Latar Belakang
OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) berupaya untuk
memahami dan membantu pemerintahan-pemerintahan dalam menanggapi perkembangan
dan persoalan baru, seperti tata kelola perusahaan, ekonomi informasi dan tantangantantangan dari populasi yang bartambah tua. OECD menyediakan tempat di mana pemerintah
dapat membandingkan pengalaman yang berkaitan dengan kebijakan, mencari jawaban untuk
masalah bersama, mengidentifikasi praktik yang baik dan berupaya untuk mengkoordinasikan
kebijakan dalam negeri dan internasional.
Misi dan Tujuan OECD
Mempromosikan kebijakan-kebijakan yang akan memperbaiki ekonomi, social, dan
kesejahteraan masyasyarakat diseluruh dunia. OECD Bertujuan untuk membandingkan
pengalaman kebijakan, mencari jawaban untuk masalah umum, mengidentifikasi praktekpraktek yang baik, dan mengkoordinasikan kebijakan-kebijakan domestik dan internasional.
Prinsip-prinsip OECD
Terdapat empat prinsip utama Corporate Governance secara umum yaitu:
1. Fairness (Kewajaran)
Kewajaran (fairness) merupakan suatu bentuk perlakuan yang adil dan setara di dalam
memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan
perundangan yang berlaku.
2. Transparency (Keterbukaan Informasi)
Transparansi merupakan keterbukaan informasi, baik dalam proses pengambilan
keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai
perusahaan.
3. Accountability (Dapat Dipertanggungjawabkan)
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertangungjawaban organ
perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
4. Responsibility (Pertanggungjawaban)
Misi perusahaan
1. Mengelola kelompok usaha industri perkayuan terpadu di bidang kayu lapis dan kayu
lapis olahan, MDF serta produk-produk turunan lainnya yang berkaitan dengan
industri perkayuan serta mempunyai tanggung jawab sosial.
2. Menjaga keberlangsungan kebutuhan bahan baku yang dipenuhi dari hutan alam dan
hutan tanaman yang dikelola berdasarkan prinsip pengelolaan hutan lestari.
3. Melakukan proses produksi yang memenuhi standar ramah lingkungan.
4. Memberikan nilai tambah produk melalui peningkatan nilai disetiap proses
tahapannya, pengembangan produk, sumber daya manusia dan jalur distribusi.
5. Mengoptimalisasi pemanfaatan sumber daya alam lainnya Struktur Organisasi.
Prinsip III OECD : Perlakuan yang Sama terhadap Pemegang Saham
Prinsip ketiga OECD yaitu perlakuan yang sama terhadap pemegang saham. Pada prinsip
ketiga ini ditekankan perlunya persamaan perlakuan kepada seluruh pemegang saham
termasuk pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing. Prinsip ini menekankan
pentingnya kepercayaan investor di pasar modal. Untuk itu industri pasar modal harus dapat
melindungi investor dari perlakuan yang tidak benar yang mungkin dilakukan oleh manajer,
dewan komisaris, dewan direksi, atau pemegang saham utama perusahaan. Untuk melindungi
investor, diperlukan suatu informasi yang jelas mengenai hak dari pemegang saham, seperti
hak untuk memesan efek terlebih dahulu dan hak pemegang saham utama untuk memutuskan
suatu keputusan tertetu dan hak untuk mendapatkan perlindungan hukum jika suatu saat
terjadi pelanggaran atas hak pemegang saham tersebut.
Terdapat beberapa sub prinsip dalam prinsip ketiga OECD, antara lain:
A.
Semua investor harus memperoleh informasi mengenai hak yang dapat mereka miliki dari
semua jenis saham yang akan maupun telah mereka miliki. Struktur modal yang optimal
ditentukan oleh manajemen perusahaan maupun pemegang saham. Hal ini efektif untuk
mendistribusikan risiko dan tetap menjaga kepentingan kelangsungan perusahaan.
1. Hak pemegang saham minoritas harus dilindungi dan kepentingannya pun harus tetap
dijaga. Potensi penyalahgunaan ditandai dengan sistem hukum yang memungkingkan
2. Setiap suara dalam perusahaan harus dilakukan dengan cara yang disepakati bersama.
Hal ini diperlukan untuk menggambarkan keseimbangan yang wajar bahwa suara
pemegang saham selalu memperhatikan keinginan pemegang saham dan tidak
memaksakan hal yang berlebihan. Prinsip ini tidak berlaku untuk pelaksanaan hak
suara oleh wali atau orang lain yang bertindak dibawah hukum khusus,
Analisis:
3. Hambatan untuk memberikan suara harus dihapuskan. Investor asing yang berada di
luar negeri harus mendapatkan informasi mengenai perusahaan dengan lengkap dan
terperinci. Teknologi yang sudah canggih seharusnya dapat digunakan sebagai alat
komunikasi yang memadai untuk saling bertukar informasi antara investor dan
perusahaan meskipun jarak jauh memisahkan sehingga investor asing tetap dapat
memberikan hak suaranya.
Analisis
4. Proses dan prosedur untuk rapat umum pemegang saham harus memungkinkan semua
pemegang saham memperoleh hak yang sama. Prosedur yang dibuat seharusnya tidak
terlalu sulit atau mahal untuk memberikan suara. Hak untuk berpartisipasi adalah hak
yang fundamental sehingga setiap pemegang saham seharusnya bisa menggunakan
haknya tersebut. Beberapa perusahaan saat ini masih mengenakan biaya untuk
pengambilan suara. Oleh sebab itu, sebaiknya perusahaan membuat peraturan dan
B.
Insider trading dan perlakuan kasar harus dilarang dalam kegiatan perusahaan. Halhal yang dapat merugikan perusahaan dan investor karena telah terjadi manipulasi pasar
modal yang dilarang dalam peraturan sekuritas dilarang keras untuk terjadi. Namun tidak
semua yuridiksi melarang tindakan prakter tersebut, meskipun begitu, kegiatan seperti itu
sangat tidak dianjurkan dalampraktek kegiatan di perusahaan.
C.
Anggota dewan dan eksekutif kunci harus mengungkapkan kepada dewan apakah
mereka secara langsung, tidak langsung, atau atas nama pihak keitga, memiliki kepentingan
material dalam suatu transaksi yang berpengaruh besar terhadap perusahaan. Mereka
berkewajiban untuk memberitahukan bisnis-bisnis apa saja yang sedang mereka kelola diluar
kegiatan perusahaan kepada dewan, sehingga kegiatan transaksi yang dilakukan dapat
menjadi jelas dan transparan serta dapat diidentifikasi dampak atas kegiatan mereka terhadap
kegiatan perusahaan.
Analisis Penerapan Prinsip Ketiga OECD PT Sumalindo Jaya Lestari, Tbk
Berdasarkan praktik tersebut, seringkali transaksi yang terjadi hanya memberikan manfaat
hanya kepada pihak-pihak tertentu yang berkepentingan seperti pemegang saham utama,
komisaris, atau bahkan dewan direksi. Berikut adalah hasil analisis prinsip ketiga OECD pada
PT Sumalindo Jaya Lestari, Tbk setelah dilakukannya reorganisasi tahun 2013:
Analisis 1 [terkait dengan investor asing harus mendapatkan informasi mengenai perusahaan
dengan lengkap dan terperinci]
Analisis 2 [insider trading dan perlakuan kasar harus dilarang dalam kegiatan perusahaan]
Dalam kasus PT. SLJ Global Tbk tidak terdapat informasi yang mengindikasikan
adanya pelanggaran dalam prinsip ini.
Analisis 3 [anggota dewan dan eksekutif harus mengungkapkan kepada dewan apakah
mereka secara langsung, tidak langsung atau atas nama pihak ketiga memiliki kepentingan
material dlm suatu transaksi yang berpengaruh besar thd perusahaan. Mereka wajib
memberitahukan bisnis-bisnis apa saja yang sedang mereka kelola]
CALK No. 27 menjelaskan kasus hukum yang sedang dihadapi oleh perusahaan yakni
Deddy Hartawan, pemegang saham perusahaan, mengajukan gugatan perdata terkait
dg transaksi pengalihan saham perusahaan di PT. Sumalindo Hutani Jaya kepada PT.
Tjiwi Kimia selaku pihak ke 3 dan pengalihan tagihan perusahaan SHJ berupa zero
coupon bond kepada Marshall Enterprise Ltd.
Analisis 4 [terkait dengan setiap hambatan untuk memberikan suara dalam RUPS harus
dihapuskan]
Pasal 15 No. 4-5 Akta berita acara RUPS harus disampaikan ke Otoritas Jasa
Keuangan max 30 hari setelah RUPS diselenggarakan dan wajib memuat informasi
mengenai :
Tanggal, waktu, tempat dan mata acara RUPS.
Anggota direksi dan dewan komisaris yang hadir.
Jumlah saham dg hak suara yg sah yg hadir pada saat RUPS dan presentasenya
dari jumlah seluruh saham yang mempunyai hak suara yg sah.
Ada tidaknya pemberian kesempatan kepada pemegang saham utk
mengajukan pertanyaan dan/atau memberi pendapat tentang mata acara
rapat.
Mekanisme pengambilan keputusan RUPS.
Hasil pemungutan suara yg meliputi jumlah yang setuju, tidak setuju, dan abstain.
Kesimpulan Penerapan Prinsip II dan III OECD pada PT. SLJ Global Tbk
Implementasi GCG dalam lingkungan bisnis PT. SLJ Global Tbk. telah dilakukan
secara maksimal dan menyeluruh sejak Perseroan dan entitas Anak Perusahaan
berdiri.
Perusahaan telah menerapkan prinsip-prinsip GCG secara konsisten dengan
memandang bahwa implementasi GCG merupakan sebuah kewajiban untuk
menjaga transparansi dan akuntabilitas kepada publik. Oleh karena itu, struktur
GCG Perseroan dan entitas Anak Perusahaan memastikan kerangka kerja setiap
organ dijalankan secara terpadu dan berdasarkan pada best practices.