Anda di halaman 1dari 5

1.

Pengertian Produk Bersama, Produk Sekutu, dan Produk Sampingan

Produk bersama adalah beberapa macam produk yang dihasilkan bersama


atau serempak dengan menggunakan suatu macam atau beberapa macam
bahan baku, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang sama dan masukan
(input) tersebut tidak dapat diikuti jejaknya pada setiap macam produk
tertentu (R.A. Supriyono, 1997, 238).
Produk bersama (Joint-product) adalah dua produk atau lebih yang
diproduksi lebih secara serentak dengan serangkaian proses dengan proses
gabungan. (Mulyadi, 1993, 358)
Produk sekutu adalah satu atau beberapa produk atau lebih yang
diproduksi pada waktu yang bersamaan, tetapi tidak dari kegiatan
pengolahan yang sama atau tidak berasal dari bahan baku yang
sama.(Mulyadi, 1993, 359).
Produk sekutu (Co-product) adalah beberapa macam produk yang
dihasilkan dalam waktu yang sama, tetapi tidak dari proses pengolahan
yang sama atau tidak dari bahan baku yang sama. (R.A. Supriyono, 1997,
238).
Produk sampingan adalah satu atau beberapa produk yang bernilai total
relatif kecil dan diproduksi secara berbarengan dengan produk yang
mempunyai nilai lebih besar. (Matz, Acdolph and Usry, Milton, 1995,
132).
Produk sampingan (By-product) adalah produk yang diproduksi bersama-
sama dengan produk lain tetapi mempunyai harga jual yang relatif lebih
rendah dari produk lainnya. (Simangunsong, 1994, 107)

2. Metode yang tidak mencoba menghitung harga pokok produk


sampingan atau persediaannya, tetapi memperlakukan pendapatan
penjualan produk sampingan sebagai pendapatan atau pengurang biaya
produksi. Metode ini disebut metode tanpa harga pokok (non-cost
methods).
Dalam metode ini terdapat beberapa cara perlakuan terhadap hasil
penjualan produk sampingan sebagai berikut :
a) Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pendapatan
lain-lain / pendapatan diluar usaha.
b) Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai tambahan
terhadap hasil penjualan produk utama. Dengan demikian dalam cara ini
pendapatan usaha bertambah.
c) Hasil produk sampingan diperlakukan mengurangi harga pokok
penjualan.
d) Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan mengurangi total biaya
produksi.
e) Nilai pasar produk sampingan dikurangkan ke total biaya produksi
(Metode Nilai Pasar / reversal Cost Method)

Metode yang mencoba mengalokasikan sebagian biaya bersama kepada


produk sampingan dan menentukan harga pokok persediaan produk atas
dasar biaya yang dialokasikan tersebut. Metode ini dekenal dengan
nama metode harga pokok (cost methods).

Dalam metode ini harga pokok produk sampingan ditetapkan sebesar harga
beli / nilai pengganti (Replacement Cost) yang berlaku di pasar. Harga pokok
tersebut di kredit perkiraan Barang Dalam Proses Bahan Baku . Dengan
demikian biaya produksi (bahan baku) untuk produk utama
berkurang. seringkali kita jumpai pengolahan satu atau bbrp bahan baku,
dalam satu proses produksi, dapat menghasilkan beberapa barang jadi.
Dalam persh semacam ini, krn bbrp produk yang dihasilkan bersasal dari
proses pengolahan bahan baku yang sama, timbul masalahpengalokasian
biaya bersama (joint cost) kepada bbrp produk yang dihasilkan tersebut.

3. PENGERTIAN SISTEM BIAYA TAKSIRAN Biaya Taksiran adalah biaya yang


ditentukan dimuka sebelum dilakukan suatu produksi. Sistem biaya
taksiran adalah sistem akuntansi biaya produksi yang menggunakan suatu
bentuk biaya-biaya yang ditentukan di muka dalam menghitung harga
pokok produk yang diproduksi.
Penentuan Biaya Taksiran Cara menentukan biaya taksiran adalah dengan
memecahnya menjadi beberapa unsur biaya : 1. Biaya bahan baku 2.
Biaya tenaga kerja langsung 3. Biaya overhead pabrik Biaya taksiran bisa
ditentukan atas dasar data masa lalu, dari perhitungan, dari rumus kimia
atau matematis atau secara sederhana dengan taksiran. Biaya taksiran
ditentukan untuk setiap jenis produk yang diproduksi, pada awal masa
produksi atau pada awal tahun anggaran. Dalam penentuan biaya
taksiran, biaya bahan baku yang dipakai untuk menghasilkan sejumlah
produk tertentu, perlu dilakukan penaksiran kuantitas tiap-tiap bahan
baku yang dibutuhkan dan taksiran harga masing- masing.
4. Definisi Biaya Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan
karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang
dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut. Dapat juga
diartikan semua balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada
semua karyawan , elemen biaya tenaga kerja yang merupakan biaya
produksi adalah biaya tenaga kerja untuk karyawan di pabrik.
Contoh 1
Misalkan perusahaan X hanya mempekerjakan 2 orang karyawan : Risa
Rimendi dan Eliona Sari. Berdasarkan kartu hadir minggu pertama bulan
April 19X1, bagian pembuat daftar gaji dan upah membuat daftar gaji dan
upah untuk periode yang bersangkutan. Menurut kartu hadir, karyawan
Risa Rimendi bekerja selama seminggu sebanyak 40 jam, dengan upah per
jam Rp. 1.000,- , sedangkan karyawan Eliona Sari selama periode yang
sama bekerja 40 jam dengan tarif upah Rp. 750 per jam. Menurut kartu
jam kerja, penggunaan jam hadir masing-masing karyawan tersebut
Cara;
Biaya tenaga kerja
Apabila sebagian besar elemen biaya overhead pabrik mempunyai
hubungan yang erat dengan jumlah upah tenaga kerja langsung, maka
dasar yang dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik adalah
biaya tenaga kerja langsung. Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan
rumus:
Penting sebagai catatan, metode ini memiliki kelemahan karena biaya
overhead pabrik harus dilihat sebagai tambahan nilai produk. Jumlah biaya
tenaga kerja langsung juga dianggap meliputi upah tenaga kerja dari
berbagai tingkatan yang ada dalam perusahaan.

5. Biaya bahan baku


Apabila harga pokok bahan baku sebagai dasar pembebanan, maka tarif
biaya overhead pabrik dapat dihitung dengan rumus:

Sebagai catatan, semakun besar biaya bahan baku yang dikeluarkan


untuk mengolah produk, maka semakin besar pula biaya overhead pabrik
yang dibebankan kepada produk. Metode ini terbatas penggunaannya
karena adanya kemungkinan sebuah produk dibuat dari bahan baku
dengan harga yang mahal, sementara produk lain dibuat dari bahan yang
lebih murah. Dalam kasus seperti ini, jika pengerjaan kedua produk sama,
maka produk pertama akan menerima beban biaya overhead pabrik yang
lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang kedua.
Contoh bahan baku adalah tembakau bagi perusahaan rokok dan kayu
bagi perusahaan mebel. Untuk pencatatan pembelian bahan baku sama
dengan perusahaan dagang, yakni dicatat dalam buku pengeluaran kas
(untuk pembelian tunai) dan buku pembelian (untuk pembelian
kredit). Pelunasan hutang dicatat dalam buku pengeluaran kas.
Pemakaian bahan baku selama satu periode dihitung sebagai berikut:
Catatatan: perkiraan persediaan bahan baku hanya untuk
menampung ayat jurnal penyesuaian pada akhir periode. Jurnal
penyesuaian disusun untuk nilai persediaan yang ada di awal dan akhir
periode. Di sisi lain, Jurnal penyesuaian untuk persediaan (awal dan akhir)
dilakukan terhadap rekening Ikhtisar Beban pokok produksi.

Anda mungkin juga menyukai