Anda di halaman 1dari 22

Data Forgery &

Penyebaran Virus Secara


Sengaja
Kelompok 2
Sistem Informasi - 6A
Data Forgery
Dalam dunia cybercrime Data Forgery
merupakan kejahatan dengan memalsukan
data pada dokumen-dokumen penting yang
tersimpan sebagai scripless document melalui
Internet. Kejahatan ini biasanya ditujukan
pada dokumen-dokumen e-commerce dengan
membuat seolah-olah terjadi "salah ketik"
yang pada akhirnya akan menguntungkan
pelaku karena korban akan memasukkan data
pribadi dan nomor kartu kredit yang dapat
saja disalah gunakan.
Penyebaran Virus
Secara Sengaja
Merupakan kejahatan yang
dimaksudkan untuk menyebarkan
virus pada tiap para pengguna
komputer entah ketika membuka
suatu aplikasi yang sudah
dimodifikasi dengan disusupi oleh
virus atau mendownload virus itu
sendiri secara tidak sadar.
Contoh Kasus Data
Forgery
Kejahatan Phishing (Pencurian
Data)
Beredar informasi di media sosial Facebook yang
mencantumkan tautan untuk mendaftarkan diri
sebagai penerima bantuan sosial dari pemerintah.
Informasi itu mengeklaim, pemerintah meluncurkan
program bantuan Rp 950.000 untuk biaya di rumah
saja bagi pemilik Kartu Tanda Penduduk elektronik
(e-KTP). Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta
Kompas.com, tautan yang disertakan dalam
informasi tersebut adalah link phishing (pencurian
data).
Sumber :
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/03/14/162530382/hoaks-
link-phishing-meniru-laman-cek-bansos-kemensos?page=all#page2
Kejahatan Phishing (Pencurian Data)
Pemalsuan Website
Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri berhasil
membongkar sindikat penipuan dan pencurian data
bermodus manipulasi website. Salah satu modus para
tersangka yakni memalsukan website ajang balapan mobil
Formula E dan pemalsuan website Bank BRI. Dalam
kasus ini sebanyak tiga orang diciduk dan telah ditetapkan
sebagai tersangka. Meski dalam penyidikannya baru satu
orang yang berhasil diringkus berinisial FI yang berperan
mengelola website.
Sedangkan untuk dua orang lainnya yaitu H yang
berperan membantu melakukan pembuatan website dan N
yang berperan melakukan komunikasi dengan para
korban masih melakukan perburuan.

Sumber : https://www.liputan6.com/news/read/5133751/bareskrim-bongkar-sindikat-
pemalsuan-website-formula-e-3-orang-jadi-tersangka
Pemalsuan Website
UU Terkait
Data Forgery
UU ITE Pasal 35
"Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dengan tujuan agar
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dianggap
seolah‐olah data yang otentik."

UU ITE Pasal 51 (1)


"Setiap orang yang melakukan penciptaan Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik agar dianggap seolah-olah data yang otentik diancam
dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda
paling banyak dua belas miliar rupiah."
Pasal 378 KUHP
"Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang
lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat
palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan
orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya
memberi hutang maupun menghapuskan piutang , diancam karena penipuan
dengan pidana penjara paling lama empa tahun."
Contoh Kasus
Penyebaran Virus Secara
Sengaja
Ransomware Serang BSI
Mobile
Bank Syariah Indonesia (BSI) diduga terkena
serangan 'ransomware' yang membuat layanan
perbankannya mengalami gangguan sejak Senin
(8/5) lalu. Secara garis besar, ransomware adalah
salah satu jenis 'malware' alias virus berbahaya yang
menyerang sistem komputer.
Metodenya adalah melakukan enkripsi atau
penguncian ke data korban, sehingga tak bisa
diakses. Pelaku kejahatan bakal meminta tebusan
agar korban bisa kembali mengakses data miliknya.
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/tech/20230511105938-37-
436489/apa-itu-ransomware-yang-menyerang-mobile-banking-bsi-simak
Ransomware Serang BSI Mobile
Serangan Virus WannaCry
Virus jenis malware ini merupakan salah satu
program jahat yang bisa mengunci data pada
komputer yang terinfeksi. Virus ini lalu meminta
pengguna membayar sebesar US$300 dolar dalam
bentuk Bitcoin virtual sebagai tebusan agar
dokumen yang disandera atau dikunci bisa dibuka
kembali. Ransomeware WannaCry berhasil
melumpuhkan sedikitnya 130 ribu jaringan
komputer instansi perusahaan/pemerintah di 100
negara di dunia, termasuk Indonesia.
Sumber : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20170514165114-
192-214741/korban-virus-wannacry-harus-berani-tolak-bayar-uang-
tebusan
Serangan Virus Wannacry
UU Terkait
Penyebaran Virus Secara
Sengaja
UU ITE Pasal 33
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
melakukan tindakan apa pun yang berakibat terganggunya Sistem Elektronik
dan/atau mengakibatkan Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja
sebagaimana mestinya”.

UU ITE Pasal 49
"Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)”.
Pasal 406 KUHP
dapat dikenakan pada kasus deface atau hacking yang membuat sistem milik
orang lain.
Kesimpulan
Kejahatan cyber memiliki dampak yang serius terhadap individu, organisasi, dan masyarakat. Data
forgery atau pemalsuan data dapat mengakibatkan kerugian finansial, pencurian identitas, atau
penyalahgunaan informasi pribadi. Sementara itu, penyebaran virus dan malware dapat
mengganggu operasional sistem komputer dan mengakibatkan kehilangan data yang berharga. Oleh
karena itu, kesadaran akan ancaman ini menjadi penting bagi semua pihak.

Pemerintah dan penegak hukum lainnya memiliki peran yang krusial dalam mengatasi kejahatan
cyber. Dengan adanya Undang-Undang ITE dan KUHP, pemerintah memiliki landasan hukum yang
kuat untuk menindak para pelaku kejahatan cybercrime. Hukuman yang diberikan kepada pelaku
dapat menjadi efek jera dan memberikan perlindungan kepada korban. Selain itu, penegakan
hukum yang efektif juga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap keamanan dunia
digital.

Namun, upaya pencegahan juga menjadi kunci dalam mengatasi kejahatan cyber. Individu,
organisasi, dan masyarakat harus meningkatkan kesadaran tentang ancaman kejahatan cyber dan
langkah-langkah keamanan yang kuat untuk melindungi data pribadi dan informasi sensitif.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai