Oleh :
Kelompok H
Abdul Rasyid Pahlevi : 2109020064
Alfi Syahri : 2109020049
Aqilah Tahara : 2109020069
B. Tujuan
01
Pengumpulan dan penyebarluasan data pribadi merupakan pelanggaran terhadap privasi seseorang
karena hak privasi mencakup hak menentukan memberikan atau tidak memberikan data pribadi. Data pribadi
merupakan suatu aset atau komoditas bernilai ekonomi tinggi. Isu mengenai pentingnya perlindungan data
pribadi mulai menguat seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna telepon seluler dan internet. Sejumlah
kasus yang mencuat, terutama yang memiliki keterkaitan dengan kebocoran data pribadi seseorang dan
bermuara kepada aksi penipuan atau tindak kriminal pornografi, menguatkan wacana pentingnya pembuatan
aturan hukum untuk melindungi data pribadi.
. Kasus yang banyak terjadi di Indonesia adalah jual beli data konsumen. Konsumen yang datanya berhasil
diperoleh menjadi target pemasaran suatu produk perusahaan atau perseorangan. Tidak sedikit pula pengguna
internet menawarkan jasa jualbeli akun atau pengikut. Padahal praktik tersebut membuka ruang terjadinya
penyalahgunaan data seseorang untuk melakukan kejahatan.
Bentuk lain dari diabaikannya perlindungan terhadap privasi adalah munculnya sebuah pesan berisi iklan
yang biasa disebut Location-Based Messaging. Pesan tersebut akan terkirim otomatis kepada seseorang jika ia
berada di tempat tertentu. Padahal, belum tentu ia pernah menyetujui suatu perjanjian dengan sang provider dan
memperbolehkan mereka merekam setiap aktivitasnya.
Hak perlindungan data pribadi berkembang dari hak untuk menghormati kehidupan pribadi atau
disebut the right to private life. Konsep kehidupan pribadi berhubungan dengan manusia sebagai makhluk
hidup. Dengan demikian orang perorangan adalah pemilik utama dari hak perlindungan data pribadi.
Sejumlah peraturan dan putusan pengadilan juga meneguhkan hak privasi. Peraturan delegasi dari UU ITE,
PP No. 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggara Sistem dan Transaksi Elektronik, memuat definisi data
pribadi yaitu data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat, dijaga kebenaran serta dilindungi
kerahasiaannya.
Secara legalistik negara hadir untuk memberi perlindungan data pribadi atau data privasi .
Dalam UUD 1945 khususnya pasal 28F dinyatakan :
“Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan segala jenis saluran yang
tersedia”.
Sebagai realisasi hal itu, UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik dan UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM mengatur adanya perlindungan atas data
pribadi secara azasi.
Dalam PP Nomor 82 Tahun 2012, antara lain :
Perlindungan dari penggunaan data tanpa izin.
Perlindungan oleh penyelenggara system elektronik
Beberapa Undang-Undang di Perlindungan dari akses informasi
Indonesia yang ada kaitannya dengan Data Perlindungan interferensi illegal.
Pribadi adalah:
1. UU No. 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan Pasal 26 UU No.11 Tahun 2008 tentang
Pokok Kearsipan ITE :
2. UU No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen
“Penggunaan setiap informasi melalui media
Perusahaan
elektronik yang menyangkut data pribadi
3. UU No. 10 Tahun 1998 tentang
seseorang harus dilakukan atas persetujuan
Perbankan
orang yang bersangkutan”.
4. UU No. 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan
5. UU No. 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik
6. PP No. 82 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik
Sedangkan pada Pasal 28G UUD 1945 yang Berikut ini 4 hal yang dilarang terkait pengelolaan data
berbunyi : pribadi menurut UU PDP: