Anda di halaman 1dari 2

TAJUK RENCANA

03 Sep 2022, 03:45 WIB


Mendesak, Perlindungan Data Pribadi
Dugaan kebocoran data pribadi kembali terulang. Kali ini, sebanyak 1,3 miliar data
pendaftaran kartu SIM Indonesia, mulai dari NIK, nomor telepon, nama penyedian layanan, hingga 
tanggal pendaftaran,  dilaporkan bocor.  Kabar bocornya 1,3 miliar data registrasi kartu SIM itu viral 
di media sosial, setelah diunggah oleh akun  Twitter  Muh Rifqi Priyo S @SRifqi, Kamis (1/9). Dalam
unggahannya, akun @SRifqi menyertakan tangkapan layar akun Bjorka sebagai penjual data.
Menurut dia, penjual menyebut data didapatkan dari Kemenkominfo RI. Gambar tangkapan layar juga
menampilkan perincian jumlah data yang bocor, termasuk besaran kapasitas data hingga harga data
yang dipatok 50 ribu dolar AS.
Beredarnya kabar bocornya data pribadi masyarakat  Indonesia ini tentu saja sangat
memprihatinkan. Sebab, laporan terkait dugaan kebocoran data pribadi tersebut bukan terjadi kali ini
saja. Menurut pakar siber dari Lembaga Riset Siber Indonesia CISSRec Pratama Dahlian Persadha.
Menurut Pratama, dalam beberapa waktu terakhir, kebocoran data pribadi itu diduga telah terjadi di  
perusahaan, baik milik negara maupun swasta, seperti PLN dan Indihome, hingga yang terbaru
dugaan kebocoran 1,3 miliar data registrasi kartu SIM masyarakat di Indonesia.
Fakta ini juga menunjukkan betapa masih lemahnya perlindungan negara terhadap
kerahasiaan data pribadi. Dalam pandangan anggota Komisi I DPR RI, Muhammad Iqbal, dugaan
kebocoran  1,3 miliar data kartu SIM telepon menjadi bukti begitu mudahnya data pribadi masyarakat
Indonesia dicuri oleh pihak ketiga yang tidak bertanggung jawab.  Menurut dia, terulangnya
kebocoran data pribadi ini menunjukkan bahwa pemerintah menganggap kasus tersebut bukan hal
penting dan utama untuk ditindaklanjuti.
Publik tentu berharap pemerintah merespons laporan dugaan pencurian data pribadi ini secara
serius. Selama ini, publik hanya selalu mendengar bantahan-bantahan dari berbagai pihak terkait,
bahwa kebocoran tak pernah terjadi. Terkait laporan terbaru pun, Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kemenkominfo)  dan  Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) serta pihak operator
membantah bahwa kebocoran data registrasi kartu SIM itu berasal dari  institusi tersebut.
Lalu siapa sebenarnya yang bertanggung jawab terhadap perlindungan data pribadi di Tanah
Air? Padahal, di era serbadigital saat ini, perlindungan data pribadi adalah keniscayaan. Berulangnya
kasus pencurian data pribadi, menurut anggota Komisi I DPR, Muhammad Iqbal, menunjukkan belum
adanya upaya atau kebijakan dari pemerintah untuk mengantisipasi agar  kebocoran data pribadi tidak
terjadi kembali. Tentu ini patut disayangkan.
Saat ini, Rancangan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi  masih dalam proses
pembahasan DPR dan Pemerintah. Publik tentu berharap pemerintah dan DPR serius membahas RUU
Perlindungan Data Pribadi itu. Segera selesaikan pembahasannya. Kekosongan aturan terkait
perlindungan data pribadi akan terus dimanfaatkan pihak-pihak tak bertanggung jawab.
Selama Indonesia tak memiliki UU Perlindungan Data Pribadi, kata Pratama,  maka tidak ada
upaya memaksa dari negara kepada peneyelenggara sistem elekntronik (PSE) untuk  mengamankan
data dan sistem yang mereka kelola dengan maksimal atau dengan standar tertentu,. Tak hanya itu,  
ketiadaan UU Perlindungan Data Pribadi  itu membuat pengawasan perlindungan data pribadi
masyarakat masih tidak jelas.

1
2

Anda mungkin juga menyukai