Anda di halaman 1dari 17

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN DATA PRIBADI PADA

PENYANDANG DISABILITAS

Dosen Pengampu : Lesly Saviera S.H., M.H.

Disusun oleh :

Ayu Yolanda Siburian

210200039

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TAHUN AJARAN

2023/2024
IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN DATA PRIBADI PADA
PENYANDANG DISABILITAS

Ayu Yolanda Siburian

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

ayuyolandasiburian@gmail.com

Abstrak

The rapid development of technology creates great changes in human life. The
development of information and communication technology is very important in
survival, this can be seen from everyday life that is never separated from
technology. The discussion of this journal aims to evaluate understanding related
to the implementation of Personal Data Protection for persons with disabilities.
This research uses normative juridical research methods that focus on legal
aspects, such as principles, norms, rules, and related articles. A legal regulation
on the provision of social welfare for persons with disabilities with the aim of
meeting their basic needs, ensuring the implementation of social functions,
improving social welfare that benefits persons with disabilities, and creating an
inclusive society.
Keywords: Personal data, People with disabilitis.

Abstrak
Perkembangan teknologi yang sangat pesat menciptakan perubahan yang besar
pada kehidupan manusia. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
merupakan hal yang sangat penting dalam keberlangsungan hidup hal ini dapat
dilihat dari kehidupan sehari-hari yang tidak pernah terlepas dari teknologi.
Pembahasan jurnal ini memiliki tujuan untuk mengevaluasi pemahaman terkait
pelaksanaan Perlindungan Data Pribadi bagi penyandang disabilitas . penelitian
ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif yang berfokus pada aspek-
aspek hukum, seperti prinsip-prinsip, norma, kaidah, dan pasal-pasal terkait.
Sebuah regulasi hukum mengenai penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi
penyandang disibalitas dengan tujuan memenuhi kebutuhan dasar mereka,
menjamin pelaksanaan fungsi sosial, meningkatkan kesejahteraan sosial yang
memberikan manfaat bagi penyandang disabilitas, dan menciptakan masyarakat
inklusif.
Kata Kunci: Data pribadi, Penyandang disbilitas.

2
PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi yang sangat pesat menciptakan perubahan yang besar


pada kehidupan manusia. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
merupakan hal yang sangat penting dalam keberlangsungan hidup hal ini dapat
dilihat dari kehidupan sehari-hari yang tidak pernah terlepas dari teknologi.
Munculnya teknologi komunikasi maupun informasi mampu mempermudah kerja
manusia dengan memberikan berbagai kemudahan serta menimbulkan efek instan
bagi penggunanya. Pengertian teknologi informasi dan komunikasi merujuk pada
proses pengolahan dan penyebaran informasi melalui pemanfaatan teknologi
komputasi elektronik, sehingga informasi tersebut menjadi efektif dan dapat
disampaikan atau ditransmisikan kepada pihak-pihak yang membutuhkannya
dengan cara yang komunikatif1

Informasi dan komunikasi dengan data pribadi merupakan satu kesatuan yang
saling berkaitan dilingkup dunia teknologi, karena teknologi komunikasi dan
informasi tentunya memerlukan dan melibatkan keseluruhan yang berhubungan
dengan data pribadi agar untuk dapat memberikan akses dalam pengelolaan
informasi. Seperti misalnya, berkaitan dengan pengumpulan data dan
penyimpanan data dibidang layanan digital ataupun platform digital yang
melakukan pengumpulan data pribadi pengguna untuk dapat menyediakan akses
layanan atau mengoptimalkan dalam penggunaan platform tersebut. Hubungan
yang saling berkaitan antara teknologi informasi dan komunikasi dengan data
pribadi selalu sejalan.

Negara memiliki kewajiban konstitusional berdasarkan pada pembukaan Alinea


ke- 4 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia diungkapkan kewajiban
negara untuk melindungi seluruh warga negara Indonesia dan semua tumpah
darah Indonesia, serta untuk meningkatkan kesejahteraan umum dan turut
berperan dalam menjaga ketertiban dunia. Hak konstitusional juga terdapat dalam
Pasal 28 G Ayat (1) Undang-undang Dasar 1945, menyatakan bahwa “setiap
orang berhak atas perlindungan diri dan keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
1
Nur Muhammad, Konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi Pengertian, Penerapan

3
benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan
dari ancaman ketakutan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang
menjadi hak asasinya”. Setiap orang tentu pasti memiliki data pribadi, ini melekat
dan timbul pada setiap orang. Menurut Permen PM No. 20 Tahun 2016, individu
yang terkait dengan data pribadi memiliki hak untuk menjaga kerahasiaan data
pribadinya, berhak untuk mengajukan pengaduan sebagai penyelesaian sengketa
data pribadi, berhak mendapatkan akses untuk memeriksa riwayat data pribadinya,
dan berhak meminta penghapusan data individu tertentu yang dimilikinya dalam
sistem elektronik. Sedangkan berdasarkan penjelasan Pasal 1 Undang-undang RI
No. 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi. ”Data pribadi adalah data
tentang orang perseorangan yang teridentifikasi atau dapat diidentifikasi secara
tersendiri atau dikombinasikan dengan informasi lainnya baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui sistem elektronik atau non elektronik”.

Perlindungan data pribadi merupakan salah satu hak asasi manusia yang
merupakan bagian dari perlindungan diri secara pribadi. Maka negara
memberikan landasan hukum untuk memberikan keamanan atas data pribadi.
Perlindungan data pribadi ditujukan untuk menjamin hak warga negara atas
perlindungan diri pribadi dan menumbuhkan kesadaran masyarakat serta
menjamin pengakuan dan penghormatan atas pentingnya perlindungan data
pribadi. Pada era globalisasi saat ini dalam hal perlindungan data pribadi masih
menjadi problem terbesar yang dihadapi negara Indonesia dalam melindungi
setiap data pribadi yang dimiliki oleh warga negaranya. Berdasarkan databoks
survei yang dilakukan oleh Kemenkominfo dan KIC bahwa terdapat 53,6%
masyarakat yang memiliki tingkat dalam perlindungan data pribadi rendah.
Permasalahan tentang data pribadi yang sering timbul ialah kebocoran data
pribadi, pada kasus yang menggemparkan adalah ketika seorang hacker dengan
nama samaran Bjorka menjual sebesar 1,3 M data pribadi yang ia dapatkan dari
registrasi kartu SIM oleh kementerian Komunikasi dan Informatika
(Kemenkominfo) dan kebocoran data pribadi sebanyak 34,9 Juta pemilik paspor
dari Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Ham diperjualkan
secara darimg senilai US$ 10.000 atau sekitar 150 juta. Perkembangan kemajuan
teknologi telah memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan sosial.

4
Di seluruh dunia, teknologi menawarkan banyak fasilitas yang terutama melalui
konektivitas internet sehingga memudahkan orang untuk mendapatkan akses atas
data dan informasi termasuk data privasi seseorang secara lebih mudah.2

Penyandang disabilitas merupakan bagian individu masyarakat. Penyandang


disabilitas merupakan istilah yang menggambarkan individu yang mengalami
keterbatasan fisik, mental secara sensorik dalam melakukan aktivitas sehari-hari
mereka. Pengertian disabilitas berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), adalah orang yang menyandang (menderita sesuatu, sedang kan
disabilitas merupakan kata bahasa Indonesia yang berasal dari kata serapan bahasa
Inggris Disabilitiy yang memiliki arti cacat atau ketidakmampuan. Menurut
Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, penyandang
disabilitas merupakan kelompok masyarakat rentan yang berhak memperoleh
perlakuan dan perlindungan lebih berkenan dengan kekhususannya. Berdasarkan
Pasal 4 Undang-undang No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas
tercantum ragam penyandang disabilitas yang meliputi: a. Penyandang disabilitas
fisik, b. Penyandang disabilitas intelektual, c. Penyandang disabilitas mental;
dan/atau, d. Penyandang disabilitas sensorik.

Pembahasan jurnal ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan terhadap


Implementasi Perlindungan Data Pribadi Penyandang Disabilitas, dengan
berfokus pada regulasi hukum yang ada. Melalui penelitian ini, penulis berupaya
untuk memberikan wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana kebijakn dan
regulasi mengenai penyandang disabilitas pada penerapannya di masyarakat.

METODELOGI PENELITIAN

Penelitian ini mengadopsi metode penelitian yuridis normatif, yang merupakan


jenis penelitian hukum yang mengeksplorasi asas, norma, kaidah, dan pasal-pasal
dalam suatu peraturan perundang-undangan. Penelitian ini fokus pada analisis
undang-undang, literatur hukum, dan jurnal ilmiah yang relevan dengan topik
yang dibahas. Penelitian normatif ini dipilih dengan maksud bertujuan untuk
2
Dr. Sinta Dewi Rosandi, SH., LL.M., Cyber law Aspek Data Privasi Menurut Hukum Internasional,
Regional, dan Nasional, Bandung, PT Refika Aditama , 2015, hal 4

5
memperoleh pengetahuan normatif tentang hubungan keterkaitan antara satu
peraturan dengan peraturan lain dan penerapan/ implementasinya dilingkup
masyarakat. (Prof. Dr. Soerjono Seokanto, 2022)

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pelaksanaan kebijakan perlindungan data pribadi saat ini, bagi


penyandang disabilitas?
2. Apa yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan perlindungan data pribadi
penyandang disabilitas?

PEMBAHASAN

1. Pelaksanaan kebijakan perlindungan data pribadi saat ini, bagi


penyandang disabilitas
Kebijakan merupakan serangkaian konsep dan prinsip yang menetukan
kerangka dasar untuk merencanakan dan melaksanakan suatu tugas,
kepemimpinan, serta metode bertindak ( baik dalam konteks
pemerintahan ,organisasi, dan sejenisnya) guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan Kebijakan Publik terbagi dalam 4 (empat) jenis yaitu;
a) Kebijakan substantif dan prosedural
Kebijakan substantif merujuk pada suatu kebijakan yang ditentukan
berdasarkan esensi permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah,
sementara kebijakan prosedural dilihat dari pihak-pihak yang
terlibat dalam perumusannya (stakeholder kebijakan).
b) Kebijakan Distributif, Redistributif, dan Regulatif
Kebijakan distributif mengatur pemberian layanan atau keuntungan
kepada individu, kelompok, atau perusahaan. Kebijakan redistributif
mencakup pengalihan alokasi kekayaan, pemilikan, atau hak-hak.
Sementara kebijakan regulatif mengatur pembatasan atau tindakan.
c) Kebijakan Materil
Kebijakan ini mengatur alokasi atau penyediaan sumber daya
materiil yang konkret bagi penerima manfaatnya.
d) Kebijakan Barang Publik dan Barang Swasta

6
e) Kebijkan barang publik mengatur penyediaan barang atau layanan
olrh pemerintah untuk kepentingan masyarakat umum. Sebaliknya,
kebijakan barang swasta mengatur penyediaan barang atau layanan
oleh entitas swasta untuk kepentingan individu di pasar bebas
dengan imbalan biaya tertentu.

Kebijakan perlindungan data pribadi merupakan rangkaian regulasi aturan


yang termuat tentang pengaturan, saksi, tata pelaksaan dalam perlindungan
data pribadi. Pembahasan mengenai perlindungan data pribadi tidak dapat
dipisahkan dari konsep privasi. Hukum telah mengakui konsep privasi
terkait dengan gangguan fisik seperti trespass (masuk tanpa izin ke area
pribadi), yang diatur dalam hukum pidana. Seiring waktu, hukum juga
memberikan perlindungan terhadap aspek emosional dan intelektual
manusia. Konsep privasi dianggap sebagai hak asasi manusia yang harus
dijaga, diakui, dan dilindungi, sebagaimana diuraikan dalam Pasal 12 pada
Deklarasi umum Hak Asasi Manusia 1948. Pada pasal tersebut menyatakan
bahwa “ Tidak ada seseorang pun boleh tunduk pada campur tangan
sewenang-wenang terhadap privasinya, keluarganya, rumah tangganya, atau
korespondensinya, atau pada serangan terhadap kehormatan dan
reputasinya. Setiap orang berhak mendapatkan perlindungan hukum
terhadap campur tangan atau serangan semacam itu.”
Ketentuan ini juga ditegaskan dalam Pasal 17 Konvensi Internasional
tentang hak-hak sipil dan politik 1966, yang menyatakan bahwa tidak boleh
ada campur tangan sewenang-wenang atau melanggar hukum terhadap
privasi, keluarga, rumah, atau korespondensi seseorang, juga tidak boleh
terjadi serangan tidak sah terhadap kehormatan dan reputasinya. Setiap
orang memiliki hak untuk serangan semacam itu.
Dalam konteks perlindungan data pribadi, isitilah umum yang digunakan
adalah “informasi Pribadi”. Amerika Serikat menggunakan istilah
“informasi pribadi” (personally identifiable information), sementara Eropa,
istilah yang digunakan adalah “data Pribadi” (personal data).

7
Saat ini, dalam regulasi di Indonesia, istilah yang digunakan adalah “data
pribadi” Dalam Undang-undang No. 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan
Data Pribadi menjelaskan bahwa data pribadi adalah data tentang orang
perseorangan yang teridentifikasi atau dapat di identifikasi secara tersendiri
atau dikombinasi dengan informasi lainnya baik secara langsung maupun
tidak langsung melalui sistem elektronik atau non elektronik. Dalam Pasal 4
data pribadi terdiri atas:
1) Data pribadi yang bersifat spesifik
Data pribadi yang bersifat spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a meliputi:
a. Data dan informasi kesehatan
b. Data biometrik
c. Data genetika
d. Catatan kejahatan
e. Data anak
f. Data keuangan pribadi dan/atau
g. data lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
2) Data Pribadi yang bersifat umum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b meliputi:
a. Nama lengkap
b. Jenis kelamin
c. Kewarganegaraan
d. Agama
e. Status perkawinan dan/atau
f. Data Pribadi yang dikombinasikan untuk mengidentifikasi
seseorang.

Keamanan data pribadi menjadi suatu aspek yang krusial di era digital
saat ini. Pertukaran informasi dan akses informasi yang cepat merupakan hal
yang umum dilakukan pada masa ini. Pada era ini, penggunaan teknologi
digital sangat dibutuhkan dalam lingkup masyarakat maka secara tidak
langsung dalam penggunaan teknologi digital memerlukan akses izin.

8
Contohnya, saat seseorang mendaftar untuk layanan internet dan
menggunakan komputer sebagai sarana akses, mereka akan melakukan
pendaftaran dengan Internet Service Provider (ISP) dan membayar layanan
tersebut. ISP kemudian menyediakan sarana untuk terhubung ke internet,
memberikan setiap pengguna IP (Internet Protocol Address). Oleh karena
itu, data dikumpulkan sebagai persyaratan untuk mengakses layanan digital.
Pada umumnya, data pribadi tidak selalu memiliki karakteristik sensitif atau
bersifat privat. Seperti pada data pribadi yang bersifat umum yang telah
dijelaskan di atas. Data ini merupakan data pribadi yang berisikan informasi
yang sangat mudah diakses oleh banyak orang. Dengan kata lain, bahwa
informasi terkait data pribadi yang bersifat umum ini tidak merupakan data
yang bersifat rahasia dan sensitif sehingga tidak terlalu berpengaruh
signifikan. Namun, meskipun bersifat umum informasikan yang terkandung
dalam data pribadi yang bersifat umum juga memiliki hak untuk dilindungi
dengan mempertimbangkan adanya privasi dan keamanan data.

Di era digital seperti sekarang ini, negara juga dituntut untuk terbuka
kepada masyarakatnya, termasuk dalam kaitannya dengan data yang
dipegang oleh instansi pemerintah atau Negara (Rahman, 2021). Meskipun
begitu, tidak semua data yang dimiliki oleh lembaga pemerintah dapat
diakses oleh masyarakat umum. Hal ini mungkin disebabkan oleh karakter
rahasia data tersebut atau karena data tersebut termasuk dalam kategori
pribadi yang bersifat privat atau sensitif. Data pribadi yang bersifat spesifik
atau bisa disebut data yang bersifat rahasia, data ini mengandung informasi
data diri yang sangat pribadi dan rahasia. Hukum perlindungan data pribadi
pada dasarnya fokus pada usaha melindungi dan menyediakan fasilitas
terhadap pengumpulan dan penggunaan data pribadi. Disisi lain, hukum
keamanan siber menangani kejahtan yang terjadi melalui sistem dan
infrastruktur komputer. perlindungan data pada dasarnya dapat dibagi
menjadi dua kategori, yakni melalui upaya fisik untuk melindungi data, baik
yang bersifat konkret maupun abstrak ( seperti melalui pengamatan teknis).
Selain itu, perlindungan data juga melibatkan regulasi yang mengatur

9
penggunaan data oleh pihak yang tidak berhak, penyalahgunaan data untuk
kepentingan tertentu, dan perlindungan data dari perusahaan itu sendiri3

Kejahatan terhadap data pribadi, merupakan tindakan kriminal yang


timbul dari perkembangan teknologi tindakan ini bertujuan untuk
mendapatkan, menyalahgunakan informasi data diri milik orang lain tanpa
izin pemiliknya. Kejahatan kriminal seperti ini dapat merugikan korban
secara finansial, emosional, dan bahkan dapat berdampak pada reputasi
mereka. Sebagian besar korban cenderung kurang memperhatikan aspek
keamanan data pribadi mereka, meskipun mereka menyadari pentingnya isu
ini. bahkan, ada yang tidak mengimplementasikan sistem keamanan pada
situs yang mereka kelola, seolah-olah mereka yakin bahwa dalam dunia
cyber tidak ada penjahat atau semua pengguna internet bersifat baik.
Padahal, kenyataannya adalah bahwa penjahat dalam jumlah besar terus-
menerus mencari peluang untuk menemukan korbannya, hampir setiap
menit bahkan detik.

Penyandang disabilitas adalah sebagian orang yang memiliki keterbatasan


fisik, intelektual, mental, dan/ atau sensorik dalam jangka waktu lama
sehingga mengalami hambatan dan kesulitan dalam berinteraksi dengan
lingkungan, dan menyebabkan keterbatasan dalam melaksanakan tugas atau
kegiatan sehari-hari.4 Menurut Resolusi Nomor 61/1.06 Tahun 2006,
penyandang disabilitas didefenisikan sebagai individu yang tidak dapat
secara mendiri menjamin seluruh atau sebagian dari kebutuhan normal
individu atau kehidupan sosial mereka, baik disebabkan oleh kecacatan
bawaan maupun kecacatan yang diperoleh, baik dalam hal kemampuan fisik
maupun mental. Keamanan data pribadi menjadi semakin krusial di era
digital saat ini. pertukaran informasi dan akses informasi yang cepat
merupakan hal yang umum dilakukan pada masa ini. Pada era ini,
penggunaan teknologi digital sangat dibutuhkan dalam lingkup masyarakat
maka secara tidak langsung dalam penggunaan teknologi digital

3
Purwanto, S.H., M.H, Penelitian Tentang Perlindungan Hukum Data Digital,Badan Pembinaan
Hukum Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Tahun 2007, hal 13
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Hasil Pencarian - KBBI VI Daring (kemdikbud.go.id),

10
memerlukan akses izin.. Hal ini di implementasikan dengan adanya
peraturan perundang-undangan, yaitu yang mengatur masalah
ketenagakerjaan, kesejahteraan, pendidikan nasional, lalu lintas dan
angkutan jalan. Negara memberikan kesamaan dan kesempatan bagi
penyandang disabilitas dalam berperan aktif terhadap perkembangan diri di
teknologi. Hal ini merupakan upaya peningkatan kesejahteraan sosial yang
antara lain dilaksanakan melalui kesamaan kesempatan bagi penyandang
disabilitas. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial untuk individu
penyandang disabilitas bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka,
menjamin pelaksanaan fungsi sosial, meningkatkan kesejahteraan sosial
yang memberikan manfaat bagi penyandang disabilitas, dan menciptakan
masyarakat inklusi. Berkenaan dengan hal tersebut, adanya peraturan dan
sanksi dalam lingkup pengelolaan teknologi untuk penyandang disabilitas
diharapkan mampu melindungi keamanan terhadap informasi dan data
pribadi bagi penyandang disabilitas.

Orang-orang dengan disabilitas termasuk kelompok yang cenderung rentan


menjadi korban kejahatan dalam ranah cyber crime. Cyber crime mengacu
pada aktivitas kejahatan yang terkait dengan ruang digital (cyberspace) dan
menggunakan komputer sebagai alat untuk melaksanakan tindakan. Secara
umum, kejahatan komputer atau kejahatan dunia cyber (cybercrime), dapat
didefinisikan sebagai usaha untuk masuk atau menggunakan fasilitas
komputer atau jaringan komputer tanpa izin, melanggar hukum, baik
dengan atau tanpa mengakibatkan perubahan atau kerusakan pada fasilitas
komputer yang diaskses atau digunakan.5 Karakteristik Cybercrime yaitu:
1) Perbuatan yang dilakukan secara ilegal, tanpa hak atau tidak etis
tersebut terjadi dalam ruang lingkup/wilayah siber/cyber
(cyberspace), sehingga tidak dapat dipastikan yurisdiksi negara
mana yang berlaku terhadapnya.
2) Perbuatan tersebut dilakukan dengan menggunakan peralatan
apa pun yang berhubungan dengan internet.
5
Drs. Dikdik M. Arief Mansur, SH., MH. dkk, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi,
Bandung, PT Refika Aditama, hal 7

11
3) Perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian materil maupun
immateriil (waktu,nilai,jasa,uang, barang, harga diri, martabat,
kerahasiaan informasi) yang cenderung lebih besar dibandingkan
dengan kejahatan konvensional.
4) Pelakunya adalah orang yang menguasai penggunaan internet
beserta aplikasinya.
5) Perbuatan tersebut sering dilakukan transnasional atau melintasi
batas negara.

Bentuk-bentuk Cybercrime yaitu:

1) Kejahatan-kejahatan yang menyangkut data atau informasi


komputer
2) Kejahatan-kejahatan yang menyangkut program atau software
komputer.
3) Pemakaian fasilitas-fasilitas komputer tanpa wewenang untuk
kepentingan-kepentingan yang tidak sesuai dengan tujuan
pengelolaan atau operasinya.
4) Tindakan- tindakan yang mengganggu operasi komputer.
5) Tindakan merusak peralatan komputer atau peralatan yang
berhubungan dengan komputer atau sarana penunjangnya.6
Undang-undang Perlindungan Data Pribadi Nomor 27 Tahun 2022, secara
khusus mengatur proses privasi data bagi penyandang disabilitas. Dapat
dilihat pada Pasal 26 Ayat (1) Pemrosesan Data Pribadi penyandang
disabilitas diselenggarakan secara khusus. Ayat (2) Pemrosesan Data
Pribadi penyandang disabilitas sebagaiman pada ayat (1) dilakukan melalui
komunikasi dengan menggunakan cara tertentu sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan. Pada Ayat (3) Pemrosesan Data Pribadi penyandang
disabilitas sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) wajib mendapatkan
persetujuan dari penyandang disabilitas dan/ atau wali penyandang
disabilitas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dapat
disimpulkan dari pasal 26 Undang-undang No. 27 Tahun 2022 ini bahwa

6
Budi Suhariyanto, S.H., M.H, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime) Urgensi
Pengaturan dan Celah Hukumnya, Jakarta, Raja wali Pers, 2012. Hal 13-15.

12
dalam pemrosesan data pribadi oleh pihak ketiga diharuskan memenuhi
beberapa syarat yaitu:
1) Sebelumnya, pihak ketiga perlu memperoleh persetujuan dari
pengendali data pribadi atau subjek data terlebih dahulu.
2) Pihak ketiga harus memiliki perjanjian tertulis yang dibuat
terlebih dahulu dengan pengendali data pribadi yang memuat
kewajiban pihak ketiga dalam melindungi data pribadi.
3) Pihak ketiga wajib mengolah data pribadi sesuai dengan maksud
pemrosesan data pribadi yang telah ditentukan oleh pengendali
data pribadi.
4) Pihak ketiga diharuskan mengolah data pribadi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Peraturan yang dibuat oleh negara sebagai payung hukum untuk
perlindungan data pribadi diselenggarakan secara khusus. Dengan
demikian, dalam penerapannya tidak dilakukan secara transparan sehingga
menyebabkan ketidakpastian dalam penerapan dan penyelenggaraan
regulasi hukum. Namun tidak menutup kemungkinan masih ada
penyalahgunaan data pribadi bagi penyandang disabilitas. Kemudian pada
saat ini, masih minimnya kebijakan yang inklusif pemerintah Indonesia
terhadap hak-hak penyandang disabilitas dan menjamin juga memenuhi hak
-hak disabilitas dalam segala aspek.
2. Faktor penghambat perlindungan data pribadi penyandang disabilitas
Hadirnya Undang-undang Nomor 27 Tahun 2022 sebagai payung hukum
yang telah dinanti-nantikan masyarakat Indonesia dengan tujuan untuk
perlindungan hak fundamental masyarakat terkait pemrosesan data pribadi
baik dalam sektor publik maupun sektor privat, anak dan penyandang
disabilitas. Meski telah memberikan pengaturan yang komprehensif untuk
melindungi untuk perlindungi data pribadi warga negara, nyatanya masih
banyak kasus-kasus kebocoran data pribadi yang merugikan banyak kalangan
dari masyarakat sebagai korban dan tidak mendapatkan pertanggung jawaban
apa pun (Kominfo, 2023). Berbagai hambatan dalam perlindungan data
pribadi penyandang disabilitas yaitu sebagai berikut:

13
1) Tidak adanya lembaga independen secara khusus untuk
memastikan pelindungan data pribadi penyandang disabilitas di
Negara Indonesia
Dalam implementasi penerapan perlindungan data pribadi
penyandang disabilitas Indonesia nyatanya masih mengalami
hambatan yang cukup besar. Hal ini terjadi dikarenakan belum
tersedianya lembaga independen yang secara khusus menangani
kasus terkait kebocoran data pribadi dan masalah cybercrime yang
terjadi pada penyandang disabilitas. Lembaga perlindungan data
pribadi bersifat sangat dibutuhkan dan penting mengingat adanya
dasar hukum yang kuat yaitu pada Pasal 58, UU Perlindungan Data
Pribadi serta melihat kondisi tindakan pelanggaran data pribadi yang
terjadi di Indonesia yang kian meningkat tiap tahunnya. Lembaga
tersebut berperan dan juga bertugas dalam mengawasi, melindungi,
dan menegakkan hak privasi individu serta mengawasi penggunaan
data pribadi oleh pengendali data pribadi. (Christine & Kansil, 2023)
Penting adanya lembaga independen secara khusus adalah untuk
agar terlaksananya keseimbangan dari regulasi aturan yang telah
dibuat. Kehadiran lembaga independen, juga membantu dalam
pencegahan penyalahgunaan kekuasaan seperti kepentingan politik
atau pun ekonomi dari pihak tertentu. Penerapan hukum yang
transparansi dan akuntabilitas, dengan adanya lembaga independen
diharapkan mampu dalam mengawasi dan menegakkan aturan yang
memberikan perlindungan data bagi penyandang disabilitas.
Berikutnya kehadiran lembaga independen dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan dan sistem
kontribusi yang baik terhadap peraturan dan pemerintahan yang
baik, memastikan bahwa kepentingan masyarakat diutamakan dan
dilindungi.
2) Keterbatasan Teknologi bagi Penyandang Disabilitas
Sistem teknologi yang tersedia pada masa ini, masih belum stabil.
Masih banyak terdapat platform yang tidak dirancang secara khusus

14
untuk membantu para penyandang disabilitas yang mengalami
hambatan dalam penggunaan teknologi. Sehingga dalam penerapan
dan pengelolaan masih membutuhkan bantuan dan pengawasan.
3) Adanya Perbedaan dalam Perlindungan Hukum
Sistem hukum yang ada tidak berkesesuaian dalam melindungi
penyandang disabilitas, dan pemberian regulasi yang masih abstrak
inilah hambatan yang menyebabkan penerapan perlindungan data
pribadi belum optimal dalam pemberian perlindungan bagi
penyandang disabilitas.

KESIMPULAN

15
Perlindungan data pribadi menjadi hal penting era digital masa ini. pertukaran
informasi dan akses informasi yang cepat merupakan hal yang umum dilakukan
pada masa ini. Pada era ini, penggunaan teknologi digital sangat dibutuhkan dalam
lingkup masyarakat maka secara tidak langsung dalam penggunaan teknologi
digital memerlukan akses izin.
Individu dengan disabilitas adalah sekelompok orang yang mengalami
keterbatasan fisik, intelektual, mental, atau sensorik dalam durasi yang panjang.
Mereka termasuk kelompok yang lebih rentan terhadap kejahatan dalam lingkup
cyber crime. Peraturan yang dibuat oleh negara sebagai payung hukum untuk
perlindungan data pribadi diselenggarakan secara khusus. Dengan demikian, dalam
penerapannya tidak dilakukan secara transparan sehingga menyebabkan
ketidakpastian dalam penerapan dan penyelenggaraan regulasi hukum.

Hambatan dalam perlindungan data pribadi penyandang disabilitas yaitu sebagai


berikut: Tidak adanya lembaga independen secara khusus untuk pelindungan data
pribadi penyandang disabilitas di Indonesia, dan Keterbatasan Teknologi bagi
Penyandang Disabilitas, Adanya Perbedaan dalam Perlindungan Hukum.

SARAN

Dalam peningkatan upaya perlindungan data pribadi khususnya pada penyandang


disabilitas sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, maka perlu adanya suatu
lembaga dan adanya campur tangan negara secara langsung ditengah-tengah para
penyandang disabilitas. Diperlukannya perkembangan teknologi yang membantu
penyandang disabilitas dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
teknologi informasi.

1253333333333333
DAFTAR PUSTAKA

16
Jurnal

Christine, B., & Kansil, C. S. T. (2023). Hambatan Penerapan Perlindungan Data


Pribadi di Indonesia Setelah Disahkannya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022
Tentang Perlindungan Data Pribadi. Syntax Literate ; Jurnal Ilmiah Indonesia,
7(9), 16331–16339. https://doi.org/10.36418/syntax-literate.v7i9.13936
Nur Muhammad, Konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi Pengertian, Penerapan
Rahman, F. (2021). KERANGKA HUKUM PERLINDUNGAN DATA PRIBADI
DALAM PENERAPAN SISTEM PEMERINTAHAN BERBASIS
ELEKTRONIK DI INDONESIA. Jurnal Legislasi Indonesia, 18(1), 81.
https://doi.org/10.54629/jli.v18i1.736

Buku
M. Arief Mansur Dikdik, dkk, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi,
Bandung, PT Refika Aditama, hal 7
Purwanto, (2007) Penelitian Tentang Perlindungan Hukum Data Digital,Badan
Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
RI
Rosandi Sinta.(2015), Cyber law Aspek Data Privasi Menurut Hukum
Internasional, Regional, dan Nasional, Bandung, PT Refika Aditama
Seokanto Soerjono, (2022), Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat,Depok, PT Raja Grafindo Persada,.

Suhariyanto Budi, (2012) Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime)


Urgensi Pengaturan dan Celah Hukumnya, Jakarta, Raja wali Pers, 2012.
Hal 13-15.

Peraturan Perundang-undangan

Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia 1948


Konvenam Internasional Tentang Hak-hak Spil dan Politik 1966
Undang-undang No. 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi
Resolusi Nomor 61/1.06 Tahun 2006
Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Kamus
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Hasil Pencarian - KBBI VI Daring
(kemdikbud.go.id)

17

Anda mungkin juga menyukai