Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

BAB 10
“U.S Foreign Corrupt Practices Act and UN Convention
Again Corruption”
(Study Case in American)

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 10

Claudia Latupeirissa (2014 – 30 – 237)

Melissa G Matrutty (2014 – 30 – 111)

Nicholas Maispaitella (2014 – 30 – 183)

Bindarmas Atbar (2014 – 30 – 145)

Sajali Talla (2014 – 30 – 178)

Andrezon Pesulima (2014 – 30 – 037)

Falkutas Ekonomi Akuntansi

Universitas Pattimura Ambon


Tahun 2017

A. Pendahuluan

(Kronologis Kasus)

WASHINGTON, KOMPAS.com - Aparat Amerika Serikat tengah menyelidiki

perusahaan aplikasi layanan transportasi, Uber, karena diduga melanggar

Undang-undang antikorupsi dengan menyuap polisi Indonesia.

Sebagaimana dilaporkan Bloomberg, yang dikutip Kompas.com dari BBC

Indonesia, Departemen Kehakiman AS menyoroti pembayaran tak lazim yang

dilakukan Uber tahun lalu.

Disebutkan bahwa kepolisian Indonesia menjelaskan kepada Uber bahwa kantor

mereka di Jakarta terletak di wilayah yang seharusnya tidak diperbolehkan untuk

membuka usaha.

Sumber Bloomberg mengungkap seorang karyawan Uber kemudian beberapa

kali mengirim uang kepada polisi agar Uber dapat terus beroperasi di kantor

tersebut.

Transaksi itu muncul dalam laporan pengeluaran dengan menyebut rincian

pembayaran kepada aparat.

Belakangan, menurut sumber Bloomberg, Uber memecat karyawan itu. Adapun

Alan Jiang, selaku direktur bisnis Uber di Indonesia yang menyetujui laporan

pengeluaran itu, cuti dan kemudian mengundurkan diri dari Uber.


Jiang menolak berkomentar mengenai kasus ini. Kepada BBC Indonesia, pihak

Uber Indonesia berjanji akan segera merilis keterangan.

Kasus tersebut lantas diketahui sedikitnya seorang anggota senior divisi hukum

Uber, namun awalnya dia memutuskan tidak melaporkan kasus ini kepada aparat

Amerika Serikat.

Baru setelah Departemen Kehakiman AS mengonfrontasi Uber mengenai

dugaan pelanggaran Undang-Undang Tindak Korupsi di Luar Negeri (Foreign

Corrupt Practices Act), Uber memaparkan apa yang terjadi di Indonesia.

Sumber kantor berita Reuters mengatakan bahwa laporan yang

dibuat Bloomberg benar adanya.

Uber mengaku tengah bekerja sama dengan para penyelidik, namun menolak

berkomentar lebih lanjut. Wyn Hornbuckle, juru bicara Departemen Kehakiman

AS, menolak berkomentar.

Namun, pada Agustus lalu, perusahaan yang berbasis di San Francisco itu

mengaku tengah bekerja sama dalam penyelidikan awal Departemen Kehakiman

AS mengenai penyuapan pejabat asing.

Penyelidikan aparat AS terhadap Uber tak hanya terbatas di Indonesia. Uber

juga diselidiki atas dugaan memberi 'uang pelicin' kepada pejabat Malaysia.

Pada 2016, dana pensiun Malaysia atau Kumpulan Wang Persaraan

menanamkan 30 juta dollar AS (Rp 398 miliar) di Uber. Kurang dari setahun

kemudian, pemerintah Malaysia meloloskan aturan soal transportasi online.


Bisnis Uber di China dan Korea Selatan pun turut diselidiki atas dugaan

pelanggaran Undang-Undang Tindak Korupsi di Luar Negeri.

B. Pembahasan

1. Identifikasi Kasus ( Berdasarkan Acuan teori )

2. Pelanggaran terhadap UU yang berlaku

Pada intinya, FCPA dapat memberikan sanksi pidana dan perdata atas

penyuapan yang dilakukan oleh perusahaan/warga negara Amerika kepada

pegawai/pejabat asing.

Ada 2 hal yang menjadi fokus FCPA:

a. Peraturan anti penyuapan : melarang pembayaran, pemberian uang atau

apapun yang bernilai kepada pegawai/pejabat asing untuk mendapatkan

atau menjaga kelangsungan bisnis.

b. Peraturan accounting : perusahaan yang terdaftar di SEC – Securities

Exchange Commission (kalo di sini semacam BEI – Bursa efek

Indonesia) harus mempunyai sistem kontrol dan pencatatan yang benar

atas akuntansinya.

3. Dampak terhadap Pemerintah dan Masyarakat

Berdasarkan pada kasus yang di bahas dampak terhadap pemerintah dan

masyarakat

Anda mungkin juga menyukai