Anda di halaman 1dari 74

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia adalah negara hukum yang diatur dalam UUD 1945. Unsur negara hukum
yaitu perlindungan hak asasi manusia yang sama dimata hukum. Hal ini dirinci dalam Pasal
28a - 28j Undang – Undang Dasar 1945, dan kesimpulan dari setiap persoalan hukum
terletak pada proses penegakan yang diperbuat. Penegakan dapat dikatakan sebuah proses
atau upaya untuk mempertahankan atau menegakkan norma hukum yang pada dasarnya
merupakan acuan perlakuan lalu lintas atau kehidupan sosial dan berhubungansinya dengan
hukum negara.1
Dengan berkembang serta pesatnya kemajuan dari teknologi, kehadiran internet pada
sekarang merupakan suatu hal yang memudahkan seseorang dalam hal transaksi online dan
aktivitas pinjam-meminjam berbasis teknologi, dapat dikatakan internet pada masa ini tidak
hanya digunakan untuk komunikasi saja. Melainkan, internet juga sebagai sarana untuk
berbelanja secara praktis dan efisien dimanapun masyarakat dapat meng-aksesnya.
Kemajuan berbagai teknologi informasi, khususnya di bidang digital, terbukti
membawa dampak yang positif yang signifikan untuk peradaban manusia. Perlu ditekankan
bahwa dibalik manfaat dan kemudahan yang dibawa oleh dunia digital sekarang, faktanya
hal tersebut mempunyai dampak negatif yang dapat merusak kehidupan manusia dan
kebudayaan itu sendiri. Perkembangan digital informasi telah mengubah cara berpikir
masyarakat dari mekanisasi menjadi digitalisasi dalam hal geografi, waktu, nilai sosial,
bentuk objek, logika berpikir, metode kerja, dan batasan sikap sosial. Perubahan teknologi
informasi sekarang ibaratkan pedang bermata dua dikarenakan selain sebagai manfaat bagi
untuk menaikkan tingkat kesejahteraan, kemajuan dan pembangunan manusia, juga
merupakan alat yang efektif untuk pelanggaran. Informasi dianggap power, yang

1
didefinisikan sebagai kekuatan dan nasib umat manusia ditentukan berdasarkan kekuatan
tersebut.2
Di tengah tantangan pemulihan ekonomi masyarakat yang masih berjalan akibat
pandemi virus corona (covid-19), layanan pinjaman online ilegal atau online terus menanjak
meski terjadi tren pertumbuhan pesat yang meningkat tajam. Orang-orang yang sangat
membutuhkan uang terpaksa beralih ke layanan pinjaman ilegal, yang sering memangsa
kesulitan keuangan mereka. Hal ini membuat proses pengajuan pinjaman online menjadi
sederhana dan nyaman, karena tidak banyak perpersyaratanan untuk dokumentasi pendukung
atau masa tunggu yang lama..3
Perlindungan data berarti aplikasi, proteksi, serta ketentuan yang mengikat yang
diberlakukan buat melindungi data individu serta membenarkan kalau subjek informasi
memegang kontrol atas data tersebut. Singkatnya, owner informasi wajib bisa memutuskan
apakah hendak menyampaikan data tertentu, siapa yang mempunyai akses, buat berapa
lama, serta buat alibi apa.4
Prinsip perlindungan data membagi perlindungan data pribadi berdasarkan dua
kategori, yaitu perlindungan data melalui keamanan data fisik, yang menjangkau data yang
terlihat dan tidak terlihat. Peraturan yang melarang pendayagunaan data oleh pihak yang
tidak berwenang, dalam menyalahgunakan data yang diperbuat dalam kepentingan tertentu,
dan penghancuran data tersebut yang merupakan bentuk perlindungan kedua..5
Pemerasan atau ancaman, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 27 Ayat (4) Undang-
Undang No 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 11 Tahun 2008
Tentang Data Dan Transaksi Elektronik, bisa dicapainya melalui informasi elektronik atau
dokumen elektronik, sebagaimana diuraikan dalam Pasal 45 Ayat (4) Jo. Pasal 27 Ayat (4).
Dalam perkara tersebut dapat dilihat bahwa perlunya perhatian lebih mengenai
jaminan perlindungan data pribadi nasabah serta tindak tegas terhadap pelaku usaha yang

5
memanfaatkan data pribadi nasabah yang akan merugikan nasabah secara materiil maupun
imateriil.
Pada bulan agustus 2019, dalam kasus berawal, Saksi korban mahdi ibrahim
menerima pesan singkat yang terkait dengan dompet kartu digital, yang mengajukan
tawaran pinjaman online kepada Saksi. Akibatnya, karena Saksi membutuhkan uang, dia
mengklik jendela pop-up dalam pesan singkat tersebut. Setelah itu Saksi korban langsung
dipindahkan ke playstore (app) serta ditunjukan buat mendownload aplikasi dompet kartu
digital yang di unduh sehabis Saksi korban klik ok. Setelah menyertakan Nomor telepon,
bukti pemlunaskanan, NPWP, dan kartu keluarga, Saksi korban diminta untuk mengambil
foto ktp dan selfie dengan menggunakan hp selfie untuk verifikasi identitas. Setelah
mengunduh aplikasi dompet kartu digital dan terpenuhinya perpersyaratanan, Saksi korban
mencoba mengajukan pinjaman online sebesar rp 1.500.000,- melalui aplikasi tersebut.
Meskipun disetujui, Saksi cuma menerima rp 1.050.000,- dari dompet kartu. Pinjaman ini
diharapkan telah dibayarkan dalam 14 hari, tetapi sebelum jatuh tempo, tersangka
mengontak Saksi untuk memastikan pemlunaskanan segera diperbuat. 6
Berikutnya bertepatan pada 8 november 2019 terdapat seorang (tersangka) yang
menelpon Saksi korban dihadapkan dengan pertanyaan mengenai kapan akan melunasi
pinjaman, dan akhirnya dikenakan denda sebesar rp. 7.960.000,-. Pada tanggal 3 desember
2019, Saksi korban menerima pesan whatsapp yang mengancam, memberikan pernyataan
bahwa Saksi harus melunaskan utang atau menmengirimkan uang sejumlah uang. Tersangka
mengancam akan mengontak keluarga dan teman-teman Saksi jika pemlunaskanan tidak
diperbuat, dengan ancaman bahwa keterangan mengenai utang Saksi akan disampaikan jika
tidak segera diselesaikan. 7
Berikutnya sebab seorang (tersangka) sudah menelpon/ mengontak keluarga Saksi
korban serta sahabat sahabat Saksi korban, kemudian pada bertepatan pada 5 desember 2019
Saksi korban mengontak kontak via whastapp, kemudian Saksi korban menyampaikan
pertanyaan apa karena istri Saksi korban serta sahabat sahabat Saksi korban dikontak, sehabis
itu kontak Saksi korban tidak bisa dihubungi. Setelah itu pada saat itu pula Saksi korban

7
kembali mengontak dompet kartu serta berkata “kalian ingin kontak siapa lagi tidak hanya
istri aku serta sahabat sahabat aku” hendak namun seorang (tersangka) balas dengan kata
agresif" terserah gua, anjing lu". Setelah itu pada bertepatan pada 16 desember 2019, seorang
(tersangka) mengontak Saksi korban serta melaksanakan obrolan (chat) dengan perkata
agresif serta mengecam ialah" hendak menewaskan aku serta aku hendak dimutilasi, bila
tertangkap aku hendak dibacok, malam ini aku tantang kalian serta menyuruh aku buat bawa
sajam buat bunuh- bunuhan”. 8
Peraturan yang memberikan pengaturan terhadap perlindungan informasi pribadi
dalam industri fintech lending (financial technology) mencakup Undang-Undang Nomor 19
tahun 2016 yang menggantikan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan
Transaksi Elektronik, Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2019 Tentang Pejabatan Sistem
Transaksi Elektronik, Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika No. 20 Tahun 2016
Tentang Perlindungan Data Individu Dalam Sistem Elektronik. Di samping itu, terdapat juga
peraturan khusus, seperti Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016
Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi Dan Pesan Edaran
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18/Seojk.02/2017 Mengenai Tata Kelola Dan Manajemen
Dampak.
Informasi individu adalah info perseorangan eksklusif yang ditaruh, dirawat serta
diberikan perlindungan kebenaran dan diberikan perlindungan ketertutupannya. Proteksi
informasi langsung dalam sistem elektronik melibatkan proteksi terkait perolehan,
pengumpulan, pemrosesan, analisis, penyimpanan, tampilan, penyebaran, pengiriman, dan
penghapusan isu individu. Praktik perlindungan data eksklusif dalam sistem elektronik bisa
berasaskan pada prinsip penghormatan terhadap privasi data langsung.
Tiap indiivdu yang mempunyai informasi individu mempunyai hak atas informasinya
dalam sistem elektronik. Hak tersebut dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun
2008 tentang sistem data dan transaksi elektronik Pasal 26, yaitu terdapat hak yang mereka
punyai terhadap ketertutupan informasi pribadi, dalam pengajuan pengaduan dalam
keinginan untuk penyelesaian sengketa informasi individu atas kegagalan proteksi
ketertutupan informasi pribadinya oleh pejabat sistem elektronik kepada menteri yang
memperoleh akses ataupun peluang buat mengganti ataupun memperbarui informasi
8
pribadinya dengan tidak mengharuskan mengusik sistem pengelolaan informasi individu,
kecuali didetetapkan lain oleh persyaratan peraturan perundang- undangan yang memperoleh
jalan ataupun peluang untuk memperoleh historikal informasi individu tersebut yang sempat
diberikan kepada pembuat sistem elektronik selama masih cocok dengan persyaratan
peraturan perundang- undangan serta memohon dihilangkannya informasi individu tertentu
yang dipunyai dalam sistem elektronik yang dikelola oleh pejabat sistem elektronik, kecuali
didetetapkan berbeda oleh persyaratan peraturan perundang- undangan.
Menurut ketentuan peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13/POJK.02/2018
Tentang Inovasi Keuangan Digital Dalam Operasional Bisnis Fintech, penting untuk secara
cermat menjaga keamanan, ketertutupan, integritas, serta adanya data pribadi, data transaksi,
dan data keuangan.9 berikut adalah metode untuk mengumpulkan informasi dan data:
1. Memfasilitasi kebutuhan orang lain;
2. Membantu pengumpulan data dan informasi dari perseorangan;
3. Minimal satu perubahan tujuan pemanfaatan data dan informasi atas nama orang yang
bersangkutan dengan cara sebagai berikut:dan
4. Cara yang digunakan dalam mengumpilkan data dengan media yang dipakai dan
keterangan untuk penelitian, pendidikan, dan pembuatan kebijakan.
Maraknya praktik penjualan data pribadi yang terjadi di indonesia, jika demikian maka
pinjaman online akan dapat menggunakan semua informasi yang tersedia di penasihat
konsumen, serta keterangan mengenai pinjaman yang tunggak tersebut, untuk membantu
konsumen. Ketika semua dikatakan dan diperbuat, karyawan tidak akan dapat mengakses
data konsumen atau karyawan karena tidak akan ada pilihan di antara keduanya.. 10 ahli
ekonomi keuangan ipmi international business school, Roy Sembel mengatakan “data
merupakan hal bernilai sekarang karena bisa menghadirkan keuntungan”.11
Maraknya kasus pinjaman online yang pada kenyataannya tidak sedikit yang
mengakibatkan merenggutnya nyawa seseorang lantaran kerap di terror oleh pihak pinjaman
online ilegal. Pada tahun 2021 silam, terdapat banyaknya kasus bunuh diri lantaran

10

11
terjebaknya utang dengan pinjaman online ilegal. Satu diantara yang ada contohnya terjadi
pada bulan oktober 2021, seorang ibu rumah tangga berinisial WPS (38 tahun) di Kabupaten
Wonogiri, Jawa Tengah, mengambil keputusan tragis untuk mengakhiri hidupnya karena
terjerat utang pinjaman online.12 dan disaat korban meninggal terdapat surat wasiat yang
berisikan bahwasanya korban telah mempunyai utang pada 23 pinjaman online dengan total
puluhan jutu rupiah, yang dimana aplikasi pinjaman online tersebut adalah pinjaman online
ilegal. Dalam kasus tersebut masih sedikit dan jarang terdapat solusi hukum, sehingga kasus
ini sampai sekarang masih akan terus menerus terjadi. Badan yang bantuan hukum (lbh)
berpendapat bahwa OJK mempunyai peran yang dimana sebagai regulator atas online ilegal
ini wajib ikut andil dalam mengatasi permasalahan yang disebabkan oleh online ilegal. 13
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam dan
menyusun penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul penelitian “ANALISA YURIDIS
TINDAK PIDANA PENYEBARAN DATA PRIBADI KONSUMEN MELALUI
MEDIA ELEKTRONIK (STUDI PUTUSAN NOMOR
438/PID.SUS/2020/PN.JKT.UTR)”.

12

13
B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas, penyusun mencoba untuk merumuskan permasalahan sebagai


berikut:
1. Bagaimana peraturan hukum mengenai perlindungan data pribadi, sistem informasi,
dan transaksi elektronik di Indonesia?
2. Bagaimana hukum pidana diterapkan dalam kasus penyebaran data pribadi
konsumen/nasabah, termasuk ancamannya, seperti yang dijelaskan dalam putusan
hakim Nomor 438/pid.sus/2020/PN.JKT.UTR?
3. Bagaimana Undang-Undang perlindungan data pribadi mengimplementasikan hukum
pidana, berdasarkan analisis terhadap putusan hakim dalam studi kasus Nomor
438/pid.sus/2020/PN.JKT.UTR?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rincian masalah yang akan diteliti, maka penelitian ini diperbuat dengan
tujuan:
1. Untuk memahami ketentuan hukum mengenai perlindungan data pribadi dan sistem
informasi serta transaksi elektronik di indonesia.
2. Untuk memahami bagaimana hukum pidana diterapkan terkait tindak pidana
penyebaran data pribadi konsumen/nasabah beserta ancamannya, seperti yang
dijelaskan dalam putusan hakim studi kasus Nomor 438/pid.sus/2020/PN.JKT.UTR.
3. Untuk mengetahui implementasi hukum pidana dalam Undang-Undang perlindungan
data pribadi berdasarkan analisis terhadap putusan hakim dalam studi kasus Nomor
438/pid.sus/2020/PN.JKT.UTR
D. Manfaat penelitian
Dari hasil penelitian yang penyusun buat ini, diharapkan dapat memberi manfaat secara:
a. Manfaat teoritis:
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan, pemikiran, serta pemahaman di dalam
mengembangkan kajian ilmu hukum pidana khususnnya hukum terkait penyebaran data
pribadi.
b. Manfaat praktis:
Penelitian ini diperbuat untuk dapat menambah pemahaman dan pengetahuan bagi
penyusun dalam pengembangan ilmu hukum khususnya tentang tema yang penyusun
teliti serta dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang akan mengangkat tema yang
sama namun dengan pandangan yang berbeda.

E. Kerangka Teori

1. Pengertian tindak pidana

Julukan yang merujuk pada tindak pidana dalam lingkup hukum pidana dikenal sebagai
"strafbaarfeit". Dalam ranah hukum pidana, strafbaarfeit dapat diidentifikasi sebagai delik,
peristiwa pidana, atau tindak pidana. Kata ini terbentuk dari tiga elemen, yaitu straf (pidana
dan hukum), baar (dapat dan boleh), dan feit (tindak, peristiwa, pelanggaran, dan perbuatan).
Dalam bahasa Inggris, julukan yang sepadan adalah "delict," yang merujuk pada suatu
perbuatan yang dapat dikenai hukuman (pidana). Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa julukan kejadian pidana setara dengan julukan delik, yang awalnya disebut sebagai
strafbaarfeit. Definisi peristiwa pidana atau delik ini mengacu pada perlakuan yang dilarang
oleh hukum pidana dan dapat mengakibatkan ancaman atau hukuman bagi pelakunya. Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menjadi acuan hukum pidana di indonesia. 14 dalam
pembentukan Undang-Undang, julukan "straafbaarfeit," yang umumnya merujuk pada
tindak pidana, telah digunakan, meskipun tidak dijelaskan secara khusus dalam kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).15 Dalam bahasa belanda, julukan "feit" dapat
diartikan sebagai "sebagian dari kenyataan" atau "een gedeelte van werkelijkheid,” sementara
"strafbaar," yang didefinisikan sebagai "sebagian dari kenyataan yang dapat dihukum,"
menunjukkan bahwasanya yang dapat diberikan sanksi pada dasarnya adalah individu dan
bukan kenyataan, perbuatan, atau perlakuan itu sendiri.16
14

15

16
moeijanto, seorang ahli, menyampaikan bahwa peristiwa pidana melibatkan perlakuan
atau beragam perlakuan manusia yang melanggar Undang-Undang atau peraturan hukum
lain, yang kemudian mengakibatkan penerapan perlakuan hukuman.17
2. Teori perlindungan hukum

Perlindungan hukum adalah cara untuk memberdayakan seseorang dengan


mengidentifikasi relasi nilai-nilai atau kaidah yang telah diterapkan oleh sikap dan
perlakuan untuk mengidentifikasi terjadinya pembebasan dalam konteks pergaulan hidup
antara orang-orang tersebut.18
Terdapat beberapa pendapat ahli yang dikutip mengenai perlindungan hukum, yaitu
diantaranya:
1. Menurut Satjito Rahardjo, perlindungan hukum merupakan suatu usaha
memberikan perlindungan terhadap keperluan seseorang melalui
mengalokasikan suatu hak asasi manusia yang berbentuk kuasa kepada
seseorang tersebut dalam haknya melakukan perlakuan dengan rangka
keperluannya tersebut.19
2. Menurut Hetty Hasanah, perlindungan hukum ialah bentuk berbagai usaha
yang bisa membuat terjaminnya kepastian hukum itu ada, yang nantinya bisa
menyampaikan perlindungan hukum terhadap pihak-pihak yang memiliki
sangkut paut atau yang berbuat perlakuan hukum.20
3. Setiono mengemukakan bahwa perlindungan hukum merupakan langkah atau
upaya dalam memberikan perlindungan kepada masyarakat dari perlakuan
semena-semena yang diperbuat oleh pejabat yang belum sepadan dengan
aturan hukum. Tujuannya adalah untuk menciptakan rasa tertib dan
ketenangan sehingga individu dapat mengembangkan hakikatnya sebagai
manusia. 21
17

18

19

20

21
Satu diantara yang ada cara subyek-subyek hukum lindung melalui proses yang
lambat dan memperhatikan kebutuhan individu sesuai sanksi khusus disebut perlindungan
hukum. Ada dua jenis distribusi hukum:
a) Perlindungan hukum bersifat mencegah (pencegahan) perlindungan oleh pemerintah
pada saat terjadinya suatu perlakuan yang menimbulkan konsekuensi hukum.
b) Perlindungan hukum atas representasi perlindungan hukum terbentuk dari sanksi seperti
denda, penjara, dan hukuman tambahan jika hukum melemparkan keberatan atau jika
pelanggaran tertentu atau yang termuat dalam hukum pidana diperbuat.

3. Pertanggungjawaban tindak pidana


Dalam bahasa Inggris pertanggungjawaban pidana yang juga dapat dikatakan sebagai
responsibility, atau criminal liability. Persepsi pertanggungjawaban pidana pada
kenyataannua bukan hanya membahas terkait soal hukum belaka lalai juga terkait soal poin-
poin moral atau kesusilaan khalayak luas yang dipercayai oleh suatu masyarakat atau
kelompok-kelompok dalam masyarakat, hal ini diperbuat untuk pertanggungjawaban pidana
itu dicapai dengan terpenuhinya keadilan.22dalam artian pertanggungjawaban tindak pidana
ialah suatu hal wujud tindak pertanggungjawaban seseorang tersangka atau terdakwa terkait
perbuatan tindak pidana yang nanti akan menentukan dipidana atau dibebaskan seorang
tersangka atau terdakwa tersebut.
Dalam kitab Undang-Undang Hukum Pidana atau KUHP, tidak dijelaskan spesifik terkait
cara melakukan tanggung jawab tindak pidana, namun ada beberapa pendapat ahli terkait
pertanggungjawaban tindak pidana, yaitu diantaranya:
1. Van hamei, dikutip dari Ey Kanter dan Sr Sianturi, Van Hamei menjeiaskan
bahwa pertanggung jawaban pidana adaiah terjadinya keadaan normaiitas
psychis dan kesiapan yang menyampaikan dampak kepada kapabiiitas pada
diri periiaku.23
2. Van Bemmeien, dikutip ey kanter dan sr sianturi,van bemmeien menjeiaskan
bahwasanya seseorang bisa mempertanggungjawabkan dengan persyaratan

22

23
orang tersebut yang bisa memperjuangkan hidupnya dengan cara yang
patut.24
3. Roeslan saleh memberikan penjelasan bahwa tanggung jawab pidana dapat
didefinisikan sebagai lanjutan dari kritik obyektif dalam perlakuan pidana
dan, secara subjektif, terpenuhinya perpersyaratanan untuk dihukum
berdasarkan perbuatannya.
4. Chairul huda memberikan pernyataan bahwa dasar terjadinya tindak pidana
adalah asas legalitas, di mana penuntutan terhadap pelakunya didasarkan
pada kesalahan yang diperbuat. Ini berarti seseorang akan bertanggung jawab
pidana jika berbuat perbuatan yang melanggar hukum, dan
pertanggungjawaban pidana adalah metode reaksi terhadap pelanggaran
perbuatan yang telah disepakati.25
5. Simons, dikutip dari hiiman hadikusuma, simons menjeiaskan kapabilitas
bertanggung jawab dapat didefinisikan sebagai iahirnya keadaan psychis
yang menyampaikan pembenaran terkait pengimpiementasian daiam upaya
pemidanaan, hai ini bisa diiihat dari sudut khalayak luas maupun orangnya,
seteiah itu simons menjeiaskan bahwasanya seseorang mampu melakukan
tanggung jawab.26

Dalam pertanggungjawaban tindak pidana terpenuhi maka harus ada unsur yang
terpenuhinyanya yaitu antara lain adalah suatu hal-hal yang menentang hukum (unsur
menentang hukum) dan seorang pelaku yang dicap mempunyai kapabilitas untuk
bertanggung jawab atas apa yang ia perbuat (unsur kesalahan). Artinya jika seseorang
melakukan suatu perbuatan tindak pidana, maka atas kejahatannya seseorang itu akan
dihukum dan siapapun yang mempunyai unsur pindana akan dapat dipidana, dan jika saat
waktu melaksanakan perbuatan pidana apa yang ia perbuat tersebut dapat dicela.

24

25

26
4. Teori kepastian hukum
Perspektif positivis tentang sistem hukum, yang lebih suka melihat hukum
sebagai sistem kontradiksi daripada sebagai seperangkat aturan, adalah dasar bagi ajaran
hukum dogmatis yang memunculkan gagasan kepastian hukum. Karakter khalayak luas
dari ketentuan hukum menyiratkan bahwa tujuan hukum adalah untuk menjamin
kepastian daripada untuk mencapai efisiensi atau keadilan.27
Kepastian hukum, menurut utrecht, memiliki dua arti, yaitu, pertama, mengacu
pada keterletakan aturan khalayak luas yang membantu orang memahami perlakuan apa
yang diizinkan atau tidak; kedua, ini mengacu pada perlindungan hukum terhadap
keamanan pemerintah karena adanya perjanjian khalayak luas yang membuat orang tahu
apa yang dapat dibebankan oleh negara.28
Menurut sudikno mertukusumo, kepastian hukum memastikan bahwa hukum
akan diterapkan dengan benar. Kepastian hukum mengacu pada adanya inisiatif
pengaturan hukum dalam Undang-Undang yang dirancang oleh pihak-pihak yang sah dan
berkuasa, menyampaikan petunjuk ini karakter hukum dan memastikan bahwa hukum
diterapkan sebagai aturan yang perlu diikuti.29
Menurut Jan Michiel Otto, kepastian hukum adalah suatu ketermungkinan bahwasanya
mempunyai kedudukan dalam situasi tertentu:
a) Adanya peraturan yang jelas, konsisten, dan bisa dicapainya, diumumkan, serta diakui
oleh negara.
b) Institusi pemerintah menerapkan aturan hukum dengan konsisten, patuh, dan taat
terhadapnya.
c) Warga secara mendasar menyesuaikan sikap mereka sesuai dengan aturan-aturan
tersebut.
d) Setiap hakim dalam pengadilan yang independen dengan spontanitas menjalankan aturan
hukum dengan konsisten saat menyelesaikan sengketa hukum.

27

28

29
e) Keputusan pengadilan dijalankan dengan konkret.30

Gustav radbruch memberikan pernyataan bahwa kepastian hukum adalah


"scherkeit des rechts selbst" (kepastian hukum mengenai hukum itu sendiri). Ada empat
hal yang terkait dengan makna kepastian hukum, antara lain:
1. Hukum bisa dinilai positif, yang dalam hal ini hukum itu merupakan
perundang- undangan (gesetzliches recht).
2. Hukum mengacu terhadap fakta (tatsachen), dan bukanlah berdasarkan kepada
bentuk rumusan tentang penilaian yang nantinya diperbuat oleh hakim, seperti
kemauan baik dan kesopanan.
3. Bahwa hal-hal yang terjadi itu haruslah dijelaskan secara konkrit dengan tujuan
untuk menghindari terjadinya keliru dalam penafsiran, yang tidak sulit untuk
dijalankan.
4. Hukum positif tidak dianjurkan bila terlalu sering diubah.31
Roscoe pound juga mengemukakan pendapatnya terkait kepastian hukum, seperti
halnya yang ditulis peter marzuki pada bukunya yaitu pengantar ilmu hukum dimana
kepastian hukum ini memiliki dua makna, yaitu:
1. Pertama kepastian hukum ialah sebagai aturan yang bersifat khalayak luas yang
berguna untuk menjadikan seorang individu memahami tentang perbuatan apa yang boleh
dan tidak diperuntukkan diperbuat.
2. Kepastian hukum yang terdapat dalam dua ialah yang berbentuk keamanan
hukum bagi tiap-tiap individu dari mempunyai kewenangan pemerintah, dengan
terdapatnya peraturan yang bersifat khalayak luas tersebut individu dari masing-masing
diharapkan dapat memahami hal-hal yang bisa untuk dibebani ataupun dilaksanakan oleh
negara kepada tiap individu. Kepastian hukum ialah adanya hal yang konsisten serta
berketetapan dalam putusan hakim diantara satu putusan yanag ada dengan putusan
lainnya dalam kasus yang sama yang telah diputus. Untuk itu, kepastian hukum tidak
hanya berbentuk Pasal dalam UU.32
30

31

32
5. Hak pribadi atau privasi
Pribadi merupakan suatu hal persepsi yang bertabiat khalayak luas serta diketahui
di bermacam hukum positif ataupun norma-norma yang hidup di warga. Samuel d. Warren
dan Louis Brandeis, dalam tulisan mereka yang mempunyai judul "the rights of privacy,"
mengembangkan gagasan bahwa hak privasi mulai memperoleh perhatian. Merujuk pada
komentar hakim thomas cooley, warren dan brandeis dengan sederhana mendefinisikan
hak privasi sebagai "hak untuk dibiarkan sendiri" (rights to be left alone). Definisi ini
terkait dengan kebutuhan spiritual manusia akan penghargaan terhadap perasaan, pikiran,
dan hak untuk menikmati kehidupan, yang seharusnya diberikan perlindungan oleh
negara.33
Pendefinisian privasi secara umum menurut cambridge dictionary adalah "hak
yang dimiliki seseorang untuk menjaga kehidupan pribadinya dan diketahui hanya oleh
beberapa orang." ini secara umum mencakup hak setiap individu tiada terkecuali untuk
memberikan penjagaan serta memberikan perlindunganxx data pribadinya, hanya
diketahui oleh sejumlah orang atau hanya beberapa orang saja. Definisi Data Pribadi Juga
Dapat Ditemukan Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi
Kependudukan (UU Adminduk), Yang Kemudian Diubah Oleh Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang
Administrasi Kependudukan (UU 24/2013). Menurut Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2013, data individu diartikan sebagai data perseorangan atau perorangan
yang sepenuhnya dijaga terkait kebenarannya, dirawat, disimpan, dan harus diberikan
perlindungan ketertutupannya

Privasi merujuk pada kata-kata dari bahasa Inggris privacy merupakan kapabilitas
seorang atau lebih dalam usaha melakukan usaha bertahan terhadap kehidupan dan
urusan pribadinya terhadap publik, atau untuk mengontrol arus informasi mengenai diri
mereka.

33
Beberapa tulisan atau bacaan psikologis memberikan penjelasan pemahaman mengenai privasi,
antara lain:

1. Westin (1967) memberikan penjelasan keterkaitan antara privasi dan ketertutupan. "klaim
individu, kelompok, maupun badan yang untuk mengontrol kapan, bagaimana, dan sudah
seberapa jauh keterangan tentang mereka dikomunikasikan kepada orang lain"
didefinisikan sebagai privasi. (hal. 7)
2. Altman (1975) membuat penggabungan baik sosial dan lingkungan psikologi dalam
memahami sifat privasi. Privasi sebagai “akses kontrol selektif terhadap privasi diri“ (hal.
24) dan diwujudkan melalui pengendalian interaksi sosial, yang kemudian dapat memiliki
efek knock-on pada kapasitas pribadi dalam melakukan urusan dengan dunia luar dan,
akhirnya, membentuk rasa terhadap pribadi mengenai tentang siapa kita.
3. Hak khusus untuk memperoleh kebebasan (particular right of freedom). Tingkat relasi
atau transparansi yang diinginkan seseorang dalam kondisi atau situasi tertentu dikenal
sebagai privasi. (hartono dalam prabowo, 1998).
4. Rapoport (dalam prabowo, 1998) mendefinisikan privasi sebagai kapabilitas dalam
mencapai interaksi yang diinginkan, memperoleh pilihan, dan interaksi kontrol semuanya
dianggap sebagai aspek dalam mendefinisikan privasi.

Warren serta brandheis menyangka pribadi wajib dihormati serta diberikan


perlindungan sebab:
1. Dalam membina ikatan dengan orang lain, seorang wajib tidak membuka sebagian
kehidupan pribadinya sehingga ia bisa membuat dipertahankan letaknya pada tingkatan
tertentu.
2. Seorang di dalam kehidupannya membutuhkan waktu buat bisa sadar sehingga pribadi
benar-benar dibutuhkan oleh seorang.
3. Pribadi merupakan hak yang berpribadi serta tidak tergantung kepada hak lain namun hak
ini hendak lenyap apabila orang tersebut mempublikasikan hal- hal yang bertabiat
individu kepada universal.
4. Pribadi tercantum hak seorang buat melaksanakan ikatan dalam negeri tercantum gimana
seorang membina pernikahan, membimmbing keluarganya serta orang lain tidak boleh
mengenali ikatan individu tersebut sehingga setelah itu warren mendefinisikannya
sebagai the right against the world.
5. Individu seharusnya mendapatkan perlindungan hukum karena kerugian yang dialaminya
sulit diukur. Kerugian tersebut jauh lebih besar daripada kerugian fisik, dikarenakan
kehidupan personalnya sudah diganggu. Oleh karena itu, jika ada kerugian yang dialami,
pihak korban perlu mencari kompensasi.
Bersamaan dengan pertumbuhan teknlogi data, pencarian yang berkenaan dengan
suatu hal data jadi suatu hal perihal yang gampang buat dicari tidak terkecuali pula tercantum
informasi/ data individu. Pertumbuhan teknologi data sudah sanggup buat melaksanakan
pengumpulan, penyimpanan, serta penganalisaan informasi yang tidak sempat bisa
dibayangkan lebih dahulu, sehingga jadi suatu tantangan terhadap pertumbuhan hak atas
pribadi. Persepsi proteksi pribadi setelah itu dibesarkan lagi oleh alan westin yang
menyampaikan definisi terkait pribadi selaku hak orang, kelompok atau badan yang bertugas
untuk memverifikasi apakah keterangan mengenai mereka akan disampaikan kepada pihak
lain. Hak privasi diperluas untuk mencakup hak atas data individu (informasi privasi).
Persepsi perlindungan informasi individu kemudian diintegrasikan sebagai bagian dari
memberikan perlindung terhadap hak privasi.
Abu Bakar Munir memberikan pernyataan bahwa privasi dapat dikelompokkan
menjadi empat kategori:34

1. Privacy terhadap data melibatkan cara pengumpulan dan pemrosesan informasi


individu seperti data kredit dan catatan kesehatan.
2. Privacy terhadap bagian tubuh terkait dengan memberikan perlindungan terhadap
fisik seseorang, seperti proses pemeriksaan penggunaan obat bius, pengambilan
informasi biometrik seperti sidik jari dan retina mata.
3. Privacy terhadap komunikasi mencakup perlindungan terhadap berbagai bentuk
komunikasi, seperti pesan, telepon, email, dan bentuk komunikasi lainnya.
4. Privacy atas teritorial contohnya pribadi di area dalam negeri ataupun tempat
tinggal, pribadi di tempat kerja.

34
Tidak hanya itu, David Flaherty komisaris dari proteksi informasi buat british
columbia university mengklasifikasikan hak- hak yang terpaut dalam area yang tercantum
dalam pribadi, ada pula tipe hak tersebut tercantum sebagian perihal berikut ini: 35
1. Otonomi pribadi.
2. Hak untuk menyendiri.
3. Hak atas kehidupan pribadi.
4. Hak untuk mengontrol informasi anda sendiri.
5. Pembatasan hak atas aksesibilitas
6. Kontrol eksklusif di sektor swasta
7. Hak untuk meminimalkan intrusi.
8. Harapan atas hak atas ketertutupan.
9. Hak untuk menikmati kesendirian.
10. Hak untuk menikmati keintiman.
11. Hak anonimitas
12. Hak retensi.
13. Ketertutupan
Sebagai bagian dari proses perolehan data pribadi, UU ite memfokuskan pada
pemrosesan data pribadi. Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang informasi dan transaksi elektronik
memberikan pernyataan bahwa setiap keterangan yang terkait dengan data individu seseorang
harus digunakan oleh individu yang mempunyai data, yang disebut data pribadi. Oleh karena itu,
mengacu pada Pasal 26 ayat (2) undang – undang informasi dan transaksi elektronik, terdapat
sistem yang menjamin ketertutupan semua individu yang memiliki akses ke data pribadi. Sebagai
akibatnya, Tenggat Waktu Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2019 Dan Peraturan Menteri
Kominfo No. 20 Tahun 2016 mengalami penundaan yang signifikan karena penggunaan
pemrosesan data pribadi. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2019, jenis data
sistem elektronik yang diperoleh mencakup:
1. Perolehan dan pengumpulan;
2. Pemrosesan dan analisis;
3. Penyimpanan;
4. Perbaikan dan pembaharuan;
35
5. Tampilan, himbauan, pemindahan data, publish, atau pengungkapan; dan/ atau
6. Penghilangan atau penghapusan.
Pasal 2 Peraturan Kementerian Komisi Informasi No. 20 Tahun 2016 juga telah
menyampaikan dalam lingkup perlindungan data pribadi, yaitu perlindungan seperti yang
disebutkan diatas.
F. Kerangka persepsi

1. Analisis hukum adalah metode yang digunakan untuk memastikan suatu keseluruhan spesifik

berdasarkan suatu komponen, yang memungkinkan pembentukan komponen tanda-tanda,

kelanjutan dari pola yang sama, dan perluasan keseluruhan.

2. Indonesia merupakan negara hukum yang wajib menyampaikan perlindungan hukum

terhadap warga negaranya.

3. Perlindungan data pribadi konsumen adalah hak hukum yang wajib diberikan oleh negara

pada warganya.

4. Penyelenggara sistem elektronik merupakan tiap orang, pejabat negara, badan usaha, serta

masyarakat yang sediakan, memproses, serta/ ataupun menjalankan sistem elektronik secara

individu ataupun bersama- sama terhadap konsumen sistem elektronik buat keperluair dirinya

serta/ ataupun keperluan pihak lain.

5. Tindak pidana merujuk pada perlakuan yang, berdasarkan peraturan hukum, tidak diizinkan

dan dapat dikenai hukuman. Dalam konteks ini, perbuatan dapat didefinisikan sebagai

perlakuan yang bersifat aktif (melakukan suatu hal yang pada dasarnya dilarang oleh hukum)

dan perlakuan yang bersifat pasif (tidak melakukan suatu hal yang pada dasarnya diwajibkan

oleh hukum).36

6. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2019 Tentang Penyelenggara Sistem Dan

Transaksi Elektronik, arti data pribadi adalah segala informasi mengenai seseorang yang dapat
36
diidentifikasi atau dapat diketahui baik secara langsung maupun tidak langsung dengan

melewati sistem elektronik dan/atau non-elektronik. Selanjutnya, Peraturan Menteri

Komunikasi Dan Informatika Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Perlindungan Data Pribadi

dalam sistem elektronik memberikan arti data pribadi sebagai informasi individu tertentu yang

disimpan, dijaga, dan dipelihara untuk kebenarannya serta diberikan perlindungan. Data

individu tertentu merujuk pada setiap informasi yang faktual dan bisa dikenali, baik secara

langsung maupun tidak langsung, terkait dengan setiap individu yang menggunakan informasi

tersebut sesuai dengan ketentuan perUndang-Undangan.

G. Metode penulisan

1. Jenis penelitian

Yuridisme normatif adalah satu diantara yang ada jenis yuridisme yang dikembangkan dan

dilaksanakan melalui penggunaan kajian berdasarkan Peraturan perundang-undangan dan

berbagai bahan hukum yang diuraikan dalam usul ini. Yang dimaksud dengan yuridis

normatif adalah praktek yang menganut suatu norma hukum atau Peraturan perundang-

undangan dan termasuk hukum yang bersifat seragam.

Dalam penelitian normatif, hukum dipersepsikan dalam bentuk apa yang tertulis dalam

Peraturan perundang-undangan (law in book), ataupun beracuan dengan sikap masyarakat

terhadap apa yang dianggapnya pantas. Tetapi pada kenyataannya hukum bisa dijadikan

persepsi sebagai apa yang tercantum dalam perlakuan (law in action). 37

2. Sumber bahan hukum

Pengumpulan bahan hukum diperoleh dari penelitian kepustakaan yang juga didukung

penelitian lapangan yang terbentuk dari bahan-bahan hukum yaitu:

ELisabeth Nurhaini Butarbutar, 2018, Metode PeneLitian Hukum (Langkah-Langkah Untuk Menemukan
37

Kebenaran Dalam ILmu Hukum), Cet 1, Refika Aditama, Bandung, halaman 84.
A. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang terbentuk dari:

1. KUHP (kitab Undang-Undang Hukum Pidana).


2. Pasal 28g ayat (1) UUd negara republik indonesia 1945.
3. PBI No. 19/12/PBI/2017 tentang pejabatan teknologi keuangan.
4. Permenkominfo 20/2016 (Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Nomor 20
Tahun 2016 Tentang Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik).
5. Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 2019 Tentang Perdagangan Melalui Sistem
Elektronik.
6. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan.
7. POJK No. 13/POJK/02/2018.
8. UU Perubahan No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan.
9. UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.
10. UU No. 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas UU No. 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi Dan Transaksi Elektronik.
11. UU No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian.
12. UU No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.

B. Bahan hukum sekunder

Bahan yang menyampaikan penjelasan terkait bahan hukum primer disebut sebagai bahan

hukum sekunder. Bahan hukum sekunder berupa buku, jurnal, hasil penelitian, dan hasil

penelitian yang berkaitan dengan penyebaran data pribadi atau hak privasi.

C. Bahan hukum tersier


Sumber hukum, seperti kamus hukum dan kamus besar bahasa indonesia, yang berfungsi
untuk memberikan penjelasan sumber hukum primer dan/atau sekunder.
D. Pengumpulan data
Bahan penelitian hukum yang berkaitan dengan topik yang diangkat, dokumen resmi
negara seperti peraturan hukum positif di indonesia (Undang-Undang, peraturan pemerintah,
peraturan menteri, dan peraturan terkait lainnya), serta bahan bacaan atau referensi yang
berkaitan dengan masalah penelitian penulis semuanya dapat digunakan sebagai teknik
pengumpulan data dalam studi literatur.

H. Sistematika penulisan

Materi dalam penulisan ini disusun menjadi beberapa sub bab dengan cara penyampaian yang
tertera di bawah ini agar pembaca dapat lebih memahami skripsi:

Bab I Pendahuluan
Bab ini penyusun menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Khalayak Luas Tentang Tindak Pidana Penyebaran Data Pribadi
Melalui Media Elektronik
Bab ini membahas tentang tinjauan khalayak luas mengenai hukum tindak pidana terkait
penyebaran data pribadi melalui elektronik, pengertian tentang tindak pidana, jenis-jenis tindak
pidana, pengertian tentang data pribadi, pengertian tentang konsumen, dan pengertian tentang
ite.
Bab III Pengaturan Hukum Tentang Penyebaran Data Pribadi Dan Perlindungan Data
Pribadi Di Indonesia
Pada bab ini membahas tentang pengaturan hukum penyebaran data pribadi dan
perlindungan data pribadi di indonesia.
Bab IV Analisa Putusan Berdasarkan Putusan Hakim Terkait Putusan Nomor
438/Pid.Sus/2020/PN.JKT.UTR
Pada bab ini, peneliti akan membahas analisis putusan berdasarkan putusan hakim terkait
dengan putusan Nomor 438/pid.sus/2020/PN.JKT.UTR.
Bab V Kesimpulan Dan Saran
Pada bab terakhir ini, berisikan kesimpulan dan saran yang dimana jawaban terkait
rumusan masalah yang telah dibahas juga saran dari penulis dari hasil penelitian.
BAB II

TINJAUAN UMUM LUAS TENTANG TINDAK PIDANA PENYEBARAN


DATA PRIBADI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK

A. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana

1. Pengertian tindak pidana


Persepsi dasar hukum pidana adalah "perlakuan kriminal" (normative yuridis). Sistem
peradilan pidana dapat melihat sikap jahat dan kejahatan dengan cara yang berbeda.
Kejahatan atau perbuatan jahat yang, dalam konteks hukum normatif, adalah kegiatan yang
muncul dalam bentuk dalam aturan pidana. 38
Pada dasarnya, hukum memiliki tujuan dalam mewujudkan rasa tertib dan keamanan
yang mempunyai fungsi dalam mewujudkan kondisi masyarakat yang harmonis, damai dan
tentram. Kedamaian dan ketentraman tersebut bisa diwujudkan dengan persyaratan
keseluruhan komponen yang terdapat di dalam alam semesta ini patuh dan taat dengan
hukum yang berlaku. Oleh karenanya, seluruh alam semesta ini memiliki keterikatan
dengan hukum untuk menciptakan keharmonisan, kedamaian dan ketentraman itu terjaga
dengan baik.39
Dalam julukan tindak pidana berasal dari julukan dalam hukum pidana belanda yaitu
strafbaar feit. Strafbaar feit terbentuk dari tiga kata yaitu straf, baar dan feit. Starf ialah
dengan pidana dan hukum. Baar ialah dapat atau boleh. Feit ialah tindak, peristiwa,
pelanggaran dan perbuatan.40
Tindak pidana seperti yang tercantum di kitab undang-undang hukum pidana yang
selanjutnya disebut kuhp, dikenal dengan julukan “strafbaar feit”. Dalam bahasa indonesia

38

39

40
julukan stafbaar feit diartikan dalam banyak julukan yaitu tindak pidana, delik, peristiwa
pidana, perbuatan yang bisa dihukum, dan perbuatan pidana.41
Hukum pidana dibagi menjadi tiga bidang yaitu, tanggung jawab pidana, urusan pidana
dan pidana, perlakuan kriminal, strafbaarfeit, dan perlakuan kriminal. Masalah
kriminalisasi, juga dikenal sebagai kebijakan kriminal, terkait erat dengan julukan
"perlakuan kriminal." kriminalisasi didefinisikan sebagai proses mengklasifikasikan
perlakuan yang tidak dimulai sebagai kriminal; proses ini melibatkan perumusan perlakuan
yang bersifat eksternal bagi individu.42
Tindak pidana adalah perlakuan yang melakukannya bisa dikenakan hukum pidana. Dan
pelaku ini bisa dianggap sebagai subjek tindak pidana. Dan para pelaku ini dapat dikenakan
hukum pidana. Dalam wvs (wetbook van strafreht) dikenal julukan feit, sedangkan julukan
pelanggaran digunakan dalam putusan. Pembuat Undang-Undang menggunakan julukan
fakta kriminal, pelanggaran yang dapat dituntut, dan pelanggaran yang dapat dituntut.43
terdapat beberapa pengertian tindak pidana (strafbaar feit) menurut ahli, yakni:
1. Menurut indiyanto seno adji, perlakuan kriminal adalah hasil dari seseorang yang
bertindak ketika mereka takut melakukannya, melanggar hukum, atau melakukan
pelanggaran yang mereka bersalah.44
2. E. Utrecht memberikan pernyataan bahwa julukan "strafbaar feit" digunakan untuk
merujuk pada peristiwa pidana, yang sering disebutnya sebagai delik, karena melibatkan
perlakuan positif, kelalaian, atau konsekuensi yang muncul akibat perlakuan tersebut.45
3. Definisi tindak pidana yang paling lengkap menurut simons :
“tindak pidana adalah setiap sikap manusia yang melanggar hukum, bisa terancam dengan
perlakuan hukum, dan diperbuat oleh seseorang yang kepadanya hukum dapat
mempertanggungjawabkan dan meminta pertanggungjawaban.”. 46

41

42

43

44

45

46
4. Pompe berpendapat bahwa secara teoritis, "strafbaar feit" dapat didefinisikan sebagai
pelanggaran norma yang disengaja atau tidak disengaja, yang merusak tatanan hukum, dan
pelakunya harus dihukum untuk menjaga rasa tertib hukum serta melindungi kebutuhan
hukum.47

2. Jenis-Jenis Tindak Pidana


jenis-jenis tindak pidana diperlainkan dalam beberapa jenis-jenis tindak pidana atas
berbagai dasar tertentu yaitu :48
a. Dari apa yang sudah dijelaskan dalam sistem KUHP, jenis tindak pidana dapat
diperlainkan menjadi kejahatan yang tercantum di dalam buku ii dan pelanggaran yang
termuat di dalam buku iii, tujuan diperbuatnya perbedaan tesebut ialah karena tindak
pidana pelanggaran lebih ringan daripada tindak pidana kejahatan, yang menjadi tolak
ukurnya adalah tindak pidana pelanggaran tindak tidak terancam oleh pidana penjara,
namun hanya dengan pidana kurungan maupun berupa denda. Sebaliknya, tindak pidana
kejahatan lebih dominan dengan ancaman pidana penjara.
b. Dari apa yang sudah dijelaskan dalam cara merumuskannya, jenis tindak pidana bisa
diperlainkan menjadi tindak pidana formil dan tindak pidana materil. Tindak pidana formil
memfokuskan bahwa inti dari larangan ialah melakukan suatu tindak tertentu. Adapun pada
perumusan tindak pidana formil tidak membutuhkan munculnya suatu dampak tertentu dari
perbuatan yangmana merupakan perpersyaratanan penyelesaian tindak pidana, tindak
pidana formil fokus pada apa yang ia perbuat. Sebaliknya, kejahatan materiil menekankan
bahwa tujuan mendasar iarangan adalah untuk menghasilkan efek koersif yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dihukum. Kondisi yang mengakibatkan efek ilegal adalah
penekanan kejahatan material, bukan tingkat sikap. Contohnya adalah jika seseorang
meretas seseorang dan kemudian pembunuhan dicoba daripada benar-benar terjadi. Dalam
hal ini, pembunuhan belum terjadi.
c. Kegiatan kriminal dapat diklasifikasikan sebagai kejahatan yang disengaja (dolus) atau
kejahatan yang tidak disengaja (culpa) tergantung pada sifat kesalahannya. Tindak pidana

47

48
yang mengandung unsur kesengajaan disebut sebagai kejahatan yang disengaja, sedangkan
kejahatan tiada komponen kesengajaan, kelalaian tersebut, disebut sebagai kejahatan culpa.
d. Perlakuan kriminal dapat dikategorikan ke dalam dua kategori berdasarkan macam apa
yang ia perbuat yaitu, kejahatan aktif dan kejahatan pasif. Definisi "kejahatan aktif" adalah
"kejahatan yang membutuhkan perlakuan aktif," di mana pelaku menggerakkan anggota
tubuh mereka untuk melanggar hukum. Kejahatan pasif murni dan kejahatan pasif tidak
murni adalah dua kategori di mana kejahatan pasif jatuh. Kejahatan pasif murni hanyalah
elemen dari suatu perlakuan yang diperbuat; di sisi lain, kejahatan pasif tidak murni
memiliki arti bahwasanya kejahatan itu diperbuat dengan tidak aktif bertindak, atau,
dengan kata lain, itu adalah perlakuan kriminal yang memiliki efek terlarang tetapi
diperbuat dengan tidak bertindak atau mengabaikan yang mengakibatkan efek itu terjadi.
e. Kejahatan yang terjadi dengan cepat diperlainkan dari kejahatan yang terjadi selama
periode waktu atau durasi yang panjang berdasarkan waktu dan lamanya kejadian. Tindak
pidana yang terjadi seketika disebut dengan aflopende delicten. Tindak pidana yang
berjalan lama yaitu tindak pidana yang berjalan terus (woorduende dellicten) yang
menciptakan suatu keadaan terlarang.
f. Berdasarkan sumbernya, ini dipisahkan menjadi kejahatan khalayak luas dan
pelanggaran pidana khusus. Kejahatan khusus adalah kejahatan yang diatur secara eksplisit
di luar kodifikasi KUHP, sedangkan kejahatan khalayak luas adalah semua jenis kejahatan
yang diatur dalam KUHP atau kodifikasi..
g. Dilihat dari sudut subjeknya, itu dipisahkan menjadi kejahatan yang khalayak luas
untuk semua orang (kejahatan communia) dan kejahatan yang hanya diperbuat untuk
individu tertentu (kejahatan propria). Kejahatan khalayak luasnya dirancang untuk
diperbuat oleh siapa saja, meskipun beberapa kejahatan, seperti yang berkaitan dengan
jabatan (kejahatan jabatan) atau kejahatan yang diperbuat oleh kapten dalam pelayaran,
terbatas pada individu tertentu.
h. Berdasarkan perlu atau tidak pengaduan dalam hal penuntutan, dapat dibuat perbedaan
menjadi tindak pidana biasa dan aduan. Tindak pidana biasa yaitu tindak pidana yang tidak
dipersyaratankan terlebih dahulu adanya aduan sehingga langsung diperbuat penuntutan,
sebaliknya jika tindak pidana aduan penuntutannya dapat diperbuat dengan persyaratan
terdapat pihak yang berhak terlebih dahulu melakukan pengaduan.
i. Berdasarkan berat-ringannya pidana yang bisa terancamkan, diperlainkan menjadi 3
(tiga) yaitu tindak pidana bentuk pokok, diperberat dan diperingan. Dalam perumusan
tindak pidana bentuk pokok dicantumkan semua unsurnya, namun untuk diperberat atau
diperingan hanya menyebutkan unsur-unsur yang bersifat membebankan atau meringankan.
j. Berdasarkan keperluan yang diberikan perlindungan, tindak pidana yang diatur sangat
bergantung terhadap keperluan hukum yang diberikan perlindungan dalam termuatnya
Peraturan perundang-undangan. Pengelompokan dari setiap tindak pidana dalam setiap bab
dalam KUHP berdasarakan terhadap keperluan hukum yang diberikan perlindungan.
k. Dari sudut berapa kali perbuatan untuk menjadi suatu larangan, maka dapat
diperlainkan menjadi tindak pidana tunggal dan tindak pidana berangkai. Tindak pidana
tunggal memfokuskan pada selesainya suatu tindak pidana dan dapat dipidanya pelaku
hanya diperbuat untuk satu kali perbuatan saja. Sebaliknya tindak pidana berangkai untuk
dapat dipidananya pelaku dipersyaratankan tindak pidana tersebut diperbuat secara
berulang.

3. Unsur-unsur tindak pidana


Pada dasarnya tiap-tiap perbuatan pidana biasanya terbentuk atas berbagai unsur fakta
oleh suatu perbuatan, memiliki muatan kelakuan dan akibat yang daripada dimunculkan
karenanya. Terdapat beberapa unsur-unsur tindak pidana menurut beberapa ahli, yaitu:
a. Menurut Moeljatno, yang dapat dikatakan unsur-unsur perbuatan pidana adalah,
sebagai berikut:
1) kelakuan dan akibat perbuatan
2) hal ikhwal yang menyertai perbuatan
3) keadaan tambahan yang membebankan pidana
4) unsur menentang hukum yang obyektif
5) unsur menentang hukum yang subyektif.49
b. Menurut Wirdjono Prodjodikoro
Memberikan penjelasan unsur-unsur dari perbuatan pidana sebagai berikut :

1) subjek tindak pidana


49
2) perbuatan dari tindak pidana
3) keterkaitan sebab-akibat (causaal verban)
4) sifat menentang hukum (onrechtmatigheid)
5) kesalahan pelaku tindak pidana
6) kesengajaan (opzet)50
c. Menurut Yulies Tiena Masriani memberikan penjelasan unsur-unsur perkara pidana
dapat diperbuat tinjauan dari dua segi, yaitu:
1) dari segi obyektif yang mempunyai kaintan dengan perlakuan, perkara pidana
merupakan perbuatan yang menentang hukum yang telah berlaku, akibat perbuatan itu
dilarang dan bisa terancam dengan hukuman.
2) dari segi subyektif, peristiwa pidana adalah perbuatan yang diperbuat seseorang secara
salah. Adanya unsur kesalahan pelaku itulah yang menyebabkan peristiwa pidana dapat
terjadi. Unsur kesalahan tersebut muncul dikarenakan niat atau kemauan si pelaku. Dengan
demikian, akibat dari perbuatan itu telah diketahui bahwa dilarang oleh undangundang dan
bisa terancam dengan hukuman. Jadi, memang ada unsur kesengajaan.51
d. Unsur-unsur perbuatan pidana:
1) Unsur Undang-Undang dan yang di luar Undang-Undang.
2) Sifat menentang hukum atau kesalahan sebagai unsur delik.
3) Unsur tertulis dari rumusan delik atau alasan pengahapus pidana.52

Di dalam buku satochid kartanegara “hukum pidana bagian satu” yang dikutip oleh leden
marpaung memberikan penjelasan bahwasanya unsur delik terbentuk dari unsur subyektif
dan unsur obyektif:
A. Unsur obyektif yang tercantum di luar manusia, yaitu :
1) suatu perlakuan
2) suatu akibat
3) keadaan

50

51

52
B. Unsur subyektif dari perbuatan
1) dapat dipertanggungjawabkan
2) kesalahan.
B. Tinjauan Khalayak Luas Tentang Data Pribadi Konsumen

1. Pengertian Tentang Data Pribadi


data pribadi adalah informasi spesifik tentang individu yang selalu diperbarui, dipelihara
dengan jujur, dan dijaga ketertutupannya. Satu diantara yang ada hak asasi manusia yang bisa
dikatakan sebagai komponen pembelaan diri pribadi adalah perlindungan data pribadi seseorang.
Tujuan perlindungan data pribadi adalah untuk menegakkan hak-hak seseorang untuk membela
diri, serta untuk meningkatkan kesadaran publik dan memastikan bahwa pentingnya
53
perlindungan data pribadi diakui dan dihormati. sepanjang sejarah perkembangannya, privasi
telah diakui sebagai ide universal di banyak negara, di mana ia dikodifikasikan dalam Undang-
Undang hukum dan tidak tertulis dalam petunjuk etika.54
Definisi tersebut merujuk pada informasi yang diambil dari publikasi PP No. 71 Tahun 2019
Tentang Sistem Dan Transmisi Elektronik. Berikut adalah data yang diketahui:
“setiap keterangan mengenai seseorang, apakah itu dapat diketahui secara individual, dapat
diketahui, atau digabungkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan
informasi tambahan dengan menggunakan sistem non-elektronik atau elektronik.”
Selain definisi di atas, perlu dicatat bahwa data ini merupakan data pribadi jika dapat

mengidentifikasi subjek data.55 namun demikian, Nomor telepon di selembar kertas kosong
merupakan data. Akibatnya, data pribadi Nomor telepon tersebut digunakan ketika data yang
dimaksud dapat diketahui dengan nama Nomor telepon tersebut.
Berkaitan dengan privasi, alan westin berpendapat bahwa pengumpulan data terkait
privasi adalah komponen pengumpulan data terkait privasi. 56 westin membagi pribadi ke dalam 4
tipe, ialah:( 1) solitude, seorang mempunyai hak buat menyendiri serta leluasa dari kendala
53

54

55

56
semacam suara, penciuman tidak nikmat (odors), serta getaran ( vibration),( 2) intimacy, seorang
berhak buat menjalakan ikatan individu dengan orang- orang disekitarnya, contohnya merupakan
ikatan kekeluargaan, suami- istri, serta ikatan kerja tiada terdapatnya kendala dari pihak lain,( 3)
anonymity, ialah seorang berhak buat jadi anonim( tidak diketahui) serta tidak dikenal bukti diri
serta gerak- geriknya,( 4) reserve, hak seorang buat mengendalikan jarak antara keperluan publik
dengan keperluan pribadinya.
menurut sebuah penelitian yang diperbuat oleh alan westin dan berdasarkan temuannya,
persepsi privasi dapat ditemukan di indonesia secara keseluruhan. Studi ini menyampaikan
kerangka untuk memahami privasi baik di era modern maupun tradisional dengan mengkaji
peran privasi dalam kehidupan masyarakat di jawa dan bali. 57 namun demikian, setelah diketahui
bahwa penduduk belanda dipengaruhi oleh kololainisme, masalah privasi dibahas dalam
Peraturan perundang-undangan. Ada beberapa contohnya, seperti penggunaan bahasa untuk
berkomunikasi dengan orang selain izin, atau penggunaan bahasa untuk melaksanakan pekerjaan
ketua pengadilan, yang dimuat dalam postordonnantie 1935 (staatsblad 1934 No.720).
Warren dan Brandeis melakukan penulisan ilmiah “the right to privacy” adalah mereka
yang diwajibkan untuk memverifikasi informasi pribadi sebagai hak hukum. Tujuan penulisan
ini adalah untuk mengidentifikasi fenomena alquran yang menyebabkan orang berjudi dalam
contoh khusus ini.58 Memberikan pernyataan bahwa: "privacy is the right to enjoy life and be left
alone, and this law's development was inevitable and required legal recognition.” "hak untuk
dibiarkan sendiri" (rights to be left alone) is a form of private property that is protected by
technology, economics, and politics, but the property itself is not protected, which ensures that it
receives recognition and protection from the law. Definisi ini didefinisikan dalam dua cara: (i)
kemuliaan pribadi; (ii) nilai-nilai, termasuk harkat pribadi individu, pekerjaan, dan moneter.
gagasan perlindungan data menunjukkan bahwa orang harus memiliki kebebasan untuk
memutuskan untuk lebih ingin melakukan komunikasi atau mengungkapkan informasi pribadi
mereka atau tidak. Individu juga terdapat hak yang mereka punyai untuk memutuskan ketentuan
di mana jenis mengirimkan uang data pribadi ini akan terjadi. Selain itu, gagasan hak privasi

57

58
terhubung ke perlindungan data. Hak atas privasi telah berkembang ke titik di mana hak atas
perlindungan data pribadi dapat dirumuskan dengan menggunakannya.59
Warren dan Brandeis beranggapan bahwa privasi harus dijunjung tinggi dan diberikan
perlindungan karena berkaitan:
1. Untuk mempertahankan posisi seseorang pada tingkat tertentu dan membangun relasi dengan
orang lain, seseorang harus merahasiakan separuh dari kehidupan pribadinya.
2. Seseorang butuh waktu sendiri dalam hidupnya (waktu untuk menyadari) agar dapat
memiliki privasi.
3. Yang dimaksud dengan “privasi” adalah hak yang tiap-tiap individu lain miliki dan bukan
milik hak yang sedang digunakan; akan tetapi hak yang bersangkutan dapat musnah apabila
orang-orang yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan pribadi terhadap orang lain.
4. Sebagai akibat dari fakta bahwa warren menyebut dirinya sebagai hak terhadap dunia,
privasi dapat dilihat sebagai sarana untuk mencapai tujuan hukum. Ini karena keperluan
pribadi warren sendiri, keperluan orang lain, dan keperluan orang lain tidak mencapai tujuan
pribadi.
5. Privasi patut diterapkan menggunakan gantungan hukum, dan kerugian yang digunakan
cukup kuat untuk dimakan. Ketika ada kerugian fisik, pribadinya dapat dipecah menjadi
bagian yang lebih kecil, jadi jika ada kerugian yang telah rusak, korban dapat dipecah
menjadi potongan-potongan kecil.60
Selain itu, warren dan brandeis menunjukkan bahwa keindividu yang mempunyaian pribadi
dapat disaring ke segala arah, tetapi juga dapat dirugikan oleh keindividu yang mempunyaian
pribadi. Contoh yang baik dari hal ini adalah ketika informasi pribadi seseorang digunakan untuk
tujuan publik, tetapi tidak ada bukti ini dari pengetahuan atau pengalaman orang itu sendiri. 61
William l. Prosser melihat lebih rinci mengenai jangkauan area dari hak privasi seseorang,
dengan berpetunjuk setidaknya pada empat bentuk gangguan terhadap pribadi seseorang, yaitu:
1. Gangguan dalam konteks usaha seseorang untuk merugikan pribadi atau orang lain, atau
dalam konteks hukum privat;

59

60

61
2. Mempertimbangkan fakta yang tersedia untuk khalayak luas;
3. Suatu publikasi yang menginformasikan seseorang di luar publik;
4. Pejabatan dengan bantuan orang lain agar dapat membantu orang lain62
Adapun berdasarkan edmond makarim, secara khalayak luas terdapat 3 aspek privasi yang
diberikan perlindungan oleh hukum atau tidak. Aspek tersebut yaitu:
a) Privacy of a person’s persona
Berdasarkan dengan apa yang willem and brandeis sampaikan mengenai hak yang dilepaskan
sendiri (the right to be let alone). Contoh jenis pelanggaran terhadap privasi ini adalah:
1. Mempublikasikan diri dalam suasana yang berbeda dari biasanya. Misal menggunakan
gambar orang yang bersangkutan sebagai ilustrasi untuk bagian tertentu yang ditulis oleh
orang yang tertarik dengan narkoba bukan gambar orang yang bersangkutan.
2. Penggunaan yang kurang sesuai untuk nama seseorang atau dalam penggunaannya unutuk
pribadi dalam transaksi komersial.
3. Akta dan fiksi disalahartikan dalam domain publik.
4. Mengganggu satu orang atau pasangan.
b) Privacy of data about a person
Informasi yang diberikan perlindungan menjangkau keterangan mengenai individu yang
telah meminta dan menerimanya, antara lain bias individu, rekam medis, biodata, partisipasi
politik, pajak, data-data karyawan, asuransi, tindak pidana, dan informasi lainnya. Penggunaan
informasi ini bersifat pribadi informasi.
c) Pricvacy of a person’s communication
Penggunaan privasi dalam komunikasi adalah praktik khalayak luas di antara manusia. Ini
adalah bentuk komunikasi pribadi (elektronik atau lainnya) antara individu yang tunduk pada
batasan yang sama seperti yang diuraikan di atas dalam kasus Undang-Undang.
Perlindungan hak pribadi berkembang pesat dalam perkembangannya. Konvensi di seluruh
dunia memberikan pengaturan terhadap kedaulatan dan perlindungan hak pribadi. Berikut ini
telah digariskan dalam Pasal 12 deklarasi universal hak asasi manusia (udhr):
"no one shall be subjected to arbitrary interference with his privacy, family, home, or
correspondence, nor shall his honor or reputation be threatened. Everyone has the right to
the law's protection from such intrusions and attacks.”
62
Akibatnya, informasi pribadi berikut dapat diungkapkan di konferensi: 1) privasi fisik, atau
ketertutupan dalam pengaturan sementara; 2) privasi keputusan, juga dikenal sebagai
perlindungan privasi berdasarkan pemahaman seseorang tentang privasi mereka sendiri dan
privasi orang lain, seperti pemahaman seseorang tentang identitas seseorang atau cara
mengidentifikasi individu;3) harkat, yang menjangkau penghormatan terhadap harga, nama, dan
reputasi seseorang;4) privasi informasi mengacu pada perlindungan informasi individu. Penting
bagi orang untuk mengetahui cara orang lain menggunakan dan mengungkapkan informasi yang
berhubungan. Universal declaration on human rights (udhr) adalah standar internasional
komprehensif yang menetapkan standar pencapaian bersama bagi seluruh orang dan bangsa, dan
privasi merupakan satu diantara yang ada hak yang dijamin oleh udhr63
Dengan mempertimbangkan isi Pasal 1 Angka 1 UU No. 27/2022, data pribadi diartikan
sebagai informasi mengenai seseorang yang pada dasarnya dapat diidentifikasi secara unik, baik
secara terpisah maupun melalui kombinasi dengan data lain, menggunakan sarana elektronik atau
non-elektronik. Ketentuan terkait pembagian data pribadi dijelaskan dalam Pasal 4 Undang-
Undang Nomor 27 tahun 2022. Berdasarkan peraturan yang berlaku, klasifikasi data pribadi
meliputi:
1. Informasi pribadi yang khusus.
2. Informasi pribadi yang umum..
Data individu tertentu didefinisikan sebagai data pribadi yang, jika diproses dapat
memiliki efek yang lebih besar pada subjek data individu, seperti diskriminasi atau lebih banyak
kerugian pada subjek data pribadi.
Berikut adalah beberapa klasifikasi data pribadi yang bersifat khusus, meliputi:
a. Informasi kesehatan;
b. Data biometrik;
c. Data genetika;
d. Catatan kejahatan;
e. Data anak
f. data keterangan pribadi; dan/ atau
g. data iainnya sesuai dengan ketentuan Peraturan perundang-undangan.64

63

64
Data yang dapat di identifikasikan dari Nomor data seperti Nomor data kependudukan
(nik) yang didalam ktp, nama ayah kandung, nama ibu kandung, dan catatan peristiwa penting
lainnya. Yang dapat mengidentifikasi seseorang baik dari secara langsung maupun tidak
langsung yang berdasarkan Nomor tersebut. Sedangkan dalam kamus besar bahasa indonesia arti
dari data ialah informasi yang sesuai serta yang dapat dijadikan acuan kajian.65
Data pribadi seseorang sangat berkaitan pada informasi pribadi, dari kata pribadi itu
dapat mengetahui informasi yang bersifat pribadi seseorang. Informasi pribadi tersebut dapat
didefinisikan sebagai informasi yang mengidentifikasi individu, sehingga dengan adanya
pengertian tersebut dapat diartikan adanya kaitan antara informasi dan pribadi yangmana bersifat
sensitif maupun hal-hal yang dianggap biasa, yang entah bagaimana untuk mengindetifikasikan
seseorang itu.66 informasi pribadi yang bisa mendeskripsikan seseorang contohnya data
kependudukan, rekening bank, tinggi badan seseorang, golongan darah, fingerprint, apapun yang
melekat pada individu seseorang. Dan jika informasi itu tidak terikat pada individu yang
mempunyai informasi, sehingga informasi itu tidak termasuk informasi pribadi.67

2. Perlindungan Data Pribadi


Negara bagian Hesse di Jerman menjadi pelopor sebagai negara bagian pertama
yang mengimplementasikan peraturan perlindungan data pada tahun 1970. Langkah ini
kemudian diikuti oleh Undang-Undang nasional di swedia pada tahun 1973, jerman barat pada
tahun 1977, amerika serikat pada tahun 1974, prancis pada tahun 1978, dan Inggris pada tahun
1984.68
Pada akhirnya, indonesia telah mengimplementasikan peraturan terkait
perlindungan data pribadi dalam era digital. Peraturan ini diwujudkan dalam bentuk peraturan
menteri (permen) Nomor 20 tahun 2016 tentang perlindungan data pribadi (PDP), yang resmi
ditetapkan pada 7 november 2016 dan mulai berlaku sejak 1 desember 2016. "ya, permen

65

66

67

68
mengenai perlindungan data pribadi sudah efektif. Informasi lebih lanjut dapat ditemukan di
situs resmi kementerian komunikasi dan informatika," ungkap direktur jenderal aplikasi
informatika kemkominfo, samuel abrijani pangerapan, dalam keterangannya kepada indotelko
kemarin. Menurut dokumen yang diperoleh, Undang-Undang mendefinisikan "data pribadi"
sebagai informasi pribadi spesifik yang selalu diperbarui, benar-benar disimpan, dan diamankan
secara diam-diam. Sistem elektronik hanya boleh menyimpan informasi identitas pribadi yang
telah menjalani verifikasi akurasi. Sistem elektronik yang menyimpan data pribadi diwajibkan
untuk menggunakan format data terenkripsi. Jika hingga untuk sekarang belum terdapat
peraturan yang secara terang-terangan memberikan pengaturan terhadap data tersebut, maka data
pribadi diwajibkan disimpan dalam sistem elektronik paling kurang selama lima tahun. Hal ini
harus sesuai dengan ketentuan yang dipaparkan di Peraturan perundang-undangan yang
memberikan pengaturan terhadap rentang waktu penyimpanan data pribadi di setiap badan
pengawas dan pengatur sektor. Aturan terkait pusat data dan pusat pemulihan bencana juga
menekankan bahwa pejabat sistem elektronik untuk layanan publik yang terlibat dalam proses
perlindungan harus berlokasi di wilayah republik indonesia. Aspek ini menjadi poin menarik dari
peraturan tersebut.69
Informasi dan data adalah elemen penting untuk operasi institusi. Badan yang sekarang
dapat bersaing dengan lawan-lawannya jika mereka bisa memakai data dan informasi dengan
cepat, akurat, menyeluruh, dan lengkap. Tidak mungkin memisahkan pengambilan keputusan
dari keterletakan data dan informasi sebagai bagian dari aktivitas manusia. Menurut jerry kang,
informasi yang sangat pribadi tentang seseorang diberikan ketika data pribadi dibagikan untuk
melindungi hak individu untuk menjaganya tetap pribadi dan / atau mencegah orang lain
menggunakannya secara tidak benar atau membagikannya dengan pihak ketiga. Secara khusus,
data pribadi mengacu pada informasi yang terkait langsung dengan individu dan membantu
mengidentifikasi sifat unik mereka.70
Secara khalayak luas, perlindungan mengacu pada melindungi suatu hal yang dapat
berbentuk barang, keperluan, atau benda dari hal-hal yang berpotensi berbahaya. Definisi
perlindungan kemudian menjangkau pertahanan yang diberikan kepada individu terhadap orang

69

70
lain yang lebih lemah dari mereka. Akibatnya, perlindungan hukum dapat dipahami sebagai
sarana untuk menafsirkan semua inisiatif pemerintah untuk menjamin kejelasan hukum dan
melindungi masyarakat, memastikan bahwa hak-hak warga negara ditegakkan dan bahwa
pelanggar menghadapi konsekuensi sesuai dengan hukum yang berhubungan. 71 hak untuk
memberikan rasa hormat kehidupan pribadi seseorang, yang biasanya dikatakan sebagai the right
to private life, memunculkan hak atas perlindungan data pribadi. Gagasan tentang kehidupan
pribadi terkait dengan fakta bahwa manusia adalah makhluk hidup. Oleh sebab itu, individu yang
mempunyai akhir hak atas perlindungan data pribadi adalah orang perseorangan. 72 perlindungan
data dalam hal ini biasanya dilihat sebagai komponen perlindungan privasi. Seperti yang
dinyatakan allan westin dalam bukunya, perlindungan data pada dasarnya terkait erat dengan
privasi. Dia mengartikan privasi ke dalam bentuk hak individu, kelompok, maupun badan yang
yang mempunyai fungsi memutuskan apakah informasi mengenai mereka akan dibagikan dengan
pihak ketiga atau tidak; dengan demikian, julukan "privasi informasi" mengacu pada
perlindungan data pribadi.73
Subjek perlindungan dalam prosedur perlindungan data pribadi adalah "individu"
(perorangan) bukan "badan hukum" (badan hukum). Hak privasi, memiliki kaitan dengan
perlindungan data pribadi, yang adalah hak konstitusional yang diberikan perlindungan.
Perlindungan terhadap hak tersebut diatur dalam Pasal 28G (1) Undang-Undang dasar negara
republik indonesia tahun 1945 yang memberikan pernyataan bahwa "setiap individu terdapat
hak yang mereka punyai untuk perlindungan diri pribadi, keluarga, martabat, hak, dan harta
benda yang berada di bawah kontrol yang dimilikinya, dan berhak untuk melakukan atau tidak
melakukan hal-hal yang berkaitan dengan hak asasi manusia guna merasa aman dan terbebas
dari ancaman”

Perlindungan hukum adalah pembelaan yang dilimpahkan terhadp subjek hukum


dengan instrumen hukum tertulis maupun tidak tertulis yang bersifat represif dan mencegah.

71

72

73
Dengan kata lain, perlindungan hukum adalah deskripsi tentang cara bagaimana hukum bisa
membawa keadilan, rasa tertib, kepastian, kemanfaatan, dan perdamaian. 74

Otorisasi untuk struktur ini dapat ditemukan dalam Peraturan perundang-undangan,


termasuk UU No.1. Perubahan Atas UU No 19 Tahun 2016. Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi Dan Transaksi Elektronik (UU Ite), Pp Nomor 71 Tahun 2019 Tentang Pejabatan
Sistem Dan Transaksi Elektronik (Pp 71/19), Dan Peraturan Menteri Komunikasi Dan
Informatika.

Batas waktu permintaan data dari Undang-Undang informasi dan transaksi elektronik
tercantum dalam Pasal 26 UU informasi dan transaksi elektronik, menggunakan pengumpulan
data pribadi sebagai satu diantara yang ada dari banyak keuntungan pribadinya. Menurut
penjelasan Pasal 26 (1) undang - undang informasi dan transaksi elektronik, berikut ini
dijelaskan:
“dalam pemanfaatan teknologi informasi, perlindungan data pribadi merupakan satu diantara
yang ada bagian dari hak pribadi (privacy rights). Hak pribadi memiliki kandungan pengertian
sebagai berikut:
1. Hak pribadi adalah hak dalam menikmati kehidupan pribadi dan terbebas dari segala
bentuk gangguan.
2. Hak pribadi adalah hak untuk melakukan komunikasi dengan orang lain secara bebas an
tidak diawasi.
3. Privasi mengacu pada hak untuk memantau akses ke informasi mengenai kehidupan
dan data seseorang.
3. Pengertian konsumen
Istilah kata konsumen berasal dari bahasa atau dari kata consument/ konsument
(belanda). Definisi consument bersifat relatif sesuai dengan posisi atau tempat individu itu
berada. Secara literal, kata consument berarti seseorang yang menggunakan barang, berlawanan
dengan produsen. Penggunaan barang atau jasa oleh individu tersebut akan menentukan jenis
konsumen yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan definisi dalam kamus bahasa Inggris-

74
indonesia yang menyebutkan consument sebagai pengguna atau konsumen.75 dalam Undang-
Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, konsumen diartikan sebagai
setiap individu yang menggunakan barang atau jasa yang ada atau tersedia di dalam masyarakat,
yang berfungsi untuk keperluan pribadi, keluarga, orang lain, atau makhluk hidup lainnya, dan
tidak untuk diperdagangkan.
disebutkan oleh AZ. Nasution, menyampaikan batasan mengenai konsumen, yaitu:
1. Konsumen adalah tiap-tiap individu yang menikmati/memakai barang atau jasa yang
diperuntukkan dalam tujuan tertentu.
2. Konsumen antara merupakan tiap-tiap individu yang menikmati/memakai barang dan/atau jasa
yang diperuntukkan dengan tujuan adanya barang/jasa tersebut untuk keperluan lainnya atau
untuk mereka perjualbelikan (tujuan komersial).
3. Konsumen akhir, merupakan tiap-tiap individu rasakan yang mendapat dan menggunakan
barang dan/atau jasa dengan keinginan dalam pemenuhan keperluan hidupnya sendiri, keluarga
maupun rumah tangga dan tidak untuk diperjualbelikan lagi (nokomersial).76

untuk menghindari kesalahan penggunaan kata “konsumen” dari maksud yang pada
biasanya, pengertian konsumen bisa terbentuk dari 3 pengertian, yaitu:
A. Konsumen adalah tiap-tiap individu yang menikmati/memakai barang dan/atau
Jasa yang dipakai dengan tujuan yang berbeda.
B. Konsumen antara adalah semua orang yang membeli barang dan / atau jasa untuk tujuan
perdagangan atau komersial dianggap konsumen perantara. Mempertimbangkan sifat saat
digunakannya produk dan / atau layanan ini, konsumen di antara ini pada dasarnya adalah
pengusaha, apakah mereka adalah individu atau bagian dari badan hukum, swasta atau publik
(perusahaan milik negara), penyedia dana (investor), produsen atau pembuat produk akhir yang
dimanfaatkan oleh konsumen akhir, atau pemasok, distributor, atau pedagang yang menyediakan
atau menjual produk akhir yang digunakan oleh konsumen akhir.
C. Konsumen akhir adalah tiap-tiap individu perseorangan (natUUrlijke persoon) yang membeli
produk atau layanan dengan maksud menggunakannya untuk terpenuhinya kebutuhan mereka

75

76
sendiri dan kebutuhan keluarga, rumah tangga, atau entitas lain mereka dan bukan untuk tujuan
memperdagangkannya.77
penggunaan julukan “pengguna” dalam rumusan Pasal 1 angka 2 UUPK tersebut pada
dasarnya belum tepat. Ketentuan yang menyebutkan “konsumen merupakan setiap pengguna
barang dan/atau jasa yang ada di masyarakat”, apabila dibuatkan relasi dengan anak kalimat yang
memberikan penjelasan “bagi keperluan pribadi, keluarga, orang lain, ataupun mahluk hidup
lain”, terlihat terdapat keambiguan didalamnya sebagai pengguna dengan sendirinya yang
mempunyai fungsi untuk keperluan pribadi, dan bukanlah untuk keluarga, bitstander, atau
makhluk hidup lainnya. Selain itu, penggunaan julukan “pengguna” memunculkan kesan barang
tersebut bukanlah milik pribadi, yang bisa dibilang sebelum itu telah terjadi transaksi jual beli,
jika dianalogikan julukan yang digunakan “tiap-tiap individu yang memperoleh” oleh karenanya
di dalam hukum akan diberikan makna yang lebih sesuai, dikarenakan apa yang diperoleh bisa
digunakan sebagai keperluan individu tersebut ataupun untuk orang lain78
maka dari penjelasan diatas bisa disimpulkan bahwa konsumen ialah seseorang ataupun
sekelompok orang yang menggunakan jasa/barang dari pelaku usaha untuk keperluannya pribadi
maupun keperluan bersama.
berikut adalah hak-hak seorang konsumen yang diatur didalam Pasal 4 UUPK 8/1999,
yaitu :
A. Hak atas kenyamanan serta keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa.
B. Hak dalam memilih barang dan jasa dan juga memperoleh barang dan/atau jasa tersebut
dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
C. Hak untuk memperoleh informasi yang benar, jelas dan jujur terhadap kondisi jaminan barang
dan atau jasa.
D. Hak dalam pendapatnya didengar dan kritiknya terhadap barang dan atau jasa yang
digunakan.
E. Hak dalam memperoleh advokasi perlindungan dan usaha menyelesaikan sengketa
perlindungan konsumen secara patut.
F. Hak dalam mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.

77

78
G. Hak dalam mendapat perlakuan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
Diskriminatif.
H. Hak dalam memperoleh kompensasi ganti rugi atau penggantian, apabila
Barang dan jasa yang diterima belum sepadan dengan perjanjian ataupun tidak
Sebagaimana mestinya.
I. Hak-hak yang sudah termuat di dalam ketentuan Peraturan perundang-undangan
Lainnya.79
Julukan konsumen berasal dari kata consumer (Inggris) atau consument/konsument
(belanda) dan sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Berbagai pemahaman tentang
"konsumen" dijelaskan dalam Undang-Undang perlindungan konsumen. Menurut Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen Pasal 1 Ayat (2), konsumen
didefinisikan sebagai setiap individu pengguna barang dan/jasa yang ada dalam masyarakat,
yang ditujukan untuk keperluan pribadi, keluarga, orang lain, atau makhluk hidup lainnya, dan
tidak untuk diperdagangkan.
Dalam pengertian konsumen yang telah dijelaskan, unsur-unsur definisi konsumen
meliputi:
A. Setiap orang
Konsumen merupakan tiap-tiap individu yang mempunyai status sebagai
pengguna barang dan/atau jasa. Namun julukan orang menimbulkan rasa ragu,
apakah hal tersebut hanya diperuntukkan untuk orang individual yang lazim
disebut natuurlijke person atau bisa dikatakan sebagai bahan hukum
(rechtspersoon). Dengan demikina, konsumen mempunyai keharusan untuk
menjangkau juga badan usaha dengan arti yang luas dari pada bahan hokum.

B. Pemakai
Pasal 1 angka (2) Undang-Undang perlindungan konsumen, kata “pemakai”
memfokuskan bahwa, konsumen ialah konsumen akhir (ultimate consumer).
Julukan kata “pengguna” dalam hal ini dipergunakan untuk merumuskan
ketentuan yang ada atau menunjukkan suatu barang dan/ atau jasa yang
dipakai tidak serta merta hasil dari transaksi jual beli.

79
C. Barang dan/atau jasa
Julukan barang dan/atau jasa, sebagai pengganti termologi tersebut dipakailah
kata produk. "produk" telah menyiratkan komoditas atau layanan di dunia
sekarang. Di bawah Undang-Undang perlindungan konsumen, "barang" adalah
barang apa pun yang bisa ditukar, dipakai, digunakan, atau diambil manfaatnya
oleh pelanggan. Itu bisa berwujud atau tidak berwujud, bergerak atau tidak
bergerak, dihabiskan atau tidak dapat dibuang.
D. Yang tersedia dalam masyarakat
barang dan/atau jasa yang nantinya diberikan tawaran pada masyarakat telah
harus disediakan di pasaran (lihat juga ketentuan Pasal 9 ayat (1) huruf e UUPK).
Perdagangan semakin kompleks ini, persyaratan tersebut tidaklah bisa multak lagi
dituntut oleh masyarakat konsumen.
E. Bagi keperluan pribadi, keluarga, orang lain, makhluk hidup lain
tujuan transaksi konsumen adalah untuk menguntungkan individu, keluarga,
orang lain, dan makhluk hidup. Minat ini tak terbatas pada pribadi maupun
keluarga mereka; barang dan/atau jasa juga ditujukan untuk orang lain, termasuk
makhluk hidup seperti tumbuhan dan hewan, selain orang lain.
F. Barang dan/atau jasa itu tidaklah untuk diperdagangkan
pengertian konsumen dalam UUPK diperjelas, ialah hanya konsumen akhir.
Batasan itu telah dapat dipakai dalam peraturan perlindungan konsumen di
banyak negara.
C. Tinjauan Khalayak Luas Tentang Informasi Elektronik Dan Media Elektronik
Menurut ketentuan khalayak luas dalam Pasal 1 Bab I Undang -Undang No.11 Tahun
2008, Pada Ayat (1), maksud dari informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data
elektronik, namun tidak hanya terbatas dalam bentuk tulisan, suara, gambar, peta, rancangan,
foto, elektronik data interchange (edi), surat elektronik (elektronik mail), telegram, telecopy atau
sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perfrasi yang telah diproses yang
mempunyai makna atau bisa dipahami oleh seseorang yang memang telah mahir mengenai hal
tersebut. Teknologi informasi adalah suatu teknik atau cara elektronika dalam megumpulkan,
menyiapkan, menyimpan, memproses, mengkhalayak luaskan, menganalisa, dan
menyebarluaskan informasi.80sementara transaksi elektronika adalah setiap transaksi yang
dilaksanakan tidak hanya satu pihak pihak yang lebih dengan menggunakan jaringan komputer
atau media elektronik lainnya, dengan memakai sistem informasi elektronika yang menimbulkan
hak dan kewajiban kepada setiap pihak yang melakukan transaksi.81
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 informasi elektronik merupakan
satu maupun gabungan daripada data elektronik, termasuk namun tidak terbatas ditulisan, suara,
foto, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (edi), surat elektronik, telegram, telecopy
ataupun sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah
yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu mengertinya.
Mengenai definisi dari media elektronik, secara etimologi terbentuk atas dua kata yaitu
“media” dan “elektronik”. Seperti yang telah dijelaskan sesuai dengan apa yang tercantum dalam
kamus besar bahasa indonesia “media” adalah (1) alat (sarana) komunikasi seperti koran,
majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk, (2) yg terletak di antara dua pihak, (3)
perantara; (4) penghubung. 82sedangkan pengertian “elektronik” mempunyai definisi alat yang
dirancang dengan prinsip-prinsip elektronika; hal atau benda yang digunkannya alat-alat yang
dirancang serta bekerja atas dasar elektronika.83 media elektronik yaitu julukan yang digunakan
untuk keseluruhan bentuk media komunikasi massa yang mempunyai basis teknologi komunikasi
dan dan teknologi informasi. Media elektronik yang memiki ciri tersebut adalah yang memakai
jaringan internet yang berasal dari jaringan kabel, telepon, dan satelit yang secara langsung
dihubungkan ke komputer. Ciri-ciri dari media elektronik yang mempunyai basis internet ialah
pertama, internet bukan hanya memiliki kaitan pada produksi serta penyampaian pesan, akan
tetapi bisa juga diperbuat penyetaraan dengan pemrosesan, pertukaran, serta penyimpanan
informasi berbasis digital. Kedua, media elektronik adalah badan yang komunikasi publik dan
juga privat, serta diatur (atau tidak) yang sudah sesuai oleh pemerintah ataupun badan yang
swasta. Ketiga, kapabilitas media elektronik tidak se-rapi selayaknya media massa yang
profesional dan birokratis.
80

81

82

83
BAB III

PENGATURAN HUKUM TENTANG PENYEBARAN DATA PRIBADI


DAN PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DI INDONESIA

A. Pengaturan Hukum Tentang Penyebaran Data Pribadi Dan Perlindungan Data Pribadi
Di Indonesia

Di indonesia, privatisasi atas terjadi dalam Undang-Undang dasar republik


indonesia tahun 1945. Pada tahun 1945, Pasal 28g UUD negara indonesia memberikan
pernyataan sebagai berikut: “satu orang atau lebih bertanggung jawab atas perlindungan pribadi,
keluarga, sertifikasi mereka sendiri , harkat, dan hati yang bengkok yang terletak di puncak
kekuasaan, serta rasa aman dan perlindungan dari intervensi kecemasan untuk membangun atau
tidak membangun suatu hal yang menyerupai hak asasi.” Perlindungan data pribadi adalah jenis
hak asasi. Data yang paling berhubungan dengan situasi. Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999
tentang hak asasi manusia memberikan pengaturan terhadap lebih lanjut sebagai berikut:
1. Pasal 29 ayat 1 memberikan pernyataan bahwa “tiap-tiap individu berhak atas perlindungan
diri pribadi, keluarga, kemuliaan, harkat, dan hak milik”.
2. Pasal 30 memberikan pernyataan, “tiap-tiap individu berhak atas rasa aman dan tenteram
serta bebas dari ancaman yang muncul karena takut berbuat atau tidak berbuat suatu hal.”
3. Ayat 1 Pasal 31 “jangan ganggu rumah siapa pun”
4. Ayat 2 Pasal 31, “memasuki atau melewati pekarangan suatu tempat tinggal atau memasuki
rumah itu melawan kemauan penghuninya hanya diperbolehkan dalam keadaan yang
ditentukan oleh Undang-Undang.”
5. Pasal 32, “kebebasan dan ketertutupan relasi korespondensi, termasuk yang diperbuat
secara elektronik, tidak boleh diganggu kecuali atas perintah hakim atau otoritas lain yang
sah, sebagaimana ditentukan oleh Undang-Undang.”

Dalam hal penyebaran data pribadi melalui media elektronik kerap juga disebut dengan
julukan doxing. Doxing sendiri merupakan suatu perlakuan yang berujung pada tindak pidana
yaitu dengan menyebarluaskan informasi pribadi termasuk data pribadi seseorang. Menurut
Honan (2014) dalam david m. Douglas (2016) menygartikan bahwa julukan doxing berasal dari
dropping documents atau dropping dox yang artinya melimpahkan dox pada seseorang yang
dimaksudkan untuk bentuk aksi balas dendam pada tahun 1990-an84. Menurut David M Douglas,
terdapat tiga jenis penyebaran data pribadi (doxing) yakni sebagai berikut :
A. Deanonymization doxing
Deanonymizing doxing berarti yang secara terbuka mengungkapkan identitas seseorang yang
sebelumnya tidak dikenal atau dengan nama palsu. Apakah seseorang dengan sengaja
menyembunyikan identitasnya, doxing semacam ini memerlukan pengungkapan publik tentang
identitas orang tersebut. Dinyatakan secara berbeda, doxing deanonimisasi mengacu pada
pengungkapan identitas target yang memilih untuk tetap anonim sejak awal.
B. Targetting doxing
Targetting doxing menunjukkan pengungkapan identifikasi seseorang melalui kehadiran fisik
mereka, seperti melalui alamat email atau Nomor telepon. Ketika seseorang menggunakan
informasi target yang tepat untuk melakukan kontak dengan atau menemukan mereka, ini
dikenal sebagai targetting doxing. Doxing semacam ini membuat topik lebih mudah diakses
secara fisik dengan mengungkapkan detail tentang tempat tinggal dan tempat kerja orang.
Informasi pribadi seperti alamat rumah, alamat kantor, jurusan kuliah, dan alamat kampus
disebarluaskan dengan menargetkan doxing. Targetting doxing sering kali merupakan kelanjutan
dari doxing anonimisasi; identifikasi yang diungkapkan dalam doxing deanonimisasi
memfasilitasi penemuan informasi identifikasi lainnya, seperti lokasi fisik korban. Doxing

84
seseorang dapat menyebabkan apa saja mulai dari gangguan dan kepanikan hingga serangan
kekerasan (atau lebih buruk). Kecemasan yang menjengkelkan seperti itu bisa saja dalam bentuk
serangan fisik atau mungkin lebih berbahaya. Perintah palsu yang biasanya diperbuat untuk
membuat korban merasa takut dan bingung adalah satu diantara yang ada contoh teror doxing.
C. Delegitimization doxing
Delegitimization doxing adalah perlakuan mengungkapkan materi pribadi dengan maksud
untuk mempermalukan seseorang dengan meremehkan kredibilitas, karakter, atau reputasi
mereka. Orang-orang yang terlibat dalam doxing semacam ini sering dicap oleh masyarakat
sebagai pelanggar norma sosial.85

Pengaturan pribadi di dalam Pasal 17 undang- undang informasi dan transaksi elektronik
tersebut menaikkan arbitry ataupun unlawful ataupun secara melawan hukum mempunyai relasi
negeri tidak cuma diberikan dalam kewajiban menyampaikan perlindungan terhadap masyarakat
negara tersebut lewat pengaturan namun pula wajib melarang pelanggaran pribadi tersebut. 86
berdasarkan aturan tersebut yang memberikan pengaturan terhadap lingkup pengaturan privasi
sebagai berikut:
a. Perlindungan berdasarkan waktu dan tempat, seperti perlindungan berdasarkan waktu dan
tempat pada siang hari dan/atau relasi terhadap individu;
b. Penggunaan informasi pribadi dalam korespondensi melalui email, telepon, atau sarana lain
yang tidak termasuk keperluan apapun yang diperbuat secara metodis;
c. Mengizinkan penggunaan informasi pribadi serelasi dengan upaya keamanan nasional yang
diperbuat oleh cabang eksekutif, yang diperbuat dengan cara yang berbeda dari hukum;
d. Perlindungan berdasarkan reputasi dan reputasi;
e. Izin untuk menggunakan informasi rahasia yang berharga di era teknologi informasi.87
Peraturan bank indonesia No. 19/12/PBI/2017 tentang teknologi finansial juga menyebutkan
bahwa teknologi finansial harus memperhatikan prinsip-prinsip perlindungan konsumen,

85

86

87
manajemen risiko, dan profitabilitas dengan tetap memperhatikan standar dan praktik
internasional88
Pemerintah dan perusahaan harus mengakses dan memperlakukan data pribadi dengan fungsi
serta tujuan yang wajar dan sah, sehingga peraturan yang memberikan pengaturan terhadap
pengumpulan, penggunaan, pengungkapan, transmisi, dan keamanan data pribadi sangat
penting.89.
Bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap data pribadi konsumen :

A. Perlindungan hukum mencegah


Perlindungan pemerintah dimaksudkan agar menghentikan pelanggaran sebelum terjadi. Adanya
hal tersebut dituangkan dalam Peraturan perundang-undangan yang mempunyai peran
pencegahan pelanggaran dan menyampaikan petunjuk atau larangan saat menjalankan tugas.
B. Perlindungan hukum represif
Perlindungan hukum represif didefinisikan sebagai perlindungan hukum yang diberlakukan
sesuai dengan putusan yang dirancang oleh badan yang berkekuatan hukum dengan maksud
menyelesaikan suatu perselisihan90.
munculnya sejumlah kasus, apalagi kasus terkait pada kebocoran data pribadi seseorang
serta berujung pada tindak pidana seperti penipuan, pengancaman, pornografi, serta dengan
bertambahnya jumlah pengguna telepon seluler dan internet memastikan bahwa betapa
pentingnya penciptaan aturan hukum yang kuat untuk melindungi data pribadi seseorang.
Perlindungan data pribadi membentuk pendorong dari terciptanya independensi politik, psikis,
keagamaan bahkan kegiatan seksual. Hak privasi lewat perlindungan data ini adalah anasir atas
kebebasan serta harga diri individu. Hal untuk menentukan jalan hidup sendiri, keleluasan
berekspresi adalah suatu hak. Sedangkan privasi yakni instrumen penting dalam bentuk hak yang
menjadikan kita sebagai manusia.

88

89

90
dalam PP PMSE terdapat standar perlindungan data pribadi yang jauh lebih tinggi dari
standar perlindungan secara keseluruhan:
A. Privasi data wajib diberlakukan secara ketat, kecuali data pribadi yang diungkapkan melalui
penggunaan pilihan dan jaminan yang menjunjung tinggi ketertutupan data itu sendiri;
B. Data pribadi wajib dimiliki hanya berdasarkan satu tujuan atau lebih yang diberikan deskripsi
dengan detail dan sah serta tidak dapat diproses lebih lanjut dengan cara yang tidak sejalan
dengan tujuan yang diinginkan;
C. Data pribadi harus akurat, terkini, dan tersedia pada saat pengumpulan, sebagaimana
dibuktikan dengan diseminasi selanjutnya kepada individu;
D. Data publik harus akurat dan terkini, dan data publik harus diberikan umpan balik untuk
perbaikan data publik;
E. Data pribadi mungkin hilang karena kendala waktu dan peluang, tetapi mungkin tidak akan
ditemukan hingga hari berikutnya;
F. Data pribadi tersebut harus digabungkan dengan data bawahannya agar akurat dalam proses
peraturan-undangan;
G. Tiap-tiap individu yang mengumpulkan informasi pribadi harus menggunakan sistem yang
dirancang untuk mengumpulkan setidaknya satu kumpulan informasi pribadi atau informasi
pribadi berdasarkan Pasal 111 Undang-Undang hukum, serta untuk memperoleh tanggung jawab
atas ruginya yang belum ditetapkan atau rusaknya yang belum ditetapkan berdasarkan data
individu itu sendiri;
H. Selain itu, jika menteri mempertahankan standar dan standar perlindungan yang identik
dengan indonesia, pribadi tidak akan dibagi dengan negara atau rakyat indonesia.91

Undang-Undang negara republik indonesia tahun 1945 yang selanjutnya disebut UUd NRI
1945 pada dasarnya memberikan pengaturan terhadap tentang perlindungan data pribadi. Hal ini
dimuat di dalam Pasal 28g ayat (1) yang memberikan pengaturan terhadap bahwa:
“tiap-tiap individu mempunyai hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kemuliaan,
harkat, dan harta benda yang keseluruhan dibawah kuasanya, serta mempunyai hak atas rasa

91
aman serta perlindungan dari ancaman kecemasan dalam berbuat atau tidak berbuat suatu hal
yang dalam hal ini yaitu hak asasi.”92
Keadaan kepastian hukum sekarang tentang perlindungan data pribadi masih
terfragmentasi dan spesifik sektor, sehingga tidak dapat menawarkan keamanan terbaik untuk
informasi pribadi. Pemerintah diwajibkan untuk menjamin keamanan informasi pribadi setiap
warga negara di berbagai industri. Selain itu, pemerintah perlu disadarkan betapa pentingnya
mengamankan informasi pribadi warga negara, dan kesadaran ini perlu diformalkan dalam
Undang-Undang lengkap yang menganut berbagai prinsip perlindungan data pribadi. Prinsip-
prinsip yang diperebutkan terbentuk dari:

A) pembatasan pengumpulan
Diharuskan melakukan pembatasan terhadap data privasi yang ada dengan cara datata
yang diperoleh harus memakai berbagai yang legal secara hukum dan adil serta bila
nantinya diperlukan haruslah berdasarkan pengetahuan dan kesepakatan dari orang yang
bersangkutan
B) kualitas data
Data pribadi diharuskan selaras dengan tujuan untuk apa data tersebut dipakai dan
diharuskan untuk akurat, lengkap serta sesuai dengan kondisi yang ada.
C) spesifikasi tujuan
Tujuan dikumpulkannya data tersebut haruslah detial dan dalam penggunaan selanjutnya
dari data tersebut harus mempunyai batasan sesuai dengan spesifikasi tujuan tersebut.
D) penggunaan pembatasan
Data yang ada tidak diperkenakan untuk boleh dibuka, disedikan untuk khalayak luas
atau digunakan dengan tujuan diluar persetujuan yang detail kecuali atas individu yang
mempunyai data setuju atau izin otoritas hukum.
E) langkah-langkah pengamanan
Data tersebut diharuskan untuk diberikan perlindungan dengan membuat keamanan yang
sesuai dalam melindungi data tersebut dari kehilangan, kerusakan, penggunaan,
perubahan atau keterbukaan.
92
F) keterbukaan
Diharusknya terdapat kebijakan khalayak luas mengenai keterbukaan terkait setiap data
pribadi yang dikumpulkan.
G) partisipasi individu
Setiap individu diwajibkan untuk mempunyai hak serta memperoleh keterangan
mengenai data pribadi mereka dan hak untuk melenyapkankan atau merevisi data mereka
apabila ditemukan kesalahan.
H) pertanggungjawaban
Pengelola data bertanggung jawab untuk mematuhi langkah- langkah ini.93

di indonesia terdapat beberapa Undang-Undang yang memberikan pengaturan terhadap


tentang perlindungan data pribadi, berikut beberapa Undang-Undang tentang perlindungan data
pribadi di indonesia:
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.
Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen terdapat adanya
klausula eksonerasi dalam ketentuan aplikasi online dan transportasi yang menyampaikan
penjelasan bahwasanya pelaku usaha tidak secara benar dalam memberi pengamanan data
pribadi seseorang dan klausula eksonerasi adalah wadah untuk para pelaku usaha transportasi
yang mempunyai basis online sebagai jalan keluar dalam pertanggungjawaban yangmana
seharusnya menjadi tanggungjawab para pelaku usaha.94
2. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2019 tentang perdagangan melalui sistem
elektronik Pasal 58 ayat (1), tiap-tiap data pribadi diberlakukan dengan fungsi hak milik pribadi
dari orang atau pelaku usaha yang mempunyai keterkaitan. Ayat (2), setiap pelaku usaha yang
memperoleh data individu yang telah dimaksud pada ayat (1) wajib bersikap sebagai pengemban
amanat dalam menyimpan dan mempunyai kuasa atas data individu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2019 tentang perdagangan melalui sistem
elektronik Pasal 59 ayat (1), pelaku usaha wajib menyimpan data pribadi sesuai standar

93

94
perlindungan data pribadi atau kelaziman praktikbisnis yang berkembang. Ayat (2), standar
perlindungan data pribadi atau kelaziman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
terpenuhinya tentang kaidah perlindungan.95
4. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 jo. Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016
tentang informasi teknologi elektronik. Dalam Undang-Undang ini memberikan pengaturan
terhadap tentang informasi data pribadi dalam sistem elektronik yang dapat merugikan seseorang
secara pribadi ataupun pihak-pihak yang terkait seperti bagaimana yang dijelaskan dalam Pasal
26, yakni:
A. Saat digunakannya setiap informasi melalui media elektronik yang mempunyai
sangkut paut dengan data pribadi seseorang diharuskan diperbuat atas sepertujuan orang
yang bersangkutan.
B. Setiap individu yang mana hak nya dilanggar seperti yang disebutkan dalam ayat (1)
bisa melemparkan gugatan atas dasar kerugian yang telah dialami berdasarkan Undang-
Undang Nomor 11 tahun 2008 jo. Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016.
C. Setiap pejabat sistem elektronik diharuskan menghapus informasi elektronik dan/atau
dokumen elektronik yang bukan hak yang bersangkutan ataupun bukan yang dipunyai
atau yang terletak di bawah kontrol atas keinginan orang yang bersangkutan berdasarkan
penetapan pengadilan.
D. Setiap pejabat sistem elektronik wajib dipastikan tersedianya metode penghapusan
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang belum berhubungan serta selaras
dengan Peraturan perundang-undangan.
E. Ketentuan yang berkaitan dengan tata cara penghapusan informasi elektronik dan/atau
dokumen elektronik sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (3) dan (4) yang diatur
dalam peraturan pemerintah.

5. Pasal 28 UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ite memberikan pernyataan:


(1) tiap-tiap individu dengan sengaja dan tidak terdapat hak yang mereka punyai
menyebarluaskan berita bohong dan menyesatkan yang berdampak pada kerugian
konsumen dalam transaksi elektronik.

95
(2) tiap-tiap individu dengan sengaja dan tidak terdapat hak yang mereka punyai
menyebarluaskan informasi yang bertujuan untuk menimbulkan rasa benci atau
permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku,
agama, ras, dan antargolongan (sara).
6. Pasal 29 UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ite memberikan pernyataan:
Tiap-tiap individu dengan sengaja dan tidak terdapat hak yang mereka punyai mengirim
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang berisikan ancaman kekerasan
atau menakut-nakuti yang difokuskan secara pribadi.
7. Pasal 32 UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ite memberikan pernyataan:
(1) tiap-tiap individu dengan sengaja dan tidak terdapat hak yang mereka punyai atau
menentang hukum dengan cara apa pun mengubah, mengurangi, transmisi, menambah,
melakukan merusak, melenyapkankan, memindahkan, menyembunyikan suatu informasi
elektronik dan/atau dokumen elektronik milik orang lain atau milik publik.
(2) tiap-tiap individu dengan sengaja dan tidak terdapat hak yang mereka punyai atau
melawan hukum dengan cara apa psaja melakukan pemindahan atau menmengirimkan
uang informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik kepada sistem elektronik orang
lain yang tidak berhak.
(3) terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang menyebabkan
tersebarnya suatu informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang bersifat rahasia
berubah sehingga bisa diakses oleh publik dengan utuhnya data yang belum sepadan
dengan apa yang ada.96

8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang


Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.97
Dalam Undang-Undang ini telah diatur bahwa pihak bank wajib menjaga data
pribadi nasabahnya sebagaimana disebutkan dalam Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan yang memberikan pernyataan;

96

97
.
“bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41a,
Pasal 42, dan Pasal 44.”
9. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian.98
pada Undang-Undang ini memberikan pernyataan bahwa tindak pidana terkait
data pribadi atau dokumen dan sebagainya yang dapat merugikan yang diatur dalam Pasal
74 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang perasuransian memberikan
pernyataan;
“anggota direksi, anggota dewan komisaris, atau yang setara dengan anggota
direksi dan anggota dewan komisaris pada badan hukum berbentuk koperasi atau usaha
bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c, anggota dewan
pengawas syariah, aktuaris perusahaan, auditor internal, pengendali, atau pekontak lain
dari perusahaan perasuransian yang dengan sengaja menyampaikan informasi, data,
dan/atau dokumen kepada pihak yang berkeperluan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
22 ayat (4) dan Pasal 46 ayat (2) yang tidak benar, palsu, dan/atau menyesatkan
dipidana dengan pidana penjara terlama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak
rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah).”

10. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik.99


dalam Undang-Undang ini, diatur mengenai transparansi informasi publik, yang
mencakup informasi yang dapat diberikan kepada publik, tetapi menjaga ketertutupan
terkait data pribadi yang dilarang untuk menjadi konsumsi publik. Sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 17 undang – undang Nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan
informasi publik, badan publik wajib membuat dan memberikan akses terbuka bagi
pemohon informasi publik, kecuali untuk:

A. Informasi publik yang, jika dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi publik,
dapat memperlambat proses penegakan hukum, seperti informasi yang dapat:

98

99
1. Menghambat proses penyelidikan dan penyidikan suatu tindak pidana;
2. Mendedahkan identitas informan, pelapor, Saksi, dan/atau korban yang mengetahui
adanya tindak pidana;
3. Mendedahkan data intelijen kriminal dan rencana-rencana yang terkait dengan
langkah pencegahan dan penanganan segala bentuk kejahatan transnasional;
4. Membahayakan keselamatan dan kehidupan penegak hukum dan/atau keluarganya;
dan/atau
5. Membahayakan keamanan peralatan, sarana, dan/atau prasarana penegak hukum.
B. Informasi publik yang, jika dibuka dan ditujukan kepada pemohon informasi publik,
dapat mengganggu keperluan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan
perlindungan dari persaingan usaha yang tidak sehat;
C. Informasi publik yang, jika dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi publik,
dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara, seperti:
1. Keterangan mengenai strategi, intelijen, operasi, taktik dan teknik yang berkaitan
dengan pejabatan sistem pertahanan dan keamanan negara, termasuk tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan pengakhiran atau evaluasi terkait ancaman dari dalam dan luar negeri;
2. Dokumen yang mencantumkan strategi, intelijen, operasi, teknik dan taktik yang
berkaitan dengan pejabatan sistem pertahanan dan keamanan negara, termasuk tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan pengakhiran atau evaluasi;
3. Jumlah, komposisi, disposisi, atau dislokasi kekuatan serta kapabilitas dalam
pejabatan sistem pertahanan dan keamanan negara serta rencana untuk
pengembangannya;
4. Gambar dan data mengenai kondisi dan keadaan pangkalan dan/atau instalasi
militer;
5. Data perkiraan kapabilitas militer dan pertahanan negara lain terbatas pada segala
perlakuan dan/atau kemungkinan negara tersebut yang dapat membahayakan kedaulatan
negara kesatuan republik indonesia dan/atau data terkait kerjasama militer dengan negara
lain yang disepakati dalam perjanjian tersebut sebagai rahasia atau sangat rahasia;
6. Sistem sandi negara; dan/atau
7. Sistem intelijen negara.
D. Informasi publik yang, jika dibuat terbuka dan diberikan kepada pemohon informasi
publik, dapat membocorkan kekayaan alam indonesia;
E. Informasi publik yang, jika dibuat terbuka dan diberikan kepada pemohon informasi
publik, dapat menimbulkan kerugian ketahanan ekonomi nasional, seperti:
1. Rancangan awal pembelian dan penjualan mata uang nasional atau asing, saham dan
aset vital milik negara;
2. Rancangan awal perubahan nilai tukar, suku bunga, dan model operasi institusi
keuangan;
3. Rancangan awal perubahan suku bunga bank, pinjaman pemerintah, perubahan
pajak, tarif, atau pendapatan negara/daerah lainnya;
4. Rancangan awal penjualan atau pembelian tanah atau properti;
5. Rancangan awal investasi asing;
6. Proses dan hasil pengawasan perbankan, asuransi, atau badan yang keuangan
lainnya; dan/atau
7. Hal-hal yang berkaitan dengan proses pencetakan uang.
F. Informasi publik yang, jika dibuat terbuka, dapat mengungkap isi akta otentik yang
bersifat pribadi dan keinginan terakhir atau wasiat seseorang;
G. Informasi publik yang, jika dibuat terbuka dan diberikan kepada pemohon informasi
publik, dapat mengungkap rahasia pribadi, seperti:
1. Riwayat dan keadaan anggota keluarga;
2. Riwayat, keadaan dan perawatan, pengobatan kesehatan fisik, dan psikis
seseorang;
3. Kondisi keuangan, aset, pendapatan, dan rekening bank seseorang;
4. Hasil-hasil evaluasi terkait dengan kapabilitas, intelegensia, dan rekomendasi
kapabilitas seseorang; dan/atau
5. Catatan yang berkaitan dengan pribadi seseorang yang berkaitan dengan kegiatan
satuan pendidikan formai dan satuan pendidikan nonformal,

I. Catatan atau surat-menyurat antar badan publik atau intra badan publik, yang jika
diartikan berdasarkan sifatnya harus dirahasiakan kecuali atas keputusan komisi
informasi atau keputusan pengadilan;
J. Informasi yang tidak boleh disebarluaskan berdasarkan Undang-Undang.”
8. Dalam peraturan pemerintah Nomor 40 tahun 2019 tentang pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan yang kemudian
mengalami perubahan dengan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2013 tentang perubahan
atas undang – undang Nomor 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan (pp
40/2019), diatur mengenai Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Administrasi
Kependudukan (UU Adminduk) dan Perubahannya. Pasal 58 ayat 1 Peraturan Pemerintah
Nomor 40 tahun 2019 (PP 40/2019) memberikan pernyataan bahwa ilegal bagi
kementerian, badan yang, dan badan hukum lainnya di indonesia yang memiliki
wewenang untuk menyimpan atau memiliki data kependudukan atau informasi pribadi
penduduk individu untuk menggunakan satu diantara yang ada atau kedua data ini untuk
tujuan selain yang ditentukan dalam hak mempunyai kewenangan mereka atau untuk
menggunakan satu diantara yang ada atau kedua data ini sebagai sumber atau bahan
keterangan yang ditujukan ke publik tiada terlebih dahulu memperoleh izin dari
kementerian..100
11. Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Nomor 20 Tahun 2016 Tentang
Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik (Permenkominfo 20/2016).
Tiap-tiap individu, orang atau pihak tiada kecuali yang haknya dilanggar berhak
menuntut ganti rugi yang diderita, sepadan dengan peraturan Undang-Undang Informasi
Dan Transaksi Elektronik (UU ITE) Dan/Atau Perubahan Undang-Undang. Semua aspek
yang menyelenggarakan sistem elektronik wajib memusnahkan atau melenyapkan
informasi elektronik dan/atau data elektronik yang pada dasarnya informasi atau data
yang tidak mempunyai kaitan dengan aspek yang menguasainya. Setiap pihak atau pihak-
pihak yang memproses sistem elektronik ini juga wajib mengembangkan dan melakukan
penerapan sistem atau SOP pelenyapan data atau informasi elektronik yang dinyatakan
tidak berhubungan atau memiliki hubungan sesuai dengan apa yang diatur dalam
Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku peraturan yang bermula dari Undang-
Undang Informasi Dan Transaksi Elektronik (UU ITE) serta perubahannya menyebutkan
bahwa perlindungan data pribadi seseorang tidak terkecuali Peraturan Kementerian
Komunikasi Dan Informatika Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Data Pribadi Perlindungan
Dalam Sistem Elektronik (Permenkominfo 20/2016) termasuk perlindungan terhadap
100
pengumpulan, pemrosesan, pengumpulan, analisis, tampilan, pelaporan, pendistribusian,
menyebarluaskan, penyimpanan dan penghilangan data pribadi adalah suatu contoh
perlindungan data pribadi dalam kerangka sistem elektronik. 101 Penerapan ketentuan ini
harus didasarkan atau bertumpu pada prinsip-prinsip perlindungan data pribadi, seperti
niat baik dengan memberitahukan individu yang mempunyai data pribadi secara
tertulis sesegera mungkin mengenai adanya pelanggaran perlindungan data pribadi,
prinsip tersebut sesuai dengan data pribadi mana yang dirahasiakan menurut Undang-
Undang terdapat asas dasar persetujuan, asas penghormatan atau penghargaan terhadap
data pribadi seseorang sebagai hak privasi seseorang, yang memudahkan individu yang
mempunyai kepala data pribadi untuk mengakses, keakuratan, dan kelengkapan data yang
terkandung dalam data pribadi data adanya tautan atau koneksi untuk tujuan
pengumpulan, pemrosesan, pengumpulan, analisis, tampilan, komunikasi, transmisi,
penyebaran, penyimpanan dan pelenyapan data pribadi, diikuti dengan kemungkinan
berfungsinya sistem elektronik yang digunakan dan terakhir adanya ketentuan atau
peraturan di bidang pemrosesan perlindungan data pribadi, sebagai respons terhadap
tanggung jawab atas data pribadi yang terletak di bawah kontrol pengguna.102

101

102
BAB IV
Analisa Putusan Berdasarkan Putusan Hakim Terkait Putusan Nomor
438/Pid.Sus/2020/Pn Jkt.Utr

A. Identitas terdakwa

Berikut identitas terdakwa dalam Studi Putusan Nomor 438/Pid.Sus/2020/Pn Jkt.Utr


Bernama Dede Supardi Bin H.Supriadi. Terdakwa tersebut lahir di Lebak pada tanggal 06 juni
1992. Pada masa persidangan, terdakwa berusia 27 tahun. Terdakwa bertempat tinggal di
kampung Tanjungsari Rt.01 Rw.01 Desa Tanjungsari Indah Kecamatan Gunung Kencana,
Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Profesi Terdakwa Adalah Buruh/Tukang Parkir.

B. Kronologis perkara

Adapun kronolis perkara dalam kasus studi putusan Nomor 438/Pid.Sus/2020/Pn Jkt.Utr
yang sebagaimana ditulis dalam putusan mahkamah agung:
Berawal pada bulan Agustus 2019, Saksi korban yang bernama mahdi Ibrahim
memperoleh pesan sms yang berasal dari dompet kartu (aplikasi internet) dalam hal ini
menyampaikan penawaran pinjaman uang secara online (via internet) kepada Saksi korban,
kemudian Saksi korban yang sedang membutuhkan uang, maka Saksi korban mengklik link yang
ada di sms tersebut, setelah itu Saksi korban langsung dialihkan ke playstore (aplikasi) dan
disarankan untuk mengunduh aplikasi “dompet kartu”, setelah Saksi korban mengunduh aplikasi
tersebut, lalu pada aplikasi tersebut Saksi korban diminta untuk registrasi sebagai persyaratan
untuk bisa memperoleh pinjaman secara online dengan memasukkan nama, alamat tempat
tinggal, alamat kantor, Nomor telepon, slip gaji, NPWP dan kk, kemudian Saksi korban diminta
untuk memfotokan ktp dan berfoto selfie (foto secara sendiri dengan memakai ponsel) agar bisa
melihat wajah Saksi korban dengan jelas.
Kemudian sesudah Saksi korban mengunduh aplikasi “dompet kartu” tersebut lalu
melengkapi perpersyaratanannya, selanjutnya Saksi korban segera melemparkan pinjaman online
sebesar rp.1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) pada aplikasi “dompet kartu”, lalu
sesudah pinjaman Saksi korban diterima (acc) oleh “dompet kartu” tetapi Saksi korban hanya
memperoleh uang tersebut sebesar rp.1.050.000,- (satu juta lima puluh ribu rupiah), lalu
pinjaman yang didapatkan akan Saksi korban lunasi dalam tenggang waktu 14 (empat belas)
hari. Tetapi tidak sampai satu hari tenggat waktu pelunasan terdapat seorang (Terdakwa) yang
mengontak Saksi korban untuk menyampaikan peringatan kalua pinjaman Saksi korban akan
jatuh tempo pelunasannya.
Kemudian tanggal 08 November 2019, seseorang (Terdakwa) yang menelpon Saksi
korban lalu bilang pada Saksi korban “pinjaman nya mau kapan Saksi korban telah dibayarkan”,
dan pinjaman Saksi korban sudah dikenai denda, lalu pinjaman Saksi korban harus segera telah
dibayarkan tersebut sebesar rp.7.960.000,- (tujuh juta sembilan puluh enam ribu rupiah). Lalu
pada tanggal 03 desember 2019 Saksi korban mendapat whatsapp dari Nomor: 087776412279
yang berisikan “utangnya mau dilunaskan atau mengirimkan uang, atau saya yang datang”, lalu
mengintimidasi Saksi korban dengan berisikan bahwa jika Saksi korban tidak melunaskan dan
tidak terdapat bukti lunaskan, seseorang tersebut (Terdakwa) hendak menelpon keluarga dari
Saksi korban dan menelepon / mengontak refrensi dari kontak telepon teman yang sudah
diberikan Saksi korban saat melengkapi perpersyaratanan pinjaman, dimana dalam ancaman
tersebut seseorang (Terdakwa) mengatakan jika Saksi korban memiliki utang tetapi tidak
melunaskannya.
Kemudian dikarenakan seseorang (Terdakwa) sudah menelpon / mengontak keluarga
dari Saksi korban dan juga rekan dari korban, pada tanggal 05 desember 2019 Saksi korban
berinteraksi melalui whatsapp dengan Nomor 083876031045, kemudia korban bertanya apakah
alasan pasangan dari korban dan juga rekan dari Saksi korban dikontak, selanjutnya itu kontak
Saksi korban tidak aktif. Lalu pada saat itu pula Saksi korban kembali mencoba berrelasi
“dompet kartu” dan mengatakan “kamu mau kontak siapa lagi selain istri saya dan rekan saya”
akan tetapi yang bersangkutan (Terdakwa) balas menggunakan kata kasar "anjing juga lu,
terserah gue lah".
Selanjutnya pada tanggal 16 desember 2019, seseorang (Terdakwa) mengontak Saksi
korban dengan Nomor 082149920291 dan melakukan dialog (chat) kata-kata kasar dan juga
mengancam "saya akan dibunuh dan beliau akan memutilasi saya, apabila tertangkap saya akan
ditusuk, malam ini saya ditantang oleh pelaku tersebut dan menyampaikan perintah kepada saya
agar membawa sajam untuk bunuh-bunuhan”.

C. Dakwaan

Berdasarkan yang diperbuat penuntut umum dalam mengajukan surat dakwaan ke


persidangan, dakwaan terhadap terdakwa yakni:
1. Dakwaan pertama, terdakwa didakwa dengan Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik:
“tiap-tiap individu dengan sengaja dan tidak terdapat hak yang mereka punyai
mendistribusikan dan/atau mengirimkan dan/atau menjadikan bisa dicapainyanya
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki kandungan penghinaan
dan/atau pencemaran nama baik.”103
2. Dakwaan kedua, terdakwa didakwa dengan Pasal 27 ayat (4) Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik:
“tiap-tiap individu dengan sengaja dan tidak terdapat hak yang mereka punyai
mendistribusikan dan/atau mengirimkan dan/atau menjadikan bisa dicapainyanya
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki kandungan pemerasan
dan/atau pengancaman.”104
3. Dakwaan ketiga, terdakwa didakwa dengan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik:

103

104
“tiap-tiap individu dengan sengaja dan tidak terdapat hak yang mereka punyai
mengirim informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang berisi ancaman
kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi.”105
4. Dakwaan keempat, terdakwa didakwa dengan Pasal 368 ayat (1) kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP):
“siapapun yang berkeinginan untuk maksud untuk mencari keuntungan untuk
pribadi atau orang lain secara menentang hukum, melakukan pemaksaan kepada seorang
dengan kekerasan atau mengancam dengan kekerasan untuk menyampaikan barang suatu
hal, yang keseluruhan atau sebagian adalah milik orang tersebut atau orang lain, atau agar
menjadikan utang ataupun menghapuskan piutang, bisa terancam karena pemerasan,
dengan pidana penjara terlama sembilan tahun.”106

5. Dakwaan kelima, terdakwa didakwa dengan Pasal 310 ayat (1) kitab Undang-Undang
Hukum Pidana:
“siapapun yang sengaja mengitervensi kemuliaan atau nama baik seseorang
dengan mengatakan fakta yang belum sepadan mengenai suatu hal hal, yang maksudnya
jelas agar hal tersebut diketahui khalayak luas, bisa terancam karena pencemaran dengan
pidana penjara terlama 9 bulan atau pidana denda paling banyak Rp4,5 juta.”107

6. Dakwaan keenam, terdakwa didakwa Pasal 311 ayat (1) dengan tuduhan yang
bertentangan dengan apayang telah terdakwa ketahui atau melakukan fitnah.

D. Fakta hukum
Bahwa Saksi Bayu Prasetyo melakukan peminjaman pada aplikasi kascas sebanyak dua
kali, masa tenggang yang diberikan adalah selama tujuh hingga sepuluh hari. Pada pinjaman
pertama, Bayu Prasetyo dibeli masa tenggang untuk melunaskan selama tujuh hari dan untuk
pinjaman yang kedua yaitu dalam rntang sepuluh hari. Saksi bayu presetya melakukan pinjaman
pertama sejumlah rp. 1.000.000,- yaitu pada tanggal 11 november 2019 namun Saksi Bayu
105

106

107
Prasetyo hanya menerima uang yang dipinjam itu sebesar rp. 650.000,- yang langsung
dikirimkan pada rekening bri milik Saksi Bayu Prasetyo. Lalu pada pinjaman kedua, Saksi Bayu
Prasetyo pada tanggal 19 november 2019 sebesar rp.1.000.000,- namun uang yang dipinjam yang
Saksi Bayu Prasetyo terima hanya sebesar rp.650.000,- dan langsung dikirimkan pada rekening
bri milik Saksi Bayu Prasetyo.
Kemudian adapun alasan pemotongan uang yang dipinjam tersebut dikarenakan adanya
potongan untuk biaya administrasi, dan untuk keterlambatan pelunasan akan dikenakan denda
sebesar 0,5% per harinya. Adapun fakta hukum bahwa Saksi Bayu Prasetyo melunaskan tagihan
atas pinjamannya melalui mengirimkan uang ke bank permata dengan cara dikirimkannya
Nomor virtual account atas nama Bayu Prasetyo dan untuk nama penerima uang tersebut tidak
diketahui dikarenakan hanya diberikan Nomor virtual account.
Saksi Bayu Prasetyo pernah melakukan keterlambatan pelunasan pinjamannya selama
dua puluh hari dan sempat ditagih oleh penagih bernama Ipank (nama samaran dari terdakwa
Dede Supardi) yang berterus terang dari pihak aplikasi kascas. Ipank (nama samaran dari
terdakwa Dede Supardi) melakukan penuntutan atas pinjaman Saksi Bayu Prasetyo dengan cara
melakukan panggilan telepon, mengirimkan pesan melalui whatsapp dan juga mengirimkan
pesan suara melalui whatsap. Dalam proses penuntutan pelunasan pinjaman terhadap Saksi Bayu
Prasetyo, Ipank (nama samaran dari terdakwa Dede Supardi) pernah menggunakan kata-kata
kasar serta kata-kata ancaman terhadap Saksi Bayu Prasetyo. Kata-kata kasar Ipank (nama
samaran dari terdakwa Dede Supardi) dalam menagih pelunasan pinjaman Saksi Bayu Prasetyo
seperti: “bajingan lo, buruan lunaskan, anjing lo, kelamaan lunaskannya, eh goblok lo”. Serta
kata-kata ancaman yang dilontarkan oleh Ipank (nama samaran dari terdakwa Dede Supardi)
dalam menagih pelunasan pinjaman Saksi Bayu Prasetyo seperti: “awas lo, keluarga lo gua
habisin semua, nggak usah lo lunaskan setan, yang jelas keluarga lo sudah gua bantai semua”.
Semua kata-kata kasar serta ancaman yang dilontarkan oleh Ipank (nama samaran dari terdakwa
Dede Supardi) terhadap Saksi Bayu Prasetyo berterus terang atau mengatasnamakan aplikasi
kascas yang dikirim melalui pesan whatsapp dan juga pesan suara whatsap. Saksi Bayu Prasetyo
masih ingat Nomor whatsapp yang digunakan oleh Ipank (nama samaran dari terdakwa Dede
Supardi) untuk memakai kata-kata kasar dan juga mengancam Saksi Bayu Prasetyo.
E. Pertimbangan Majelis Hakim

Majelis hakim membuat pertimbangan dengan menimbang dakwaan penuntut umum


yang sejalan dengan fakta yang ada di dalam sidang yaitu dakwaan kedua dari penuntut umum
yaitu Pasal 45 ayat (4) jo Pasal 27 ayat (4) Undang-Undang republik indonesia Nomor 19 tahun
2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan
transaksi elektronik dengan unsur-unsur dari perbuatan pidana sebagai berikut:
1. Tiap-tiap individu.
2. Dengan sengaja dan tidak terdapat hak yang mereka punyai mendistribusikan dan/atau
mengirimkan atau menjadikan bisa dicapainyanya informasi elektronik atau dokumen
elektronik.
3. Memiliki kandungan memeras atau mengancam yang sebagaimana dimaksud didalam
Pasal 27 ayat (4).
Terhadap unsur-unsur diatas, majelis hakim menimbang:
1. Unsur tiap-tiap individu;
Bahwa yang dimaksud dari unsur tiap orang ialah pelaku tindak pidana atau
subjek hukum yang melakukan tindak pidana yang sebagaimana didakwakan padanya.
Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 Nomor 21 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11
tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik, yang dimaksud dengan orang
perseorangan, baik warga negara indonesia , warga negara asing, serta badan hukum.
Bahwa berdasarkan surat dakwaan yang dikeluarkan menteri kehakiman sebagai
dasar untuk mengadili terdakwa, dapat ditegaskan bahwa subjek hukum dalam perkara ini
adalah orang bernama Dede Supardi bin h supriadi dengan identitas lengkap sebagaimana
tercantum dalam dakwaan.
Bahwa selanjutnya, seorang bernama Dede Supardi bin h supriadi dihadirkan di
persidangan oleh jaksa agung, yang identitasnya setelah diperiksa oleh majelis hakim
selaras dengan profil terdakwa seperti yang tertuang dalam surat dakwaan penuntut
umum sehingga majelis hakim memutuskan bahwa telah terpenuhinya unsur “tiap-tiap
individu”.
2. Unsur dengan sengaja dan tidak terdapat hak yang mereka punyai mendistribusikan
dan/atau mengirimkan atau membuat bisa dicapainyanya informasi elektronik atau
dokumen elektronik;
Mengingat bahwa di mvt (memorie van toelichting), dijelaskan bahwa “khalayak
luasnya berlakunya pidana hanya berlaku bagi siapa saja yang melakukan perbuatan
terlarang itu, dengan sengaja” dalam pengertian ini menegaskan bahwa perlakuan sengaja
diartikan sebagai: “kemauan dan mengetahui” (willens en wetens) artinya, orang yang
dengan sengaja melakukan suatu perbuatan harus meniatkan dan menyadari perbuatan itu
dan/atau akibat yang dimunculkannya. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwasanya
seseorang yang berbuat suatu perbuatan secara sengaja menginginkan perbuatan itu dan
di samping itu memaham atau sadar akan dengan yang diperbuatnya serta akibat yang
dimunculkannya.
Perbuatan melawan hukum menurut etimologi dan terminologinya dalam bahasa
belanda dikenal dengan julukan “wederrechtelijk” dalam bidang hukum pidana dan
dengan julukan “onrechmatige daad” dalam bidang hukum perdata. Namun definisi dan
terminologi “wederrechtelijk” dalam hukum pidana dipahami sebagai perbuatan melawan
hukum (in strijd met het recht) atau melanggar hak orang lain (met krenking van eens
anders recht) dan ada juga yang mendefinisikan seperti tidak berdasarkan hukum (niet
steunend op het recht) atau tidak terdapat hak yang mereka punyai (zonder bevoegheid).
Mempertimbangkan penafsiran pada Pasal 27 ayat (1) UU RI Nomor 19 tahun
2016 terkait Perubahan UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi
Elektronik dijelaskan sebagai berikut:
-Maksud dari “mendistribusikan” adalah pengiriman dan/atau pendistribusian
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik terhadap beberapa orang atau
pihak melewati suatu sistem elektronik.
-Maksud dari “mengirimkan” adalah pengiriman informasi elektronik dan/atau
dokumen elektronik yang dikirimkan kepada pihak lain melalui sistem elektronik.
-Maksud dari “membuat bisa dicapainya” adalah segala perlakuan selain
pendistribusian dan transmisi elektronik yang membuat informasi elektronik
dan/atau dokumen elektronik diketahui oleh pihak lain atau masyarakat.
Sedangkan yang dimaksud dengan informasi elektronik adalah satu atau
sekumpuian data eiektronik, termasuk namun tidak terbatas pada surat eiektronik
(eiectronic maii), teiegram, teiex, faksimiii atau sejenisnya, huruf, iambang, angka, kode
akses, atau iambing yang mempunyai arti atau dapat dimengerti oieh orang yang cakap.
(vide: Pasal 1 angka 1 uu ite).
Mengingat perlakuan telah dibuat pada unsur kedua ini merupakan alternatif,
dimana apabila satu diantara yang ada perlakuan tersebut diperbuat sehingga unsur kedua
ini sudah dipenuhi.
3. Unsur memiliki muatan pemerasan atau pengancaman yang sebagaimana dimaksud
didalam Pasal 27 ayat (4).
Menimbang bahwasanya penafsiran Pasal 27 ayat (4) Undang-Undang republik
indonesia Nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 11
tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik berbunyi: “dalam ayat ini
memberikan pengaturan terhadap ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan pemerasan
dan/atau ancaman yang ditentukan dalam kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP).”
Bahwasanya aturan-aturan pidana tentang pemerasan dan pengancaman diatur
dalam bab xxiii tentang tindak pidana pemerasan dan pengancaman dalam kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (“KUHP”) Pasal 368 sampai 371.
Bahwa pada Pasal 368 ayat (1) KUHP memberikan pengaturan terhadap:
siapapun yang berkeinginan untuk tujuan memperoleh keuntungan untuk dirinya sendiri
maupun orang lain dengan cara melawan hukum, memaksa seseorang menggunakan
kekerasan atau mengancam akan menggunakan kekerasan agar dipaksanya seseorang
tersebut untuk memberinya suatu hal yang dimiliki keseluruhan atau sebagian oleh
seseorang atau orang lain atau dengan maksud untuk menimbulkan atau melenyapkankan
utang, orang tersebut bisa terancam dengan pemerasan dengan pidana penjara terlama 9
tahun.
Bahwa berdasarkan informasi atau penjelasan dari para Saksi, yaitu Saksi Bayu
Prasetyo, keterangan Saksi agus rifaid, penjelasan Saksi indra kristian silalahi, penjelasan
Saksi maryana dengan keterangan terdakwa serta berhubungan dengan alat bukti yang
terungkap dalam perkara ini bahwa terdapat adanya perlakuan pemerasan dan/atau
ancaman menyampaikan suatu hal milik keseluruhan atau tidak keseluruhan milik
seseorang atau orang lain, seperti fakta hukum terdakwa Dede Supardi mengirimkan
voice note dan suara melalui whatsapp dengan menggunakan telepon genggam Dede
Supardi (1 ( 1) kartu sim hp realme merah dan biru Nomor 081546121647) dikirim
untuk bersaksi Bayu Prasetyo (1 (satu) ) kartu sim hp redmi 7 3/32 hitam Nomor
087739425001), dengan suara dan tulisan antara lain: "mampus lo, keluarga lo gua bantai
semua, gak usah lo lunaskan iblis, yang jelas keluarga lo sudah gua abisin keseluruhan”
Mempertimbangkan karena seluruh unsur Pasal 45 ayat (4) jo Pasal 27 ayat (4)
Undang-Undang republik indonesia Nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan Undang-
Undang republik indonesia Nomor 11 tahun 2016, 2008 serelasi dengan diperbuatnya
informasi dan transaksi elektronik tersebut di atas, maka terdakwa Dede Supardi Bin H
Supriadi harus dipidana secara legal dan mempunyai kevalidan karena melakukan
pelanggaran sebagaimana yang didakwakan dalam dakwaan pertama.
Mempertimbangkan bahwa selama keberjalanan sidan, majelis hakim tidak
memperoleh suatu hal pun yang bisa mengecualikan pertanggungjawaban pidana, baik
pembelaan maupun pembenaran, maka terdakwa harus bertanggung jawab atas apa yang
ia perbuat.
Menimbang bahwa oleh karena terdakwa ditahan dan penjeratan tersebut
mempunyai alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan bahwa terdakwa tetap ditahan.
Menimbang, adanya barang bukti yaitu berupa:
- 1 (satu) unit hp redmi 7 3/32 warna hitam (yang disita dari Bayu Prasetyo); barang bukti
tersebut masih dipakai dalam pembuktian dalam perkara lain, maka akan putuskan
dipakai dalam perkara lain;
- 1 (satu) unit hp realme warna merah biru No. 081546121647 (yang disita dari Dede
Supardi bin h. Supriadi);
- 1 (satu) bendel riwayat hidup (yang disita dari Dede Supardi bin h. Supriadi);
Barang-barang bukti tersebut dipakai untuk melakukan tindak kriminal maka akan
diputuskan untuk disita lalu akan dimusnahi.
Menimbang, maka dalam dijatuhkannya pidana pada terdakwa, maka diperlukan
pertimbangan terlebih dahulu pada keadaan yang membebankan ataupun yang
meringankan terdakwa;
Keadaan yang membebankan:
- Maka bahwasanya tindakan terdakwa mampu mengkhawatirkan masyarakat dan
mampu memunculkan trauma psikis terhadap korban dan keluarga korban;
Keadaan yang meringankan:
- Bahwasanya terdakwa belum pernah menjalani hukuman pidana;
- Bahwasanya terdakwa telah bersikap sopan selama di persidangan;
- Bahwasanya terdakwa telah menyampaikan keterangan dengan terus terang;
- Bahwasanya terdakwa telah menyesali apa yang ia perbuat;
- Bahwasanya terdakwa memiliki tanggungan keluarga.

F. Amar putusan

Menurut pada keadaan yang membuat terberatkan dan juga keadaan yang membuat
ringan terdakwa sebagaimana yang telah disebutkan diatas, kemudian menurut majelis hakim
hukuman yang dijatuhkan sebagai halnya disebutkan didalam amar putusan tersebut ialah telah
benar dan tepat dan sesuai dengan kesalahan terdakwa tersebut; Pasal 45 ayat (4) jo. Pasal 27
ayat (4) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor
11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik serta Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana dan juga Peraturan perundang-
undangan lainnya.
Memutuskan terdakwa Dede Supardi Bin H. Supriadi sudah terbukti secara sah dan
membuktikan bersalah telah berbuat tindak pidana dengan sadar serta bersengaja tidak terdapat
hak yang mereka punyai mendistribusikan dan/atau mengirimkan atau bisa dicapainya informasi
elektronik yang memuat memeras dan/atau mengancam didalamnya. Dijatuhkannya pidana
kepada terdakwa dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan juga denda sebanyak
rp.70.000.000,00 (tujuh puluh juta rupiah) bersama persyaratan jika denda yang telah ditetapkan
tidak bisa dilunaskan oleh terdakwa maka dimodifikasi dengan pidana kurungan selama 2 (dua)
bulan. Memutuskan masa penjeratan yang akan dijalankan oleh terdakwa, dikurangkan
keseluruhan dari pidana yang dijatuhkan tersebut. Memutuskan terdakwa tetap ditahan.
Menetapkan barang bukti berupa: 1. Tetap terlampir dalam berkas perkara; 2. Disita untuk
dilenyapkan. 3. Membebankan biaya perkara kepada terdakwa sebesar 5.000 rupiah.
F. Analisa terkait putusan
Terkait putusan majelis hakim dalam studi putusan Nomor
438/pid.sus/2020/PN.JKT.UTR berdasarkan teori kepastian hukum, sudah jelas bahwa pihak
yang berwenang menjalankan hukum dengan baik. Menurut Sudikno Mertukusumo, kepastian
hukum adalah keyakinan bahwa hukum harus diterapkan secara teliti. Kepastian hukum
dimaksudkan sebagai usaha pengaturan hukum yang diperbuat oleh pihak yang mempunyai
mempunyai kewenangan dan berwibawa. Berbagai aturan tersebut memiliki aspek yuridis dan
bisa terjaminnya bahwa hukum adalah suatu peraturan yang harus dipatuhi.108
Putusan Nomor 438/pid.sus/2020/Pn.Jkt.Utr mempunyai beberapa dakwaan , dimana JPU
menggunakan dakwaan alternatif yaitu dakwaan yang disusun dengan cara berlapis yangmana
hanya mengambil satu sisi dakwaan dan dikecualikan terhadap dakwaan lainnya. Dakwaan ini
sering dipergunakan untuk membuktikan suatu kejahatan tindak pidana atau kejahatan tindak
pidana dan apabila terhadap satu dakwaannya telah terbukti, maka tidak perlu dibuktikan lagi
dakwaannya. Berdasar pada putusan tersebut, hakim menentukan untuk melemparkan dakwaan
kedua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2016 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.
Pada putusan majelis hakim memutusan tindak pidana tersebut dengan Pasal 45 ayat (4)
jo. Pasal 27 ayat (4) Undang-Undang republik indonesia Nomor 19 tahun 2016 atas perubahan
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaki elektronik dengan lama
pidana penjara selama satu tahun dan dengan hukuman denda sebesar tujuh puluh juta rupiah dan
jika terdakwa tidak mampu untuk melunaskan denda tersebut maka terdakwa harus mengganti
hukuman denda tersebut dengan pidana penjara selama dua bulan. Majelis hakim mengadili
terdakwa dengan hukuman tersebut dengan menimbang hal yang membebankan serta hal yang
meringankan terdakwa. Hal yang membebankan yaitu perlakuan perbuatan terdakwa terhadap
korban dapat membuat keresahan terhadap masyarakat lainnya sehingga akan membuat trauma
psikis bagi korban serta keluarga. Serta hal yang meringankan terdakwa adalah terdakwa
sebelumnya belum pernah dihukum, terdakwa telah bersikap sopan pada saat proses persidangan,
terdakwa mengatakan keterangan yang secara terus terang, terdakwa telah menyesali apa yang ia
perbuat, serta terdakwa mempunyai tanggungan keluarga.
Terlepas dari kesalahan terdakwa, Perusahaan PT Vega Data Indonesia dan Pt. Baracuda
Fintech Indonesia juga harus ikut bertanggungjawab sesuai dengan ketentuan peraturan yang
108
diputuskan oleh OJK selaku badan yang yang independen yang berkewajiban dan bewenang atas
bidang jasa keuangan yangmana juga menjangkau pada pinjaman online atau fintech lending.
Bersumber pada Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang otoritas jasa keuangan memang
tidak dijelaskan wewenang serta perlakuan atas hukum OJK terhadap sarana tempat
terkumpulnya aplikasi-aplikasi online ilegal seperti google play store. Namun berdasarkan
Undang-Undang tersebut OJK dapat berperan untuk mengontrol aplikasi-aplikasi online ilegal
yang terdapat pada google play store melalui cara menjalankan kerjasama dengan google play
store untuk menyampaikan perpersyaratanan untuk izin usaha kepada aplikasi-aplikasi online
yangmana ingin ditampilkan pada google play store. Dan langkah untuk menjalankan kerjasama
antara OJK dan google sudah terjadi sejak juli 2021.
Adapun peraturan OJK yaitu Pasal 47 Ayat 1 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
77/POJK.01/2016 Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi,
OJK terdapat hak yang mereka punyai dan mempunyai kewenangan untuk memberi sanksi
berupa administratif pemberian peringatan tertulis, dikenakannya denda atau sebuah kewajiban
untuk melunaskan sejumlah uang yang ditentukan terhadap pihak-pihak yang mengoperasikan
usaha online ilegal yang dalam artian tidak terdaftar dan juga berizinkan OJK. Serta selain OJK,
kemenkominfo yang merupakan anggota satgas waspada investasi mempunyai peran sebagai
pelaksana dalam pemblokiran pada online ilegal yang terdapat di website, url, media sosial dan
aplikasi google play store. Mengenai perlakuan hukum yang mampu diperbuat kemenkominfo
pada online ilegal yang mengoperasikan sistem elektronik adalah memberi sanksi administratif
berupa pemutusan akses pada sistem elektronik tersebut, dengan cara melakukan pemblokiran
dns setelah memperoleh rekomendasi dari OJK.
Pada Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 19/seOJK.06/ 2023 tentang pejabatan
layanan pendanaan bersama berbasis teknologi informasi tertulis peraturan besarnya batas
maksimum bunga serta denda keterlambatan dari pinjaman online (online) yang berlaku secara
bertahap pada 1 januari 2024. Surat edaran dari otoritas jasa keuangan ini dikeluarkan untuk
melindungi keperluan daripada konsumen bahwa manfaat ekonomi serta denda keterlambatan
jumlahnya tidak boleh melebihi 100% daripada pendanaan yang tertulis dalam perjanjian pinjam
meminjam.
Perlindungan hukum secara mencegah pada beberapa platform fintech berbasis peer to
peer lending merupakan cara yang digunakan untuk mencegah sengketa. Cara penetapan hukum
berikut ini diperbuat setelah individu merasa puas. Hal ini diperbuat dengan berfokus pada dasar-
dasar financial technology. Upaya mencegah OJK meliputi pendidikan, pelatihan, dan
spesialisasi bidang financial technology bagi anggota OJK. 109 untuk memilih sengketa, gugatan
hukum perwakilan merupakan satu diantara yang ada yang tidak biasa. Cara ini hanya dapat
digunakan setelah rentang waktu yang lebih lama. Hal ini bisa terjadi antara seseorang atau
antara seseorang dengan pejabat, maupun antara pribai dengan pribadi lainnya. .Namun, untuk
mencapai tujuan tersebut, harus ada perlakuan pengaduan yang diperbuat oleh pengguna
platform fintech. Satu diantara yang ada strategi yang dapat membantu konsumen menghemat
uang adalah dengan memberi mereka akses ke peer to peer lending sehingga mereka bisa
memperoleh kesepakatan yang lebih baik atas pembeliannya .sebagai hasil dari keputusan OJK
No. 18/POJK.07/2018 tentang perlindungan konsumen di bidang keuangan, dokumen ini
menyampaikan kerangka untuk meningkatkan perlindungan konsumen dalam hal kualitas produk
dan/atau layanan dan/atau kuantitas konsumen penggunaan keuangan. 110berdasarkan surat edaran
OJK No. 19/2023 tentang pejabatan layanan pendanaan bersama berbasis teknologi informasi,
OJK memberikan pengaturan terhadap:
a. Platform pinjaman online harus memproses penuntutan mandiri atau dengan
menunjuk pihak lain untuk memproses penuntutan.
b. Pengelola pinjaman online harus menginfokan kepada pihak debitur terkait
tanggal tenggang waktu pelunasan sebelum masa tenggang waktu tersebut.
c. Jika debitur wanprestasi, pejabat online harus memberi surat peringatan setelah
tenggang waktu pelunasan.
d. Penuntutan dapat diperbuat melalui cara penuntutan dengan tidak langsung yaitu
melalui telepon, panggilan video serta media lainnya atau field collection yaitu
penuntutan langsung secara tatap muka.
e. Terhadap tanaga penuntutan perlu dilatih terkait tugas dan juga etika dalam
penuntutan.
f. Jika pihak pinjaman online malakukan kerja sama dengan pihak lain, maka pihak
lain perlu mempunyai sumber daya manusia yang tersertifikasi.

109

110
g. Identitas tiap tenaga penuntutan perlu dicatat dengan baik.

Selanjutnya OJK juga memberikan pengaturan terhadap terkait etika yang perlu ditaati oleh
tenaga penuntutan lapangan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Pihak penagih harus mempunyai kartu identitas resmi yang dilengkapi dengan foto diri.
2. Pihak penagih tidak diperbolehkan melakukan dengan cara ancaman, kekerasan dan/atau
perlakuan yangmana bersifat mempermalukan debitur.
3. Pihak penagih tidak boleh melakukan perlakuan secara fisik maupun verbal.
4. Pihak penagih harus menghindari penggunaan kata maupun perlakuan yang
mengintimidasi serta merendahkan suku, agama, ras, dan antargolongan (sara), harkat,
harkat, danjuga harga diri, baik di dunia nyata ataupun di dunia maya (cyber bullying)
terhadap debitur maupun kerabat.
5. Proses penuntutan menggunakan sarana komunikasi tidak diperbolehkan diperbuat secara
terus menerus atau berulang-ulang sehingga menimbulakan sifat yang mengganggu.
6. Proses penuntutan hanya dapat diproses melalui jalur pribadi, di tempat alamat
penuntutan, ataupun domisili peminjam.
7. Proses penuntutan hanya mampu diperbuat pada waktu tertentu yaitu pukul 08.00 hingga
pukul 20.00.
8. Proses penuntutan di luar dari alamat domisili hanya dapat diperbuat beserta perjanjian
dengan peminjam sebelumnya.111

Adapun ciri-ciri daripada pinjaman online ilegal dapat dilihat dari penetapan suku bunganya
yang tinggi, menaruh fee yang cukup besar, denda yang tidak terbatas yangmana merupakan
faktor yang membebankan bagi para konsumennya dalam melunaskan tagihannya, serta
melakukan terror maupun intimidasi. Sejak 2017 sampai dengan 31 juli 2023 kemarin satgas
pemberantasan aktivitas keuangan ilegal yang sebelumnya dikenal dengan nama satgas waspada
investasi sudah menemukan 283 entitas dan 151 konten online ilegal dari sejumlah website,
aplikasi, dan konten sosial media. Satgas sudah melakukan pemblokiran atau pemberhentian
pada 6.894 entitas keuangan ilegal yang menjangkau 1.193 entitas investasi ilegal, 5.450 entitas

111
pinjaman online ilegal, serta 251 entitas gadai ilegal. 112 satgas pemberantasan aktivitas keuangan
ilegal juga menghimbau pada masyarakat jika menemui aktivitas ataupun web online yang
mencurigakan yang ilegal untuk segera melapor kepada kepada kontak OJK 157, wa
(081157157157), email: konsumen@OJK.go.id atau email: waspadainvestasi@OJK.go.id.
Dalam Studi Putusan Nomor 438/pid.sus/2020/PN.JKT.UTR, berdasarkan perlakuan
terdakwa Dede Supardi, pengelola aplikasi pinjaman online PT Vega Data Indonesiadan PT
Baracuda Fintechindonesia bertanggungjawab atas ketertutupan data pribadi seseorang. Pada
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 Tentang Perlindungan Data Pribadi Pada Pasal 36
dikatakan bahwa pada saat diperbuatnya proses data diri, pengendali data pribadi atau tiap-tiap
individu, atau badan publik, serta organisasi internasional yang beraksi dalam secara individu
maupun berkelompok dalam memutuskan tujuan dan memberikan kontrol pemrosesan data
pribadi wajib merahasiakan data pribadi. Kemudian dalam Pasal 47 Undang-Undang Nomor 27
tahun 2022 tentang perlindungan data pribadi memberikan pernyataan bahwa pengendali data
pribadi atau tiap-tiap individu, atau badan publik, serta organisasi internasional yang bertindak
dalam individu-sendiri maupun berkelompok dalam memutuskan tujuan dan melakukan kontrol
pemrosesan data pribadi harus betindak tanggung jawab pada pemrosesan data pribadi serta
melakukan aksi tanggung jawab atas kewajiban dari pelaksanaan prinsip pelindungan data
pribadi. Atas pelanggaran itu, terdapat adanya sanksi berupa sanksi administratif terhadap
perusahaan yakni peringatan tertulis, pemberhentian sementara dari kegiatan memproses data
individu, penghilangan serta pelenyapan data individu, atau denda administratif paling tinggi dua
persen daripada pendapatan tahunan ataupun penerimaan tahunan pada variabel pelanggaran.
Kemudian pada Undang-Undang Nomor 27 tahun 2022 tentang perlindungan data pribadi
terdapat sanksi berupa sanksi pidana yang diatur dalam Pasal 65 ayat (3) jo. Pasal 67 ayat (3)
yaitu tiap orang dilarang secara bertentangan dengan hukum memakai atau memanfaatkan data
pribadi yang bukanlah milik pribadi tersebut, dipidana dengan pidana penjara terlama lima tahun
dan/atau pidana denda paling banyak lima miliar rupiah.
Kemudian pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
pada Pasal 62 ayat (1) jo. Pasal 8 ayat (1) huruf f dikatakan bahwa perbuatan atau perlakuan
daripada pelaku usaha yang mana dimaksud adalah PT Vega Data Indonesiadan PT Baracuda
Fintech Indonesia yang ingkar dengan janji yang tercantum dalam label, etiket keterangan, iklan
112
atau promosi penjualan barang maupun jasa dipidana penjara terlama lima tahun atau pidana
denda paling banyak dua miliar rupiah. Berdasarkan keterangan Saksi korban mahdi ibrahim
pada bulan agustus 2019 melakukan pengajuan peminjaman online pada aplikasi dompet kartu
yang Saksi korban download pada platform playstore sebesar satu juta lima ratus rupiah lalu
setelah pengajuan peminjaman yang diperbuat oleh Saksi korban diterima dan disetujui oleh
aplikasi dompet kartu, Saksi korban hanya mendapat uang tersebut sebesar satu juta lima puluh
ribu rupiah. Selanjutnya terdapat Saksi Bayu Prasetyo yang telah melakukan peminjaman pada
aplikasi kascas milik PT Vega Data Indonesiadan PT Baracuda Fintechindonesia. Pada 11
november 2019 Saksi melakukan peminjaman pertama dengan pengajuan pinjaman sebesar satu
juta rupiah tetapi jumlah uang yang Saksi terima hanya sebesar enam ratus lima puluh ribu
rupiah. Lalu pada tanggal 19 november 2019 Saksi melakukan pengajuan pinjaman sebesar satu
juta rupiah namun dana yang dterima oleh Saksi hanya sebesar enam ratus lima puluh ribu
rupiah.
Adapun pernyataan dari Budi Arie Setiadi selaku menteri komunikasi dan informatika pada
rabu, 22 november 2023 melalui siaran pers No. 484/hm/kominfo/11/2023 yang memaparkan
terkait rancangan Undang-Undang Perubahan Kedua Undang-Undang informasi dan transaksi
elektronik tersebut telah disetujui oleh pemerintah dan dewan perwakilan rakyat RI (DPR RI).
Pada perubahan kedua Undang-Undang informasi dan transaksi elektronik ada beberapa Pasal
yang akan memberikan pengaturan terhadap terkait perlakuan criminal, pengakuan atas kontrak
elektronik, serta perlindungan anak pada dunia digital. Terdapat perubahan atas 14 Pasal yang
eksisting serta penambahan sebanyak 5 Pasal yang menghasilkan perubahan pada norma yang
menjangkau alat bukti elektronik, sertifikasi elektronik, transaksi elektronik, segel elektronik
serta validasi dari situs web dan identitas digital. Perubahan kedua pada Undang-Undang
informasi dan transaksi elektronik ini kedepannya hendak menjadi landasan hukum yang lebih
komprehensif. Upaya atas kemajuan dalam pengendalian pejabat sistem dan transaksi elektronik,
perubahan kedua atas Undang-Undang informasi dan transaksi elektronik ini akan menciptakan
keharmonisan pada ketentuan pidana maupun sanksi serta akan mengedepankan juga ha katas
pengguna sistem elektronik.
Bab V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa didapatkan atas penelitian hukum yang telah dilaksanakan yaitu
sebagai berikut:
Majunya teknologi informasi di indonesia berkembang dengan pesat dan membawa dampak
positif di masyarakat khususnya untuk hal bertransaksi online ataupun aktivitas pinjam
meminjam yang berbasis teknologi. Namun dengan seiring perkembangan tersebut yang
membawa dampak posisif pada masyarakat, ternyata membawa dampak yang negatif juga yang
dapat merusak kehidupan manusia/masyarakatnya. Informasi - informasi yang mudah diperoleh
di era serba digital ini justru banyak yang disalahgunakan oleh oknum – oknum yang tidak
bertanggungjawab sehingga bisa dikatakan pada sekarang, informasi pribadi seseorang bisa
menjadi kunci untuk menentukan nasib manusia/masyarakat.

Informasi individu setiap manusia/masyarakat adalah informasi yang haruslah dijaga dan
diberikan perlindungan ketertutupannya. Tiap-tiap pribadi manusia/masyarakat mempunyai hak
atas informasinya di dalam sistem elektronik yang mana diatur dalam Undang-Undang Nomor
11 tahun 2008 Tentang Sistem Informasi Dan Transaksi Elektronik. Namun nyatanya hingga
sekarang marak terjadi penjualan data pribadi seseorang di indonesia yang membuat tidak
terjaganya ketertutupan informasi data pribadi sesorang yang membuat dampak yang negatif dan
merusak kehidupan manusia/masyarakat.

Pada dasarnya di indonesia pengaturan hukum tentang perlindungan data pribadi diatur
dalam Undang-Undang Nomor 27 tahun 2022, namun pada masalah perlindungan data individu
dalam pinjam meminjam online belum ada aturan yang belum dibuat secara konkrit yang
memastikan bahwa pihak peer to peer lending membuat kepastian bahwa data pribadi
nasabah/konsumen/penerima dana pinjaman terjaga keamanan informasinya. Selain itu bentuk
perlindungan yang dapat diperbuat oleh badan badan yang OJK adalah bentuk perlindungan
prefentif yaitu dengan menjalankan pengawasan yang ketat terhadap laporan-laporan dari pihak
pejabat pinjaman online sehingga OJK dapat menentukan potensi-potensi permasalahan yang
akan muncul.
Kemudian pada pengaturan sistem informasi dan transaksi elektronik di indonesia telah
diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan Undang-Undang Nomor
11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik. Selanjutnya terhadap putusan Nomor
438/pid.sus/2020/PN.JKT.UTR adanya pelaksanaan daripada pertanggungjawaban tindak pidana
terhadap pelaku yang melakukan perlakuan pidana berupa pengancaman serta pemerasan dengan
cara penyebaran data pribadi yang dimuat dalam Pasal 45 ayat (4) jo. Pasal 27 ayat (4) Undang-
Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang
informasi dan transaksi elektronik kepada terdakwa Dede Supardi, majelis hakim dijatuhkannya
pidana penjara selama satu tahun dan enam bulan dipangkas masa tahanan terdakwa serta denda
sebesar seratus juta rupiah dan jika denda tersebut tidak dilunaskan sehingga dimodifikasi
dengan pidana penjara selama tiga bulan. Terhadap pelaku usaha seharusnya bertanggungjawab
atas perlakuan memakai atau memanfaatkan data pribadi yang bukan yang dipunyai sesuai
dengan Pasal 65 ayat (3) jo. Pasal 67 ayat (3) Undang-Undang Nomor 27 tahun 2022 tentang
perlindungan data pribadi yang memberikan pengaturan terhadap tentang sanksi pidana penjara
terlama lima tahun dan/atau pidana denda paling banyak lima miliar rupiah. Otoritas jasa
keuangan selaku badan yang yang memiliki mempunyai kewenangan dan juga hak untuk
memberi sanksi administrasi dalam bentuk peringatan tertulis, sanksi denda melunaskan
sejumlah uang yang sudah ditentukan kepada pihak-pihak yang mengoperasikan online ilegal
semua diatur dalam Pasal 47 ayat (1) peraturan otoritas jasa keuangan Nomor 77/POJK.01/2016
tentang layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi.
B. Saran

1. Mengingat bahwasanya hak atas privasi dan perlindungan data pribadi di era industri
modern, regulasi data pribadi indonesia harus diperkuat dalam saran ke depan.
Pertama, agar pemerintah republik indonesia membuat pengaturan secara khusus untuk
perlindungan data pribadi dalam pinjam meminjam yang mempunyai basis online agar
pejabat pinjaman berbasis online dapat lebih memperhatikan dan membuat kepastian bahwa
data pribadi nasabah/konsumen atau penerima dana pinjaman terjaga keamanan
informasinya.
Kedua, agar otoritas jasa keuangan dan pihak yang berwajib selaku badan yang yang
berwenang harus berupaya lebih sigap untuk mengawasi pihak pihak pejabat pinjaman
berbasis online melakukan pengecekkan lebih ketat terhadap pihak-pihak pejabat tersebut
agar tidak terus terulang perlakuan pidana yang diperbuat oleh pihak pejabat pinjaman
berbasis online secara ilegal. PT Vega Data Indonesiadan terkhusus otoritas jasa keuangan
benar-benar disarankan dalam melaksanakan evaluasi yang dalam terkait penyalahgunaan
sistem yang dimana terjadinya kasus penyebaran data pribadi merupakan akibat dari adanya
penyalahgunaan yang tidak berhasil dalam memberikan perlindungan data pribadi
pengguna. Selanjutnya, PT Vega Data Indonesiaagar segera untuk melaksanakan apa yang
sudah menjadi kewajiban dengan lekas melaksanakan kewajiban memberi ganti rugi
terhadap konsumen yang telah memperoleh kerugian yang berakibat dari penyebaran data
individu tersebut.

2. Agar tidak terjadi hal perlakuan pidana seperti kasus diatas diimbau terhadap konsumen
layanan aplikasi pinjaman berbasis online agar lebih hati-hati dan melakukan pengecekkan
terhadap aplikasi-aplikasi yang menawarkan pinjaman tersebut, dan jika dirasa terdapat
aplikasi-aplikasi pinjaman berbasis online yang ilegal agar segera membuat pengaduan
kepada pihak yang berwajib.

Anda mungkin juga menyukai