Anda di halaman 1dari 6

TREN KEBOCORAN DATA DIGITAL DAN

PENTINGNYA CYBER SECURITY DI INDONESIA

Oleh Posmarodo Marcellius Abraham Ambarita

Fakultas Hukum - Universitas Sriwijaya

2022

Akhir-akhir ini, marak ditemukan kasus-kasus yang berkaitan dengan


dunia siber. Khususnya di Indonesia, mengenai data pribadi digital yang tersebar
di internet. Mulai dari data registrasi kartu SIM, data Komisi Pemilihan Umum
(KPU), sampai data pribadi petinggi-petinggi negara seperti Menteri Komunikasi
dan Informatika (Kominfo), hingga Presiden Republik Indonesia sekalipun juga
dengan mudahnya “bocor”. Tidak hanya mengenai data pribadi, dokumen-
dokumen rahasia kenegaraan maupun hal-hal lain yang bersifat “rahasia” juga ikut
tersebar. Seperti contoh yang belum lama terjadi, yaitu tersebarnya pelaku dan
kronologi pembunuhan aktivis Munir Said Thalib pada 7 September 18 tahun
silam oleh seorang hacker berkode nama “Bjorka”.

Kebocoran hal-hal yang disebutkan di atas tadi juga merupakan hasil dari
tindakan satu orang. Bayangkan, betapa mudahnya keamanan data digital di
Indonesia “diobrak-abrik” oleh satu orang dan tersebar begitu saja. Sehingga,
timbul berbagai macam pertanyaan. Apa penyebab dari mudahnya kebocoran
data-data digital tersebut? Apakah ada peraturan hukum di Indonesia yang sudah
mengatur terkait peretasan dan kebocoran data? Bagaimana jerat pidananya? Dan
apa yang seharusnya dilakukan ke depannya agar hal semacam ini tidak terus-
menerus terjadi dan apakah perlu merangkul para “hacker” untuk bisa menjadi
Justice Collaborator dalam penegakan tindak pidana cyber?

Mudahnya terjadi kebocoran data digital menunjukkan bahwa masih


lemahnya pengawasan dan keamanan sistem digital di sejumlah website-website
penting milik pemerintah, sehingga memunculkan suatu celah keamanan yang
pada akhirnya disalahgunakan oleh para hacker. Terkait kebocoran data tersebut,
Dosen Ilmu Komputer Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Rosihan Ari
Yuana yang dikutip dari kompas.com, menyatakan bahwa “Sebagai seorang
hacker, tentu memang sudah menjadi profesinya untuk mencari dan menunjukkan
celah-celah keamanan dari sebuah sistem digital.” Menurutnya, seharusnya
pemerintah lebih peduli sejak awal untuk membangun sistem digital yang kuat.
“Membuat sistem digital itu tidak hanya asal jadi, namun lemah di keamanan
datanya, apalagi ini adalah data layanan publik,” lanjutnya. Selain dari sisi teknis,
yaitu memperkuat sistem keamanan, ada baiknya juga dikaitkan dengan
bagaimana jerat pidananya bagi para pelaku peretasan tersebut.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) telah mengatur hal terkait


membocorkan rahasia kenegaraan. Tepatnya dalam pasal 112, yang menyatakan
bahwa :

Barang siapa dengan sengaja mengumumkan surat-surat, berita-berita atau


keterangan-keterangan yang diketahuinya bahwa harus dirahasiakan untuk
kepentingan negara, atau dengan sengaja memberitahukan atau memberikannya
kepada negara asing, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Untuk tindakan peretasan atau hacking sendiri sudah diatur dalam


Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Pada pasal 30
ayat (3), disebutkan bahwa “setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau
melawan hukum mengakses komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara
apa pun dengan melanggar, menerobos, atau menjebol sistem pengamanan.”

Ketentuan pidana bagi pelaku tindak pidana yang disebutkan dalam ayat tersebut,
ditunjukkan dalam pasal 46 ayat (3) yang berbunyi “Setiap orang yang memenuhi
unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat (3) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).”

Melalui jerat-jerat pidana yang disebutkan tadi menunjukkan adanya


upaya dalam menindak para pelaku tindakan peretasan tersebut. Tetapi, kita
jangan hanya berfokus pada apa hukumannya saja melainkan lebih baik fokus
terhadap pengembangan sistem keamanan data yang ada. Pemerintah dapat
bekerja sama atau berkonsultasi dengan para ahli keamanan data terbaik. Namun,
apakah pemerintah juga dapat bekerja sama dengan para hacker itu juga sebagai
justice collaborator? Justice Collaborator sendiri adalah sebutan bagi pelaku
kejahatan yang bekerjasama dalam memberikan keterangan dan bantuan bagi
penegak hukum. Apakah seorang hacker tersebut pada akhirnya dapat direkrut
untuk membantu pemerintah dalam menyelidiki kasus-kasus serupa dengan
memanfaatkan kemampuannya?

Hacker sendiri terbagi ke dalam 3 jenis yaitu black hat, white hat, dan
grey hat. Black Hat Hacker adalah sebutan hacker yang mempergunakan dan
meretas sistem komputer orang lain dengan niat yang buruk dan melakukan
aktivitas ilegal seperti pencurian data pribadi, dan biasanya bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan berupa uang, atau hanya sekedar menjadi terkenal saja.
Kemudian ada White Hat Hacker yang merupakan sebutan untuk hacker yang
memiliki niat yang baik. Peretas white hat juga disebut sebagai ethical hacker,
dimana mereka menggunakan kemampuannya untuk mengetes sebuah sistem,
mencari celah mana yang harus diperbaiki, mengutak-atik interface sampai dirasa
tepat, dan lain-lain. Dan yang terakhir adalah Grey Hat Hacker. Hacker grey hat
tidak melakukan peretasan dengan motif jahat, tetapi proses melakukannya juga
tidak selalu legal ataupun etis.

Seorang hacker yang pada akhirnya direkrut untuk bekerja sama dengan
pemerintah dapat digolongkan ke dalam jenis White Hat. Mereka menggunakan
kemampuan mereka untuk mengungkap kegiatan-kegiatan ilegal bahkan
membantu pemerintah dalam mengembangkan sistem keamanan digital dengan
memberitahu bila ada celah-celah yang berpotensi untuk diretas atau diserang
secara ilegal pada suatu sistem keamanan digital tersebut. Namun tentunya, para
white hat hacker ini juga tetap harus diawasi untuk mengurangi potensi terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan.

Cyber Security ataupun sistem keamanan digital tidak sepatutnya dianggap


sebagai hal yang remeh. Seiring berkembangnya teknologi, maka tentunya diikuti
dengan banyaknya data-data yang terus masuk ke dunia digital, khususnya
internet. Data-data pribadi tersebut seharusnya dilindungi dengan baik oleh
negara, agar tidak terjadi penyalahgunaan yang menimbulkan ketidaknyamanan di
masyarakat. Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan dan fokus menjaga
keamanan data, sehingga memunculkan rasa kepercayaan dan keamanan oleh
masyarakat.

------=====------
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang-Undang

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi


Elektronik (UU ITE)

Jurnal

Siar, Brian Levy. “Sanksi Pidana Akibat Tindakan Membocorkan Rahasia


Intelijen Negara Republik Indonesia.” Lex Crimen, Vol. V/No. 3/Mar/2016

Artikel Daring

Hardiantoro, Alinda. “Bjorka Klaim Ungkap Pembunuh Munir, Begini


Kronologi dan Investigasi Kasusnya hingga Kini.”
https://www.kompas.com/tren/read/2022/09/11/133000965/bjorka-klaim-ungkap-
pembunuh-munir-begini-kronologi-dan-investigasi?page=all, diakses pada 12
September 2022 pukul 22.35

Arhamni, Aulia Nur. “Hacker Bjorka Bocorkan 'Dalang' Kematian Munir,


Sosok Megawati dan Jokowi Ikut Disebut?”.
https://disway.id/read/656917/hacker-bjorka-bocorkan-dalang-kematian-munir-
sosok-megawati-dan-jokowi-ikut-disebut, diakses pada 12 September 2022 pukul
22.35

Aida, Nur Rohmi. “4 Dugaan Kebocoran Data yang Dibeber "Hacker"


Bjorka.” https://www.kompas.com/tren/read/2022/09/11/140000265/4-dugaan-
kebocoran-data-yang-dibeber-hacker-bjorka?page=all, diakses pada 12 September
2022 pukul 22.35
Fajarlie, Nadia Intan. “Pengamat Keamanan Siber Sebut Hacker Bjorka
Bisa Dijerat UU ITE: Masalahnya Nangkepnya.”
https://www.kompas.tv/article/327384/pengamat-keamanan-siber-sebut-hacker-
bjorka-bisa-dijerat-uu-ite-masalahnya-nangkepnya, diakses pada 12 September
2022 pukul 22.02

Dewi, Retia Kartika. “Bjorka dan Dugaan Kebocoran Data Pemerintah,


Apa Penyebabnya?”.https://www.kompas.com/tren/read/2022/09/11/185900765/
bjorka-dan-dugaan-kebocoran-data-pemerintah-apa-penyebabnya-?page=all,
diakses pada 12 September 2022 pukul 22.02

Veda, Justitia Avila. “Penerapan Justice Collaborator dalam Perkara


Tindak Pidana Korupsi di Indonesia”. https://lk2fhui.law.ui.ac.id/penerapan-
justice-collaborator-dalam-perkara-tindak-pidana-korupsi-di-indonesia/, diakses
pada 12 September 2022 pukul 22.02

Aliya, Humaira. “Apakah Semua Hacker Kriminal? Yuk, Ketahui 3 Jenis


Hacker Ini!” https://glints.com/id/lowongan/jenis-hacker/#.Yx9MW3ZBzIU,
diakses pada 12 September 2022 pukul 22.21

Anda mungkin juga menyukai