BLOK REPRODUKSI
MELISA
PRINSIP DASAR PENANGANAN
KEGAWATDARURATAN
• Kasus gawatdarurat obstetri kasus obstetri
yang apabila tidak segera ditangani akan
berakibat kesakitan yang berat, bahkan kematian
ibu dan janinnya.
• 4 penyebab utama kematian ibu, janin dan bayi
baru lahir :
– Perdarahan bercak, merembes, profus, sampai syok
– Infeksi dan sepsis pengeluaran cairan pervaginam
yang berbau, air ketuban hijau, demam sampai syok
– Hipertensi dan preeklampsia/eklampsia sakit
kepala, bengkak, penglihatan kabur, kejang-kejang,
sampai koma
– Persalinan macet (distosia) ruptura uteri
– Gawatdarurat yang lain (emboli air ketuban, luka
bakar, syok anafilaktik karena obat) manifestasi
klinis sesuai dengan penyebabnya
PERSALINAN LAMA
• Persalinan lama (distosia) persalinan
abnormal/sulit.
• Sebab-sebab :
– Kelainan tenaga (kelainan his)
– Kelainan janin
– Kelainan jalan lahir
• His yang normal mulai dari salah satu sudut di
fundus uteri yang kemudian menjalar merata
simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya
dominasi kekuatan pada fundus uteri di mana
lapisan otot uterus paling dominan, kemudian
mengadakan relaksasi secara merata dan
menyeluruh hingga tekanan dalam ruang amnion
balik ke asalnya ± 10 mmHg
JENIS KELAINAN HIS
Inersia uteri
• His bersifat biasa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih
dahulu daripada bagian-bagian lain, peranan fundus tetap
menonjol.
• Kelainan kontraksi uterus lebih aman, singkat, dan jarang
daripada biasa
• Selama ketuban masih utuh umumnya tidak berbahaya baik
ibu maupun janin, kecuali persalinan berlangsung terlalu
lama, dalam hal terakhir ini morbiditas ibu dan mortalitas
janin baik inersia uteri primer (hypotonic uterine
contraction)
• Kalau timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang
lama inersia uteri sekunder
His terlampau kuat (hypertonic uterine contraction)
• His yang terlalu kuat dan terlalu efisien persalinan
selesai dalam waktu singkat
• Partus yang selesai < 3 jam partus presipitatus ;
ditandai oleh sifat his yang normal, tonus otot di luar
his juga biasa, kelainan pada kekuatan his
• Bahaya partus presipitatus pada ibu perlukaan luas
pada jalan lahir, khususnya vagina dan perineum
• Bayi perdarahan pada tengkorak karena tekanan
yang kuat dalam waktu singkat
• Batas antara bagian atas dan segmen bawah rahim
atau lingkaran retraksi sangat jelas dan meninggi
lingkaran patologik/ lingkaran bandl
• Ligamenta rotunda tegang dan lebih jelas teraba
penderita nyeri terus menerus dan gelisah, bila tidak
diberi pertolongan regangan segmen bawah uterus
melampaui kekuatan jaringan ruptura uteri
Incoordinate uterine action
• Sifat his berubah, tonus otot uterus ↑, juga di
luar his, dan kontraksinya tidak berlangsung
seperti biasa tidak ada sinkronisasi
kontraksi bagian-bagiannya
• Tonus otot uterus ↑ rasa nyeri yang lebih
keras dan lama bagi ibu, hipoksia pada janin.
• Kadang pada persalinan lama dengan ketuban
yang sudah lama pecah spasmus sirkuler
setempat penyempitan kavum uteri
dinamakan lingkaran kontraksi
• Persalinan tidak maju kelainan pada serviks
distosia servikalis
• Distosia servikalis primer
– serviks tidak membuka karena tidak mengadakan
relaksasi berhubung dengan incoordinate uterine
action
– biasanya seorang primigravida
– Kala I lama, dapat diraba jelas pinggir serviks yang
kaku
– Kalau dibiarkan tekanan kepala terus menerus
menyebabkan nekrosis jaringan serviks dan dapat
megakibatkan lepasnya bagian tengah serviks secara
sirkuler
• Distosia servikalis sekunder
– Karena kelainan organik pada serviks (jaringan parut
atau karena karsinoma)
– His kuat serviks robek robekan menjalar ke
bagian bawah uterus
ETIOLOGI
• Kelainan terutama ditemukan pada
primigravida, khususnya primigravida tua.
• Multipara banyak kelainan inersia uteri
• Faktor herediter memegang peranan penting
dalam kelainan his
• Gangguan dalam pembentukan uterus pada
masa embrional misalnya uterus bikornis
unikolis kelainan his
PENANGANAN
• Dalam menghadapi persalinan lama, keadaan ibu yang
bersangkutan harus diawasi dengan seksama
• Tekanan darah diukur tiap 4 jam, dilakukan lebih sering bila
ada gejala preeklampsia.
• Denyut jantung janin dicatat setiap setengah jam dalam
kala I dan lebih sering pada kala II.
• Ada persalinan lama ada kemungkinan untuk melakukan
tindakan pembedahan dengan narkosis ibu jangan diberi
makan biasa tp dalam bentuk cairan sebaiknya infus
larutan glukosa 5% dan larutan NaCl isotonik secara IV
berganti-ganti.
• Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan petidin 50 mg
yang dapat diulangi, pada permulaan kala I dapat diberikan
10mg morfin.
Inersia uteri
• Setelah diagnosis inersia uteri ditetapkan
periksa keadaan serviks, presentasi serta posisi
janin, turunnya kepala janin dalam panggul, dan
keadaan panggul.
• Bila ada disproposisi sefaloplevik yang berarti
melakukan seksio sesarea
• Bila tidak ada diproposisi atau ada disproposisi
ringan dapat diambil sikap lain keadaan umum
penderita diperbaiki dan kandung kencing serta
rektum dikosongkan, bila kepala atau bokong
janin udah masuk ke dalam panggul penderita
disuruh berjalan-jalan his menjadi kuat dan
selanjutnya persalinan berjalan lancar.
• Kalau diobati dengan oksitosin, 5 satuan oksitosin
dimasukkan dalam larutan glukosa 5% dan
diberikan secara IV dengan kecepatan kira-kira 12
tetes per menit dan perlahan-lahan dapat
dinaikan sampai kira-kira 50 tetes, bergantung
pada hasilnya.
• Kalau 50 tetes tidak memberikan hasil yang
diharapkan maka tidak ada gunanya memberikan
oksitosin dalam dosis tinggi
• Infus oksitosin
– diawasi dengan ketat dan tidak boleh ditinggalkan
– kekuatan dan kecepatan his dan keadaan denyut
jantung janin harus diperhatikan.
– Infus diberhentikan bila kontraksi uterus berlangsung
> 60 detik atau kala denyut jantung janin mejadi cepat
atau lambat
• Sangat bahaya memberikan oksitosin pada
panggul sempit dan pada adanya regangan
segmen bawah uterus
• Oksitosin grade multipara dan kepada
penderita yang pernah mengalami seksio sesarea
atau miomektomi ruptura uteri
• Maksud memberikan oksitosin memperbaiki
his sehingga serviks dapat membuka
• Satu ciri khas oksitosin hasil pemberiannya
tampak dalam waktu singkat
• Oksitosin yang diberikan secara IM
incoordinate uterine action, tapi pada kala II
diperlukan sedikit penambah his supaya
persalinan dapat diselesaikan. 0,5 satuan
oksitosin IM udah cukup.
His terlalu kuat
• Kalau seorang ibu pernah mengalami partum
presipitatus, kemungkinan kejadian ini akan berulang
pada persalinan berikutnya ibu dirawat sebelum
persalinan, sehingga pengawasan dapat dilakukan
dengan baik.
• Pada persalinan keadaan diawasi dengan cermat dan
episiotomi dilakukan pada waktu yang tepat
menghindari ruptura perinei tingkat ke 3
• Bila his kuat dan ada rintangan yang menghalangi
lahirnya janin lingkaran retraksi patologik tanda
bahaya terjadi ruptura uteri janin dilahirkan dengan
cara yang memberikan trauma minimal bagi ibu dan
anak
Incoordinate uterine action
• Usaha yang dapat dilakukan mengurangi tonus otot
dan mengurangi katakutan penderita pemberian
analgetika (morfin dan petidin)
• Persalinan tidak boleh berlangsung berlarut-larut
apalagi kalau ketuban udah pecah
• Lingkaran kontriksi dalam kala I tidak diketahui, kecuali
kalau lingkaran ini terdapat di bawah kepala janin
sehingga dapat diraba melalui kanalis servikalis.
• Kalau diagnosis lingkaran konstriksi dalam kala I dapat
dibuat persalinan diselesaikan dengan seksio sesarea
• Lingkaran konstriksi dalam kala II diketahui setelah
usaha melahirkan dengan cunam gagal
• Tangan dimasukkan ke dalam kavum uteri
mencari sebab kegagalan cunam, lingkaran konstriksi
teraba
• Narkosis dalam lingkaran dapat dihilangkan dan
janin dapat dilahirkan dengan cunam gagal dan
janin masih hidup seksio sesarea
• Distosia servikalis primer sikap = incoordinate
uterine action
• Distosia servikalis sekunder seksio sesarea
sebelum jaringan parut serviks robek yang dapat
menjalar sampai segmen bawah uterus
KELAINAN KALA SATU
Fase Laten Memanjang
• 3 tahap fungsional pada persalinan
– Tahap persiapan sedikit pembukaan serviks, cukup banyak
perubahan yang berlangsung di komponen jaringan ikat
serviks, peka terhadap sedasi dan anestesia regional
– Tahap pembukaan/dilatasi saat pembukaan berlangsung
paling cepat, tidak dipengaruhi sedasi atau anestesia regional
– Tahap panggul berawal dari fase deselerasi pembukaan
serviks
• Mekanisme klasik gerakan pokok janin pada presentasi kepala,
masuknya janin ke panggul, fleksi, penurunan, rotasi internal (putaran
paksi dalam), ekstensi, dan rotasi eksternal (puataran paksi luar)
• Pola pembukaan serviks selama tahap
persiapan dan pembukaan persalinan normal
kurva sigmoid
• 2 fase pembukaan serviks
– Fase laten sesuai dengan tahap persiapan
– Fase aktif sesuai tahap pembukaan
• Friedman membagi fase aktif :
– Fase akselerasi
– Fase lereng (kecuraman)
– Maksimum
– Fase deselerasi
• Awitan persalinan laten meurut Friedman saat
ketika ibu mulai merasakan kontraksi yang teratur,
kontraksi uterus berlangsung bersama perlunakan
dan pendataran serviks
• Kriteria minimum Friedman untuk fase laten ke fase
aktif kecepatan pembukaan serviks 1,2 cm/jam
bagi nulipara dan 1,5 cm/jam ibu multipara.
Kecepatan pembukaan serviks ini tidak dimulai dari
pembukaan tertentu
• Faktor yang mempengaruhi durasi fase laten :
– Anestesia regional atau sedasi yang berlebihan
– Keadaan serviks yang buruk
– Persalinan palsu
Fase Aktif Memanjang
• Pembukaan 3-4cm atau lebih, kontraksi uterus
batas awal persalinan aktif
• Friedman membagi masalah fase aktif :
– Gangguan protraction (berkepanjangan/berlarut-
larut) kecepatan pembukaan atau penurunan
yang lambat
– Arrest (macet, tak maju)
• Arrest of dilatation (kemacetan pembukaan) tidak
adanya perubahan serviks dalam 2 jam
• Arrest of descent (kemacetan penurunan) tidak
adanya penurunan janin dalam 1jam
American college of obstetricians dan Gynecologists
• Kriteria diagnostik kelainan persalinan akibat persalinan lama
atau persalinan macet
pola persalinan nulipara Multipara
Persalinan lama (protraction disorder)
pembukaan < 1,2 cm/jam < 1,5 cm/jam
penurunan < 1,0 cm/jam < 2,0 cm/jam