Anda di halaman 1dari 7

Resume kuliah-kuliah pekan 2 modul KB dan Kependudukan oleh Dina Aulia Lestari

71180811064
Kuliah infertilitas oleh Prof. Dr. dr. M Thamrin Tanjung, SpOG(K)

Infertilitas → primer : pasangan dengan koitus teratur, selama 12 bulan, tanpa proteksi, tidak
terjadi kehamilan.
→ sekunder : pernah hamil, melahirkan, tidak mampu lagi untuk terjadi kehamilan
Faktor faktor yang mempengaruhi infertilitas :
i. Ketidaktahuan
ii. Usia istri
iii. Usia suami
iv. Frekuensi ekaraga(koitus)
v. Masa ekaraga
vi. Lubrikan : spermisida
vii. Rokok/alcohol
viii. Infeksi saluran gen
ix. Pembedahan
x. Obat-obatan/radiasi
Penyebab infertilitas pada suami :
i. Varikokel
ii. Hipotrofi
iii. Epididymitis
iv. Obstruksi vas deferens
v. Prostatitis
vi. Kriptorkidismus
vii. Epispadi
viii. Hipospadi
ix. Impotensi
x. Idiopatik
Pemeriksaan infertilitas suami :
Analisis semen dengan cara abstinensia 3-5 hari, masturbasi/vibrator, botol dengan mulut lebar
yang bersih, periksa di lab dalam 2 jam setelah ejakulasi
Pemeriksaan infertilitas istri :
i. Anamnesis
Pola haid, ekaraga, penyakit infeksi, endokrin, pembedahan
ii. Pemeriksaan fisik
Tanda seks sekunder, galaktorea
iii. Pemeriksaan ginekologik
iv. Pemeriksaan lab rutin, lab endokrin
v. Pemeriksaan klinik khusus
a. Ovulasi : Suhu basal badan diperiksa setelah bangun tidur dicatat dikertas grafik
mulai hari haid I s/d haid lagi.
b. Biopsy endometrium : biasanya dilakukan dalam 24 jam setelah mulainya haid
dengan mikrokuret. Penilaian dikatakan anovulasi jika endometrium dalam fase
proliferasi dan dikatakan ovulasi jika endometrium dalam fase sekresi
c. Faktor tuba : pertubasi(inflasi, uji rubin) dan histerosalpingografi (HSG)
d. Fakto serviks,
e. Faktor peritoneum dan genitalia interna : dilakukan laparoskopi untuk melihat
kelianan kongenital, infeksi(Adhesi), tumor(uerus,ovaria), endometriosis, tanda-tanda
ovulasi, patensi tuba (kromotubasi)
Kuliah fertilisasi in vitro(FIV) Teknik Reproduksi Berbantu(TRB) oleh Prof. Dr. dr. M Thamrin
Tanjung, SpOG(K)

Syarat dilakukannya FIV :


- Telah dilakukan pengelolaan infertilitas
- Terdapat indikasi
- Memahami seluk beluk prosedur konsepsi buatan secara umum
- Mampu memberikan izin atas dasar pengertian
- Mampu membiayai prosedur
Prosedur FIV :
- Persiapan
- Stimulasi ovarium
- Pengambilan sel telur
- Pengambilan sperma
- Inseminasi
- Kultur embrio
- Transfer embrio
Indikasi FIV :
- Infertilitas pria
- Infertilitas karena endometriosis
- Infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya
- Kegagalan fungsi ovarium
- Adanya penyakit yang diturunkan secara genetic
Kuliah pemeriksaan Laboratorium untuk Infertilitas oleh dr. Nurul Ain, SpPK

Infertilitas. Infertilitas terjadi pada sekitar 1 dari setiap 5-7 pasangan yang ingin hamil.
A. Tujuan evaluasi laboratorium untuk infertilitas perempuan
1. Menentukan status kesehatan secara umum, seperti : darah rutin, fungsi hati, fungsi
ginjal, fungsi tiroid, fungsi pancreas, fungsi adrenal, infeksi(chlamydia, rubella,
gonorrhoea dan tbc)
2. Evaluasi status hormon-hormon gonadotropin, seperti : LH serum, FSH serum,
estrogen/estradiol serum, progesterone serum, 17-ketoseroid (17-KS) urin
3. Menentukan status hormonal dengan estrogen sintetik atau GnRH pad akasus
anovulatorik
4. Menentukan adanya hiperprolaktinemia
Hormon prolactin merupakan hormone peptide yang disekresi oleh
hipofisa anterior. Peran fisiologis memicu pembentukan air susu pada payudarah
perempuan di akhir kehamilan dan melonjak setiap kali penghisapan di putting
payudara. Kadar normal dalam darah dikendalikan oleh inhibitor hypothalamus
yaitu dopamine
Hiperpolaktinemia merupakan keadaan bila prolactin dalam tubuh terlalu
tinggi yang menyebabkan reaksi umpan balik megatif kemudian akan
menghambat pelepaasan hormone FSH dan LH menghambat proses ovulasi dan
kemudian menjadi sulit hamil.
5. Antibodi terhadap sperma
Pada wanita disebut tes anti sperm antibody(ASA). Tes ini bertujuan
untuk mencari protein khusus (antibodi) yang melawan terhadap sperma
pria dalam darah, cairan vagina atau air mani. Antibodi akan merusak atau
membunuh sperma sehingga sulit membuahi sel telur oleh karena sperma
dikenali layaknya virus. Antibodi juga menolak janin hasil pembuahan
sperma
B. Uji laboratorium infertilitas laki-laki
1. Analisa penyakit infeksi pada prostat dan saluran sperma
2. Analisa penyakit sistemik (DM), kanker
3. Analisa semen/analisa sperma
4. Evaluasi hormonal (sumbu hypothalamus-hipofisis-testis)
5. Kadar fruktosa pada sperma
6. Antibodi terhadap sperma
Analisa semen
Semen → cairan yang dikeluarkan saat ejakulasi yang mengandung spermatozoa dan
cairan yang disekresikan oleh vesikula seminalis, prostat dan kelenjar cowper.
Terminology analisa sperma
- Aspermia : keadaan dimana saat ejakulat tidak keluar air mani
- Hypospermia : volume ejakulat <2ml
- Hyperspermia : volume ejakulat >6ml
- Azoospermia : dalam air mani tidak terdapat sel sperma
- Necrozoospermia : tidak terdapat spermatozoa yang hidp/bergerak aktif
- Normozoospermia : jumlah spermatozoa normal
- Oligozoospermia : spermatozoa <20jt/ml
- Asthenozoospermia : jumlah spermatozoa hidup dan bergerak aktif <normal
- Teratozoospermia : jumlah spermatozoa berbentuk abnormal >30%
- Oligoasthenoteratozoospermia : kelainan kombinasi (jumlah, motilitas,
morfologi)
Evaluasi hormonal pria
- LH serum
- FSH serum
- Prolactin serum
- Testosteron serum
- 17-KS urin
Fruktosa semen
Fruktosa normalnya ada di cairan semen yang berasal dari epididymis. Tidak
adanya fruktosa menunjukkan adanya obstruksi di vas deferens atau epididymis.
Bila ada fruktosa dalam cairan semen tetapi tidak ada sperma dan saluran
epididymis terbuka tetapi ada cacat dalam produksi sperma.
Antibodi terhadap sperma
Tes aglutinasi (+) bila sperma kontak dengan system kekebalan tubuh di dalam
testis misalnya oleh karena terluka atau setelah operasi(biopsy, vasektomi) atau
setelah infeksi prostat. Sel leukosit tinggi. Tes ini tidak dianjurkan karena tidak ada
bukti pengobatan yang dapat meningkatkan fertilitas.
Kuliah farmakologi obat infertilitas oleh dr. Dewi Pangestuti, M.Biomed

Terapi farmakologi infertilitas :


1. Infertilitas karena gangguan ovarium
2. Infertilitas terkait kondisi hiperprolaktinemia
3. Infertilitas idiopatik

1. Infertilitas karena gangguan ovarium


Menurut WHO ada 3 kelompok gangguan ovulasi, yaitu
- Kelompok I : kegagalan pituitary hipotalamik (amenore hipotalamik atau
hipogonadisme hipogonadotropik)
Kelompok gangguan I diterapi dengan hormone pelepas gonadotropin
pulsatif (pulsatile Gn-RH), atau golongan gonadotropin, terutama yang
mengandung LH.
- Kelompok II :disfungsi pituitary hipotalamik
Kelompok gangguan II diterapi dengan antiestrogen yaitu klomifenistrat
atau tamoksifen sebagai lini pertama sampai 12 bulan. Bila klomifensitrat
tidak bisa menginduksi ovulasi, alternative yang dapat diberikan adalah
golongan gonadotropin, yaitu hMG dan FSH. Pada pasien yang tidak
respon dengan terapi lini pertama dan mempunyai IMT >25kg/m2 atau
obesitas dapat diberikan kombinasi.
- Kelompok III : kegagalan ovarium
Anti estrogen : klomifensitrat dan tamoksifensitrat
 Bekerja dengan jalan menghambat kerja estrogen pada hipotalamus.
Klomifen berikatan dengan reseptor estrogen di hipotalamus dalam waktu
cukup lama sehingga menghambat daur ulang reseptor dan menyebabkan
makin sedikitnya reseptor yang tersedia untuk berikatan dengan estrogen,
sehingga efek estrogen pada hypothalamus terhambat.
 Dosis : 50mg perhari dosisi tunggal selama 5 hari, dimulai pada hari ke-5
siklus menstruasi, biasanya ovulasi terjadi pada 6-10 hari setelah pemberian
dosis terakhir. Apabila ovulasi belum terjadi dosis dapat ditingkatkan
menjadi 100mg oer hari dosis tunggal selama 5 hari dimulai pad ahari ke-
30.
 Kontra indikasi : kehamilan dan kista ovarium, insufisiensi fungsi hati,
gangguan metabolisme bilirubin, gangguan organic pada kelenjar hipofisis,
disfungsi adrenal, disfungsi tiroid, hipersensitivias terhadap klomifen.
 Efek samping : pembesaran ovarium, rasa tidak nyaman di bagian
abdominal atau pelvis, nyeri pada payudara, menstruasi dengan perdarahan
lebih banyak, ruam kulit, mual, muntah, gelisah, insomnia, sakit kepala,
depresi
 Interaksi obat : efek klomifen akan berkurang jika digunakan bersama
dengan danazol. Klomifen tidak boleh diberikan kepada wanita yang hamil.
Tidak boleh diberikan pada ibu yang sedang menyusui. Klomifen dapat
mengurangi produksi ASI.
Gonadotropin : merupakan hormone-hormon glikoprotein yang diasilkan dan
disekresi oleh hipofisis anterior, chorion dan plasenta
2. Infertilitas terkait kondisi hiperprolaktinemia
Mekanisme hiperprolaktinemia menyebabkan infertilitas belum diketahui dengan pasti.
Agonis dopamine seperti bromokriptin dan cabergolin digunakan untuk mengobati
gangguan fertilitas akibat hiperprolaktinemia.
3. Infertilitas idiopatik
Terjadi pada sekitar 40% wanita dan 8-28% pasangan inferti;. Obat yang digunakan
untuk kondisi ini adalah klomifen sitrat

Anda mungkin juga menyukai