Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KELOMPOK PERTEMUAN 4

Nama Kelompok : 1. Ivan solehan (204300)


2. Evita Luthfi Andhani (20430021)
3. Sherly Clara Aprilia (20430001)
4. Muhammad Fauzul Umam (20430002)
5. Arnetty Maranatha Sandi (20430010)

Silahkan cari minimal 5 contoh kasus kejahatan siber yang terkini (dalam kurun
waktu 2 tahun terakhir),kemudian kategorikan kasus kejahatan siber tersebut
menurut definisi Sussan Brenner dan E.R Indrajit. Analisa apakah tools, metode
yang di gunakan tertuang dalam UU ITE.

 Kasus Peretasan Website Kejaksaan Agung RI (2021)

Peretasan website adalah kasus di mana seorang atau sekelompok peretas berhasil
mengakses dan mengubah konten atau mengambil alih kendali atas sebuah situs
web. Pada kasus ini, website Kejaksaan Agung RI menjadi target peretasan.

Pelaku peretasan belum diidentifikasi secara spesifik dalam sumber yang tersedia.
Namun, peretasan ini dilakukan oleh seorang atau sekelompok individu yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidang keamanan komputer.

Kasus peretasan website Kejaksaan Agung RI terjadi pada tahun 2021. Tanggal
spesifik dari serangan ini tidak dijelaskan dalam sumber yang tersedia. Kasus ini
terjadi di situs web Kejaksaan Agung RI, sebuah lembaga pemerintah di
Indonesia. Motif di balik peretasan ini mungkin berkaitan dengan tujuan politik,
ekonomi, atau hanya untuk menunjukkan kelemahan dalam keamanan situs web
pemerintah.

Metode yang digunakan oleh pelaku peretasan dalam kasus ini tidak dijelaskan
secara rinci dalam sumber yang tersedia. Namun, mereka berhasil mengakses situs
web Kejaksaan Agung RI dan melakukan perubahan atau pengambilalihan kendali
atas kontennya

Kategori Sussan brenner: Sasaran kejahatan web


Katergori E.R. indajid: Modification ( Perubahan Data)
UU ITE:
Pasal 30 ayat 1 UU ITE berbunyi sebagai berikut: "Setiap Orang dengan sengaja
dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem
Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun"
Pasal 30 ayat 2 UU ITE berbunyi sebagai berikut: "Setiap orang dengan sengaja
dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem
Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik"

 Serangan DDoS terhadap situs BPJS Kesehatan (2022)

Serangan DDoS (Distributed Denial of Service) adalah serangan di mana


sejumlah besar permintaan palsu dikirim ke server target, menyebabkan server
tersebut tidak dapat merespons permintaan yang sah. Pada kasus ini, situs BPJS
Kesehatan menjadi target serangan DDOS.

Pelaku serangan DDoS belum diidentifikasi secara spesifik dalam sumber yang
tersedia. Namun, serangan ini dilakukan oleh sekelompok individu atau organisasi
yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melancarkan serangan
DDoS.

Serangan DDoS terhadap situs BPJS Kesehatan terjadi pada tahun 2022. Tanggal
spesifik dari serangan ini tidak dijelaskan dalam sumber yang tersedia. Kasus ini
terjadi di situs web BPJS Kesehatan, sebuah lembaga pemerintah di Indonesia.

Motif di balik serangan DDoS ini mungkin berkaitan dengan tujuan politik,
ekonomi, atau hanya untuk mengganggu layanan BPJS Kesehatan dan
menunjukkan kelemahan dalam keamanan sistem mereka.

Serangan DDoS dilakukan dengan mengirimkan sejumlah besar permintaan palsu


ke server BPJS Kesehatan, yang menyebabkan server tersebut tidak dapat
merespons permintaan yang sah. Metode yang digunakan oleh pelaku serangan
dalam kasus ini tidak dijelaskan secara rinci dalam sumber yang tersedia.

Kategori Sussan branner: Sasaran kejahatan web


Kategori E.R. indajit: Modification (perubahan data)
UU ITE:
Pasal 30 ayat 1 UU ITE berbunyi sebagai berikut: "Setiap Orang dengan sengaja
dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem
Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun"
Pasal 32 ayat 1 UU ITE berbunyi sebagai berikut: "Setiap orang dengan sengaja
dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun mengubah, menambah,
mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan,
menyembunyikan suatu informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik milik
orang lain atau publik milik"

 Kasus Pembobolan Data Oleh Hecker Bjorka (2022)


Pembobolan data adalah kasus di mana seorang hacker yang dikenal sebagai
Bjorka berhasil mengakses dan membocorkan data sensitif. Salah satu contoh
kasus pembobolan data yang terjadi adalah kebocoran data registrasi kartu SIM
sebanyak 1,3 miliar detail Hacker yang bertanggung jawab atas serangan ini
adalah Bjorka

Identitas asli dari Bjorka belum terungkap dalam sumber yang tersedia. Kasus
pembobolan data oleh hacker Bjorka terjadi pada tahun 2022. Tanggal spesifik
dari serangan ini tidak dijelaskan dalam sumber yang tersedia. Kasus ini terjadi di
Indonesia, dengan fokus utama pada lemahnya kebijakan perlindungan data yang
dikelola oleh pemerintah. Motif di balik pembobolan data ini adalah untuk
menunjukkan kerentanan sistem keamanan dan kebijakan perlindungan data yang
buruk, terutama jika dikelola oleh pemerintah.

Bjorka menggunakan keahliannya dalam hacking untuk mengakses data sensitif.


Metode yang digunakan oleh Bjorka dalam kasus ini tidak dijelaskan secara rinci
dalam sumber yang tersedia. Namun, Bjorka menunjukkan betapa mudahnya
baginya untuk masuk ke berbagai pintu karena kebijakan perlindungan data yang
buruk

Kategori kejahatan Sussan Brenner : sasaran kejahatan web


Kategori kejahatan (E.R.Indajid) : Modification (perubahan data)

UU ITE :
Pasal 30 ayat 1 UU ITE berbunyi sebagai berikut: "Setiap Orang dengan sengaja
dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem
Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun"
Pasal 30 ayat 2 UU ITE berbunyi sebagai berikut: "Setiap orang dengan sengaja
dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem
Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik"
Pasal 32 ayat 1 UU ITE berbunyi sebagai berikut: "Setiap orang dengan sengaja
dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun mengubah, menambah,
mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan,
menyembunyikan suatu informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik milik
orang lain atau publik milik"

 Kasus Pencurian Data Bank Syariah Indonesia (2023)

Siapa: Kelompok hacker Lockbit 3.0, Bank Syariah Indonesia (BSI)


Apa: Pencurian data nasabah, dokumen finansial, dokumen legal,
perjanjian kerahasiaan, serta password akses internal serta layanan
perusahaan BSI
Kapan: Senin, 8 Mei 2023
Dimana: Bank Syariah Indonesia (BSI)
Mengapa: Dilakukan oleh kelompok hacker Lockbit 3.0
Bagaimana: Melakukan serangan ransomware
Pada Senin, 8 Mei 2023, Bank Syariah Indonesia (BSI) diduga mengalami
serangan ransomware yang dilakukan oleh kelompok hacker Lockbit 3.0
Insiden ini berhasil mencuri 1,5 TB data nasabah, dokumen finansial,
dokumen legal, perjanjian kerahasiaan, serta password akses internal serta
layanan perusahaan.
Data nasabah yang diduga bocor terdiri atas nama, nomor telepon seluler,
alamat, nomor rekening, saldo rekening rata-rata, riwayat pekerjaan, dan
lain-lain.
Kasus ini sedang dalam proses penyelidikan oleh Bareskrim.
Pelaku melakukan serangan ransomware untuk mencuri data nasabah dan
dokumen penting BSI.

Kategori sussan branner:

Kategori E.R indajit:

UU ITE:
Pasal 30 ayat 1 UU ITE berbunyi sebagai berikut: "Setiap Orang dengan
sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer
dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun"
Pasal 32 ayat 1 UU ITE berbunyi sebagai berikut: "Setiap orang dengan
sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun
mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak,
menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu informasi
elektronik dan/atau dokumen elektronik milik orang lain atau publik
milik"

 Peretasan Situs Web Telkomsel

Pada tahun 2022, situs web Telkomsel mengalami peretasan. Situs web ini
merupakan platform online yang dimiliki oleh perusahaan telekomunikasi
Telkomsel di Indonesia.
Identitas pelaku peretasan tidak dijelaskan dalam pertanyaan Anda, jadi
kami tidak memiliki informasi spesifik tentang siapa yang melakukan
peretasan tersebut. Peretasan situs web biasanya dilakukan oleh individu
atau kelompok yang memiliki niat jahat.
Peretasan tersebut terjadi pada tahun 2022.
Peretasan terjadi pada situs web Telkomsel, yang merupakan perusahaan
telekomunikasi terkemuka di Indonesia. Situs web ini berfungsi sebagai
platform online untuk pelanggan Telkomsel.
Motivasi atau tujuan di balik peretasan tersebut dapat bervariasi. Beberapa
peretasan dilakukan untuk mencuri data pribadi atau informasi sensitif,
sementara yang lain mungkin bertujuan untuk menunjukkan kelemahan
keamanan situs web.
Cara peretasan dilakukan mungkin melibatkan berbagai metode seperti
eksploitasi kerentanan dalam perangkat lunak atau infrastruktur situs web,
serangan phishing, atau teknik peretasan lainnya yang dapat merusak
keamanan situs web tersebut.

Kategori Susan Branner:

Katergori E.R Indajit:

UU ITE:
Pasal 32 ayat 1 UU ITE berbunyi sebagai berikut: "Setiap orang dengan
sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun
mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak,
menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu informasi
elektronik dan/atau dokumen elektronik milik orang lain atau publik
milik"
Pasal 33 UU ITE mengatur tentang tindakan yang mengakibatkan
terganggunya sistem elektronik dan/atau mengakibatkan sistem elektronik
menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya. Pelanggaran pasal ini dapat
dikenakan sanksi pidana penjara paling lama 10 tahun dan/atau denda
paling banyak.

Anda mungkin juga menyukai