Latar Belakang
Memasuki konsep dunia tanpa tapal batas memicu lahirnya transformasi dari
era industrialisasi ke era informasi yang kemudian melahirkan masyarakat
informasi (information society).1 Salah satu karateristik masyarakat informasi
adalah kebutuhan akan informasi yang menjadi elemen penting dalam kehidupan. 2
Revolusi informasi selain menawarkan kemudahan dalam memperoleh informasi
juga dibarengi dengan kekhawatiran dalam perlindungan informasi tersebut,
khususnya mengenai perlindungan data pribadi. Hal ini menyebabkan isu
mengenai penegakan hak privasi dan perlindungan data pribadi masih menjadi
perbicangan krusial diberbagai negara saat ini.
Hak privasi merupakan hak suatu individu untuk menuntut dan menentukan
kapan informasi mengenai dirinya boleh diketehaui orang lain. 3 Supreme Court
Amerika memberikan pandangan bahwa hak privasi adalah hak untuk
mengkontrol/mengatur penyebaran informasi pribadi dan hak dalam pembatasan
akses terhadap diri pribadi individu. Konsep hak atas privasi juga diperkukuh pula
oleh tulisan Warren dan Brandeis yang menegaskan konsep privasi sebagai sebuah
hak bagi setiap individu untuk menikmati kehidupannya atau disebut dengan “the
right to be alone”; sebagai suatu hak yang harus dilindungi oleh hukum.4
5
Anugrah, Nizar Abdi. 2023. Edukasi hukum bagi masyarakat terhadap kebocoran data
pribadi untuk penguatan keamanan informasi nasabah pinjaman Online. Undergraduate thesis,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Hal 2.
6
Cecep Sutrisna. 2021. Aspek Hukum Perlindungan Data Pribadi Dan Kondisi Darurat
Kebocoran Atas Data Pribadi Di Indonesia. Wacana Paramarta Jurnal Ilmu Hukum. 20(5). Hal 9.
7
Mevanisa Berlian Mochtar. 2023. Kepastian Hukum Atas Kebocoran Data Pribadi
Pengguna Aplikasi Online. Yustisia Merdeka: Jurnal Imiah Hukum. 9 (2). Hal 8.
8
Ibid Hal 1
pribadi juga merupakan respon dari kebutuhan dalam menjalankan perekonomian
global yang dimana jaminan perlindungan tersebut menjadi kebutuhan mitra
kerjasama ekonomi internasional, seperti Organisation for Economic Cooperation
and Development (OECD), Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan
Economic Community for West African States (ECOWAS).9
Menurut Prof.Dr. Ahmad Ramli Guru Besar Cyber Law dan Regulasi Digital
Universitas Padjajaran, keberadaan dari undang-undang No 27 tahun 2022 tentang
perlindungan data pribadi dinilai progresif dikarenakan menganut prinsip
yurisdiksi ekstrateritorial (extraterritorial jurisdiction), yang memberikan hak
yurisdiksional dan kewenangan kepada negara menerapkan Undang-undang ini
terhadap segala perbuatan hukum yang dilakukan di luar wilayah NKRI tetapi
berdampak di dalam negeri. Hal ini akan memudahkan negara dalam mengungkap
kasus kebocoran data yang servernya berasal dari luar negeri.
9
Ibid Hal 2.
10
Atmadja,Budhiartha,2018, Teori-Teori Hukum,Malang: Setara Press. Hal.13.
Jika ditelisik lembaga tersebut sangat berperan penting baik dari segi
perumusan kebijakan, penerapan saksi administratif sampai kepada mekanisme
penyelesaian sengketa yang menyangkut persoalan data pribadi.
dijual disitus jual beli data yang penyelenggarannya diluar yuridiksi Indonesia
karena hak privasi mencakup hak untuk mengontrol informasi terkait dirinya
Rumusan