OLEH :
I GUSTI AYU DWITYAWATI
NIM :P07124121038
Bishop score (nilai bishop) adalah suatu standarisasi objektif dalam memilih pasien yang lebih
cocok untuk dilakukan induksi persalinan tetak verteks. Faktor yang dinilai yaitu:
• Pembukaan seviks
• Pendataran serviks (dengan stasion bidang hodge)
• Penurunan kepala (dengan palpasi perlimaan)
• Konsistensi serviks
• Posisi serviks
Keterangan :
• Metode ini telah digunakan selama beberapa tahun dan telah terbukti memuaskan.
Nilai Bishop ≥ 6 bisa berhasil induksi dan persalinan pervaginam.
• Seleksi pasien untuk induksi persalinan pervaginam dengan letak verteks.
Dipakai pada multiparitas dan kehamilan usia 36 minggu atau lebih
Jika skor bishop lebih dari atau sama dengan 6 berarti kondisi serviks matang dan jika kurang
dari atau sama dengan 5 berarti seviks belum matang.
Uterus atau rahim adalah organ yang dapat mengembang seiring pertumbuhan janin
dan akan menyusut setelah janin dilahirkan. Pada ruptur uteri, rahim dapat robek akibat
tekanan yang hebat selama proses persalinan. Robekan pada uterus tersebut dapat
menyebabkan janin masuk ke dalam rongga perut. Ruptur uteri sangat jarang terjadi,
yaitu hanya sekitar 1% dari kasus persalinan pada ibu yang pernah menjalani operasi
rahim. Ruptur uteri pada ibu hamil yang tidak pernah menjalani operasi rahim juga bisa
terjadi, tetapi angka kejadiannya lebih kecil, yaitu hanya sekitar 0,01%.
Selain pada ibu hamil, ruptur uteri bisa terjadi pada wanita yang tidak hamil. Ruptur
uteri juga dapat terjadi akibat kecelakaan, jatuh, serta tusukan, pukulan, atau luka
tembak ke bagian perut, atau kanker choriocarcinoma.
Pada USG kandungan, dokter akan memeriksa ada atau tidaknya tanda-tanda berikut:
Selain itu, diskusikan dengan dokter terkait perlunya operasi caesar jika persalinan
sebelumnya juga melalui operasi caesar. Hal ini bukan berarti persalinan normal tidak
dapat dilakukan pada ibu hamil yang pernah operasi caesar. Hanya saja, konsultasi
dengan dokter perlu dilakukan untuk mewaspadai dan mencegah ruptur uteri.
C. Pemeriksaan Penunjang
❖ Ruptur uteri paling tepat diagnosis berdasarkan tanda dan gejala, seperti fetal
distress, perdarahan, syok, dll.
❖ Amniografi,Radiopelvimetri dan pemeriksaan panggul tidak terbukti dapat
digunakan dalam memprediksi akan terjadinya rupture uteri pada pasien yang
menginginkan TOLAC.
❖ CT scan dan MRI juga kurang bermanfaat dalam mendiagnosis ruptur uteri akut
karena keterbatasan waktu dalam mendiagnosis, mengingat keterbatasan
tersebut MRI memiliki keunggulan dalam menilai sayatan rahim karena
peningkatan kontras jaringan lunaknya.
❖ Pengunaan transabdominal, transvaginal atau sonohysterographic
ultrasonography dapat digunakan untuk memperkirakan resiko terjadinya
ruptur
❖ Urinalisis dengan melakukan kateterisasi untuk menilai apakah terjadi
hematuria atau tidak, jika terjadi hematuria menandakan adanya robekan dari
kandung kemih.
❖ Hitung darah lengkap dan apusan darah
❖ Menilai kadar Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht).
❖ Golongan darah dan rhesus