Henry Felix – 2015-012-001 Axel Wibawa – 2015-012-002 Kevin Timotius – 2015-012-003 Irene Irawan – 2015-012-004 Emely Margret – 2015-012-005 Arbaleta Griselda – 2015-012-006 Gabriella Nadiaputri – 2015-012-007 Gideon Hendro – 2015-012-008 Jason Benedikto - 2015-012-009 Rhesti - 2015-012-530 LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi harus diarahkan pada terwujudnya kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Setiap orang yang berusaha di Indonesia harus berada dalam situasi persaingan yang sehat. Kenyataannya, perkembangan usaha swasta selama periode tersebut terganggu dengan kebijaksanaan pemerintah yang kurang tepat sehingga pasar terganggu dan kondisi persaingan usaha menjadi tidak sehat. Pelaku usaha yang dekat dengan elit kekuasaan mendapatkan kemudahan yang berlebihan sehingga berdampak pada kesenjangan sosial. LATAR BELAKANG Memperhatikan situasi yang demikian, maka perlu penataan kembali kegiatan usaha di Indonesia agar dunia usaha dapat tumbuh serta berkembang secara sehat dan benar, serta terhindar dari persaingan tidak sehat dan dari pemusatan kekuasaan ekonomi pada perorangan atau kelompok tertentu. Untuk itu, pada tahun 1999, disusunlah UU Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat yang mengatur tentang larangan bentuk praktik monopoli dan persaingan tidak sehat yang merugikan masyarakat dan bertentangan dengan cita-cita keadilan sosial. LATAR BELAKANG UU No. 5 Tahun 1999 tentang larangan Praktik monopoli dan persaingan tidak sehat mengandung 6 bagian: 1. Perjanjian yang dilarang 2. Kegiatan yang dilarang 3. Posisi dominan 4. Komisi Pengawas Persaingan Usaha 5. Penegakan hukum 6. Ketentuan lain PENGERTIAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT
Menurut UU No. 5 Tahun 1999:
Monopoli: penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau penggunaan jasa tertentu oleh pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha. Praktik Monopoli: pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan/atau pemasaran atas barang dan/jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan yang tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. Pemusatan kekuatan ekonomi: penguasaan yang nyata atas suatu pasar bersangkutan oleh satu atau lebih selaku usaha sehingga dapat menentukan harga barang dan/atau jasa. Posisi dominan: keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing dalam arti dalam pasar yang bersangkutan, pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi di antara pesaingnya. Pelaku usaha: setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Indonesia, baik sendiri maupun bersama- sama sesuai perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam bidang ekonomi. Persaingan: dua orang (pihak) atau lebih yang masing-masing berupaya untuk saling mengungguli. Persaingan tidak sehat: persaingan antar pelak usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha yang sehat. Ciri-ciri persaingan sehat: 1. Terdapat banyak pembeli atau penjual. 2. Produk yang ditawarkan bersifat homogen. 3. Tidak ada larangan masuk pasar. 4. Memperoleh informasi yang cukup terhadap keadaan pasar. ASAS Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum. TUJUAN Melindungi kepentingan masyarakat serta meningkatkan efisiensi ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Mewujudkan iklim usaha yang sehat sehingga setiap pengusaha mempunyai hak yang sama baik pengusaha kecil, menengah, maupun besar. Mencegah praktik monopoli dan/atau persaingan tidak sehat. Terwujudnya efektifitas dan efisiensi dalam usaha. LARANGAN DIATUR DALAM PERUNDANGAN-PERUNDANGAN:
1. Oligopoli, Oligopsoni 2. Penetapan harga 3. Pembagian wilayah 4. Pemboikotan 5. Kartel 6. Trust 7. Integrasi vertical 8. Perjanjian tertutup 9. Perjanjian dengan pihak luar negeri OLIGOPOLI
Perjanjian dibuat oleh para pelaku usaha untuk melakukan
penguasaan barang hasil produksi sehingga terjadi monopoli dan atau persaingan tidak sehat apabila terdiri dari 2 orang atau lebih dari 75% pangsa pasar. OLIGOPSONI
Perjanjian antara pelaku usaha bersama-sama menguasai pembelian
dan penerimaan pasokan agar dapat mengendalikan harga barang dan jasa. PEMBAGIAN WILAYAH
Perjanjian dibuat pelaku usaha dengan pesainganya dengan tujuan
membagi wilayah pemasaran barang dan jasa mengakibatkan monopoli. PENETAPAN HARGA
Perjanjian antara pelaku usaha dengan pesaing untuk penetapan harga
jenis barang dan jasa yang harus dibayar oleh konsumen. PEMBOIKOTAN
Perjanjian antara pelaku usaha dengan pesaingnya untuk
menghalangi halangi pelaku usaha lain. KARTEL
Perjanjian antara pelaku usaha dengan pesaing untuk mengatur
jumlah produksi. TRUST
Perjanjian antara pelaku usaha untuk melakukan kerjasama
membentuk gabungan usaha untuk mengontrol produksi. INTEGRASI VERTICAL
Perjanjian antara para pelaku ushaa agar dapat menguasai sejumlah
produk barang dan jasa sehingga menimbulkan persaingan tidak sehat di masyarakat. PERJANJIAN TERTUTUP
Perjanjian antar pelaku usaha mencantumkan persyaratan bahwa
pihak barang dan jasa hanya memasok atau tdiak memasok kembali kepada pihak tertentu. PERJANJIAN TERTUTUP
Perjanjian antar pelaku usaha mencantumkan persyaratan bahwa
pihak barang dan jasa hanya memasok atau tdiak memasok kembali kepada pihak tertentu. PERJANJIAN DENGAN LUAR NEGERI
Perjanjian pelaku usaha di dalam negeri dengan pelaku usaha dengan
luar ngeri mengakibatkan terjadinyapraktek monopolo dan atau persaingan usaha tidak sehat. KEGIATAN DILARANG!!! Monopoli : Penguasaan produksi mengakibatkan terjadinya praktek monopoli Monopsoni : Penguasaan penerimaan pasokan oleh pelaku usaha atas barang dan jasa dalam pasar mengakibatkan terjadinya praktek monopoli. Penguasaan pasar : upaya melakukan kegiatan sendiri maupun bersama pelaku usaha lain mengakibatkan terjadinya praktek monopoli. Persengkokolan : kegiatan pelaku usaha dengan pihak lain mengatur pemenang tender. POSISI DOMINAN
Pelaku usaha tidak mempunyai pesaing berarti di pasar bersangkutan.
Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan untuk menetapkan syarat perdagangan, membatasi pasar, menghambat pelaku usaha lain. Pelaku usaha memiliki posisi dominan apbila satu pelaku usaha menguasia 50% dan 2 atau 3 pelaku usha menguasai 75% lebih pangsa pasar. PENGERTIAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
Lembaga non structural yang tidak di bawah suatu departemen dan
bebas dari pengaruh kekuasan lembaga lainnya. TUJUAN KPPU’ Tercapai kegiatan usaha yang sehat dan wajar. FUNGSI KOMISI PENGAWAS
a. Penilaian terhadap perjanjian,kegiatan usaha, penyalahgunaan
posisi dominan. b. Pengambilan tindakan terhadap penyimpangan-penyimpangan c. Pelaksanaan sistim admin TUGAS KOMISI PENGAWAS Melakukan penilaian terhadap perjanjian Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaanp posisi Mengambil tindaakn sesuai wewenangnya Memberikan saran dan pertimbangan Memberikan laporan secara berkala ORGANISASI KOMISI PENGAWAS Ketua, Wakil Ketua dilengkapi 7 orang anggota. TATA CARA PENANGANAN PERKARA Melaporkan pelanggaran secara tertulis kepada komisi Kerugian secara tertulis Identitas pelapor wajib dirahasiakan oleh komisi SANKSI ADMINSTRASI DAN PIDANA Sanksi adminstrasi : Pembataaln perjanjian dan peleburan badan usaha, menghentikan integrasi dan kegiatan usaha, penyalahgunaan posisi dominan. Perintah pembayaran ganti rugi. Sanksi pidana : Pidana kurungan, Pidana kurungan pengganti denda, pidana tambahan (penghentian izin usaha, jabatan pimpinan)
Pendekatan sederhana untuk pengelolaan uang dalam berinvestasi: Cara menggunakan teknik dan strategi manajemen uang untuk meningkatkan trading online Anda