Oleh:
Mengetahui,
Peserta Coach
Menyetujui,
Penguji
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan pada hukum
(Rechtstaat), hal ini ditegaskan secara eksplisit dalam Penjelasan Umum Undang-
Undang Dasar 1945 bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan pada hukum
(Rechtsstaat) dan tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machsstaat). Dalam
suatu negara hukum, kedudukan hukum merupakan kedudukan tertinggi diatas
segalanya. Oleh karena itu setiap penyelenggaraan kekuasaan harus tunduk dan
patuh terhadap hukum. Dengan konsep negara hukum, maka norma hukum
mengikat bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali termasuk
penyelenggara negara itu sendiri.
Dalam hukum dikenal asas fiksi hukum, menurut Dr. Riki Perdana Raya
Waruwu, S.H., M.H. (Hakim Yustisial pada Biro Hukum dan Humas MA), Asas
Fiksi Hukum beranggapan bahwa ketika suatu peraturan perundang-undangan telah
diundangkan maka pada saat itu setiap orang dianggap tahu (presumption iures de
iure) dan ketentuan tersebut berlaku mengikat sehingga ketidaktahuan seseorang
akan hukum tidak dapat membebaskan/memaafkannya dari tuntutan hukum
(ignorantia jurist non excusat). 1 Keberadaan asas fiksi hukum, telah dinormakan di
dalam penjelasan Pasal 81 ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang berbunyi: “Dengan
diundangkannya Peraturan Perundang-undangan dalam lembaran resmi
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini, setiap orang dianggap telah
mengetahuinya”.2 Dengan demikian pemerintah selaku penyelenggara
pemerintahan bersama-sama dengan masyarakat harus secara konsisten dan
berkesinambungan membangun pemahaman masyarakat terhadap norma hukum
dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga pemahaman
dan kesadaran hukum masyarakat dapat mengantarkan hukum menuju singgasana
puncak yakni supremasi hukum.
1
Waruwu, Riki Perdana Raya. “Penerapan Asas Fiksi Hukum Dalam Perma”. 3
https://jdih.mahkamahagung.go.id/index.php/beranda/kegiatan/9-kegiatan/139-penerapan-asas-fiksi-
hukum-dalam-perma. (Diakses pada tanggal 18 November 2021).
2
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Penjelasan Pasal 81.
Sasaran peningkatan pemahaman dan kesadaran hukum tidak hanya berlaku
bagi masyarakat secara khusus saja, akan tetapi berlaku juga bagi pejabat dan
aparatur negara baik dari tingkat pusat, daerah, sampai ke tingkat aparatur desa.
Bukan suatu hal yang tabu, pelanggaran terhadap norma hukum seringkali
dilakukan oleh aparatur negara baik dari tingkat pusat sampai ke tingkat desa,
khususnya pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan tentang
tindak pidana korupsi. Oleh karena itu pemahaman dan kesadaran hukum aparatur
negara perlu ditingkatkan agar dapat menjadi teladan bagi masyarakat.
Dalam rangka peningkatan pemahaman dan kesadaran hukum masyarakat,
kegiatan pembinaan hukum yang diantaranya adalah kegiatan penyuluhan hukum
sangat perlu dilakukan oleh berbagai pihak khususnya oleh Pemerintah selaku
penyelenggara negara. Secara formal kegiatan penyuluhan hukum dilaksanakan
oleh Pegawai Negeri Sipil dengan Jabatan Penyuluh Hukum berdasarkan ketentuan
dalam Permenpan RB Nomor 3 Tahun 2014 dengan pola penyuluhan hukum yang
telah diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor:
M-01.PR.08.10 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia RI Nomor; m-01.PR.08.10 Tahun 2006 tentang Pola
Penyuluhan Hukum.
Dalam melakukan kegiatan penyuluhan hukum agar dapat berjalan baik dan
tepat sasaran diperlukan adanya suatu perencanaan yang sistematis dan terukur.
Oleh karena itu penulis mencoba menyusun Laporan Project Assignment ini untuk
pemenuhan tugas laporan akhir Pelatihan Penyuluh Hukum Ahli Pertama Angkatan
Pertama Tahun 2021 yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, sebagai bentuk
perencanaan kegiatan penyuluhan hukum secara terukur dan sistematis yang akan
dilakukan di wilayah Kecamatan Legonkulon Kabupaten Subang dengan tema
“PENINGKATAN KESADARAN HUKUM APARATUR DESA DAN
MASYARAKAT DESA DALAM MEMBANGUN DESA ANTI KORUPSI”.
Hal ini perlu dilakukan karena berdasarkan data peta permasalahan hukum
yang penulis dapatkan, kasus dugaan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh
aparatur desa/kelurahan di wilayah Kecamatan Legonkulon Kabupaten Subang 4
cukup tinggi.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud penyusunan Laporan Project Assignment ini adalah sebagai berikut:
a. sebagai pedoman perencanaan program kegiatan penyuluhan hukum di
wilayah Kecamatan Legonkulon Kabupaten Subang agar dapat dilaksanakan
secara terukur dan tepat sasaran;
b. untuk mempermudah penyuluh hukum dalam mengidentifikasi permasalahan
hukum yang ada di wilayah kecamatan legonkulon kabupaten subang; dan
c. sebagai acuan bagi penyuluh hukum dalam menentukan strategi, pemilihan
materi, dan penerapan metode penyuluhan hukum yang akan dilaksanakan.
2. Tujuan penyusunan Laporan Project Assignment ini adalah sebagai berikut:
a. untuk memberikan gambaran jelas mengenai rencana kegiatan penyuluhan
hukum dan permasalahan hukum yang ada di wilayah Kecamatan
Legonkulon Kabupaten Subang; dan
b. sebagai salah satu syarat kelulusan dalam Pelatihan Penyuluh Hukum Ahli
Pertama Tingkat Pertama Tahun 2021.
C. DASAR PELAKSANAAN
Peraturan Perundang-undangan yang dijadikan penulis sebagai dasar
pelaksanaan dalam program kegiatan penyuluhan hukum di wilayah kecamatan
legonkulon kabupaten subang ini, adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
3. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi;
5. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor: M-01.PR.08.10
Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI Nomor; m-01.PR.08.10 Tahun 2006 tentang Pola Penyuluhan
Hukum;
6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
5
Nomor 3 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum dan Angka
Kreditnya.
BAB II
PROGRAM PENINGKATAN KESADARAN HUKUM APARATUR DESA DAN
MASYARAKAT DESA DI WILAYAH KECAMATAN LEGONKULON
KABUPATEN SUBANG
2. Data Demografis
Penyajian data demograsi sangat dibutuhkan untuk menentukan sasaran atau
segmentasi peserta yang akan diberikan penyuluhan hukum, yang disesuaikan
dengan materi penyuluhan yang akan disampaikan oleh narasumber. Dengan 6
3
Sumarli, Lily. https://www.kupasmerdeka.com/2020/05/diduga-selewengkan-dana-siltap-dan-dana-
desa-hingga-ratusan-juta-tiga-pjs-kades-bobos-dilaporkan-ke-polisi-kejaksaan-hingga-inspektorat/.
(diakses pada tanggal 18 November 2021).
4
S, Atang. https://peraknew.com/oknum-mantan-pjs-kades-mayangan-diduga-korupsi-dana-blt-dd/.
(Diakses pada tanggal 18 November 2021). 9
5
Tohir, M. https://bidiknasional.com/2019/08/21/dugaan-korupsi-mantan-kades-karang-mulya-
kabupaten-subang-dilaporkan-ke-polisi/. (Diakses pada tanggal 18 November 2021).
6
https://republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/09/01/08/24812-penyelundupan-raskin-
subang-libatkan-kepala-desa. (Diterbitkan pada Tanggal 8 Januari Tahun 2019).
a. tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Kepala Desa dan Perangkat Desa
menjadi permasalahan hukum yang menonjol di kecamatan legonkulon
kabupaten subang.
b. pola penyuluhan hukum terpadu secara langsung akan lebih efektif
dilaksanakan daripada penyuluhan hukum tidak langsung, karena
berdasarkan sajian data/informasi demografi mengenai tingkat pendidikan di
kecamatan legunkulon adalah sangat rendah.
c. segmentasi atau sasaran peserta penyuluhan hukum adalah kepala desa dan
perangkat desa sampai dengan tingkat rukun tetangga di kecamatan
legonkulon kabupaten Subang.
Transportasi dan
2. 50.000,- 70 orang 3.500.000,-
Akomodasi Peserta
Transportasi dan
Akomodasi
3. 500.000,- 2 orang 1.000.000,-
Pemateri/Narasumber
Instansi Terkait
TOTAL 5.800.000,-
C. Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Hukum
1. Tahap Persiapan
a. Langkah awal yang akan dilakukan dalam kegiatan penyuluhan ini adalah
melakukan koordinasi secara langsung dengan stakeholder terkait, yakni
pihak Kepolisian dan Kejaksaan di tingkat Kabupaten Subang. Kegiatan
koordinasi ini akan membahas mengenai pembagian materi yang akan
disampaikan dalam kegiatan penyuluhan terpadu yang akan dilaksanakan,
serta rangkaian acara yang akan dilaksanakan dalam kegiatan;
b. Penggandaan bahan/materi penyuluhan;
c. Persiapan dukungan sarana dan prasarana yang diperlukan.
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Pemilihan Metode
Kegiatan Penyuluhan Hukum Terpadu di wilayah Kecamatan legonkulon
Kabupaten Subang akan dilaksanakan dengan pola penyuluhan hukum secara
langsung dengan memperhatikan protokol kesehatan yang disesuaikan dengan
ketentuan level Pengaturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat
(PPKM) yang berlaku. Kegiatan akan diselenggarakan oleh penyuluh hukum
dan Sub Bidang Dokumentasi dan Penyuluhan Hukum pada Bagian Hukum
Sekretariat Daerah Kabupaten Subang sebagai panitia penyelenggara.
Dalam hal kegiatan penyuluhan hukum tidak dapat dilaksanakan secara
bertatap muka langsung dikarenakan situasi pandemi covid19 yang tidak
menentu, maka kegiatan penyuluhan hukum akan dilaksanakan secara daring
melalui media elektronik berupa zoom meeting.
b. Pendekatan Yang Digunakan
Pendekatan yang akan digunakan adalah melalui pendekatan Persuasif,
Edukatif, Komunikatif, dan Akomodtif (PEKA), dengan menitik beratkan
pada pendekatan Persuasif dan Akomodatif.
Maksud penitikberatan pada pendekatan Persuasif adalah agar pemateri
dapat meyakinkan peserta sehingga mereka dapat tertarik dan menaruh
perhatian serta minat terhadap materi tindak pidana korupsi yang
12
disampaikan. Sedangkan maksud penitikberatan pada pendekatan Akomodatif
agar peserta dapat menyampaikan beberapa permasalahan yang dihadapinya
dengan leluasa terkait permasalahan hukum terkait tindak pidana korupsi,
yang selanjutnya akan ditampung dan diberikan solusi atas permasalahan
tersebut oleh pemateri secara komprehensif.
Melalui beberapa pendekatan tersebut, penulis berharap agar setelah
kegiatan penyuluhan hukum dilaksanakan, peserta dapat menginternalisasi
materi yang telah disampaikan sehingga peningkatan kesadaran hukum
aparatur desa dan masyarakat desa di wilayah kecamatan legonkulon dapat
tercapai.
c. Pokok-Pokok Materi Yang Akan Disampaikan
Pokok-pokok materi yang akan disampaikan oleh penulis dalam kegiatan
penyuluhan hukum terpadu, meliputi:
1) Upaya-upaya pencegahan Tindak Pidana Korupsi Bagi Aparatur Sipil
Negara;
2) Akan Bahasan terkait:
a) Ruang Lingkup Penyelenggaraan Negara;
b) Pengertian Tindak Pidanas Korupsi;
c) Pengertian Gratifikasi;
d) Contoh-contoh Gratifikasi;
e) Ketentuan Pidana Tindak Pidana Korupsi;
d. Susunan Acara
Tabel 3.2 Susunan Acara Kegiatan Penyuluhan Hukum Terpadu
Penanggung
Waktu/WIB Acara Pemateri
Jawab Acara
Registrasi
09.00 - Panitia
Peserta
Menyanyikan
Lagu
ditunjuk oleh panitia
Indonesia
09.30-10.30 Raya MC
Pembukaan Kepala Bagian Hukum
Sambutan Camat Legonkulon
Doa Tokoh Agama Setempat 13
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dalam Laporan Project Assignment yang telah
penulis sampaikan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Kepala Desa dan Perangkat Desa
menjadi permasalahan hukum yang menonjol di kecamatan legonkulon
kabupaten subang, sehingga segmentasi peserta yang menjadi sasaran dalam
kegiatan penyuluhan hukum di wilayah kecamatan legonkulon kabupaten
subang terdiri dari unsur kepala desa, perangkat desa, unsur BPD dan unsur
lembaga kemasyarakatan.
2. Pola penyuluhan hukum terpadu secara langsung dengan melibatkan unsur
kepolisian dan kejaksaan sebagai pemateri, akan lebih efektif untuk
dilaksanakan daripada pola penyuluhan hukum tidak langsung, karena
berdasarkan sajian data/informasi demografi mengenai tingkat pendidikan di
kecamatan legunkulon adalah sangat rendah, sehingga tidak memungkinkan
dilakukan penyuluhan tidak langsung atau secara daring/online.
B. Saran
1. Mengingat pentingnya program pembangunan hukum nasional dalam rangka
meningkatkan pemahaman dan kesadaran hukum masyarakat termasuk
meningkatkan pemahaman dan kesadaran hukum aparatur negara itu sendiri,
penyuluh hukum sebagai stakeholder penyebarluasan informasi hukum dapat
menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait baik dengan unsur penegak
hukum, tokoh masyarakat dan media massa agar dapat secara konsisten dan
berkesinambungan melakukan kegiatan penyebarluasan informasi hukum
kepada masyarakat demi terciptanya budaya taat hukum dalam masyarakat.
2. Kepada penyuluh hukum dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan hukum di
wilayahnya agar dapat melakukan penyusunan pemetaan dan perencanaan
kegiatan penyuluhan hukum dengan baik dan sistematis, agar pelaksanaan
penyuluhan hukum dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran sesuai dengan
15
tujuan penyuluhan hukum itu sendiri, yakni peningkatan pemahaman dan
kesadaran hukum masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Peraturan Perundang-undangan:
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor: M-01.PR.08.10 Tahun
2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
RI Nomor; m-01.PR.08.10 Tahun 2006 tentang Pola Penyuluhan Hukum.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 3
Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum dan Angka Kreditnya.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015 tentang Pengangkatan
Dan Pemberhentian Perangkat Desa.
Bahan Tayang Materi Pencegahan Tindak Pidana Korupsi bagi Aparatur Negara.
17