Anda di halaman 1dari 13

RUPTUR UTERI

DEFINISI
• Ruptura uteri komplit adalah keadaan robekan pada
rahim dimana telah terjadi hubungan langsung
antara rongga amnion dan rongga peritoneum.
Peritoneum dan kantong ketuban ikut ruptur  janin
sebagian atau seluruh tubuhnya telah keluar oleh
kontraksi terakhir rahim dan berada dalam kavum
peritoneum/rongga abdomen.
• Pada ruptura uteri inkomplit hubungan kedua rongga
tersebut masih dibatasi oleh peritoneu viserale 
janin belum masuk ke dalam rongga peritoneum.
EPIDEMIOLOGI
• Ruptura uteri di negara berkembang masih jauh lebih tinggi
jika dibandingkan dengan dinegara maju.
• Angka kejadian ruptura uteri dinegara maju semakin
menurun.
• Salah satu penelitian dinegara maju dilaporkan kejadian
ruptura uteri dari 1dalam 1.280 persalinan (1931-1950)
menjadi 1 dalam 2.250 persalinan (1973-1983)
• Dalam tahun 1996 kejadiannya menjadi 1 dalam 15.000
persalinan
• Untuk berbagai tempat di Indonesia dilaporkan berkisar 1
dalam 294 persalinana sampai 1 dalam 93 persalinan
KLASIFIKASI
Dibagi menurut sebabnya :
• Kerusakan ruptura uteri anomali yang telah ada
sebelum hamil:
– Pembedahan pada miometrium: SC atau histerotomi,
histerorafia, miomektomi, reseksi pada kornua uterus atau
bagian interstisial, metroplasti.
– Trauma uterus koinsidental: trauma tumpul atau tajam
(pisau/pluru), instrumentasi sendok kuret atau sonde pada
penanganan abortus.
– Kelainan bawaan: kehamilan dalam bagian rahim yang tidak
berkembang
• Kerusakan atau anomaliuterus yang terjadi dalam
kehamilan
– Sebelum kelahiran anak: his spontan yang kuat dan terus-
menerus, pemakaian oksitosin atau prostaglandin untuk
merangsang persalinanm perforasi dengan kateter pengukur
tekanan intrauterin, trauma luar tumpul/tajam, versi luar,
hidramion dan kehamilan ganda.
– Dalam periode intrapartum: versi-ekstaksi, ekstraksi yang sukar,
ekstraksi bokong, anomali janin, tekanan kuat pada uterus
dalam persalinan, kesulitan dalam melakukan manual plasenta.
– Cacat rahim yang didapat: plasenta inkreta atau perkreta
neoplasia trofoblas getasional, adenomiosis.
ETIOLOGI
• Anomali atau karena kerusakan yang telah ada
sebelumnya, karena trauma atau sebagai komplikasi
persalinan pada rahim yang masih utuh.
• Paling sering terjadi pada rahim yang telah SC pada
persalinan sebelumnya.
• Pasien yang berisiko tinggi: persalinan yang
mengalami distosia, grandemultipara, penggunaan
oksitosis / prostaglandin, riw SC, riw histerorafia.
PATOFISIOLOGI
Dinding korpusuteri Tubuh janin yang
HIS korpus uteri menempati korpus
menebal dan volume
berkontraksi uteri terdorong
korpus uteri lebih kecil
kebawah kedalam SBR

Lingkaran retraksi
fisiologik semakin Dinding SBR menipis karena SBR lebih besar
meninggi kearah pusat tertarik keatas oleh
melewati batas fisiologik kontraksi SAR yang kuat
menjadi patologik

Bagian terbawah janin


SBR tertarik dan His tidak kunjug turun
Lingkaran bundle berlangsung kuat terus- kebawah melalui jalan
meningkat menerus lahir

Lingkar retraksi semakin


Ruptura uteri Robek pada SBR
meninggi
DIAGNOSIS
• Perdarahan intrabdminal, dengan atau tanpa
perdarahan pervaginam
• Nyeri perut hebat (dapat berkurang setelah
ruptura terjadi)
• Syok atau takikardia
• Adanya cairan bebas intraabdominal
• Hilangnya gerak dan denyut jantung janin
• Bentuk uterus abnormal atau konturnya tidak jelas
• Dapat didahului oleh lingkaran konstriksi (Bandl’s ring)

• Nyeri raba/tekan dinding perut


• Bagian-bagian janin mudah di palpasi
PENATALAKSANAAN
• Tatalaksana umum
– Berikan oksigen
– Perbaikik kehilangan voume darah dengan
pemberian infus cairan intravena (NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat) sebelum tindakan pembedahan
– Jika kondisi ibu stabil, lakukan SC untuk
melahirkan bayi dan plasenta
• Tatalaksana Khusus
– Jika uterus dapat diperbaiki dengan risiko perasi lebih
rendah daripada histerektomi dan tepi robekan uterus
tidak nekrotik, lakukan reparasi uterus (histerorafi).
Tindakan ini membutuhkan waktu yang lebihsingkat
dan menyebabkan kehilangan darah yang lebih sedikit
dibanding histerektomi.
– Jika uterus tidak dapat diperbaiki, lakukan histerektomi
subtotal. Jika robekan memanjang hingga serviks dan
vagina, histerektomi total mungkin diperlukan.
KOMPLIKASI
• Syok hipovolemik  terjadi bila pasien tidak
segera mendapat infus cairan kristaloid yang
banyak untuk selanjutnya dalam waktu yang
cepat digantikan dengan transfusi darah segar.
• Sepsis  infeksi berat umumnya terjadi pada
pasien kiriman dimana ruptura uteri terjadi
sebelum tiba diRS dan telah mengalami
berbagai manipulasi  periksa dalam yang
berulang.
PROGNOSIS
• Tergantung pada apakah ruptura uteri pada
uteru yang masih utuh atau pada bekas SC
atau suatu dehisens
• Bila bekas SC atau pada dehisens perdarahan
yang terjadi minimal sehingga tidak sampai
menimbulkan kematian maternal dan
kematian perinatal.

Anda mungkin juga menyukai