aplikasi layanan transportasi, Uber, karena diduga melanggar Undang-undang antikorupsi dengan
Departemen Kehakiman AS menyoroti pembayaran tak lazim yang dilakukan Uber tahun
lalu.
Disebutkan bahwa kepolisian Indonesia menjelaskan kepada Uber bahwa kantor mereka
usaha.
mengirim uang kepada polisi agar Uber dapat terus beroperasi di kantor tersebut.
Transaksi itu muncul dalam laporan pengeluaran dengan menyebut rincian pembayaran
kepada aparat.
Belakangan, menurut sumber Bloomberg, Uber memecat karyawan itu. Adapun Alan
Jiang, selaku direktur bisnis Uber di Indonesia yang menyetujui laporan pengeluaran itu,
Jiang menolak berkomentar mengenai kasus ini. Kepada BBC Indonesia, pihak Uber
namun awalnya dia memutuskan tidak melaporkan kasus ini kepada aparat Amerika
Serikat.
Sumber kantor berita Reuters mengatakan bahwa laporan yang dibuat Bloomberg benar
adanya.
Uber mengaku tengah bekerja sama dengan para penyelidik, namun menolak
berkomentar lebih lanjut. Wyn Hornbuckle, juru bicara Departemen Kehakiman AS,
menolak berkomentar.
Namun, pada Agustus lalu, perusahaan yang berbasis di San Francisco itu mengaku
Penyelidikan aparat AS terhadap Uber tak hanya terbatas di Indonesia. Uber juga
Pada 2016, dana pensiun Malaysia atau Kumpulan Wang Persaraan menanamkan 30 juta
dollar AS (Rp 398 miliar) di Uber. Kurang dari setahun kemudian, pemerintah Malaysia