Anda di halaman 1dari 5

Nama : Eva Hardiyanti

Kelas : VIII G
No. Absen : 9

HACKER BJORKA DI TANAH AIR

Nama Bjorka akhir-akhir ini banyak menjadi perbincangan publik. Ia


merupakan sosok hacker yang telah berulang kali melakukan peretasan data
masyarakat hingga pemerintah Indonesia.
Beberapa data hasil peretasan Bjorka, yaitu data PLN, 1,3 miliar data
registrasi SIM card, 105 juta data pemilih, hingga data-data pribadi para petinggi
negara Indonesia, seperti Menkomarves Luhut Pandjaitan, Menkominfo Johnny
G.Plate, dan Menko Polhukam Mahfud MD.
Tak hanya sampai di situ, Bjorka juga mengancam akan melakukan
peretasan data-data penting lainnya. Tentu saja, hal ini menciptakan
kekhawatiran masyarakat Tanah Air. Sebab, 2 juta data sampel dari 1,3 miliar
data pribadi pengguna SIM card yang berhasil ia peroleh sebelumnya sukses
terjual seharga lebih dari $50.000.
Apabila tak segera ditangani, akan ada banyak data pribadi lainnya milih
masyarakat yang diretas dan diperdagangkan oleh orang-orang tak
bertanggungjawab seperti Bjorka. Selain berharap pada pemerintah untuk
melakukan tindak tegas terhadap hacker, kamu sebagai masyarakat juga harus
pintar menjaga keamanan data pribadi.
Lantas, apakah motif Bjorka melakukan peretasan data-data penting milik
masyarakat dan pemerintah? Berikut penjelasannya.

(Foto profil media sosial Bjorka. Sumber: CNBC Indonesia)


A. Motif Peretasan yang Dilakukan Bjorka
Jika ditelisik lebih lanjut, ada beberapa motif Bjorka melakukan
peretasan data masyarakat Indonesia.
Salah satu motif hacker yang diduga asal Polandia tersebut adalah
ekonomi. Sebab, data registrasi SIM card yang berhasil ia curi dijual ke laman
breached.to dengan nilai mencapai Rp700 jutaan.
Transaksi sampel data pribadi masyarakat Tanah Air itu dilakukan
menggunakan pembayaran mata uang kripto. Adapun sampel data registrasi
SIM card yang dijual berisi Nomor Induk Kependudukan (NIK), nomor
telepon, nama penyedia layanan atau provider, dan tanggal pendaftaran.
Bjorka kemudian meneruskan aksinya dengan meretas data-data
penting lainnya milik masyarakat Indonesia, bahkan membocorkan informasi
pribadi milik beberapa pemangku kepentingan negara.
Mengutip CNBC Indonesia, Bjorka mengatakan bahwa Indonesia
merupakan negara yang terlalu lama dijalankan secara sewenang-wenang
dan tanpa perlawanan. Ia juga menilai ada banyak kesalahan yang dilakukan
oleh pihak pemerintah.
Tidak hanya itu, Bjorka juga ingin membuktikan bahwa keamanan
data di Indonesia sangatlah rendah. Ia menunjukkan bahwa peretasan data
sangat mudah untuk dilakukan. Jadi, kebijakan pemerintah Indonesia atas
perlindungan data dinilai sangat buruk.
Selain itu, diduga Bjorka memiliki motif politik hingga disebut sebagai
hacktivist. Hacktivist merupakan hacker atau peretas yang menyuarakan
aspirasi rakyat. Hal ini karena Bjorka beberapa kali menyinggung persoalan di
Tanah Air. Misalnya ketika ia membocorkan tersangka kasus pembunuhan
Munir tahun 2004.
Dari laman media sosial pribadinya di Twitter, Bjorka juga sedikit
menyinggung kasus Ferdy Sambo yang tengah berjalan saat ini. Hingga saat
ini, motif hacker tersebut belum diketahui secara pasti. Namun yang jelas,
keberadaannya perlu diwaspadai.

B. Sebarkan Ancaman Peretasan Data Penting Lainnya


“Terror” Bjorka di Indonesia masih berlangsung sampai sekarang,
hacker tersebut bahkan terus mengancam ingin melakukan peretasan data
penting lainnya. Ia mengungkapkan, ingin membocorkan data milik
MyPertamina. Hal itu disampaikan Bjorka melalui akun Telegram usai media
sosial Twitter miliknya disuspend oleh pemerintah.
Tak tanggung-tanggung, Bjorka juga mengancam akan menyebarkan
data milik Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Melansir Kompas, data
yang diretas berisi dokumen surat-menyurat yang diduga milik Jokowi.
Dengan rentang waktu 2019-2021.
Dokumen tersebut termasuk surat yang dikirim oleh Badan Intelijen
Negara (BIN) berlabel “Rahasia”. Bjorka menjelaskan bahwa pihaknya telah
mengunggah total 679.180 dokumen berukuran 40 Mega Byte dalam bentuk
data terkompres.
Sejumlah contoh dokumen juga dicantumkan dalam unggahan yang
diberi judul, antara lain: “Permohonan Dukungan Sarana dan Prasarana”,
“Surat Rahasia kepada Presiden dalam amplop tertutup” dan “Gladi Bersih
dan Pelaksanaan Upacara Bendera pada Peringatan HUT ke-74 Proklamasi
Kemerdekaan RI Tahun 2019”.
Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) Heru Budi Hartono
mengatakan bahwa, tidak ada isi surat apapun yang terkena peretasan.
Meski demikian, hal tersebut telah melanggar hukum.
Sementara pihak BIN menepis kabar kebocoran surat-surat penting
milik pemerintah. Juru Bicara BIN Wawan Hari Purwanto menyatakan,
dokumen BIN aman karena telah terenkripsi secara berlapis dan seluruh
dokumennya memiliki nama samara.
C. Pemerintah Buat Tim Khusus Lawan Bjorka
Mengingat serangan peretasan data yang dilakukan hacker belum
mereda, bahkan Bjorka menantang pemerintah untuk menemukannya,
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pun membentuk tim khusus
sebagai bentuk perlawanan.
Dikutip dari Katadata, tim akan dibentuk dengan menggandeng
sejumlah kementerian/lembaga, yaitu Kementerian Komunikasi dan
Informatika dan Badan Sandi dan Siber Negara (BSSN).
Kemudian, ada Badan Intelijen Negara (BIN) dan Polri yang akan
bergabung dalam tim untuk melakukan asesmen. Kepala Badan Siber dan
Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian mengatakan, satgas baru tersebut
dibentuk untuk menyakinkan sistem elektronik di masing-masing
kementerian lembaga berjalan dengan baik.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate pun
mengungkapkan bahwa tim itu dibentuk untuk menjaga kepercayaan publik.
Ia juga menambahkan bahwa, data yang diretas bukanlah data-data terkini.
Jadi, data yang diretas merupakan data umum, bukan data spesifik.
Meski demikian, pemerintah telah berkoordinasi dengan berbagai
lembaga terkait kebocoran data tersebut.

D. Cara Melindungi Data dari Hacker


Sebagai tindak pencegahan, kamu juga perlu memahami cara
melindungi data dari serangan hacker. Ada beberapa hal yang dapat kamu
lakukan untuk meminimalisir peretasan data oleh hacker, di antaranya:
1. Ganti Kata Sandi/Password secara Berkala
Kamu bisa mencegah kebocoran data pribadi, dengan rutin
mengganti kata sandi atau password setiap media sosial yang dimiliki.
Selain itu, pastikan kata sandi yang digunakan tidak mudah untuk
ditebak. Jadi, hindari menggunakan nama atau tanggal lahir sebagai kata
sandi. Sebaiknya, kata sandi terdiri dari gabungan nomor, karakter, dan
huruf kapital yang tidak mudah untuk ditebak.
2. Jangan Asal Klik Sembarang Link
Bentuk pencegahan kebocoran data lainnya yang dapat kamu
lakukan, yaitu bersikap hati-hati saat menggunakan internet. Usahakan
untuk tidak mengeklik sembarang link, apalagi jika sudah terlihat
mencurigakan. Bisa jadi, tautan tersebut merupakan phising yang dapat
mencuri informasi pribadi kamu. Jadi, bersikaplah waspada terhadap
informasi apapun yang diterima.
Jangan langsung menerimanya mentah-mentah dan melakukan
tindakan tanpa pikir panjang. Lakukanlah cross check terlebih dahulu
sebelum klik link di internet. Pastikan dahulu sumbernya aman atau tidak.
3. Aktifkan Fitur Verifikasi Dua Langkah
Cara melindungi data dari hacker selanjutnya, yakni dengan
mengaktifkan fitur verifikasi dua langkah. Biasanya, setiap media sosial
telah dilengkapi dengan fitur keamanan tambahan seperti ini. Dengan
begitu, kamu bisa terhindar dari tindak kejahatan cyber.
Setelah fitur verifikasi dua langkah diaktifkan, biasanya kamu akan
diminta untuk memasukkan enam digit PIN ketika melakukan login akun
di perangkat lain. Jadi, lebih aman.
4. Hindari Menyebarkan Informasi Pribadi pada Orang Lain
Selain dengan cara-cara di atas, kamu juga dapat melindungi data
pribadi dengan tidak membagikan informasi penting kepada orang lain.
Jadi, jangan sembarangan dalam membagikan informasi pribadi, ya.
Sebab, hal tersebut bisa menjadi celah bagi orang tak bertanggungjawab.
Bisa saja data kamu disalahgunakan untuk kepentingan yang tidak
kamu lakukan dan merugikan diri sendiri. Yuk, lebih waspada dengan
keamanan digital dengan menjaga data dimulai dari milik pribadi.

Anda mungkin juga menyukai