PERSAINGAN USAHA
RIZKA FARDY S.H., M.H.
ADVOKAT
Monopoli
[Pasal 17]
Ciri-ciri:
Barang dan/atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya; atau
Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam
persaingan usaha barang dan/atau jasa yang sama;
Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih
dari 50% pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu
KEGIATAN YANG DILARANG OLEH UU NO. 5
TAHUN 1999
Akibat Monopoli
Mengakibatkan penggunaan sumber daya yang tidak ekonomis;
Melakukan eksploitasi terhadap konsumen dengan tingkat harga,
melalui produksi yang lebih rendah;
Membuka kesempatan untuk memberikan upah yang rendah pada
tenaga kerja, dalam kondisi kerja yang buruk;
Menekan persaingan dan menyebabkan pengelolaan tidak efesien;
Mengurangi arus investasi, dapat pula meniadakan rangsangan
inovasi;
KEGIATAN YANG DILARANG OLEH UU NO. 5
TAHUN 1999
Akibat Monopoli
Dalam berproduksi menghindari kapasitas penuh;
Memperlambat penyesuaian dalam perubahan ekonomi, misalnya
ada ketegaran harga dan merangsang adanya ketidak stabilan;
Memperlambat perbaikan tingkat kehidupan;
Memperburuk distribusi pendapatan melalui penentuan laba yang
tinggi, dan konsentrasi kekayaan.
KEGIATAN YANG DILARANG OLEH UU NO. 5
TAHUN 1999
Monopsoni
[Pasal 18]
Penguasaan Pasar
[Pasal 19 - 21]
Persekongkolan
[Pasal 22 - 24]
Posisi Dominan
[Pasal 25]
Jabatan Rangkap
[Pasal 26]
Pemilikan Saham
[Pasal 27]
a. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih
dari 50% pangsa pasar pada satu jenis barang atau jasa.
b. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai
lebih dari 75% pangsa pasar pada satu jenis barang atau jasa.
PADA AWAL TAHUN 2022, KPPU DIKETAHUI TENGAH MENGERUCUTKAN PENYELIDIKAN DUGAAN KARTEL MINYAK
GORENG KEPADA DELAPAN KELOMPOK USAHA YANG DINILAI MENGUASAI SEKITAR 70 PERSEN PASAR DOMESTIK
SELAMA DUA TAHUN TERAKHIR. KPPU TELAH MENEMUKAN SATU BUKTI, ALAT BUKTI TERSEBUT SAAT INI STATUSNYA
MASUK KE TAHAP PENYELIDIKAN, TERDAPAT PELANGGARAN PADA 3 PASAL YAITU PASAL 5 TENTANG PENETAPAN
HARGA, PASAL 11 TENTANG KARTEL, DAN PASAL 19 HURUF C TENTANG PENGUASAAN PASAR MELALUI PEMBATASAN
PEREDARAN.
KINI, KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) MENINGKATKAN STATUS PENEGAKAN HUKUM ATAS KASUS
MINYAK GORENG DARI TAHAPAN PENYELIDIKAN KE TAHAPAN PEMBERKASAN. PENINGKATAN STATUS ATAS KASUS
TERSEBUT DIPUTUSKAN DALAM RAPAT KOMISI YANG DIGELAR DI KANTOR PUSAT KPPU, JAKARTA.
KPPU TELAH MULAI MELAKUKAN PENYELIDIKAN ATAS KASUS INI SEJAK 30 MARET 2022 DENGAN NOMOR REGISTER
NO. 03-16/DH/KPPU.LID.I/III/2022 TENTANG DUGAAN PELANGGARAN UU NO. 5 TAHUN 1999 (UU 5/99) TERKAIT
PRODUKSI DAN PEMASARAN MINYAK GORENG DI INDONESIA. UNTUK MELENGKAPI ALAT BUKTI YANG ADA, KPPU
TELAH MEMANGGIL PARA PIHAK YANG BERKAITAN DENGAN DUGAAN, SEPERTI PRODUSEN MINYAK GORENG,
ASOSIASI, PELAKU RITEL, DAN SEBAGAINYA.
BERDASARKAN HASIL PENYELIDIKAN, KPPU MENCATAT BAHWA TERDAPAT 27 (DUA PULUH TUJUH) TERLAPOR DALAM
PERKARA TERSEBUT YANG DIDUGA MELANGGAR 2 (DUA) PASAL DALAM UU 5/1999, YAKNI PASAL 5 (TENTANG
PENETAPAN HARGA) DAN PASAL 19 HURUF C (TENTANG PEMBATASAN PEREDARAN ATAU PENJUALAN BARANG/JASA).
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
Tugas (Pasal 35 UU No. 5 Tahun 1999)
Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam
Pasal 4 sampai dengan Pasal 16;
Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 24;
Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi dominan
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 25 sampai dengan Pasal 28;
Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang KPPU sebagaimana diatur dalam Pasal
36;
Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang berkaitan
dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan Undang-Undang ini;
Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja KPPU kepada Presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat.
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
Wewenang (Pasal 36 UU No. 5 Tahun 1999)
Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku
usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat;
Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku
usaha atau yang ditemukan oleh KPPU sebagai hasil dari penelitiannya;
Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau tidak adanya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
undang-undang ini;
Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan setiap orang yang dianggap
mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini;
Meminta bantuan penyidik untuk meghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli atau setiap
orang yang tidak bersedia memenuhi panggilan KPPU;
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
Wewenang (Pasal 36 UU No. 5 Tahun 1999)
Meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam kaitannya dengan penyelidikan
dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-
undang ini;
Mendapatkan, meneliti dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna
penyelidikan dan atau pemeriksaan;
Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak pelaku usaha
lain atau masyarakat;
Memberitahukan putusan KPPU kepada pelaku usaha yang diduga melakukan praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang
melanggar ketentuan Undang-undang ini.
Sanksi Tindakan Administratif, Pasal 6 PP No. 44 tahun
2021:
Penetapan pembatalan perjanjian;
Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi vertikal;
Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang terbukti
menimbulkan praktek monopoli dan/atau menyebabkan persaingan usaha tidak sehat
dan/atau merugikan masyarakat;
Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalahgunaan posisi dominan;
Penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha dan
pengambilalihan saham;
Penetapan pembayaran ganti rugi;
Pengenaan denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00 dan setinggi-tingginya
50% dari laba bersih yang dihasilkan oleh pelaku usaha di pasar bersangkutan pada
saat terjadinya pelanggaran atau 10% dari total penjualan dalam pasar relevan selama
kurun waktu terjadinya pelanggaran. [Pasal 12 PP No. 44 tahun 2021]
PROSES PENANGANAN PERKARA PERSAINGAN USAHA
sumber:
www.kppu.go.id
PROSES PENANGANAN PERKARA PERSAINGAN USAHA
Penyelidikan
1. Pengumpulan bukti-bukti Jangka waktu 30 hari [Pasal 39 ayat (1)]
2. Untuk menetapkan perlu atau tidaknya dilakukan pemeriksaan lanjutan [Pasal 39
ayat (1)]
ALUR PERKARA DI KPPU
sumber:
www.kppu.go.id
ALUR PERKARA DI KOMISI PENGAWAS
PERSAINGAN USAHA
Pemeriksaan Pendahuluan:
Jangka waktu 60 hari dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari [Pasal 43 ayat (1) dan
(2)]
KPPU wajib melakukan pemeriksaan terhadap pelaku usaha yg dilaporkan [Pasal 39 ayat
(2)]
KPPU wajib menjaga kerahasian informasi yg diperoleh dari pelaku usaha yg dikatagorikan
rahasia perusahaan [Pasal 39 ayat (3)]
KPPU dapat mendengarkan keterangan saksi, saksi ahli atau pihak lain [Pasal 39 ayat (4)]
Pemeriksaan Lanjutan
Pelaku usaha dan atau pihak lain yg diperiksa wajib menyerahkan alat bukti yg diperlukan
dalam penyelidikan & pemeriksaan [Pasal 41 ayat (1)]
Pelaku usaha dilarang menolak diperiksa, memberikan informasi atau menghambat proses
pemeriksaan [Pasal 41 ayat (2) UU No.5/1999]
KPPU dapat menyerahkan kepada penyidik untuk dilakukan penyidikan sesuai dgn
ketentuan yg berlaku apabila pelaku usaha melanggar ketentuan di atas [Pasal 41 ayat (3)
UU No.5/1999]
ALUR PERKARA DI KOMISI PENGAWAS
PERSAINGAN USAHA
Pemeriksaan Lanjutan
Alat bukti pemeriksaan KPPU (Pasal 42 UU No.5/1999)
Keterangan saksi
Keterangan ahli
Surat dan atau dokumen
Petunjuk
Keterangan pelaku usaha
Putusan
Selambat-lambatnya 30 hari terhitung sejak selesainya pemeriksaan lanjutan [Pasal 43
ayat (3)]
Harus dibacakan dalam suatu sidang yang dinyatakan terbuka untuk umum dan segera
diberitahukan kepada pelaku usaha [Pasal 43 ayat (4)]
PENANGANAN PERKARA SECARA ELEKTRONIK
Sehubungan dengan upaya pengendalian pandemi Covid-19, KPPU bertujuan
mengoptimalkan penggunaan proses elektronik sehubungan dengan
kegiatannya. Oleh karena itu, KPPU menerbitkan Peraturan Komisi
Pengawasan Persaingan Usaha No. 1 Tahun 2020 tentang Penanganan Perkara
Secara Elektronik, yang salah satunya meliputi penanganan perkara
persaingan usaha.
Peraturan ini lebih lanjut menjelaskan ketentuan yang berkaitan dengan
penggunaan media, domisili dan dokumen elektronik untuk jenis perkara a)
Perkara Persaingan usaha yang berasal dari dugaan pelanggaran; b) perkara
yang berasal dari keterlambatan pemberitahuan penggabungan, peleburan
atau pengambilalihan badan usaha; dan c) perkara kemitraan.
PENANGANAN PERKARA SECARA ELEKTRONIK
Penggunaan media, domisili dan dokumen elektronik selama proses
penanganan kasus adalah sebagai berikut:
1. Laporan disampaikan melalui laman KPPU atau melalui e-mail, sedangkan
klarifikasi diproses melalui media elektronik KPPU. Namun, proses tersebut
tidak berlaku bagi penanganan perkara yang melibatkan keterlambatan
pemberitahuan;
2. Pemanggilan untuk para pihak disampaikan dalam bentuk dokumen
elektronik ke alamat e-mail pihak tersebut;
3. Pemeriksaan para pihak dilakukan melalui penggunaan media elektronik;
4. Permintaan, penyampaian dan/atau penerimaan alat bukti dalam bentuk
dokumen elektronik diproses melalui email;
5. Pengambilan sumpah oleh saksi dan ahli wajib dilakukan melalui
telekonfrensi visual, sedangkan seluruh proses terkait wajib dipandu oleh
investigator dan saksi dan ahli tersebut wajib dilengkapi dengan alat yang
memadai untuk proses pengambilan sumpah;
6. Persetujuan berita acara yang terdiri dari informasi pihak-pihak yang
terlibat disampaikan kepada investigator melalui domisili elektronik.
PENANGANAN PERKARA SECARA ELEKTRONIK
Prosedur Sidang Elektronik Majelis KPPU
Pemanggilan Para Pihak
Majelis KPPU akan menetapkan jadwal sidang dengan memperhatikan laporan perkara dan
respon terkait.
Majelis KPPU akan menyampaikan jadwal kepada terlapor dan investigator melalui media
elektronik.
Majelis KPPU kemudian memanggil pihak terkait melalui media elektronik.
Sidang
Dokumen yang berkaitan dengan persidangan dapat dipertukarkan secara elektronik
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Disampaikan pada hari saat sidang dilaksanakan;
2. Setelah menerima dan memeriksa dokumen, Majelis KPPU dapat mengungkapkan dan/atau
meneruskan dokumen kepada pihak yang terlibat melalui media elektronik;
3. Terlapor dan/atau investigator yang tidak menyampaikan dokumen elektronik yang
diperlukan dianggap tidak menggunakan hak mereka; dan
4. Jika sidang dilakukan dengan telekonferensi visual, maka panitera wajib mencatat
persidangan dan menyiapkan berita acara sidang.
Pengambilan sumpah saksi dan ahli dilakukan melalui telekonferensi visual yang dipandu
oleh Majelis KPPU.
Majelis KPPU akan mengumumkan jadwal untuk menyampaikan putusan kepada terlapor
dan investigator melalui media elektronik dan mempublikasikan jadwal tersebut melalui
website resmi.
PENANGANAN PERKARA SECARA ELEKTRONIK
Penyampaian Putusan
Majelis KPPU dapat menyampaikan dan lebih lanjut menyampaikan
putusan kepada para pihak melalui media elektronik. Putusan tersebut
dianggap telah diumumkan di pengadilan di muka umum.
Majelis KPPU juga akan mengumumkan putusan melalui laman KPPU.
PENGAJUAN KEBERATAN DI PENGADILAN NIAGA