfaat Praktis
a. Guna mengembangkan penalaran ilmiah dan wacan kelimuan penulis
dalam serta untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan
ilmu hukum yang diperoleh dalam bangku perkuliahan.
b. Bagi masyarakat agar menjadikan perlindungan data pribadi yang kuat
sebagai kebiasaan baru di masyarakat, seiring dengan perkembangan
dan kemajuan teknologi yang pesat.
F. Telaah Pustaka

Melalui hasil penelusuran, ditemukan beberapa hasil penelitian yang


memiliki relevansi dengan topik pembahasan yang akan diteliti oleh penulis
dalam penelitian ini antara lain:

1. Jurnal yang ditulis Tantimin Fiqqih Anugerah berjudul "Pencurian Data


Pribadi Di Internet Dalam Prespektif Kriminologi". Dalam kajiannya
penulis mengkaji pencurian data pribadi dan apa saja faktor yang dapat
menimbulkan pencurian data pribadi, dalam kajian tersebut penulis
menyimpulkan bahwa faktor terjadinya pencurian data pribadi
diakibatkan karena perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi
yaitu tindak kriminal yang berhubungan melalui dunia internet atau biasa
disebut cybercrime.
Mengenai persamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis dalam karya tulis ini adalah dalam hal pembahasan
dari tindak pidana pencurian data pribadi. Namun yang menjadi pembeda
adalah kepastian hukum bagi masyarakat tentang yurisdiksi eksploitasi
peraturan perlindungan data pribadi.9
2. Jurnal yang ditulis Ratnadi Hendra Wicaksana, dkk berjudul " A Narrative
Policy Framework Analysis of Data Privacy Policy: A Case of Cyber
Attacks During the Covid-19 Pandemic". Dalam kajiannya penulis

9
Tantimin Fiqqih Anugerah, "Pencurian Data Pribadi Di Internet Dalam Prespektif Kriminologi",
Jurnal Komunikasi Hukum, vol. 8, no.1. 2022.
mengkaji perbandingan pencurian data pribadi dalam bentuk regulasi
keamanan data pribadi dari ancaman siber dari berbagai negara.
Mengenai persamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis dalam karya tulis ini adalah dalam hal regulasi
keamanan dan keamanan perlindungan data di dunia maya. Namun yang
menjadi pembeda adalah penulis menggunakan regulasi perlindungan
hukum yang saat ini menjadi aturan baru dari pemerintah tentang
perlindungan data pribadi.10
3. Penelitian yang dilakukan oleh Khinanti Cahya Lintang, yang berjudul
“Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Cyber Crime dalam Bentuk
Pencurian Data Pribadi”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
mengetahui hukum cyber crime dalam bentuk pencurian data pribadi
menurut pasal 26 ayat (2) pasal 30 ayat (2) UU ITE No. 11 Tahun 2008
serta mengetahui mengenai tinjauan hukum pidana islam terhadap cyber
crime.
Adapun persamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis dalam karya tulis ini adalah dalam hal pembahasan
dari tindak pidana identity theft beserta sanksi hukum positif dan hukum
islamnya. Namun yang menjadi pembeda adalah bahwa penelitian yang
dilakukan oleh Khinanti Cahya Lintang menjelaskan bentuk sanksi hukum
pencurian data melalui UU ITE sedangakan penulis menguraikan
pembahasan identity theft atau pencurian data pribadi dengan Undang-
Undang Perlindungan Data Pribadi11
4. Penelitian yang dilakukan oleh Sophia Nurul Zahra, yang berjudul “Sanksi
Tindak Pidana Melalui Peretasan Email Perspektif Hukum Pidana Islam”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tindak pidana
pencurian melalui peretasan email beserta hukumannya.
Adapun persamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis dalam skripsi adalah membahasan mengenai salah

10
Ratnadi Hendra Wicaksana, dkk, A Narrative Policy Framework Analysis of Data Privacy
Policy: A Case of Cyber Attacks During the Covid-19 Pandemic, Jurnal Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Komunikasi, vol. 22, no. 2, 2020.
11
Khinanti Cahya Lintang, Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Cyber Crime dalam Bentuk
Pencurian Data Pribadi, skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel 2021.
satu tindak pidana yang termasuk kejahatan dunia maya. Namun yang
menjadi pembeda adalah bahwa penelitian yang dilakukan oleh Sophia
Nurul Zahra menguraikan mengenai pencurian melalui peretasan email
sedangkan penulis menguraikan pembahasan mengenai unsur dan sanksi
tindak pidana identity theft atau pencurian data pribadi sebagai
cybercrime.12
5. Penelitian yang dilakukan oleh Azhar Triadhi Sofyan, berjudul “Tindak
Pidana Kejahatan Siber Pasal 30 ayat 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Perspektif Hukum
Pidana Islam”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sanksi kejahatan
siber, faktor penyebab kejahatan siber dan untuk mengetahui analisis
hukum pidana Islam terhadap sanksi tindak pidana siber.
Adapun persamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini adalah mengenai mengetahui
sanksi kejahatan siber. Namun yang menjadi pembeda adalah bahwa
penelitian yang dilakukan oleh Azhar Triadhi Sofyan sumber
penelitiannya yaitu tindak pidana siber yang diatur dalam UU No.11
Tahun 2008 tentang ITE sedangakan penulis sumber penelitiannya diatur
dalam UU PDP.13
6. Penelitian yang dilakukan oleh Abdurrabbi Rijaluddin Sabbala, judul
penelitian “Perlindungan Hukum Bagi Korban Pencurian Data Pribadi Di
Internet Dalam Sistem Hukum Pidana Di Indonesia”. Dalam penelitian
tersebut, Abdurrabbi Rijaluddin Sabbala menuliskan perlindungan hukum
korban pencurian data pribadi di internet dan penerapannya dalam sitem
hukum pidana di Indonesia. Abdurrabbi Rijaluddin Sabbala, perlindungan
yang diperoleh korban kejahatan pencurian data di internet masih terbatas.
Hak-hak yang dimiliki korban pencurian data di internet ternyata hanya
untuk kejahatan tertentu saja, korban pencurian data di internet tidak bisa
memiliki hak perlindungan data tersebut.

12
Sophia Nurul Zahra, Sanksi Tindak Pidana Melalui Peretasan Email Perspektif Hukum Pidana
Islam, skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati 2021.
13
Azhar Triadhi Sofyan, Tindak Pidana Kejahatan Siber Pasal 30 ayat 2 Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Perspektif Hukum Pidana Islam,
skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati 2021.
Mengenai persamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis dalam karya tulis ini adalah dalam hal pembahasan
dari perlindungan hukum korban pencurian data pribadi beserta sanksi
hukum positifnya. Namun yang menjadi pembeda adalah bahwa
Abdurrabbi Rijaluddin Sabbala dalam penelitiannya menguraikan
perlindungan pencurian data pribadi dalam hukum pidana Indonesia
sebagai upaya hak privasi dalam sistem elektronik, sedangkan penelitian
ini tidak hanya meninjau dari segi hukum positif saja tetapi dengan
penjelasan dari segi kacamata hukum pidana Islam juga.14
7. Penelitian yang dilakukan oleh Rizki Arfah,, mahasiswi Fakultas Syariah
Dan Hukum UIN Sumatera Utara dengan judul penelitian " Sanksi Tindak
Pidana Hacking ( Studi Analisis Undang-Undang ITE dan Hukum Pidana
Islam)". Dalam peneletian tersebut, Rizki Arfah menuliskan perbedaan
sanksi Tindak Pidana Hacking dalam Studi Analisis Undang-Undang ITE
dan Hukum Pidana Islam.
Mengenai persamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis dalam karya tulis ini adalah pembahasan tindak
pidana kejahatan dunia maya. Namun, yang menjadi pembeda adalah
bahwa penelitian yang dilakukan oleh Rizki Arfah menguraikan mengenai
sanksi tindak pidana hacking sedangkan penulis menguraikan pembahasan
mengenai sanksi tindak pidana identity theft atau pencurian data pribadi.15
G. Metodologi Penelitian

Metode secara harfiah menggambarkan jalan atau cara totalitas ilmu


itu dicapai dan dibangun. Pendekatan suatu bidang pengetahuan dikatan
metodis apabila cara mempelajarinya dilakukan sesuai dengan rencana,
bidang-bidangnya dikerjakan secara tertentu, menyusun berbagai temuan
secara logis.16 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
pendekatan yuridis normatif adalah penelitian hukum kepustakaan yang
14
Abdurrabbi Rijaluddin Sabbala, Perlindungan Hukum Bagi Korban Pencurian Data Pribadi Di
Internet Dalam Sistem Hukum Pidana Di Indonesia, skripsi Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta, 2017.
15
Rizki Arfah, Sanksi Tindak Pidana Hacking ( Studi Analisis Undang-Undang ITE dan Hukum
Pidana Islam), skripsi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara 2019.
16
Johnny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayu Media
Publishing, 2013), hlm. 27.
dilakukan dengan cara meniliti bahan-bahan kepustakaan atau data sekunder
belaka.17

1. Jenis Penilitian dan Pendekatan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam peneletian ini adalah
penelitian doktrinal. Menurut Peter Mahmud Marzuki, penelitian doktrinal
adalah suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-
prinsip hukum, maupun doktrun-doktrin hukum yang dihadapi. Jenis
penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau
konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah.18
Penulis dalam penelitian hukum ini, menggunakan pendekatan
perundang-undangan atau statute approach. Penggunaan pendekatan
perundang-undangan ini dilakukan untuk menelaah undang-undang dan
regulasi yang terkait dengan isu hukum yang akan diteliti.19
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian hukum ini adalah data sekunder
(data kepustakaan dan dokumen hukum) yang lebih dikenal dengan bahan
hukum meliputi; bahan hukum primer, bahan hukum sekunder) yang
berkaitan dengan penelitian ini.20
3. Bahan Hukum
Sumber bahan hukum yang digunakan oleh penulis untuk
penelitian hukum ini adalah sebagai berikut:
a. Bahan Hukum Primer
Yaitu bahan hukum yang terdiri atas peraturan perundang-
undangan, risalah resmi, putusan pengadilan dan dokumen resmi
Negara. Bahan hukum yang penulis gunakan di dalam penulisan ini
yakini: Undang-Undang Dasar Negara Republik Indoneia Tahun 1945,
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang Nomor 11

17
Muhammad Nazirin, Metode Penilitian, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 2003), hlm. 23.
18
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005),
Edisi Revisi, hlm. 35.
19
I Made Pasek Diantha, Metodologi Penelitian Hukum Normatif Dalam Jutifikai Teori Hukum,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2016), hlm. 156.
20
Muhaimin, Metode Penelitian Hukum, (Mataram : Tim Mataram University Press, 2020), hlm.
124.
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaki Elektronik, Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informai dan Transaksi
Elektronik, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 Tentang
Perlindungan Data Pribadi.
b. Bahan Hukum Sekunder
yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum
primer, seperti Rancangan Undang-Undang, buku teks, hasil-hasil
penelitian dalam jurnal dan majalah, atau pendapat para pakar di
bidang hukum.21
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data pada penelitian ini teknik yang
digunakan penulis menggunakan studi literature, yang mana pada bagian
ini penulis mengumpulkan data-data yang sifatnya literature seperti buku,
jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian yang mengkaji persoalan identity
theft dan sebagainya.22
5. Analisis Data
Menganilisis data pada hakikatnya adalah menemukan makna yang
terkandung dalam temuan penelitian.23 Dan pada penelitian ini penulis
menggunakan analisis secara kualitatif dengan cara menggali asas, nilai
serta norma pokok yang terkandung dalam bahan hukum melalui
penelaahan berpikir secara deduktif dengan menganalisis kesimpulan
umum yang diuraikan menjadi fakta-fakta yang menjelaskan kesimpulan.

H. Sistematika Penelitian
Gambaran umum mengenai isi sistematika pembahasan skripsi ini meliputi
lima bab, antara lain secara globalnya sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan. Bab ini berisi gambaran umum tentang
penelitian yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,

21
Ibid. , hlm. 61.
22
Faisar Ananda Arfa, Metodologi Penelitian Hukum Islam, (Bandung: Citapustaka Media
Perintis, 2010), hlm. 174.
23
M. Syamsudin, Mahir Meniliti Permasalahan Hukum, (Jakarta: Kencana, 2021), hlm. 174.
manfaat penulisan, telaah pustaka, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab kedua adalah gambaran umum tentang tinjauan umum teori
perlindungan hukum, identity theft dan kejahatan cybercrime. Bab ini
merupakan landasan teori yang akan digunakan untuk membahas bab-bab
selanjutnya.
Bab ketiga adalah gambaran umum tentang pembahasan mengenai tindak
pidana identity theft dalam kasus tindak pidana cyber dalam pandangan
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 Tentang Perlindungan Data Pribadi
dan hukum pidana Islam.
Bab keempat adalah analisis. Bab ini berisi analisis tindak pidana identity
theft dalam kasus tindak pidana cyber berdasarkan undang-undang
perlindungan data pribadi, peraturan perlindungan hukum terhadap korban
identity theft pada tindak pidana cyber menurut UU PDP dan hukum pidana
islam.
Bab kelima Penutup. Bab ini berisi kesimpulan yang merupakan hasil
pemahaman, penelitian dan pengkajian terhadap pokok masalah, saran-saran
dan penutup.

DAFTAR PUSTAKA

Arfa, Faisar Ananda, Metodologi Penelitian Hukum Islam, Bandung:


Citapustaka Media Perintis, 2010.
Diantha, I Made Pasek, Metodologi Penelitian Hukum Normatif Dalam
Jutifikai Teori Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2016.

Ibrahim, Johnny, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Malang:


Bayu Media Publishing, 2013.

Kusuma, M. J, Hukum Perlindungan Nasabah Bank: Upaya Hukum


Melindungi Nasabah Banj Terhadap Tindakan Kejahatan ITE di
Bidang Perbankan, Bandung: Nusa Media 2012

Mansur, Dikdik M. Arif dan Gultom, Elisatris, Cyberlaw Aspek Hukum


Teknologi Informasi, Bandung: Refika Aditama, Cet. 1, 2005.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Edisi Revisi, Jakarta:


Kencana Prenada Media Group, 2005.

Maskun dan Saloko, Wiwik Meliarati,, Aspek Hukum Penipuan Berbasis


Internet, Bandung: CV Keni Media, 2017.

Muhaimin, Metode Penelitian Hukum, Mataram: Tim Mataram University


Press, 2020.

Nazirin, Muhammad, Metode Penilitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.

Syamsudin, M, Mahir Meniliti Permasalahan Hukum, Jakarta: Kencana,


2021

Anugerah, Tantimin Fiqqih. "Pencurian Data Pribadi Di Internet Dalam


Prespektif Kriminologi", Jurnal Komunikasi Hukum, vol. 8, 2022..

Muhammad Fikri, Abdurrakhman Alhakim, "Urgensi Pengaturan Hukum


Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencurian Data Pribadi di
Indonesia", Yustisi Jurnal Hukum dan Hukum Islam, vol. 9, 2022.

Purnama, Thiara Dewi dan Alhakim, Abdurrakhman. "Pentingnya UU


Perlindungan Data Pribadi Sebagai Bentuk Perlindungan Hukum
Terhadap Privasi Di Indonesia", e-Journal Komunitas Yustisia
Universitas Pendidikan Ganesha, vol. 4, 2021.

Purnawan, Amin. "Pengaruh Globlasasi Terhadap Politik Hukum


Perekonomian Di Indonesia". Jurnal Hukum Khaira Ummah, vol.
2, 2007.

Ratnadi Hendra Wicaksana, dkk, "A Narrative Policy Framework Analysis of


Data Privacy Policy: A Case of Cyber Attacks During the Covid-19
Pandemic", Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komunikasi, vol.
22, no. 2, 2020.
Azhar Triadhi Sofyan, Tindak Pidana Kejahatan Siber Pasal 30 ayat 2
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik Perspektif Hukum Pidana Islam, skripsi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati 2021.

Abdurrabbi Rijaluddin Sabbala, Perlindungan Hukum Bagi Korban Pencurian


Data Pribadi Di Internet Dalam Sistem Hukum Pidana Di Indonesia,
skripsi Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2017.

Bagus Satryo Ramadha, Kemampuan Hukum Pidana Terhadap Kejahatan


Siber Terkait Perlindungan Data Pribadi Di Indoensia, thesis,
Universitas Islam Indonesia, 2021

Khinanti Cahya Lintang, Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Cyber


Crime dalam Bentuk Pencurian Data Pribadi, skripsi Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel 2021.

Rizki Arfah, Sanksi Tindak Pidana Hacking ( Studi Analisis Undang-


Undang ITE dan Hukum Pidana Islam), skripsi Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara 2019.

Sophia Nurul Zahra, Sanksi Tindak Pidana Melalui Peretasan Email


Perspektif Hukum Pidana Islam, skripsi Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati 2021.

Anda mungkin juga menyukai