Anda di halaman 1dari 15

Inisiasi Tuton ke – 8

Mata Kuliah : Tindak Pidana Korupsi


Program Studi : Ilmu Hukum
Fakultas : HISIP
Penulis : Elizabeth Ghozali
Email : ibethghoz@gmail.com
Penelaah : Dewi Mutiara
Emai : Dewim@ecampus.ut.ac.id
PERAN SERTA MASYARAKAT DAN UPAYA NON PENAL
DALAM MEMBERANTAS TINDAK PIDANA KORUPSI

PERAN SERTA MASYARAKAT

 Peran serta masyarakat dalam pemberantasan tindak pidana korupsi diatur dalam Pasal 41 dan
Pasal 42 UU No. 31 Tahun 1999.
 Latar belakang diaturnya peran serta masyarakat dalam UU No. 31 tahun 1999 adalah karena
korupsi menyebabkan krisis kepercayaan. Korupsi di berbagai bidang pemerintahan
menyebabkan kepercayaan dan dukungan terhadap pemerintahan menjadi minim, padahal tanpa
dukungan rakyat program perbaikan dalam bentuk apapun tidak akan berhasil. Sebaliknya jika
rakyat memiliki kepercayaan dan mendukung pemerintah serta berperan serta dalam
pemberantasan korupsi maka korupsi bisa ditekan semaksimal mungkin.
 Berkenaan dengan hak masyarakat dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta
Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
 PP No. 71 Tahun 2000 dibentuk untuk:
o mengatur lebih jauh tata cara pelaksanaan peran serta masyarakat sehingga
apa yang diatur di dalam undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut
pada dasarnya memberikan hak kepada masyarakat untuk mencari,
memperoleh, dan memberikan informasi tentang dugaan korupsi serta
menyampaikan saran dan pendapat maupun pengaduan kepada penegak
hukum (polisi, jaksa, hakim, advokat, atau kepada KPK).
o memberikan semacam penghargaan kepada anggota masyarakat yang telah
berperan serta memberantas tindak pidana korupsi yaitu dengan cara
memberikan penghargaan dan semacam premi.
 Beberapa bentuk dukungan masyarakat yang diatur dalam PP No. 71 Tahun 2000 adalah:
o Mengasingkan dan menolak keberadaan koruptor.
o Memboikot dan memasukkan nama koruptor dalam daftar hitam.
o Melakukan pengawasan lingkungan.
o Melaporkan adanya gratifikasi.
o Melaporkan adanya penyelewengan penyelenggaraan negara.
o Berani memberi kesaksian.
o Tidak asal lapor atau fitnah.
UPAYA NON PENAL DALAM MEMBERANTAS TINDAK PIDANA KORUPSI

 Upaya non penal adalah suatu usaha atau tindakan di luar penggunaan hukum pidana yang
terdapat dalam upaya penanggulangan kebijakan kriminal.
 Kebijakan kriminal merupakan bagian integral dari upaya kebijakan sosial yang berorientasi
pada kesejahteraan sosial (social welfare) dan perlindungan sosial (social defence).
 Upaya non penal dalam pemberantasan tindak pidana korupsi lebih menitikberatkan pada sifat
preventif (pencegahan).
 Adapun langkah-langkah pencegahan adalah dengan:
o upaya menumbuhkan kesadaran anti korupsi  pemberian pendidikan anti korupsi
kepada seluruh anggota masyarakat sejak dini.
o Upaya mengembangkan budaya dan lingkungan anti korupsi  menanamkan nilai dan
prinsip anti korupsi dalam berbagai lini kehidupan masyarakat.
 Nilai-nilai anti korupsi:
o Kejujuran
o Kepedulian
o Kemandirian
o Kedisiplinan
o Tanggung jawab
o Kerja keras,
o Sederhana
o Keberanian, dan
o Keadilan.
Nilai-nilai dan Prinsip-prinsip Anti Korupsi

Nilai-nilai Anti Korupsi Prinsip-prinsip Anti Korupsi


•Akuntabilitas
• Kejujuran •Transparansi
• Kepedulian •Kewajaran
• Kemandirian •Kebijakan, dan
• Kedisiplinan •Kontrol kebijakan
• Tanggung jawab
• Kerja keras,
• Sederhana
• Keberanian, dan
• Keadilan.
DIMENSI UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST
CORRUPTION (UNCAC) DAN KAITANNYA DENGAN
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Kerjasama Internasional yang fokus terhadap korupsi, antara lain:


• Inter American Convention Against Corruption, 1996 (Konvensi Pemberantasan Korupsi
Antar Negara Amerika).
• The Convention on the Fights Against Corruption involving Officials of The European
Communities or Official of Member States of European Union, 1997 (Konvensi
Pemberantasan Korupsi yang melibatkan pejabat masyarakat Eropa atau pejabat-pejabat
negara anggota Uni Eropa).
• The Convention on Combating Bribery of Foreign Public Officials in International Business
Transaction, 1997 (Konvensi Pemberantasan Suap bagi pejabat publik asing dalam transaksi
bisnis internasional).
• The Criminal Law Convention on Corruption, 1999 (Konvensi Hukum Pidana mengenai
korupsi).
• The Civil Law Convention on Corruption, 1999 (Konvensi Hukum Sipil mengenai korupsi).
Kerjasama Internasional yang fokus terhadap korupsi, antara lain:

• The African Union Convention on Preventing and Combating Corruption, 2003 (Konvensi
Uni Afrika dalam mencegah dan memberantas Korupsi).
• The United Nations Against Transnational Organized Crime, 2003 (Konvensi PBB mengenai
Kejahatan Terorganisasi Transnasional).
Beberapa Dimensi UNCAC

 Dasar terkait kebijakan meratifikasi UNCAC  Konsideran Undang-Undang Nomor 7 Tahun


2006.
 Beberapa hal baru yang diatur dalam UNCAC antara lain:
o kerjasama hukum timbal balik (mutual legal assistance),
o pertukaran narapidana (transfer of sentence person),
o korupsi di lingkungan swasta (corruption in public sector),
o pengembalian aset hasil kejahatan (asset recovery).

 Ratifikasi dikecualikan (diterapkan secara bersyarat) terhadap ketentuan Pasal 66 ayat (2) tentang
Penyelesaian Sengketa. Diajukannya Reservation (pensyaratan) terhadap Pasal 66 ayat (2) adalah
berdasarkan pada prinsip untuk tidak menerima kewajiban dalam pengajuan perselisihan kepada
Mahkamah Internasional kecuali dengan kesepakatan Para Pihak.
 Beberapa kriminalisasi tindak pidana korupsi yang belum diatur dalam UU No.31 Tahun 1999 jo
UU No. 20 Tahun 2001:
o Penyuapan terhadap pejabat publik asing dan pejabat organisasi internasional publik
(Pasal 16 UNCAC);
o Memperdagangkan pengaruh (Pasal 18 UNCAC);
o Penyuapan di sektor swasta (Pasal 21 UNCAC);
o Penggelapan kekayaan di sektor swasta (Pasal 2 UNCAC);
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

• Diatur dalam UU No. 8 Tahun 2010.


• Salah satu unsur dari pencucian uang adalah uang kotor (dirty money).
• Uang kotor dapat diperoleh melalui 2 cara:
o Pengelakan pajak (tax evasion)
o Tindak pidana  narkotika, perjudian, terorisme, korupsi, pronografi, dsb.
• Hakikat TPPU adalah follow up crime TPPU adalah delik yang mengikuti/ melanjutkan tindak
pidana lain.
• Tindak pidana yang mendahului TPPU diistilahkan sebagai kejahatan inti (predicate offence / core
crime).
• .
Hubungan antara tindak pidana korupsi dengan TPPU:
o Hakikatnya adalah korupsi merupakan salah satu predicate crime dari ketentuan TPPU.
o Antara korupsi dan pencucian uang memang sangat terkait erat. Dana hasil korupsi
kebanyakan diarahkan untuk TPPU guna menghilangkan bukti.
o TPPU yang mensyaratkan terjadinya tindak pidananya dengan memerlukan pembuktian
dari unsur tindak pidana asal atau biasa disebut juga sebagai predicate offense. Sesuai
dengan teori no money laundering without core crime , yang berarti tidak ada kejahatan
pencucian uang tanpa adanya tindak pidana asal (predicate crime), maka kedua tindak
pidana ini harus dibuktikan karena keduanya adalah kejahatan yang saling terkait.
 Dari Pengaturan UU TPPU juga memiliki masalah sendiri, misalnya dalam Pasal 69 UU TPPU
yang menegaskan bahwa untuk dapat dilakukan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di
sidang pengadilan terhadap tindak pidana pencucian uang tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu
tindak pidana asalnya.
 Kata-kata tidak wajib inilah yang sering menjadi permasalahan ketika memproses penindakan
kejahatan pencucian uang. Sebab Pasal 69 ini terkesan tidak sejalan dengan asas yang dianut
dalam UU TPPU, yakni kejahatan pencucian uang ini merupakan kejahatan yang berasas
kriminalitas ganda.
 Penegasan TPPU sebagai bentuk kejahatan yang berdimensi kriminalitas ganda sesungguhnya
dapat dilihat dalam beberapa rumusan pasal di UU TPPU.
 Pasal 3 – 5 UU TPPU menjelaskan bahwa tindak pidana ini memiliki karakteristik khusus yang
merupakan follow up crime atau supplementary crime , yaitu kejahatan yang menjadi kelanjutan
dari adanya suatu tindak pidana asal (predicate crime)/ unlawful activity yang telah dilakukan
terlebih dahulu untuk memperoleh harta kekayaan. Artinya, kejahatan pencucian uang (follow up
crime / supplementary crime) sangatlah bergantung pada terjadinya tindak pidana asal, meskipun
seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa kejahatan-kejahatan ini merupakan kejahatan
yang berdiri sendiri (as seperate crime) .

Anda mungkin juga menyukai