Anda di halaman 1dari 9

PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

DISUSUN OLEH :

NAMA : INDRIANA HANIFAH

NIM : 061740611610

DOSEN PEMBIMBING :

LIZA UTAMA, S.H., M.H

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PROGRAM STUDI USAHA PERJALANNA WISATA

PALEMBANG

2017
PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT
Dalam suatu kegiatan ekonomi atau bisnis adanya suatu persaingan usaha antar pelaku
bisnis adalah hal yang biasa terjadi. Persaingan yang sehat akan berakibat positif bagi
para pelaku bisnis yang saling bersaing atau berkompetisi dalam upaya peningkatan
efisiensi, produktivitas dan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan. Namun jika
persaingan yang terjadi tidak sehat, akan dapat merusak perekonomian Negara yang
merugikan masyarakat. Maka dari itu sangat dibutuhkan hukum yang mengatur, pada
tanggal 5 Maret 1999 telah diundangkan Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangna Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Monopoli dan trust telah menjadi masalah yang krusial di dalam negeri ini. Salah satu
efek negative dari eksistensi usaha konglomerat adalah manakala dapat menimbulkan
monopoli pasar. Semakin besar suatu perusahaan maka semakin besar pula
kemungkinan monopolinya. Dengna menguasasi pangsa pasar yang lebih besar dan
menghambat para pengusaha pendatang baru yang umumnya merupakan pengusaha
menengah kebawah.

Dampak negative monopoli :

 Ketinggian harga. Karena tidak adanya kompetisi maka harga produk akan
tinggi yang akan menyebabkan inflasi sehongga merugikan masyarakat luas.
 Excess profit. Yaitu terdapatnya keuntungan di atas keuntungan normal karena
suatu monopoli. Karenanya, monopoli merupakan suatu pranata ketidakadilan.
 Eksplotasi. Ini dapat terjadi baik terhadap buruh dalam bentuk upah, terleih
terhadap konsumen, karena rendahnya mutu produk dan hilangnya hak pilih dari
konsumen.
 Pemborosan. Karena perusahaan monopoli cenderung tidak beroperasi pada
average cost yang minimum menyebabkan ketidakmmapuasn perusahaan dan
akhirnya cost tersebut akan ditanggung oleh konsumen.
 Entry barrier. Karena monopoli menguasai pangsa pasar yang besar, maka
perusahaan lain terhambat untuk bisa masuk ke bidang perusahaan tersebut, dan
pada gilirannya nanti akan mematikan usaha kecil.
 Ketidakmerataan pendapat. Hal ini karena timbulnya unsur akumulasi modal
dan pendapatan dari usaha monopoli.
 Bertentangan dengna pancasila dan UUD 1945. Bertentangna dengna sila ke
lima Pancasila dan Pasal 33 UUD 1945 yakni prinsip “usaha bersama”dan asar
“sebesar-besar kemakmuran rakyat”

Diberlakukannya UU antitrust telah membuktikan dapat menghalau praktek


monopoli dan bisnis tidak fair lainnya. Terdapat dua cara larangna yang
mestinya masing masing berlaku bersamaan menurut jenis perbuatan yang
dilarang.
1. Illegar per se. Beberapa untuk persaingan tidak fair, seperti penetapan
harga bersama antara perusahaan – perusahaan sejenis harus dianggap
dengna sendirinya bertentangan dengna hukum.
2. Rule of Reason. Terhadap beberapa bentuk persaingan tidak fair
lainnya, baru dianggap bertentangan dengan hukum jika akibatnya dapat
merugikan pesaing dan/atau konsumen. Dalam hal ini lebih ditekankan
dalam unsur material dan perbuatannya.

BEBERAPA PENGERTIAN

Pasal 1 butir 1 UU Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Yang dimaksud dengan monopoli adalah penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran
barang dan/atau jasa penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku usaha.

Pasal 1 butir 2 UU juga dikemukakan bahwa praktik monopoli adalah pemusatan


kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya
produksi dan/atau pemasaran atas barang dan/atau jasa tertentu sehingga menimbulkan
persaingan usaha tidak sehat dan bisa merugikan kepentingan umum.

Pasal 1 butir 3 ditentukan bahwa pemusatan kekuatan ekonomi adalah penguasaan yang
nyata atas suatu pasar bersangkutan oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat
menentukan harga barang dan/atau jasa.
Pasal 1 butir 4 dikatakan bahwa posisi dominan adalah keadaan dimana pelaku usaha
tidak mempunyai pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan
pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi di antara
pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan,
kemampuan akses pada pasokan, atau penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan
pasokan, atau permintaan barang atau jasa tertentu.

Pasal 1 butir 6 yang dimkasud dengan persaingna usaha tidak sehat adalah persaingan
antarpelkau usaha dalam menjalankna kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang
dan.atau jasa yang dilakukan dengna cara tidak jujur atau melawan hukum atau
menghambat persaingan usaha.

ASAS DAN TUJUAN

Menurut pasal 2 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat dikemukakan bahwa pelaku usaha di Indonesia dalam
menjalnakan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan memerhatikan
keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum. Tujuan dari
pembentukan Undang Undang tentan gLarangna Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat adalah :

a) Menjaga kepentingan umum dan meningkatakan efisiensi ekonomi nasional


sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
b) Mewujudkakn iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha
yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang
sama bagi pelaku usaha kecil, menengah dan besar.
c) Mencegah praktik monopoli dan/atau persaingna usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha.
d) Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha (Pasal3).

RUANG LINGKUP UNDANG – UNDANG LARANGAN PRAKTIK


MONOPOLI DAN PERSAINGNA USAHA TIDAK SEHAT.

a) PERJANJIAN YANG DILARANG


Perjanjian yang dilarang berupa :
 Penguasaan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa
(perjanjian oligopoly)
 Penetapan harga atau mutu suatu barang dan/atau jasa yang harus
dibayar oleh konsumen atau pelangan pada pasar bersangkutan yang
sama, penetapan harga secara diskriminatif terhadap barang dan/atau
jasa yang sama untuk pembeli yang berbeda, penetapan harga
dibawah harga pasar dan larangan menjual kembali barang atau jasa
di bawah harga pasar dan larangna menjual kembali barang atau jasa
yang dibeli dengan harga yang lebih rendah daripada harga yang
telah diperjanjikan.
 Pembahgian wilayah pemasaran
 Penghalangan untuk melakukan usaha yang sama baik untuk tujuan
pasar dalam negeri maupun luar negeri.
 Pengaturan produksi dan /atau pemasaran suatu barang dan/atau jasa
untuk memengaruhi harga
 Pembentukan gabungna perushaan atau perseroan yang lebih besar
dengan tetap menjaga atau mempertahankan kelangsungan hidup
masingmasing perusahaan.
 Pengusaanpembelian atau penerimaan pasokan agar dapat
mengendalikan harga atas barang atau jasa dalam pasar
bersangkutan
 Pengusaanproduksi sejumlah produk yang termasuk ke dalam
rangkaian produksi baran g atau jasa tertentu.
 Persyaratan bahwa pihak yang menerima barang atau jasa hanya
memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa tersebut
kepada pihak tertentuatau tempat tertentu.

b) KEGIATAN YANG DILARANG


 Penguasaan atas produksi dan pemasaran barang atau jasa
 Penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang atau
jasa dalam pasar bersangkutan
 Penolakan atau penghalangan pengusaha tertentu untuk melakukan
kegiatan usaha yang sama pada pasar yang bersangkutan.
 Pesengkokolan dengna pihak lain untuk mengatur dan menentukan
pememnang tender atau untuk mendapatkan informasi kegiatan
usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia
perusahaandan/atau menghambat produksi atau pemasaran barang
atau jasa.

c) POSISI DOMINAN
Dalam ketentuan pasal 25 ayat (2) Undang – Undang Larangna Praktik
Monopoli da Persaingan Usaha Tidak Sehat juga dilarang ditentukan bahwa
pelaku usaha memiliki potensii dominan apabila memenuhi kriteria :
 Satu pelaku usaha atau kelompok usaha mengusai 50% atau lebih
pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
 Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai
75% atau lebih pangsa pasar satu jenis barang dan atau jasa tertentu.

Posisi dominan bisa timbul melalui :

 Jabatan rangkap pada lebih dari satu perusahaan dalam pasar


bersangkutan uang sama atau memiliki keterkaitan yang erat dalam
bidang dan jenis usaha atau secara bersama sama menguasai pangsa
pasar produk tertentu ( pasal 26 )
 Pemilikan saham mayoritas pada perusahaan sejenis dengan bidang
usaha yang sama dan pasar yang sama (pasal 27)
 Penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan (pasal 28 dan pasal
29)

d) KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA


Untuk menjamin pelaksanaan ketentuan dalam Undang – Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat, maka diatur pula tentang pembentukan sebuah komisi
pengawas indpenden yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaaan
pemerintah dan atau lain yang disebut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (
KPPU ).
 Tugas KPPU
Dalam pasal 35 ditentukan tugas KPPU sebagai berikut :
 Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli.
 Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha atau tindakan
pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik
monopoli.
 Mealukakan penilaian terhadap ada atau tidaknya posisi
dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik
monopoli.
 Mengambil tindakan sesuai wewenang.
 Memberikan saran dan pertimbangna terhadap kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan praktik monopoli
 Menyusun pedoman atau publikasi yang berkaitan dengan
Undang – Undang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
 Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja jomisi
kepada presiden dan DPR.
 Wewenang KPPU
 Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku
masyarakat tentang digaan terjadinya praktik monopoli.
 Melakukan penelitian tentang adanya kegiatan usaha dan
tindakan pelaku usaha yang mengakibatkan terjadinya
praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat.
 Melakukan penyelidikan praktik monopoli atau pemeriksaan
terhadap kasus dugaa praktik monopoli atau persaingan
usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau oleh
pelaku usaha atau yang ditentukan oleh komisi sebagai hasil
dari penelitiannya.
 Menyimpulkan hasil penyelidikan atau pemeriksaan tentang
ada atau tidak praktik monopoli.
 Memanggil pelaku usaha yang diduga melakukan
pelanggaran.
 Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan undang – undang.
 Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan setiap
orang yang dianggap mengetahui pelanggaran.
 Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku
utama, saksi, saksi ahli atau setiap orang yang bersedia
memenuhi panggilan komisi.
 Meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam
kaitannya dengna penyelidikan dan atau pemeriksaan
terhadapa pelaku usaha yang melanggara ketentuan Undang
– Undang.
 Mendapatkan, meneliti dan menilai surat, dokumen atau alat
bukti lain.
 Memutuskan dan menetapkan ada atau tidaknya kerugian di
pihak pelaku usaha lain atau masyarakat.
 Memberitahukan peraturan komisi kepada pelaku usaha yang
diduga melakukan pelanggaran.
 Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administrative kepada
pelaku usaha yang melanggar.
Daftar Pustaka

Saliman, A. R. 2017. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan (Keenam). Jakarta:


Kencana

Fuay, M. 1994. HUkum Bisnis Dalam Teori dan Praktek Buku Kedua.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Anda mungkin juga menyukai