573-Article Text-20823-1-10-20220821
573-Article Text-20823-1-10-20220821
Abstrak
Pencurian adalah salah satu jenis kejahatan terhadap kekayaan manusia yang diatur dalam Bab XXII
Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan merupakan masalah yang tak ada habis-habisnya
termasuk di Indonesia. Pencurian tidak hanya terjadi di dunia nyata, tetapi juga dapat terjadi di dunia maya
atau secara online. Salah satunya adalah pencurian data yang dilakukan menggunakan perangkat komputer
atau gadget. Unsur-unsur Tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok seperti yang diatur dalam pasal 362
KUHP dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik itu terdiri
dari unsur subjektif dan unsur objektif. Ancaman hukuman bagi pelaku tindak pidana pencurian itu ada
berupa pencurian biasa, pencurian dengan pemberatan, dan pencurian ringan, Pencurian secara online
berupa pencurian data, cyber terrorism, dan Hacking. Faktor pemicu tindak pidana pencurian itu ada faktor
internal dan faktor eksternal, faktor internal itu seperti niat pelaku dalam melakukan pencurian dan faktor
eksternal seperti pengaruh dari lingkungan tempat tinggal.
Abstract
Theft is a type of crime against human wealth which is regulated in Chapter XXII Book II of the
Criminal Code (KUHP) and is an endless problem, including in Indonesia. Theft does not only occur in the
real world, but also occur in cyberspace or online. One of them is data theft that is carried out using a
computer or gadget. The elements of the crime of theft in its principal form as regulated in Article 362 of the
Criminal Code and Law Number 11 of 2011 concerning Information and Electronic Transactions consist of
subjective elements and objective elements. The threat of punishment for the perpetrators of the crime of theft
is in the form of ordinary theft, theft with weight, and light theft, online theft in the form of data theft, cyber
terrorism, and hacking. Factors triggering the crime of theft there are internal factors and external factors,
internal factors such as the perpetrator's intention to commit theft and external factors such as the influence
of the living environment.
Keywords: Criminal, theft
45
Jurnal Pahlawan Volume 2 Nomor 2 Tahun 2019
ISSN :2615-5583 (Online)
berwajib maupun warga masyarakat sendiri untuk Menurut KUHP pencurian adalah
menghapusnya, akan tetapi upaya tersebut tidak mengambi sesuatu barang yang merupakan
mungkin akan terwujud secara keeluruhannya, milik orang lain dengan cara melawan hak
karena setiap kejahatan tidak akan dihapuskan orang lain, untuk lebih jelasnya dapat kita
dengan mudah melainkan hanya dapat dikurangi lihat dalam pasal 362 KUHP.
tingkat intensitasnya maupun kualitasnya. Pasal 362 KUHP berbunyi:
Perkembangan kejahatan terutama tindak “Barangsiapa mengambil sesuatu benda
pidana pencurian semakin meningkat, suatu hal yang sebagian atau seluruhnya merupakan
yang merupakan dampak negatif dari kemajuan kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk
yang telah dicapai oleh Negara kita. Sebagai menguasai benda tersebut secara melawan
contoh tindak pidana pencurian yang banyak hukum, karena bersalah melakukan
dilakukan oleh seseorang dikarenakan struktur pencurian, dipidana dengan pidana selama-
ekonomi yang semakin memburuk yang lamanya lima tahun atau dengan pidana
disebabkan oleh seringnya terjadi kenaikan harga denda setinggi-tingginya Sembilan ratus
barang dan inflasi yang cukup tinggi sedangkan rupiah”.3
pembagian pendapatan bagi masyarakat tidak Yang dilarang dan diancam dengan
merata, dan juga tingginya angka pengangguran hukuman di dalam kejahatan ini adalah
yang disebabkan oleh sulitnya mendapatkan perbuatan “mengambil”, yaitu membawa
pekerjaan. sesuatu benda di bawah kekuasaannya secara
Hal lain yang mendukung seorang mutlak dan nyata. Menurut Memorie Van
melakukan tindak pidana pencurian juga Toelichting mengenai pembentukan pasal
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya 362 ini, yang dapat dijadikan objek dari
adalah pengaruh lingkungan, adanya kesempatan tindak pidana pencurian ini hanyalah terbatas
untuk melakukan tindak pidana tersebut, pada “benda-benda yang berwujud dan dapat
kurangnya kesadaran terhadap hukum dari si bergerak”, akan tetapi di dalam
pelaku serta dapat disebabkan oleh faktor sosial perkembangannya Hoge Raad memberikan
lainnya. penafsirannya yang lebih luas, sehingga juga
2. RUMUSAN MASALAH benda-benda yang tidak berwujud
dimasukkan kedalam pengertian benda
Adapun Rumusan Masalah pada latar belakang di menurut pasal 363 KUHP ini.4
atas Adalah Tindak pidana pencurian dalam bentuk
1. Apa saja unsur-unsur yang terdapat dalam pokok seperti yang diatur dalam pasal 362
tindak pidana pencurian dan pencurian secara KUHP itu terdiri dari unsur subjektif dan
online? unsur objektif.
2. Bagaimana ancaman atau hukuman bagi a. Unsur subjektif
pelaku tindak pidana pencurian dan met het oogmerk het zich
pencurian secara online? wederrechtlijk toe te eigenen atau
3. Apa saja faktor-faktor yang dapat menjadi dengan maksud untuk menguasai
pemicu tindak pidana pencurian dan benda tersebut secara melawan
pencurian secara online? hukum. Perkataan “menguasai”
4. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari dalam pasal 362 KUHP merupakan
tindak pidana pencurian dan pencurian secara terjemahan dari “zich toeeinenen”
online? yang menurut Memorie Van
Toelichting mempunyai arti sebagai
“menguasai sesuatu benda seolah-
3. PEMBAHASAN olah ia adalah pemiliknya”, yaitu
A. Unsur-unsur Pencurian misalnya perbuatan-perbuatan
Pencurian adalah salah satu jenis memiliki bagi dirinya sendiri,
kejahatan terhadap kekayaan manusia yang memberikan kepada orang lain,
diatur dalam Bab XXII Buku II Kitab menjual atau menggadaikan, yang
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan
merupakan masalah yang tak ada habis- 3
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan
habisnya. Pencurian sudah merajalela Terhadap Harta Kekayaan Edisi Kedua, Jakarta: Sinar Grafika, 2009,
hlm 2
dikalangan masyarakat. 4
Drs. P.A.F Lamintang, S.H., Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Sinar
Baru, cetakan ketiga, 1990, hlm. 213.
46
Jurnal Pahlawan Volume 2 Nomor 2 Tahun 2019
ISSN :2615-5583 (Online)
47
Jurnal Pahlawan Volume 2 Nomor 2 Tahun 2019
ISSN :2615-5583 (Online)
pula hacker positif yang menggunakan Salah satu tujuan dari cyber
kemampuannya untuk kegiatan typosquatting adalah untuk menjatuhkan
bermanfaat dan tidak merugikan. citra baik dari brand bersangkutan dengan
Misalnya, seorang hacker yang diberi cara melakukan tindakan penipuan atau
tugas untuk melacak keberadaan seorang hal-hal ilegal lain yang melanggar
buronan atau hacker yang bekerjasama undang-undang.
dengan pihak bewenang untuk 8. Menyebarkan Konten Ilegal
memberantas aktivitas ilegal di ranah Menyebarkan konten ilegal yang
digital. melanggar undang-undang menjadi kasus
4. Carding cyber crime paling banyak diperhatikan.
Carding adalah istilah yang Pasalnya, aktivitas ini biasanya
digunakan untuk menyebut melibatkan tokoh terkenal atau konten
penyalahgunaan informasi kartu kredit yang mampu memancing kontroversi.
milik orang lain. Para carder (pelaku Beberapa contoh konten llegal yang
carding) biasanya menggunakan akses masuk dalam ranah cyber crime di
cartu credit orang lain untuk membeli antaranya adalah video porno, penjualan
barang belanjaan secara online. senjata api ilegal, jual beli narkotika, dan
Kemudian, barang igratisan tersebut lain sebagainya.
dijual kembali dengan harga murah untuk 9. Malware
mendapatkan uang. Seperti yang sudah kami jelaskan di
Tindak kejahatan digital dengan cara dalam artikel tentang bahaya malware,
carding biasanya kerap terjadi di luar Anda harus lebih waspada jika tidak ingin
negeri, sementara untuk pengguna di komputer atau website mengalami
Indonesia angka kasus yang tercatat kendala. Secara umum, malware terdiri
belum terlalu besar seiring masih dari beragam jenis, ada virus, trojan
minimnya pengguna kartu kredit yang horse, adware, worm, browser hijacker,
gemar bertransaksi di dunia maya. dan lain sebagainya.
5. Defacing
Di antara tindakan cyber crime B. Bagaimana ancaman atau hukuman bagi
sebelumnya, Defacing bisa dibilang pelaku tindak pidana pencurian?
menjadi aktivitas kejahatan online yang 1. Pencurian biasa
paling ringan. Hal tersebut salah satunya Pencurian biasa ini perumusannya diatur
karena para pelaku deface biasanya dalam Pasal 362 KUHP yang menyatakan:
menyasar website-website non-profit “Barangsiapa mengambil sesuatu benda yang
seperti situs pemerintahan, sekolah, atau sebagian atau seluruhnya merupakan
universitas. kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk
6. Cybersquatting menguasai benda tersebut secara melawan
Istilah cybersquatting mungki belum hukum, karena bersalah melakukan pencurian,
begitu familiar di kalangan pengguna di dipidana dengan pidana selama-lamanya lima
Tanah Air. Wajar memang pasalnya tahun atau dengan pidana denda setinggi-
tindakan penyerobotan nama domain tingginya Sembilan ratus rupiah”.
sendiri memang memerlukan modal serta Walaupun pembentuk undang-undang tidak
kejelian yang tidak dimiliki banyak orang. menyatakan dengan tegas bahwa tindak pidana
Hasil cyber crime ini biasanya berupa pencurian seperti yang dimaksud dalam pasal
uang tebusan yang nilainya tidak wajar. 362 KUHP harus dilakukan dengan sengaja,
7. Cyber Typosquatting tetapi tidak dapat disangkal lagi kebenarannya
Hampir mirip dengan cybersquatting, bahwa tindak pidana pencurian tersebut harus
tindakan cyber typosquatting sama-sama dilakukan sengaja, yakni karena undang-
mengincar nama domain milik perusahaan undang pidana yang berlaku tidak mengenai
terkenal untuk dijadikan sasaran. lembaga tindak pidana pencurian yang
Bedanya, aktivitas ini memanfaatkan dilakukan dengan tidak sengaja.6
kemiripan nama domain serta kelalaian
pengguna yang jarang memeriksa ulang 2. Pencurian dengan pemberatan
URL website perusahaan.
6
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Loc.Cit.
48
Jurnal Pahlawan Volume 2 Nomor 2 Tahun 2019
ISSN :2615-5583 (Online)
49
Jurnal Pahlawan Volume 2 Nomor 2 Tahun 2019
ISSN :2615-5583 (Online)
50
Jurnal Pahlawan Volume 2 Nomor 2 Tahun 2019
ISSN :2615-5583 (Online)
51
Jurnal Pahlawan Volume 2 Nomor 2 Tahun 2019
ISSN :2615-5583 (Online)
5. DAFTAR PUSTAKA
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Buku II Bab XXII Pasal 362
Maramis, Frans. 2013. Hukum Pidana Umum dan
Tertulis di Indonesia, cetakan ke-2. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Moeljatno. 1984. Azas-azas Hukum Pidana.
Jakarta: Bina Aksara.
Lamintang, P. A. F. 1989. Delik-delik Khusus
Kejahatan-kejahatan Terhadap Harta
Kekayaan, cetakan pertama. Bandung: Sinar
Baru.
Lamintang, P. A. F. 1990. Hukum Pidana
Indonesia. Bandung: Sinar Baru.
Lamintang, P. A. F. dan Theo Lamintang. 2009.
Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap
Harta Kekayaan Edisi Kedua. Jakarta: Sinar
Grafika.
Peraturan Mentri kominfo Nomor 20 Tahun 2016
52