Anda di halaman 1dari 16

Dampak dan Implikasi

Bisnis yang ber-Etika

Achmad Sholihin, ST.MM 1


Bisnis yang Beretika
Kriteria untuk menilai suatu bisnis itu beretika dapat
dilihat berdasarkan 3 hal :
Hati nurani, empati, dan audit sosial
1. Hati nurani didasarkan pada boleh dan tidak boleh dalam
menjalankan suatu bisnis
2. Empati yang berperan sebagai patokan moral oleh pelaku
bisnis
3. Audit sosial adalah berupa penilaian objektivitas
masyarakat terhadap perilaku dan pengelolaan bisnis

ACHMAD SHOLIHIN,ST, MM. 2


Kode Etik (Code of Conduct) Dalam Bisnis
Kode etik berperan sebagai pengendali dan pedoman bagi
aktivitas bisnis untuk memperoleh dampak dan implikasi
positif dari bisnis yang beretika.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) merumuskan
bebrapa indikator prinsip etika bisnis, antara lain:
1. Persaingan usaha yang sehat (fair competition)
2. Transparansi (transparency)
3. Partisipasi (participation)
4. Akuntanbilitas (accountablity)
5. Independensi (independency)
6. Responsibilitas (responsibilites)

ACHMAD SHOLIHIN,ST.,MM 3
Prinsip GCG (Good Corporate Governance) dalam
Etika Bisnis – Persaingan Usaha yang Sehat
Sistem pengelolaan perekonomian Indonesia diatur dalam
Undang – undang dan Peraturan Pemerintah tentang
perdagangan yang curang, monopoli, membajak, merjer
dan konsolidasi.
UU No. 5 tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli
dan persaingan usaha yang tidak sehat.
Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan
usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan
memerhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku
usaha dan kepentingan umum.
ACHMAD SHOLIHIN,ST.MM 4
Prinsip GCG (Good Corporate Governance) dalam
Etika Bisnis – Persaingan Usaha yang Sehat
 Perjanjian usaha merupakan bagian dari hubungan suatu
perusahaan dengan pelaku ekonomi lainnya, seperti pemerintah dan
mitra kerja
 Dalam UU No. 5 tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli dan
persaingan usaha yang tidak sehat, disebutkan beberapa perjanjian
yang dilarang adalah:
1. Oligopoli, membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain
untuk secara bersama – sama melakukan penguasaan produksi
dan atau pemasaran barang dan / jasa yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat;

ACHMAD SHOLIHIN,ST, MM 5
UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik
Monopoli Dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat
2. Penetapan Harga, membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan / jasa yang
harus dibayar oleh konsumen pada pasar bersangkutan yang sama;
3. Pembagian wilayah, pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pelaku usaha pesaingnya yang bertujuan untuk membagi
wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang dan /jasa
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat;
4. Pemboikotan, perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya, yang
dapat menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan usaha yang
sama, baik untuk tujuan pasar dalam negeri maupun luar negeri;

ACHMAD SHOLIHIN,ST. MM 6
UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik
Monopoli Dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat
5. Kartel, perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang bermaksud untuk
memengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu
barang dan / jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan /
persaingan usaha tidak sehat;
6. Trust, perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk melakukan kerjasama
dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar,
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan / persaingan
usaha tidak sehat;
7. Ologopsoni, perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk secara
bersama – sama menguasai pembelian atau penerimaan pasokan agar dapat
mengendalikan harga atas barang dan / jasa dalam pasar bersangkutan yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan / persaingan usaha
tidak sehat;

ACHMAD SHOLIHIN,ST. MM 7
UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik
Monopoli Dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat
5. Integrasi Vertikal, perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk
menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian
produksi barang dan / jasa tertentu yang mana setiap rangkaian produksi
merupakan hasil pengolahan atau proses lanjutan, baik dalam suatu rangkaian
langsung maupun tidak langsung, yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktik monopoli dan / persaingan usaha tidak sehat atau merugikan
masyarakat;
6. Perjanjian Tertutup, perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat
persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan / jasa tersebut kepada
pihak tertentu;
7. Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri, perjanjian dengan pihak lain di luar
negeri yang memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik
monopoli dan / persaingan usaha tidak sehat;

ACHMAD SHOLIHIN,ST, MM 8
Kegiatan Bisnis yang Dilarang dalam UU No. 5 Tahun 1999
1. Monopoli, penguasaan atas produksi dan / pemasaran barang dan /
jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan /
persaingan usaha tidak sehat;
2. Monopsoni, menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli
tunggal atas barang dan / jasa dalam pasar bersangkutan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan / persaingan usaha
tidak sehat;
3. Penguasaan Pasar, melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik
sendiri maupun bersama pelaku usaha lain yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktik monopoli dan / persaingan usaha tidak sehat berupa:
 Menolak dan / menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan
kegiatan usaha yang sama.
 Mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan / persaingan usaha tidak
sehat.
ACHMAD SHOLIHIN,ST. MM 9
Kegiatan Bisnis yang Dilarang dalam UU No. 5 Tahun 1999
4. Persekongkolan, dengan pihak lain bersekongkol untuk mengatur dan
/ menentukan pemenang tender sehingga mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat;
5. Posisi Dominan, menggunakan posisi dominan baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk :
 Menetapkan syarat – syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah
dan atau menghalangi konsumen memperolah barang dan / jasa yang
bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas;
 Membatasi pasar dan pengembangan teknologi
 Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk
memasuki pasar bersangkutan.
6. Jabatan Rangkap, seseorang menduduki jabatan sebagai direksi atau
komisaris dari suatu perusahaan, pada waktu yang bersamaan dilarang
merangkap menjadi direksi atau komisaris pada perusahaan lain.

ACHMAD SHOLIHIN,ST.MM 10
Dampak dan Implikasi Bisnis yang ber-Etika
Sebuah bisnis yang beretika mempunyai korelasi terhadap
kemajuan maupun kehancuran suatu perusahaan.
Melalui etika bisnis perusahaan mampu mensinergikan antar
pemangku kepentingan dalam bisnis.
Perusahaan akan mampu berperan positif bagi pembangunan
nasional karena mempraktikan prinsip etika bisnis dan prinsip
good corporate governance.
Perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur
yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal
serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan
konsekuen.

RIFKI SUWAJI , SMn, MM 11


Dampak dan Implikasi Bisnis yang ber-Etika
1. Menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat
2. Mempunyai hubungan baik dengan para pemangku
kepentingan (internal perusahaan, perusahaan lain,
pemerintah, dan masyarakat) sehingga perusahaan
berkembang untuk maju dengan baik tanpa hambatan;
3. Mencegah kemungkinan terjadinya perpecahan, baik
internal maupun eksternal;
4. Meningkatkan etos kerja internal perusahaan (budaya
perusahaan);

ACHMAD SHOLIHIN,ST. MM 12
Dampak dan Implikasi Bisnis yang ber-Etika
5. Melindungi prinsip kebebasan berniaga;
6. Mampu meningkatkan keunggulan bersaing;
7. Menjaga kelestarian lingkungan, sosial, budaya, dan
sumber daya alam
8. Menjaga stabilitas perekonomian negara;
9. Dengan adanya transparansi akan membatasi ruang gerak
praktik korupasi, kolusi, dan nepotisme.

ACHMAD SHOLIHIN,ST, MM 13
Penerapan Etika dalam Manajemen Perusahaan
1. Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of
conduct);
2. Memperkuat sistem pengawasan;
3. Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan
secara terus – menerus;
4. Membuka forum diskusi untuk mencari solusi terhadap
permasalahan yang menyangkut internal perusahaan
maupun sosial lingkungan.

ACHMAD SHOLIHIN,ST, MM 14
Relevansi Etika Bisnis dalam Kemajuan Perusahaan
Bisnis saat ini diwarnai dengan persaingan yang ketat;
Dalam konteks bisnis yang kompetitif, setiap perusahaan
berusaha unggul berdasarkan kekuatan objektifnya;
Kekuatan objektif mencaku 2 hal pokok, modal dan tenaga kerja;
Modal adalah peran shareholders, sedangkan tenaga kerja adalah
peran stakeholders internal yang mampu menjalankan
manajemen perusahaan dengan baik dan profesional;
Tenaga kerja yang profesional memiliki disiplin, loyalitas,
kerjasama, integritas, tanggung jawab, kejujuran, dengan etika
dan moral, sehingga menimbulkan dedikasi yang tinggi untuk
memajukan perusahaan.

ACHMAD SHOLIHIN, ST.MM 15


Tugas Kelompok (2 – 3 orang)
Membuat makalah tentang kasus perusahaan yang berkaitan
dengan :
1. Budaya perusahaan
2. Tata kelola perusahaan (good corporate governance)
3. Manual kode etik perilaku perusahaan (corporate code
conduct)
4. Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
responsibility)
5. pelanggaran kode etik yang ada di dalam UU No. 5 tahun
1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan
usaha yang tidak sehat, dan regulasi pemerintah lainnya yang
mengatur tentang praktik bisnis.

ACHMAD SHOLIHIN,ST. MM 16

Anda mungkin juga menyukai