Anda di halaman 1dari 6

CYBER CRIME DAN UNDANG-UNDANG

ITE
Diajukan untuk melengkapi tugas Komputer Masyarakat

Oleh:
1. Frieza Agil Fahri (221011400319)
2. Muhamad Adiya Andalusi (221011400311)
3. Syafiq M. Ziddan (221011403134)
4. Rafly Alansyah (221011402162)

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2023

1
Definisi Cyber Crime
Menurut Organization of European Community Development
(OECD) cyber crime adalah semua bentuk akses ilegal terhadap suatu
transmisi data. Itu artinya, semua bentuk kegiatan yang tidak sah dalam
suatu sistem komputer termasuk dalam tindak kejahatan.
Secara umum, pengertian cyber crime biasa diartikan sebagai
tindak kejahatan di ranah dunia maya yang memanfaatkan teknologi
komputer dan jaringan internet sebagai sasaran.
Seperti apa yang telah disebutkan, tindakan cyber crime ini muncul
seiring dengan kian gencarnya teknologi digital, komunikasi dan informasi
yang semakin canggih.

Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Cyber Crime


Meskipun penyebab cybercrime bervariasi, ada tiga penyebab
utama yang menyebabkan terjadinya cybercrime. Beberapa di antaranya
seperti:
1. Human Error
Human error menjadi salah satu penyebab terjadinya cybercrime.
Ketidaksadaran pengguna dalam mengambil tindakan di dunia maya
mengambil tindakan yang dapat membuat sistem mereka rentan terhadap
peretasan. Misalnya, menggunakan kata sandi yang lemah, menggunakan
kredensial akun yang berbeda, mudah tertipu oleh phishing, membuka
tautan yang ilegal. Hal ini secara tidak langsung terkait juga dengan
kurangnya kompetensi digital orang-orang dalam organisasi Anda.

2. Kurangnya Sumber Daya Tenaga Professional Cyber Security


Kurangnya tenaga profesional dalam bidang keamanan cyber dapat
memiliki beberapa dampak yang signifikan, ini membuat sistem dan
jaringan menjadi rentan terhadap serangan cybercrime. Pelaku kejahatan
siber sering memanfaatkan kelemahan yang ada dalam infrastruktur dan
sistem yang tidak memiliki pengawasan dan perlindungan yang memadai.
Serangan cybercrime yang berhasil dapat mengakibatkan kerugian
keuangan yang signifikan bagi individu, perusahaan, dan organisasi.
Informasi pribadi yang dicuri, sistem yang rusak, atau pencurian keuangan
online dapat menghasilkan kerugian finansial yang besar.

2
3. Sistem Keamanan yang rentan
Sistem keamanan yang tidak kuat dapat memiliki dampak serius
dalam hal cybercrime.Serangan terhadap sistem yang tidak kuat dapat
mengakibatkan gangguan layanan yang serius bagi perusahaan dan
organisasi.
Serangan DDoS (Distributed Denial of Service) atau serangan
lainnya dapat menyebabkan penurunan kinerja atau kegagalan total sistem.
Hal ini dapat berdampak negatif pada produktivitas, kepercayaan
pelanggan, dan reputasi bisnis, yang pada gilirannya dapat menyebabkan
kerugian finansial yang signifikan.

Pengelompokkan Cyber Crime


1. Malware Attacks (Serangan Malware)
Pelaku menggunakan perangkat lunak berbahaya, seperti virus,
worm, trojan, atau ransomware, untuk mencuri informasi, merusak sistem,
atau meminta tebusan (ransom).

2. Phising
Pelaku mengirimkan email atau pesan palsu yang tampak
meyakinkan, dengan tujuan untuk memperoleh informasi sensitif seperti
kata sandi atau data keuangan.

3. DDoS Attack (Distributed Denial of Service)


Pelaku menggunakan jaringan komputer yang terinfeksi untuk
mengirimkan volume besar lalu lintas ke sebuah sistem atau situs web,
sehingga menyebabkan gangguan dan kegagalan sistem.

3
Sistem Pengamanan Data

Cyber security adalah proses yang dilakukan untuk melindungi


sistem, jaringan, data, maupun program aplikasi dari ancaman digital.
Proses perlindungan tersebut bisa berupa alat, peraturan, dan kebijakan
yang diterapkan oleh perusahaan.

Contoh cyber security ini seperti instalasi firewall, keamanan


authentication yang berlapis, antivirus dan juga backup data.

Membedakan Hacking, Cracking, Hacker dan Cracker


Hacking: Aktivitas hacking membobol sistem keamanan untuk memeriksa
celah rentan di sistem dan bekerja untuk memperbaikinya.

Cracking: Aktivitas membobol sistem keamanan untuk alasan kriminal dan


ilegal atau untuk keuntungan pribadi.

Hacker: Seseorang yang membobol sebuah sistem, mencari celah sistem


yang cacat, lalu memberikan informasi mengenai kecacatan tersebut
kepada pemiliki situs agar meningkatkan sistem keamanannya.

Cracker: Pelaku pembobolan system keamanan perangkat secara illegal


untuk merusak dan memperoleh keuntungan pribadi.

4
Penegakkan Hukum Terhadap Cyber Crime dan Kasus Cyber Crime
Di Indonesia
Cyber crime diatur dalam Undang-Undang Transaksi Elektronik Nomor 8
Tahun 2011 sebagaimana telah diubah menjadiUndang- Undang Nomor 19
Tahun 2016, ( “UU ITE”) khususnya pada pasal 27 sampai 30 mengenai
perbuatan yang dilarang. Lebih lanjut, aturan tentang hacking diatur dalam
pasal 30 ayat (1), (2) dan (3) mengatakan bahwa:

1. Dengan sengaja tanpa hak dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
dan/ atau sistem elektronik orang lain dengan cara apapun

2. Dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses komputer
dan/ atau sistem orang lain dengan cara apapun untuk tujuan memperoleh
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.

3. Dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses komputer
dan/ atau sistem elektronik dengan tujuan melanggar menerobos, melampaui,
menjebol sistem pengaman

Lebih lanjut sanksi bagi yang melanggar ketentuan pasal 30 UU ITE diatur di
dalam pasal 46 UU ITE berupa:

Ayat ( 1): dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).

Ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

5
Layanan Bank Syariah Indonesia (BSI) mengalami gangguan sejak Senin
8 Mei 2023 akibat serangan siber berupa ransomware bernama LockBit
jenis perangkat lunak berbahaya yang memiliki tujuan utama yaitu
mengunci komputer pengguna dan meminta uang tebusan atau
pemerasan. Mulanya, para nasabah mengeluhkan sulit atau bahkan tak
bisa mengakses layanan perbankan BSI, baik ATM maupun mobile
banking (m-banking), sejak Senin. Sejumlah nasabah mengeluhkan tidak
bisa menarik uang seharian pun trending di media sosial. Padahal,
mereka berharap bisa mengakses mesin karena mobile banking error.

Menurut Pakar Keamanan Siber dan Forensik Digital, Alfons Tanujaya,


ransomware akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengenkripsi
data penting, backup, dan sistem yang bertujuan mengganggujalannya
perusahaan. Kelompok ransomware LockBit diduga telah meretas jutaan
data nasabah Bank BSI dan meminta tebusan sebesar 20 juta dollar
amerika dan jika tidak dipenuhi mereka akan menyebarkan semua data
nasabah ke internet.

Update per-tanggal 26 Mei 2023, kelompok ransomware LockBit


akhirnya menyebarkan 1,5 TB data karyawan dan nasabah BSI (Bank
Syariah Indonesia) ke internet. Hal ini dilakukan setelah tuntutan
kelompok ransomware LockBit, untuk sejumlah uang tersebut tidak
dipenuhi oleh pihak BSI.

Meski begitu, pakar mengingatkan bahwa membayar tebusan yang


diinginkan oleh kelompok ransomware tersebut, belum tentu akan bisa
membuka kunci file-file yang dicuri oleh mereka. Pakar keamanan siber
Pratama Persadha mengatakan memang sudah ada klaim dari LockBit
3.0. LockBit sendiri merupakan geng ransomware yang sudah aktif pada
2019, dan jadi salah satu kelompok paling mengancam di dunia.

1.1.

Anda mungkin juga menyukai