Anda di halaman 1dari 7

KASUS KASUS KORUPSI MARUBENI CORPORATION

Suap PLTU Tarahan, Marubeni Didenda Rp 1 Triliun


Perusahaan kontraktor asal Jepang, Marubeni Corporation, divonis hukuman denda US$ 88
juta atau Rp 1 triliun oleh Departemen Kehakiman Amerika. Marubeni harus membayar
denda tersebut setelah terbukti memberi suap kepada pejabat di Indonesia untuk memuluskan
proyek pembangkit listrik. (Baca: Emir Moeis Dituntut 4,5 Tahun Bui).

Putusan tersebut dilansir Departemen Kehakiman Amerika pada 19 Maret 2014. Bertindak
sebagai dewan hakim kasus ini adalah jaksa Mythili Raman, jaksa Michael J. Gustafson, dan
Asisten Direktur Biro Penyelidik Federal (FBI) Valerie Parlave.

Menurut Raman, Marubeni bersalah karena terlibat dalam praktek penyuapan yang
berlangsung selama tujuh tahun. Perusahaan ini membayar sejumlah dana kepada anggota
parlemen, dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat, dan pejabat tinggi lain. (Baca: KPK Terus
Sidik Kasus Emir Moeis).

Dalam perkembangan berikutnya, Marubeni menjalin kerja sama dengan sebuah perusahaan
asal Connecticut Amerika Serikat. Inilah yang kemudian membuat Marubeni diperkarakan
oleh otoritas hukum Negeri Abang Sam itu. "Marubeni menolak berbisnis sesuai aturan,
kemudian menolak untuk bekerja sama dengan penyelidikan pemerintah. Sekarang Marubeni
menghadapi konsekuensi atas praktek bisnis curangnya di Indonesia," kata Raman,
seperti disiarkan situs Departemen Kehakiman Amerika.

Berdasarkan berkas penyelidikan otoritas hukum Amerika, Marubeni terlibat suap dalam
proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tarahan di Lampung. Suap ini
dibayarkan bersama beberapa pihak lain untuk memenangi kontrak senilai US$ 118 juta atau
Rp 1,34 triliun.

Di Indonesia, kasus suap proyek Tarahan sudah memasuki tahap pengadilan. Adalah anggota
DPR, Emir Moeis, yang menjadi tersangka dalam kasus ini. Emir dituntut 4 tahun 6 bulan
penjara dan denda Rp 200 juta subsider 5 bulan kurungan oleh jaksa Komisi Pemberantasan
Korupsi karena terbukti menerima suap dari konsorsium Alstom Power Incorporate Amerika
Serikat dan Marubeni sebesar US$ 357 ribu. Saat menerima suap, Emir menjabat Wakil
Ketua Komisi Energi DPR. (Baca: Terlibat Suap Energi, Emir Moeis Salahkan NDI).

Marubeni Corporation dan Sejumlah Pelanggaran UU Praktik Korupsi Asing

Pada awal tahun 1990-an di Inggris juga terjadi kasus MC. Serial persidangan pengadilan
dalam kasus British Petroleum, bahkan telah melibatkan Thyssen, Mannesmann, Sulzer,
Itochu dan Marubeni.

Seorang pegawai Itochu terbukti bersalah di pengadilan di Inggris karena kongkalikong


melakukan sogokan atau pun KKN. Itochu melakukan sogokan melalui bantuan seorang calo
orang Jepang, Lalu persidangan yang semula ditujukan kepada seorang eksekutif Marubeni
akhirnya dibatalkan karena telah membayar denda dan langsung pulang ke Jepang.

Kasus ini melibatkan kontrak sekitar 33,5 juta poundsterling untuk proyek penggantian pipa
minyak. Permainan MC juga terdeteksi di Singapura awal tahun 2000-an. Laporan dari
National University of Singapore tahun 2005 menunjukkan bahwa pemerintah Singapura
telah membatalkan (banned) keterlibatan lima multinational companies yaitu Siemens, Pirelli,
BICC, Marubeni, dan Tomen dari semua proyek tender yang dilakukan pemerintah
Singapura, selama 5 tahun tidak boleh ikut tender.

Lalu kasus penyogokan pejabat di Nigeria tahun 2012 dan akhirnya 19 Maret 2014 denda
diumumkan oleh Amerika Serikat kepada MC atas korupsi di Indonesia pada proyek Tarahan
di Sumatera Utara. Melalui calo Presiden Direktur Pacific Resources Inc, Pirooz Muhammad
Sharafih, dia memberikan uang MC kepada anggota DPR Emir Moeis supaya dapat
memenangkan konsorsium Alstom Inc, Marubeni Corporation (Jepang) dan PT Alstom
Energy System (Indonesia) dalam pembangunan enam bagian PLTU Tarahan, Lampung.

Inilah cara MC dan juga banyak perusahaan besar Jepang melakukan sogokan ke pejabat
suatu negara. Melalui calo atau pihak ketiga, ataupun membentuk perusahaan bayangan
sendiri (perusahaan boneka) agar bisa menyalurkan uang sogokannya melalui perusahaan
boneka tersebut.

Keterkaitan sogok menyogok di Jepang sangat besar pula peranannya atas bantuan pihak
ketiga seperti Yakuza di masa lampau. Untuk mengetahui seluk beluk Yakuza silakan baca
info ini di www.yakuza.in.
Marubeni Corp Akui Suap Pejabat RI Buat Proyek PLTU Tarahan

Laporan kasus penyuapan perusahaan asing kepada pejabat pemerintah Indonesia kembali terungkap.
Salah satu perusahaan perdagangan terbesar di Jepang, Marubeni Corp mengaku telah menyuap sejumlah
pejabat tinggi di Tanah Air untuk mengamankan proyek pembangkit listriknya di Tanah Air.

Seperti dikutip dari Reuters, Kamis (20/3/2014) , perusahaan asal Jepang ini bersedia membayar denda
sebesar US$ 88 juta atau Rp 1 triliun (kurs: Rp 11.396/US$) atas tuduhan jaksa Amerika Serikat tersebut.

Marubeni dan pegawainya mengaku menyuap sejumlah pejabat tinggi di Indonesia, termasuk anggota
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan pejabat PT PLN (Persero) untuk memenangkan kontrak
pembangunan pembangkit listrik senilai US$ 118 juta atau Rp 1,34 triliun. Pembangkit tersebut
rencananya akan didirikan di Indonesia guna mengamankan pasokan listrik di dalam negeri.

"Selama beberapa tahun, Marubeni Corp bekerja yang bekerja sama dengan sebuah perusahaan di
Connecticut, AS menyuap sejumlah pejabat di Indonesia untuk mendapatkan kontrak penyediaan listrik di
Indonesia," ungkap Jaksa AS di pengadilan Connecticut, Michael J. Gustasfon.

Kontrak yang dikenal dengan sebutan proyek PLTU Tarahan itu merupakan bagian dari usaha patungan
dengan rekan bisnis Marubeni, produsen perlengkapan listrik Prancis, Alstom SA. Dua pejabat eksekutif
Alstom, Frederic Pierucci dan David Rothschild juga dinyatakan bersalah karena terlibat dalam konspirasi
penyuapan proyek tersebut.

Pada Rabu (19/3/2014) waktu setempat, Marubeni dinyatakan bersalah atas delapan kasus yang dituduhkan
padanya. Salah satunya adalah pelanggaran aturan Foreign Corrupt Practices Act, yang melarang para
pengusaha untuk membayar pejabat pemerintah di suatu negara.

"Perusahaan tersebut menolak untuk mematuhi aturan dan menolak bekerjasama dalam penyidikan dengan
pemerintah. Sekarang Marubeni menghadapi sejumlah sanksi atas praktek bisnisnya di Indonesia," ungkap
Asisten Jaksa Umum Divisi Kriminal Departemen Kehakiman AS, Mythili Raman.

Namun sekarang Marubenni telah berjanji untuk meningkatkan program anti korupsi global dan bekerja
sama dengan pemerintah AS. Sejauh ini, pihak manajemen Marubeni masih menolak untuk mengomentari
kasus tersebut.

Korupsi Transnasional

Kompas
26 Jan 2017
O l e h HIFDZ I L ALIM HIFDZIL ALIM Peneliti pada Pusat Kajian Anti Korupsi
FH-UGM

Eks Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar ditetapkan sebagai tersangka kasus
gratifikasi oleh KPK (19/1). Penetapan status tersebut bermula dari persetujuan tuntutan yang
ditangguhkan ( deferred prosecution agreement/ DPA) yang dilayangkan Serious Fraud
Office (SFO), sebuah lembaga penyidik penipuan serius Inggris, ke perusahaan Rolls-Royce
(17/1). Sebelumnya, SFO mengumumkan investigasi dugaan korupsi yang dilakukan Rolls-
Royce pada 23 Desember 2013. Hasil penyidikan SFO menyatakan, Rolls-Royce telah
berkonspirasi melakukan korupsi, membuat pembukuan palsu, dan gagal mencegah
penyuapan. Atas hasil investigasi, Rolls-Royce sepakat membayar denda lebih dari 497 juta
poundsterling dan mengganti biaya penyidikan SFO sebesar 13 juta poundsterling. Dari
sinilah kemudian Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan status tersangka kepada
Emirsyah Satar.

Bukan hal baru

Sebenarnya korupsi transnasional yang melibatkan pejabat Indonesia bukan kali ini saja.
Pada 2014, Marubeni Corporation, perusahaan multinasional asal Jepang, dinyatakan
bersalah karena korupsi. Rilis yang diterbitkan Departemen Kehakiman AS (15/5/2014)
mengutarakan, Pengadilan Distrik Connecticut memvonis bersalah Marubeni pada 19 Maret
2014 karena melanggar ketentuan anti penyuapan sesuai aturan tentang praktik korupsi luar
negeri (FCPA). Di samping itu, pengadilan juga meyakini, Marubeni dan pegawainya secara
bersama-samamenyuap beberapa pejabat di Indonesia, termasuk anggota parlemen dan
pejabat Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sogokan itu sebagai bentuk imbal balik atas
bantuan dalam mengamankan proyek dengan kontrak 118 juta dollar AS. Proyek yang
dimaksud ialah Proyek Tarahan. Pemeriksaan dugaan korupsi proyek pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap Tarahan, Lampung, pada 2004, sampai ke politisi PDI-P
EmirMoeis. Hasilnya, Emir Moeis diperiksa dan dinyatakan bersalah. Majelis hakim
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta menjatuhkan putusan tiga tahun penjara dan denda
Rp 150 juta subsider tiga bulan kurungan. Eks Ketua Komisi XI DPR itu dinilai menerima
gratifikasi untuk memenangkan konsorsium Alstom Power Inc. Sejenak, kasus Emirsyah
Satar punya kemiripan dengan kasus Emir Moeis. Keduanya samasama menerima sangkaan
gratifikasi. Hanya saja, bagi beberapa pihak, pembuktian kasus Marubeni menyisakan tanda
tanya. EmirMoeis sendirijuga melalui kuasa hukumnyamenuduh KPK berlaku tak adil.
Hal ihwalnya adalah lima dari enam lembar dokumen kontrak, yang oleh KPK dijadikan
sebagai barang bukti untuk menjerat dirinya, diduga telah dipalsukan. Sampai Emir Moeis
keluar dari penjara, lima dokumen asli yang diminta tak pernah ditunjukkan KPK.

Tantangan pembuktian

Terlepas dari keberanian KPK menersangkakan Emirsyah Satar, KPK bakal menghadapi
tantangan pembuktian yang sangat berat. Belajar dari kasus Marubeni dan EmirMoeis, KPK
harus menyiapkan langkah pembuktian yang kuat dan akurat supaya tak muncul keraguan
publik. Pertama, KPK harus memanfaatkan kerja sama bantuan hukum dengan maksimal.
Diktum ke-10 sampai 12 DPA SFO memberikan ruang yang cukup luas terhadap
kemungkinan kolaborasi penindakan korupsi. Diktum ke-12 huruf a dan huruf b DPA SFO
menegaskan, Rolls-Royce harus mau membuka semua informasi dan dokumennya terkait
penyidikan. Bahkan, perusahaan harus mengusahakan kehadiran pejabat atau eks pejabat,
jajaran direksi, pegawai, agen, serta konsultannyajika diminta SFO untuk kepentingan
pemeriksaan. Ditambah lagi, kalau membuka kembali berkas Marubeni, FBI (Biro Investigasi
Federal AS) mengakui bahwa pengusutan kasus Marubeni juga didasarkan atas kerja sama
KPK, Kejaksaan Agung Swiss, dan SFO. Tampak nyata penyidikan Marubeni melibatkan
SFO. Kini, SFO memprakarsai pemeriksaan kasus Rolls-Royce. Terdapat benang merah kerja
sama antara KPK dan SFO. Kedua, merujuk Pasal 184 Ayat (1) Huruf a dan Pasal 185 Ayat
(1) KUHAP, yang mengatur kete- rangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi
nyatakan di sidang pengadilan, sangat urgen menghadirkan saksi kunci kasus Rolls-Royce di
depan pengadilan Indonesia. KPK tak cukup, misalnya, meminta keterangan Rolls-Royce
atau yang mewakilitanpa menghadirkannya di persidangan. Diktum ke-12 huruf b DPA
SFO jadi basis legalitas untuk membawa saksi kunci RollsRoyce ke Indonesia. Poin penting
dihadirkannya pihak Rolls-Royce ke pengadilan untuk menggenapi ketentuan Pasal 185 Ayat
(6) KUHAP. KPK harus menyediakan bagi hakim referensi untuk, minimal, persesuaian
antarketerangan saksi dengan bukti lain. Sebab, kesaksian baru dianggap sebagai alat bukti
jika disampaikan di persidangan. Ketiga, KPKatas izin SFO harus juga mampu
menyediakan dokumen asli berkaitan dugaan pemberian secara melawan hukum Emirsyah
Satar. Bagian ini sangat mendesak agar tak terulang anggapan penyidik hanya menggunakan
dokumen palsu, sebagaimana dituduhkan oleh pihak Emir Moeis dalam kasus Marubeni.
Diktum ke-12 huruf a DPA SFO menyediakan saluran formal untuk mendapatkan dokumen
asli yang berhubungan dengan kasus Rolls-Royce. Ketiga syarat di atas harus benar-benar
dilakukan supaya menghindarkanKPKdari asumsi nirprofesional dalam menjalankan
kewenangannya.

Pengakuan Marubeni Corp. Dapat Jadi Alat Bukti KPK

Pengakuan bersalah Marubeni Corporation di Pengadilan Federal Connecticut, Amerika


Serikat (AS), bisa menjadi alat bukti bagi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk
menyidik keterlibatan perusahaan asal Jepang itu dalam kasus korupsi di Indonesia.

Selain itu, KPK bisa mengungkap praktik jahat Marubeni yang melibatkan Salim Group
dalam kasus penggelapan aset obligor Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

Menurut pengamat hukum dari Universitas Padjadjaran, Arry Bainus, kasus Marubeni
harus menjadi momentum bagi para penegak hukum, terutama KPK, untuk berani
menindak korporasi asing yang menggunakan praktik kotor dalam mendapatkan proyek
di Indonesia.
Bisa saja pengakuan bersalah Marubeni itu sebagai alat bukti bagi KPK. Dan, saya kira
praktik jahat Marubeni itu telah berlangsung lama, bukan hanya satu kasus, dan telah
sekian tahun lamanya di Indonesia, kata Arry di Jakarta, akhir pekan lalu.

Arry menambahkan apa yang terjadi di Amerika Serikat harus dijadikan pelajaran bagi
penegak hukum Indonesia, yakni berani menindak perusahaan-perusahaan asing yang
melakukan praktik jahat saat berbisnis di Indonesia.

Kita harus berani menggunakan hukum kita. Makanya, KPK bisa mulai menyidik siapa
yang menyuap maupun yang disuap karena sudah ada bukti awal, yaitu pernyataan salah
dari Marubeni, kata Arry.

Sebelumnya, pakar hukum tata negara dari Universitas Khairun Ternate, Margarito
Kamis, membenarkan KPK dapat dapat menyidik perusahaan asing yang diketahui
menyuap pejabat Indonesia, apalagi praktik jahat Marubeni sudah berlangsung puluhan
tahun di Indonesia. Karena itu, apabila KPK bisa membongkarnya, bakal terungkap
sumber dari segala sumber korupsi di Indonesia.

Penyidik dapat menggunakan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi


dan Kitab UU Hukum Pidana, katanya (Koran Jakarta, 22/3).

Menurut Margarito, tidak ada alasan bagi KPK untuk menunda pemeriksaan dan
penyidikan terhadap Marubeni. Apalagi, diketahui Marubeni telah didenda 88 juta dollar
AS oleh pengadilan AS karena terbukti menyuap perusahaan saat berbisnis di Indonesia.

Putusan pengadilan AS berasal dari pengakuan Marubeni sendiri. Nah, pengakuan


Marubeni itu menjadi alat bukti bagi KPK untuk segera menyidiknya, tegas Margarito.

Terlibat BLBI

Dihubungi terpisah, Sekretaris Komite Penyelidikan dan Pemberantasan Korupsi Kolusi


dan Nepotisme (KP2KKN), Eko Haryanto, mengatakan KPK harus segera mengusut
dugaan penyuapan yang dilakukan Marubeni, perusahaan asal Jepang, terhadap
sejumlah politisi dan pejabat perusahaan negara di Indonesia.

Apalagi kalau ada dugaan Marubeni ini melakukan praktik jahat sejak lama, maka KPK
harus segera mengungkapnya. Sudah bukan rahasia umum lagi kalau perusahaan asing
itu melakukan suap, ujar Eko.

Lagi pula, imbuh Eko, praktik jahat Marubeni sudah lama berlangsung di Indonesia,
bahkan bersama-sama Salim Group pernah terlibat dalam skandal BLBI. Untuk itu,
penegak hukum seperti KPK msti bergerak cepat karena kroni Marubeni dan Salim
sangat kuat dan diduga melibatkan pejabat berpengaruh.
Menindak tegas Marubeni akan mengungkap sumber dari segala sumber korupsi di
Indonesia, yakni dalam kasus penggelapan aset obligor Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia (BLBI), ujar Eko.

Sementara itu, dosen DPK Kopertis Wilayah IX Sulawesi yang juga pakar hukum tata
negara, Lauddin Marsuni, mengatakan perusahaan asing yang diduga melakukan
kejahatan, baik menyuap maupun melakukan korupsi, dapat dijerat dengan hukum
pidana Indonesia.

Tidak ada alasan untuk tidak menjerat pelaku meskipun itu orang asing atau perusahaan
asing, tegasnya.

Lauddin menjelaskan prinsip dalam hukum pidana adalah barang siapa yang melakukan
kejahatan. Kata-kata barang siapa itu mengacu pada orang atau badan hukum. Jadi,
meskipun orang atau badan hukum itu warga negara asing atau perusahaan asing, tetap
dapat dipidana karena tidak ada pembedaan antara orang asing dan warga negara
Indonesia, kata Lauddin.

Karena secara prinsip sudah diatur bahwa perusahaan atau orang asing itu dapat dijerat
hukum, tidak ada alasan untuk tidak menjerat perusahaan atau orang asing itu.

Karena itu, kalau ada dugaan perusahaan atau orang asing itu melakukan kejahatan,
maka dapat segera disidik dan diungkap, tukas Lauddin. ags/eko/AR-2

Anda mungkin juga menyukai