BAB 6
Computer Crimes Fraud (Case Study Beberapa Kasus di
Indonesia maupun di Negara Lain
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 10
Tahun 2017
A. Pendahuluan
Kronologi Kasus
Cybercrime secara umum dapat didiefinisikan sebagai Computer Crime. Menurut hukum
internasional yang diadopsi oleh PBB ( united Nation) ada dua katagori dan definisi;
Cybercrime in a narrow sense (computer crime): Any illegal behavior directed by means of
electronic operations that targets the security of computer systems and the data processed by
them. Dalam arti sempit Cybercrime (kejahatan komputer): Setiap aktifitas illegal yang
diarahkan dengan operasi elektronik yang menargetkan keamanan sistem komputer dan data
diproses.
Kasus pencurian data nasabah kembali terulang. Kali ini kejahatan di bidang keuangan
(fraud) ini diduga dilakukan di merchant perusahaan produk kecantikan Body Shop. Meski
belum diketahui nilai pencurian yang dialami, Bank Indonesia (BI) menduga aksi kejahatan
ini terjadi di dua mall di ibukota.
Dari hasil penelitian yang dilakukan BI bersama institusi terkait, aksi pencurian data nasabah
ternyata tak hanya terjadi di dua mall di ibukota. BI menduga pencurian data juga terjadi di
satu kantor cabang Body Shop di Padang Sumatera Barat.
Para pelaku pencurian data pertama kali terdeteksi lewat transaksi mencurigakan di Amerika
Serikat dan Meksiko. Namun, aksi terus berlanjut sehingga BI menemukan kejanggalan
serupa di beberapa negara seperti Filipina, Turki, Malaysia, Thailand, bahkan hingga ke
India.
Berikut adalah kronologi dan perkembangan kasus pencurian data kartu kredit di Body Shop
seperti diungkap dari keterangan tertulis BI, Senin (25/3/2013):
Perkembangan Investigasi
B. Pembahasan
Identifikasi kasus
crimes in which the computer is the target of the criminal activity, crimes in which
the computer is a tool used to commit the crime, and crimes in which the use of the
computer is an incidental aspect of the commission of the crime.
[f]irst, a computer may be the object of a crime: the offender targets the computer
itself. This encompasses theft of computer processor time and computerized services.
Second, a computer may be the subject of a crime: a computer is the physical site of
the crime, or the source of, or reason for, unique forms of asset loss. This includes the
use of viruses, worms, Trojan horses, logic bombs, and sniffers. Third, a
computer may be an instrument used to commit traditional crimes in a more
complex manner. For example, a computer might be used to collect credit card
information to make fraudulent purchases.
Menurut instrumen PBB dalam Tenth United Nations Congress on the Prevention of Crime
and the Treatment of Offenders yang diselenggarakan di Vienna, 10-17 April 2000,
kategori cyber crime, Cyber crime dapat dilihat secara sempit maupun secara luas, yaitu:
(a) Cyber crime in a narrow sense (computer crime): any illegal behavior
directed by means of electronic operations that targets the security of computer
systems and the data processed by them;
Akan tetapi, dalam pengertian yang lebih sempit, pengaturan tindak pidana siber diatur
dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE). Sama halnya seperti Convention on Cybercrimes, UU ITE juga
tidak memberikan definisi mengenai cybercrimes, tetapi membaginya menjadi
beberapa pengelompokkan yang mengacu pada Convention on Cybercrimes (Sitompul,
2012):
Ketentuan penyidikan dalam UU ITE berlaku pula terhadap penyidikan tindak pidana siber
dalam arti luas. Sebagai contoh, dalam tindak pidana perpajakan, sebelum dilakukan
penggeledahan atau penyitaan terhadap server bank, penyidik harus memperhatikan
kelancaran layanan publik, dan menjaga terpeliharanya kepentingan pelayanan umum
sebagaimana diatur dalam UU ITE. Apabila dengan mematikan server bank akan
mengganggu pelayanan publik, tindakan tersebut tidak boleh dilakukan.
Selain UU ITE, peraturan yang landasan dalam penanganan kasus cyber crime di Indonesia
ialah peraturan pelaksana UU ITE dan juga peraturan teknis dalam penyidikan di masing-
masing instansi penyidik.
Dasar Hukum:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
2. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana
Dampak umum
Dampak Cybercrime
Setiap kejahatan memiliki dampak-dampak negatif, tak terkecuali dalam dunia cyber.
Berikut ini adalah dampak-dampak dari cybercrime,
1. Dampak pada Ekonomi
Sekarang ini banyak orang yang mempercayakan segala proses bisnis melalui internet,
selain proses yang cepat, bisnis juga dapat dijalakan dimana saja selama masih memiliki
akses internet. Informasi yang cukup penting pun di simpan dalam komputer dan dapat
diakses dimana saja. Bank pun menjalankan proses bisnis melalui internet, seperti
penggunaan ATM yang bisa diakses oleh nasabah dimana saja. Bisa dibayangkan jika ada
pelaku kriminal dunia internet beraksi didalamnya, akan terjadi kekacauan sistem,
penggunaan komputer akan melambat sehingga proses bisnis tidak dapat berjalan baik,
kebocoran informasi penting sehingga dapat disalah gunakan.
2. Dampak pada Nilai Market
Menilai resiko pelanggaran keamanan cukuplah sulit pada bisnis yang menggunakan
jaringan. Inilah yang membuat nilai market cukup susah untuk diprediksi. Oleh karena itu
perlu suatu pendekatan untuk mengukur dampak dari pelanggaran tersebut. Pendekatan
nilai pasar diharap mampu mendapat ekspetasi pasar modal terhadap pelanggaran
keamanan.
3. Dampak pada Tingkat Kepercayaan
Semenjak serangan cyber meluas kesemua orang didalam cyberspace dan menembus
sistem yang terhubung ke halaman website, pengguna yang yang
menungunjungi website akan frustasi dan tidak akan berminat untuk kembali
mengunjungi website. Padahal situs yang dimaksud bukan dari kesalahan pemilik situs
melainkan dari pihak luar yang menyerang, tetapi pengguna tidak tahu siapa dari dalang
sebenarnya dan sudah kehilangan rasa percaya untuk mengunjungi kembali situs tersebut.
Persepsi dari satu konsumen bisa merusak kepercayaan terhadap konsumen lainnya. Oleh
karena itu mulai timbul kekawatiran akan penggunaan transaksi online diakibatkan
adanya korban dari situs yang diserang. Hal ini menjadi suatu yang menyulitkan bagi
pebisnis online dan akan membuat usaha bisnis tersebut merosot. Seperti hal yang terjadi
pada pengguna suatu kartu untuk internet pada Smartfren, banyak pelanggan yang
komplain, walau tidak tau penyebab pastinya, hal ini tentu membuat banyak pelanggan
kecewa dan akan pindah dari operator tersebut [6].
4. Area Siap untuk Dieksploitasi : Keamanan Nasional
Pada era moderen, banyak negara yang menggunakan teknologi untuk kekuatan
penggerak militer. Internet memiliki 90% ketidakamanan dan 10% keamanan yang baik.
Karena itu banyak teroris atau penjahat menggunakan teknologi informasi untuk
merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan kriminal mereka. Perkembangan
teknologi yang canggih tidak hanya memfasilitasi pemerintah, namun para kriminal juga
turut mengikuti dan secara tidak langsung menggunakan fasilitas tersebut.
C. Kesimpulan
Kita sebagai manusia harus lebih berhati hati dan smart, dalam menyikapi
dan menggunakan teknologi ini mestinya kita dapat memilah mana yang baik, benar
dan bermanfaat bagi sesama, kita juga mesti pandai melihat mana yang buruk dan
merugikan bagi orang lain untuk selanjutnya kita menghindari atau memberantasnya
jika hal itu ada di hadapan kita.
D. Daftar Literature
https://adekurniawanrusdy.wordpress.com/2015/06/05/pengertian-dan-definisi-
cybercrime-dan-computer-crime/