Anda di halaman 1dari 7

Lex Crimen Vol. VI/No.

7/Sep/2017

TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DALAM Tindak pidana pengelapan itu sendiri diatur
MENGGUNAKAN JABATAN BERDASARKAN di dalam buku kedua tentang kejahatan di
PASAL 415 KUHP1 dalam Pasal 372 – Pasal 377 Kitab Undang-
Oleh : Mahendri Massie2 Undang Hukum Pidana (KUHP). Seiring dengan
perkembangan ekonomi dan ilmu pengetahuan
ABSTRAK dan teknologi, maka hal ini menyebabkan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk peningkatan terhadap pembangunan nasional
mengetahui bagaimana penyebab timbulnya di segala bidang, maka peran serta pihak swasta
tindak pidana penggelapan dalam jabatan dan semakin meningkat pula di dalam pelaksanaan
bagaimana ketentuan yuridis tindak pidana pembangunan.3 Keadaan tersebut baik secara
penggelapan dalam jabatan. Dengan langsung maupun tidak langsung menuntut
menggunakan metode penelitian yuridis lebih aktifnya kegiatan usaha. Salah satu
normatif, disimpulkan: 1. Faktor-fakto penyebab kegiatan usaha pihak swasta yang berkembang
terjadinya tindak pidana pengelapan dalam adalah perusahaan-perusahaan swasta yang
jabatan meliputi: Mentalitas seseorang, bergerak di dalam bidang penjualan alat-alat
pemenuhan kebutuhan, adanya niat dan transportasi. Hal ini dikarenakan kebutuhan
kesempatan, sifat tamak dari manusia. 2. masyarakat akan transportasi semakin
Ketentuan juridis tindak pidana penggelapan meningkat guna mendukung aktivitas dari
dengan menggunakan jabatan diatur di dalam kegiatan masyarakat seiring dengan kemajuan
buku II KUHP Bab XXIV Pasal 374 KUHP yang ekonomi dan ilmu pengetahuan dan teknologi
mana merupakan tindak pidana penggelapan itu sendiri. Perusahaan-perusahaan swasta
dengan pemberatan yang unsur-unsur tindak tersebut pada umumnya melakukanpenjualan
pidana nya terdiri atas unsur-unsur tindak baik yang dilakukan secara kredit ataupun
pidana penggelapan dalam bentuk pokok yang kontan. Akan tetapi masyarakat pada umumnya
terdapat dalam Pasal 372 KUHP ditambah lebih banyak melakukan pembayaran secara
dengan unsur-unsur khusus yang kredit, karena hanya dengan membayar uang
memberatkan. Bahwa pertanggungjawaban muka sesuai dengan kesepakatan maka
pidana terhadap pelaku tindak pidana masyarakat sudah dapat memiliki alat
penggelapan dalam terdapat baik dalam transportasi dengan membayar secara angsuran
ketentuan pidana umum dan ketentuan sisa dari pembayaran yang besarnya sesuai
perundang-undangan pidana khusus. dengan kesepakatan yang ditentukan dalam
Kata kunci: Tindak Pidana, Penggelapan, perjanjian dan selama waktu tertentu. Akan
menggunakan Jabatan. tetapi sistem yang digunakan untuk
memudahkan masyarakat untuk dapat memiliki
PENDAHULUAN alat transportasi secara kredit terkadang sering
A. Latar Belakang Masalah disalahgunakan oleh beberapa pihak tertentu
Tindak pidana penggelapan merupakan untuk melakukan tindak pidana kejahatan
suatu suatu tindak pidana yang berhubungan berupa penggelapan yang dilakukan terhadap
dengan masalah moral ataupun mental dan sisa angsuran pembayaran alat transportasi.
suatu kepercayaan atas kejujuran seseorang. Tindak penggelapan dapat dilakukan oleh
Oleh karena itu tindak pidana ini bermula dari pihak yang berada di dalam ataupun di luar
adanya suatu kepercayaan pihak yang dilakukan lingkungan perusahan, namun pada umumnya
oleh pelaku tindak pidana penggelapan dilakukan oleh pihak yang berada di dalam
tersebut. Tindak pidana penggelapan adalah lingkungan perusahaan, karena biasanya pihak
salah satu jenis kejahatan terhadap kekayaan tersebut memahami mengenai pengendalian
manusia yang diatur di dalam Kitab Undang- internal yang berada di dalam perusahan
Undang Pidana (KUHP). tempat ia bekerja sehingga bukanlah hal yang
sulit untuk melakukan tindak penggelapan.
Setiap perusahaan atau institusi apapun juga
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Dr. Wempie J
rentan akan terjadinya penggelapan, terlebih-
Kumendong, SH, MH; Dr. Ruddy R. Watulingas , SH, MH
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
3
13071101076 Ibid

101
Lex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017

lebih perusahaan. Dapat dibayangkan betapa Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya


berat beban yang ditanggung oleh perusahaan tindak pidana penggelapan berdasarkan data
ketika laba perusahaan lebih banyak menguap yang diperoleh secara umum adalah:
ditengah jalan. 1. Mentalitas pegawai merupakan salah satu
Hal inilah yang akhir-akhir ini dikhwatirkan faktor yang menimbulkan terjadinya tindak
oleh manajemen perusahaan-perusahan swasta pidana penggelapan. Pegawai yang tidak
atas timbulnya kecurangan di lingkungan kuat mentalnya maka akan mudah
perusahannya. Oleh karena itu penulis tertarik terpengaruh untuk melakukan tindakan yang
untuk mengangkat permasalahan di atas tidak sesuai dengan harkat dan martabat
menjadi sebuah judul “Tindak Pidana pegawai sebagai petugas. Sebaliknya
Penggelapan dengan Menggunakan Jabatan pegawai yang bermental kuat tidak dapat
Berdasarkan Pasal 415 Kitab Undang-Undang dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau
Hukum Pidana”. peluang melakukan penggelapan. Pegawai
yang mendasarkan diri pada pengabdian
B. Perumusan Masalah menganggap bahwa jabatan adalah amanah
1. Bagaimanakah penyebab timbulnya tindak sehingga tidak akan melakukan penggelapan
pidana penggelapan dalam jabatan? walaupun ada kesempatan.
2. Bagaimanakah ketentuan yuridis tindak 2. Faktor pemenuhan kebutuhan hidup yaitu
pidana penggelapan dalam jabatan? adanya tekanan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan karena pengaruh gaya
C. Metode Penelitian hidup yang konsumtif bisa mendorong
Metode penelitian yang digunakan penulis seseorang untuk melakukan pengeluaran
skripsi ini adalah penelitian yuridis normative, anggaran yang melebihi batas
dimana penelitian dilakukan dan ditujukan pada kemampuannya.
peraturan-peraturan tertulis atau bahan-bahan 3. Adanya niat dan kesempatan. Niat dan
lainnya. kesempatan merupakan faktor pendorong
timbulnya tindak pidana penggelapan yang
PEMBAHASAN disepakati oleh sebahagian dari informan
A. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Tindak objek penelitian. Betapapun besarnya niat
Pidana Penggelapan Kejahatan Dalam jika tidak ada kesempatan, penggelapan
Jabatan tidak dapat dilakukan, dan sebaliknya jika
Seperti yang diketahui, bahwa penggelapan tidak ada niat melakukan penggelapan
adalah termasuk di dalam bagian kejahatan dikarenakan mentalitas yang baik namun
yang diatur di dalam KUHP (buku dua) Pasal ada kesempatan maka penggelapan tidak
372-377. Penggelapan termasuk di dalam jenis dapat dilakukan.
kejahatan terhadap harta benda. Kejahatan 4. Sifat tamak dari manusia, dimana
yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat kemungkinan orang melakukan tindak
menjadi fenomena yang terus menjadi sorotan. pidana penggelapan bukan karena orang
Berbicara tentang timbulnya penggelapan, tersebut miskin atau penghasilannya tidak
maka tidak terlepas dari sebab-sebab timbulnya cukup. Kemungkinan orang yang kaya akan
kejahatan itu sendiri. Hal ini dikarenakan bahwa tetapi masih punya keinginan untuk
penggelapan seperti yang diuraikan memperkaya diri sendiri. Unsur penyebab
sebelumnya adalah merupakan bagian dari tindak pidana pengelapan seperti itu datang
kejahatan yang diatur di dalam KUHP. Oleh dari dirinya sendiri.4
karena itu faktor penyebab timbulnya tindak
pidana penggelapan tidak dapat dilepaskan dari B. Ketentuan Yuridis Tindak Pidana
teori-teori dalam kriminologi tentang timbulnya Penggelapan Dalam Jabatan
kejahatan atau sebab-sebab yang mendorong Bab XXIV (buku II) KUHP mengatur tentang
seseorang melakukan kejahatan pada penggelapan yang terdiri dari 6 Pasal yaitu Pasal
umumnya, yaitu: 372 – 377. Dengan melihat cara perbuatan yang

4
www. Balitbangjateng. go. id/ kegiatan/ penelitian 2008/
b1_kkn.pdf,diakses tanggal 20 Januari 2017.

102
Lex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017

dilakukan, maka kejahatan penggelapan terbagi Berdasarkan uraian di atas, maka yang
atas beberapa bentuk, yaitu: merupakan unsur-unsur untuk memenuhi
1. Penggelapan dalam bentuk pokok penggelapan yang dimaksud dalam Pasal 373
Kejahatan penggelapan ini diatur dalam adalah:
Pasal 372 KUHP sebagaimana telah diterangkan a. Unsur-unsur penggelapan dalam Pasal 372.
terdahulu. Benda yang menjadi objek kejahatan b. Unsur-unsur yang meringankan, yaitu :
ini tidak ditentukan jumlah atau harganya. Pasal 1) Bukan ternak.
372 KUHP menyatakan“ Barang siapa dengan 2) Harga tidak lebih dari dua ratus lima puluh
sengaja memiliki dengan melawan hak sesutu rupiah.6
barang yang sama sekali atau sebagiannya Penggelapan ini menjadi ringan, terletak dari
termasuk kepunyaan orang lain dan barang itu objeknya bukan ternak dan nilainya tidak lebih
ada dalam tangannya bukan karena kejahatan, dari Rp 250,00. Dengan demikian terhadap
dihukum karena penggelapan, dengan ternak tidak mungkin terjadi penggelapan
hukuman penjara selama-lamanya empat tahun ringan. Di dalam Pasal 101 KUHP dinyatakan
atau denda sebanyak-banyaknya Rp.900,-“ “yang dikatakan hewan, yaitu binatang yang
Dari rumusan penggelapan sebagaimana berkuku satu, binatang yang memamah biak
tersebut di atas, jika dirinci terdiri dari unsur- dan babi”. Binatang yang berkuku satu misalnya
unsur sebagai berikut: kuda, keledai dan sebagainya sedang binatang
a. Unsur-unsur objektif, adalah: yang memamah biak misalnya sapi, kerbau,
1) Perbuatan memiliki. kambing dan lain sebagainya. Harimau, anjing,
2) Sesuatu benda. kucing bukan termasuk golongan hewan karena
3) Yang sebagian atau keseluruhan milik tidak berkuku satu dan juga bukan binatang
orang lain. yang memamah biak.7
4) Yang berada dalam kekuasaannya bukan
karena kejahatan. 3. Penggelapan dengan pemberatan (
b. Unsur-unsur subjektif, adalah: Gequaliviceerde Verduistlring)
a. Dengan sengaja. Mengenai nilai yang tidak lebih dari Rp
b. Dan melawan hukum.5 250,00 itu adalah nilai menurut umumnya,
bukan menurut korban atau menurut petindak
2. Penggelapan ringan (Lichte Verduistering) atau orang tertentu. Kejahatan ini diancam
Dikatakan penggelapan ringan, bila objek dengan hukuman yang lebih berat. Bentuk-
dari kejahatan bukan dari hewan atau benda itu bentuk penggelapan yang diperberat diatur
berharga tidak lebih dari Rp 250. dalam Pasal 374 dan 375 KUHP. Faktor yang
a) Besarnya ketentuan harga ini tidak sesuai menyebabkan lebih berat dari bentuk
lagi dengan keadaan sekarang ini. Namun pokoknya, disandarkan pada lebih besarnya
demikian dalam praktek disesuaikan kepercayaan yang diberikan pada orang yang
dengan kondisi sekarang dan tergantung menguasai benda yang digelapkan.8 Pasal 374
pada pertimbangan hakim. Kejahatan ini mengatakan bahwa“ Penggelapan dilakukan
diatur dalam Pasal 373 KUHP dengan oleh orang yang memegang barang itu
ancaman hukuman selama-lamanya 3 bulan berhubung dengan pekerjaannya atau
atau denda sebanyak-banyaknya Rp 900. jabatannya atau karena ia mendapat upah
b) Pasal 373 KUHP menentukan bahwa “ uang, di hukum penjara selama-lamanya lima
Perbuatan yang diterangkan dalam pasal tahun” Apabila rumusan tersebut dirinci, maka
372, jika yang digelapkan itu bukan hewan terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:
dan harganya tidak lebih dari Rp 250,-, a. Semua unsur penggelapan dalam bentuk
dihukum, karena penggelapn ringan, pokok ( Pasal 372)
dengan hukuman penjara selama-lamanya
3 bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp
900. 6
H.A.K. Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus
(KUHP Buku II), Alumni, Bandung, 1980, hal 40.
7
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,
Politeia, Bogor, 1993, hal 105.
5 8
Adami Chazawi, Op. Cit, hal 70 Adami Chazawi, Op. Cit, hal 85.

103
Lex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017

b. Unsur-unsur khusus yang memberatkan, maupun pelaku pembantunya maka tidak


yakni beradanya benda dalam kekuasaan dapat dilakukan penuntutan (Pasal 376 ayat
petindak disebabkan oleh:9 2 KUHP).12
1) Karena ada hubungan kerja. Penggelapan dalam keluarga diatur dalam
2) Karena mata pencaharian. pasal 367 KUHP, dimana dimaksudkan dengan
3) Karena mendapatkan upah untuk itu. penggelapan dalam keluarga itu adalah jika
Beradanya benda di tangan seseorang yang pelaku atau pembantu salah satu kejahatan
disebabkan oleh ketiga hal di atas, adalah adalah suami atau istri atau keluarga karena
hubungan yang sedemikian rupa antara orang perkawinan, baik dalam garis keturunan yang
yang menguasai dengan benda, menunjukan lurus maupun keturunan yang menyamping dari
kepercayaan yang lebih besar pada orang itu. derajat kedua dari orang yang terkena
Seharusnya dengan kepercayaan yang lebih kejahatan itu. Di dalam hal ini apabila pelaku
besar, ia lebih memperhatikan keselamatan dan atau pembantu kejahatan ini adalah suami atau
pengurusannya bukan menyalahgunakan istri yang belum bercerai maka pelaku
kepercayaan yang besar itu.10 Bentuk kedua dari pembantu ini tidak dapat dituntut. Apabila
penggelapan yang diperberat terdapat dalam diantaranya telah bercerai, maka bagi pelaku
rumusan Pasal 375 KUHP “penggelapan yang atau pembantu kejahatan ini hanya dapat
dilakukan oleh orang yang karena terpaksa dilakukan penuntutan bila ada pengaduan dari
disuruh menyimpan barang itu, atau wali, orang lain yang dikenakan kejahatan itu.
curator, pengurus, orang yang menjalankan Rumusan tentang tindak pidana
wasiat atau pengurus balai derma, tentang penggelapan dengan menggunakan jabatan
sesuatu barang yang ada dalam tangannya merupakan rumusan tindak pidana
karena jabatannya yang tersebut, dihukum penggelapan dalam bentuk yang diperberat
penjara selama-lamanya enam tahun”. Apabila yang terdapat di dalam Pasal 374 KUHP. Oleh
rumusan di atas dirinci, maka unsur-unsur yang karena itu, di dalam membahas rumusan unsur-
memenuhi pasal tersebut adalah : unsur tindak pidana penggelapan dengan
a. Unsur-unsur penggelapan dalam Pasal 372. menggunakan jabatan maka tidak terlepas dari
b. Unsur-unsur yang memberatkan, yaitu : unsur-unsur tindak pidana penggelapan dalam
- Oleh orang yang kepadanya terpaksa bentuk pokok yang terdapat di dalam Pasal 372
barang itu diberikan untuk disimpan. KUHP. Di atas telah diuraikan unsur-unsur yang
- Terhadap barang yang ada pada mereka terdapat di dalam tindak pidana penggelapan
karena jabatan mereka sebagai wali, dalam bentuk pokok, oleh karena itu sebelum
pengampu, pengurus yang menjalankan membahas unsur-unsur tindak pidana
wasiat, pengurus lembaga sosial atau penggelapan dengan jabatan, akan dibahas
yayasan.11 terlebih dahulu unsur-unsur tindak pidana
dalam bentuk pokok. Unsur-unsur tindak
4. Penggelapan dikalangan keluarga pidana dalam bentuk pokok yang terdapat di
Penggelapan dalam keluarga diatur dalam dalam Pasal 372 KUHP terdiri dari unsur objektif
pasal 376 KUHP. Dalam kejahatan terhadap dan unsur subjektif. Unsur Objektif, terdiri dari:
harta benda, pencurian, pengancaman, a. Perbuatan memiliki
pemerasan, penggelapan, penipuan apabila Memiliki adalah setiap perbuatan
dilakukan dalam kalangan keluarga maka dapat penguasaan atas barang atau lebih tegas lagi
menjadi: setiap tindakan yang mewujudkan suatu
1. Tidak dapat dilakukan penuntutan baik kehendak untuk melakukan kekuasaan yang
terhadap petindaknya maupun terhadap nyata dan mutlak atas barang itu, hingga
pelaku pembantunya ( Pasal 376 ayat 1 tindakan itu merupakan perbuatan sebagai
KUHP). pemilik atas barang itu.13 Dalam MvT mengenai
2. Tindak pidana aduan, tanpa adanya pembentukan Pasal 372 menerangkan bahwa
pengaduan baik terhadap petindaknya memiliki adalah berupa perbuatan menguasai
suatu benda seolah-olah ia pemilik benda itu.
9
Ibid.
10 12
Adami Chazawi, Op. Cit, hal 86. Adam Chazawi, Op. Cit, Hal 94.
11 13
H.A.K Moch. Anwar, Op. Cit, hal 38. H.A.K. Moch. Anwar, Op. Cit, hal 35.

104
Lex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017

Kiranya pengertian ini dapat diterangkan itu dilakukan benda tersebut belum ada dalam
demikian, bahwa petindak dengan melakukan kekuasaannya.17 Berbeda dengan penggelapan.
perbuatan memiliki atas suatu benda yang Oleh sebab benda objek kejahatan, sebelum
berada dalam kekuasaanya adalah ia melakukan penggelapan terjadi benda telah berada dalam
suatu perbuatan sebagaimana pemilik kekuasannya. Perbuatan memiliki adalah aktif,
melakukan perbuatan terhadap benda itu. jadi harus ada wujud konkretnya. Pada
Menurut hukum, hanya pemilik sajalah yang kenyataannya wujud perbuatan memiliki ada
dapat melakukan sesuatu perbuatan terhadap empat kemungkinan, yaitu:
benda miliknya.14 1. Perbuatan yang wujudnya berupa
Pemilikan itu pada umumnya terdiri atas mengalihkan kekuasaan atas benda objek
setiap perbuatan yang menghapuskan penggelapan, atan dengan kata lain
kesempatan untuk memperoleh kembali barang perbuatan yang mengakibatkan eralihnya
itu oleh pemilik yang sebenarnya dengan cara- kekuasaan atas benda ke dalam ke dalam
cara seperti menghabiskan, atau memindah kekuasaan orang lain.
tangankan barang itu, seperti memakan, 2. Perbuatan tidak mengakibatkan
memakai, menjual, menghadiahkan, menukar. beralihnya kekuasaan atas benda objek
Dalam hal-hal yang masih dimungkinkan kejahatan, akan tetapi mengakibatkan
memperoleh kembali barang itu seperti pinjam- benda menjadi lenyap (bukan hilang)
meminjam, menjual dengan hak membeli atau habis.
kembali termasuk juga dalam pengertian 3. Perbuatan memiliki atas benda yang
memiliki, bahkan menolak pengembalian atau berakibat benda itu berubah bentuknya
menahan barang itu dengan menyembunyikan atau menjadi benda lain.
sudah dapat dikatakan sebagai perbuatan 4. Perbuatan memiliki yang tidak
memiliki.15 menimbulkan akibat beralihnya
Dari apa yang disampaikan di atas dapatlah kekuasaan atas benda, dan juga benda
disimpulkan bahwa perbuatan memiliki itu tidak lenyap atau habis, atau benda tidak
adalah perbuatan terhadap suatu benda oleh menjadi berubah bentuk, melainka n
orang yang seolah-olah pemiliknya, perbuatan benda digunakan dengan tanpa hak
mana bertentangan dengan sifat dari hak yang (melawan hukum).
ada padanya atas benda tersebut.16 Pengertian b. Unsur objek kejahatan sebuah benda
memiliki pada penggelapan berbeda dengan Pada perbuatan penggelapan, barang yang
pengertian memiliki pada pencurian. Memiliki menjadi objek penggelapan adalah hanya
pada pencurian adalah merupakan unsur terhadap benda-benda yang berwujud dan
subjektif, sebagai maksud untuk memiliki bergerak saja. Perbuatan memiliki memiliki
(benda objek kejahatan itu). Tetapi pada terhadap benda yang ada dalam kekuasaannya
penggelapan, memiliki berupa unsur objektif, sebagaimana yang telah diterangkan di atas,
yakni unsur tingkah laku atau perbuatan yang tidak mungkin dilakukan pada benda-benda
dilarang dalam penggelapan. Dalam pencurian yang tidak berwujud. Pengertian benda yang
tidak diisyaratkan benar-benar ada wujud dari berada dalam kekuasaannya sebagai adanya
memiliki itu, karena memiliki ini sekedar dituju suatu hubungan langsung dan erat dengan
oleh unsur kesengajaan sebagai maksud saja benda itu yang sebagai indikatornya adalah
berbeda dengan penggelapan yang merupakan apabila ia hendak melakukan perbuatan
unsur objektif dimana memiliki itu harus terhadap benda itu dia dapat melakukannya
mempunyai bentuk atau wujud, bentuk mana secara langsung tanpa harus melakukan
harus sudah selesai dilaksanakan sebagai syarat perbuatan lain terlebih dahulu, adalah hanya
untuk menjadi selesainya penggelapan. terhadap benda-benda berwujud dan bergerak
Pada pencurian, adanya unsur maksud untuk saja, dan tidak mungkin terjadi pada benda-
memiliki sudah tampak dari adanya perbuatan benda yang tidak berwujud dan tidak tetap.18
mengambil, oleh karena itu sebelum kejahatan c. Sebagian atau seluruhnya milik orang lain

14
Adami Chazawi,Op.Cit, hal 72.
15 17
H.A.K. Moch. Anwar, Op. Cit, hal 35. Adami Chazawi, Op. Cit, hal 76
16 18
Adami Chazawi, Op. Cit, hal 73. Adami Chazawi, Op. Cit, Hal 77.

105
Lex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017

Benda yang tidak ada pemiliknya, baik sejak langsung tanpa terlebih dahulu harus
semula maupun telah dilepaskan hak miliknya melakukan perbuatan yang lain.
tidak dapat menjadi objek penggelapan. Benda
milik suatu badan hukum, seperti milik negara PENUTUP
adalah berupa benda yang tidak/bukan dimiliki A. Kesimpulan
oleh orang, adalah ditafsirkan sebagai milik 1. Faktor-fakto penyebab terjadinya tindak
orang lain, dalam arti bukan milik petindak dan pidana pengelapan dalam jabatan
oleh kerena itu dapat menjadi objek meliputI:
penggelapan. Orang lain yang dimaksud sebagai a. Mentalitas seseorang;
pemilik benda yang menjadi objek b. Pemenuhan kebutuhan;
penggelapan, tidak menjadi syarat sebagai c. Adanya niat dan kesempatan;
orang itu adalah korban, atau orang tertentu d. Sifat tamak dari manusia.
melainkan siapa saja asalkan bukan petindak 2. Bahwa ketentuan juridis tindak pidana
sendiri.19 Arres HR tanggal 1 Mei 1922 dengan penggelapan dengan menggunakan
tegas menyatakan bahwa untuk menghukum jabatan diatur di dalam buku II KUHP Bab
karena penggelapan tidak disyaratkan bahwa XXIV Pasal 374 KUHP yang mana
menurut huku m terbukti siapa pemilik barang merupakan tindak pidana penggelapan
itu. Sudah cukup terbukti penggelapan bila dengan pemberatan yang unsur-unsur
seseorang menemukan sebuah arloji di suatu tindak pidana nya terdiri atas unsur-unsur
tempat, diambilnya kemudian timbul niat untuk tindak pidana penggelapan dalam bentuk
menjualnya, lalu menjualnya.20 pokok yang terdapat dalam Pasal 372
KUHP ditambah dengan unsur-unsur
d. Benda berada dalam kekuasaannya bukan khusus yang memberatkan. Bahwa
karena kejahatan pertanggungjawaban pidana terhadap
Dalam unsur ini pelaku harus sudah pelaku tindak pidana penggelapan dalam
menguasai barang dan barang itu oleh terdapat baik dalam ketentuan pidana
pemiliknya dipercayakan kepada pelaku, hingga umum dan ketentuan perundang-
barang ada pada pelaku secara sah bukan undangan pidana khusus.
karena kejahatan yang dimaksud dengan
pengertian kejahatan tidak diuraikan di dalam B. Saran
KUHP. Di dalam KUHP hanya terdapat kualifikasi 1. Agar pemerintah bekerjasama dengan
perbuatan mana yang dinyatakan sebagai badan-badan swasta atau lembaga swasta
perbuatan pidana. Perbuatan pidana ini mengadakan kerja sama dalam bidang
kemudian dibagi dalam dua klasifikasi, yaitu pengawasan dan pembinaan terhadap
yang dinamakan kejahatan dan pelanggaran. kinerja karyawan yang bekerja di
Dari segi kriminologi setiap tindakan atau perusahaan swasta.
perbuatan tertentu yang tidak disetujui oleh 2. Adanya berbagai penafsiran tentang
masyarakat diartikan sebagai kejahatan. Jadi lingkup penyalahgunaan jabatan membuat
setiap perbuatan anti sosial, merugikan, serta kesulitan dalam penegakan hukum bagi
meresahkan masyarakat secara kriminologis hakim terhadapa tindak pidana
dapat dikatakan sebagai kejahatan. penyalahgunaan jabatan yang berlaku
Masyarakatlah yang menilai perbuatan tersebut sekarang ini, sehinggga perlu untu
baik atau buruk.21 Perihal unsur berada dalam memperjelas dalam perundang-undangan
kekuasaannya adalah apabila antara orang itu yang berlaku sekarang ini terhadap indak
dengan benda terdapat hubungan yang pidana penyalahgunaan jabatan.
sedemikian eratnya, sehingga apabila ia akan
melakukan segala macam perbuatan terhadap DAFTAR PUSTAKA
benda itu ia dapat segera melakukannya secara Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, PT.
Rineka Cipta, Jakarta, 2008
19
H.A.K. Moch. Anwar, Op. Cit, Hal 36.
Bambang Poernomo, Asas-Asas Hukum Pidana,
20
Adami Chazawi, Op. Cit, Hal 78. Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985
21
Made Darma Weda, Kriminologi, PT.RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 1996, hal 12.

106
Lex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan


Hukum Pidana, Prenada Media Group,
Jakarta, 2008.
Bonger, W, A,. Pengantar Tentang Kriminologi,
P.T. Pembangunan Ghalia ndonesia,
Jakarta, 1982.
Chairul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa
Kesalahan Menuju Kepada Tiada
Pertanggungjawaban Pidana Tanpa
Kesalahan , Kencana Prenada Media,
Jakarta, 2006.
H.A.K. Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian
Khusus (KUHP Buku II), Alumni,
Bandung, 1980.
H.M. Ridwan & Ediwarman. S, Azas-Azas
Kriminologi, USU Press, Medan, 1994
Djoko Prakoso, Pembaharuan Hukum Pidana Di
Indonesia, Liberty, Yokyakarta, 1987.
Lamintang, P, A, F,. Dasar-dasar Hukum Pidana
Indonesia, P.T Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1997.
Martiman Prodjo Hamidjojo, Memahami
Dasar-Dasar Hukum Pidana, P.T Pradnya
Paramita, Jakarta, 1997.
Made Darma Weda, Kriminologi,
PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1996.
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka
Cipta, Jakarta, 2000.
Romli Kartasasmita, Teori dan Kapita Selekta
Kriminologi, Refika Aditama, Surabaya,
1992.
Sianturi, S, R,. Asas-Asas Hukum Pidana di
Indonesia Dan Penerapannya, Alumni
AHM, Jakarta, 1996.
Soerjono Soekanto, Kriminologi Suatu
Pengantar, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1985.
Soesilo, R,. Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, Politeia, Bogor, 1993.
Solichin Abdul Wahab., Analisis Kebijakan, Bumi
Aksara, Jakarta, 2010.
Topo Santoso, Eva Achjani Zulfa, Kriminologi,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001.

Peraturan Perudang-udangan, Internet


Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
www. Balitbangjateng. go. id/ kegiatan/
penelitian 2008/ b1_kkn.pdf,diakses
tanggal 20 januari 2017

107

Anda mungkin juga menyukai