Anda di halaman 1dari 9

Tugas Etikolegal Kebidanan

Oleh :
Nama : I Gusti Ayu Dwityawati
NIM : P07124121038
Prodi : D-III
Jurusan :Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar


Tahun Pelajaran 2021/2022
Payung Hukum Bidan

a. UU Kebidanan No 4 tahun 2019 terdiri dari 12 (dua belas) Bab, 80 (delapan puluh)
Pasal, dengan sistematika sebagai berikut :
I. Ketentuan Umum
II. Pendidikan Kebidanan
III. Registrasi dan Izin Praktik
IV. Bidan Warga Negara Indonesia Lulusan Luar Negeri
V. Bidan Warga Negara Asing
VI. Praktik Kebidanan
VII. Hak dan Kewajiban
VIII. Organisasi Profesi Bidan
IX. Pendayagunaan Bidan
X. Pembinaan dan Pengawasan
XI. Ketentuan Peralihan
XII. Ketentuan Penutup

b. Undang Undang No 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan


c. KMK 320/2020 tentang standar profesi bidan
d. Kepmenkes Nomor 938 Tahun2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan
e. Permenkes Nomor 28 Tahun 2017 tentang Ijin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
f. Peraturan Menteri Kesehatan No 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis
g. Permenkes RI no 290/Menkes/ Per/III/2008 tentang Informed concent
h. PP 61 2014 tentang hak kesehatan reproduksi
i. Undang-undang kesehatan Nomor 23 tahun 1992
j. Pertemuan Program Safe Motherhood dari negara-negara di wilayah SEARO/Asia
tenggara tahun 1995 tentang SPK
k. Kep Menkes RI Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan Praktek
bidan.
l. Kep Menkes RI Nomor 369/Menkes/SK/III/2007
m. Peraturan Menkes RI Nomor HK. 02. 02/Menkes/149/2010 tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan

Persyaratan Mendirikan PMB


Berikut persyaratan umum  pendirian BPM memenuhi syarat bangunan, 
menerapkan analisis SWOT, memiliki perijinan (SIPB), melengkapi adminisrasi,
kelengkapan, sarana dan prasarana BPM, memiliki perlengkapan asuhan bayi
rooming-in/rawat gabung dan memberikan pelayanan yang berkualitas.
Persyaratan Pendirian Bidan Praktek Mandiri
1. Menjadi anggota IBI (Ikatan Bidan Indonesia)
2. Permohonan Surat Ijin Praktek Bidan selaku Swasta Perorangan
3. Surat Keterangan Kepala Puskesmas Wilayah Setempat Praktek
4. Surat Pernyataan tidak sedang dalam sanksi profesi/ hukum.
5. Surat Keterangan Ketua Ranting IBI Wilayah
6. Persiapan peralatan medis dan medis usaha praktek bidan secara
perorangan dengan pelayanan   pemeriksaan pertolongan persalinan dan
perawatan.
7. Membuat Surat Perjanjian sanggup mematuhi perjanjian yang tertulis.
8. Bidan dalam menjalankan praktek harus :
a. Memiliki tempat dan ruangan praktek yang memenuhi persyaratan
kesehatan.
b. Menyediakan tempat tidur untuk persalinan minimal 1 dan maksimal 5
tempat tidur.
c. Memiliki peralatan minimal sesuai dengan ketentuan dan melaksanakan
prosedur tetap (protap) yang berlaku.
d.   Menyediakan obat-obatan sesuai dengan ketentuan peralatan yang
berlaku.
9. Bidan yang menjalankan prakytek harus mencantumkan izin praktek
bidannya atau foto copy prakteknya  diruang praktek, atau tempat yang
mudah dilihat.
10. Bidan dalam prakteknya memperkerjakan tenaga bidan yang lain, yang
memiliki SIPB untuk membantu tugas pelayanannya
11. Bidan yang  menjalankan praktek harus harus mempunyai peralatan
minimal sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan peralatan harus
tersedia ditempat prakteknya.
12. Peralatan yang wajib dimilki dalam menjalankan praktek bidan sesuai
dengan jenis pelayanan yang diberikan .
13. Dalam menjalankan tugas bidan harus serta mempertahankan dan
meningkatkan keterampilan profesinya antara lain dengan :
a. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan atau saling tukar
informasi dengan sesama bidan .
b. Mengikuti kegiatan-kegiatan akademis dan pelatihan sesuai dengan
bidang tugasnya, baik yang diselenggarakan pemerintah maupun oleh
organisasi profesi.
c. Memelihara dan merawat peralatan yang digunakan untuk praktek agar
tetap siap dan berfungsi dengan baik.

 Ketentuan Bidan Yang Bisa Membuka Praktik Mandiri

Saat ini untuk bisa membuka Praktek Bidan Mandiri, seorang bidan yang memiliki
pendidikan akademik maupun vokasi wajib mengambil pendidikan profesi. Karena bila
tidak, bidan hanya diperbolehkan praktik di fasilitas kesehatan bukan secara mandiri.

Setelah itu, Bidan juga wajib melakukan registrasi dan izin praktek. Regitrasi itu sendiri
berupa Surat Tanda Registrasi yag diberikan oleh Konsul Kebidanan dengan
persyaratan :

 Ijazah dari perguruan tinggi kebidanan


 Memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi
 Surat keterangan sehat fisik dan mental
 Surat pernyataan telah mengucapkan janji/sumpah profesi, dan
 Surat pernyataan mematuhi dan melaksanakan etika profesi.

 Cara Mendapatkan Surat Izin Praktik Bidan

Apabila telah memiliki Surat Tanda Registrasi (STR), selanjutnya Bidan dapat
mengajukan izin Praktek Bidan Mandiri kepada pemerintah Kabupaten/ Kota untuk
mengeluarkan Surat Izin Praktik Bidan (SIPB). Berikut adalah persyaratan untuk
mengajukan Izin Praktik Kebidanan:

1. Surat permohonan yang didalamnya terdapat pernyataan kebenaran dan keabsahan


dokumen & data di atas kertas bermaterai Rp 6.000
2. Identitas Pemohon/Penangung Jawab
 WNI : Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) (Fotokopi)
 WNA : Kartu Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau VISA / Paspor (Fotokopi)
 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) (Fotokopi)
3. Jika dikuasakan, Surat kuasa di atas kertas bermaterai RP 6.000 dan KTP orang
yang diberi kuasa
4. Pasfoto berwarna terbaru ukuran 4x6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar
5. Surat Tanda Registrasi (STR) yang masih berlaku (Fotokopi Legalisir)
6. Ijazah (Fotokopi)
7. Sertifikat Pendidikan dan Pelatihan (kontrasepsi, APN PONED, dan lain-lain) yang
diselenggarakan oleh institusi pendidikan nasional atau organisasi profesi terkait
yang diakui oleh pemerintah (Fotokopi)
8. Surat kerjasama pengelolaan limbah medis padat dan cair dengan pihak ketiga
9. Rekomendasi dari organisasi profesi
10. Surat pernyataan di atas kertas bermaterai Rp 6.000 dari pemohon yang
menyatakan:
 Akan bekerja sama dengan puskesmas kecamatan setempat
 Tidak melakukan tindakan aborsi
 Akan melakukan penapisan pada ibu bersalin
 Mentaati peraturan yang berlaku dan melaksanakan etika profesi
11. Surat Pernyataan memiliki tempat kerja/praktik di praktik mandiri (bermaterai 6000)
12. Surat keterangan dari pimpinan bagi PNS atau TNI atau POLRI
13. Foto lokasi tempat praktik (tampak muka dan tampak dalam)
14. Proposal teknis yang dilengkapi dengan:
 Denah lokasi dengan situasi sekitar tempat praktik
 Denah ruang praktik
 Data kelengkapan alat medis dan non medis
 Data obat yang tersedia
 Daftar tarif dan jenis pelayanan
15. Bukti Kepemilikan Tanah
 Jika Milik Pribadi: Sertifikat Tanah/ Akte Waris/ Akte Hibah/ Akte Jual Beli
(AJB), bila bukan atas nama pemohon, lampirkan data pendukung.
 Jika tanah atau bangunan disewa: Perjanjian sewa-menyewa tanah atau
bangunan, Surat pernyataan diatas kertas bermaterai Rp 6.000 dari pemilik
tanah atau bangunan yang menyatakan tidak keberatan tanah atau bangunan
digunakan, Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik tanah atau bangunan
(Fotokopi).
16. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup
(SPPL)
17. Persetujuan tetangga (kiri, kanan, depan, belakang disertai KTP)

Keanggotaan IBI

 Keanggotaan Ikatan Bidan Indonesia adalah Bidan yang memiliki Surat Tanda
Registrasi dan Kartu Tanda Anggota (KTA ) dan kartu tersebut masih berlaku.
 Keanggotaan IBI sesuai dengan tempat domisili atau institusi tempat kerja.

a. Syarat Menjadi Anggota


 Memiliki ijazah bidan/lulus bidan
 Mengisi Formulir Pendaftaran dengan melampirkan:
1. Foto Copy Ijazah Bidan (2 lembar)
2. Foto Copy Sertifikat Kompetensi (bagi lulusan Bidan setelah 1 Agustus
2013) (2 lembar)
3. Foto Copy Surat Tanda Registrasi (STR) (2 lembar)
4. Foto Copy KTP (2 lembar)
5. Pas Foto 4x6 (2 lembar)

 b. Tata Cara Penerimaan Anggota


 Pendaftaran dilakukan di Kantor Pengurus Ranting/Cabang sesuai domisili atau
institusi tempat kerja
 Formulir Pendaftaran dapat diperoleh di Pengurus Cabang/Ranting 
 Formulir yang sudah diisi diteliti kebenarannya, diputuskan dalam rapat
pengurus Ranting/Cabang
 Calon anggota yang memenuhi persyaratan diusulkan oleh Pengurus
Ranting/Cabang untuk diregister oleh Pengurus Pusat dan diterbitkan Kartu
Tanda Anggota (KTA) yang berlaku selama 5 (lima) tahun

c. Tata Cara Perpanjangan KTA


 Tiga (3) bulan sebelum habis masa berlakunya mengajukan perpanjangan
 Mengisi Formulir Pendaftaran Perpanjangan
 Melampirkan foto copy KTA yang akan habis masa berlakunya
Wewenang Bidan

1. Tugas dan Wewenang Bidan menurut UU Kebidanan No 4 Tahun 2019Dalam Pasal


46 (1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas memberikan
pelayanan yang meliputi:

 Pelayanan kesehatan ibuBidan berwenang memberikan Asuhan Kebidanan


pada masa sebelumhamil, memberikan Asuhan Kebidanan pada masa
kehamilan normal,memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan
dan menolongpersalinan normal, memberikan Asuhan Kebidanan pada
masa nifas,melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil,
bersalin, nifas,dan rujukan, dan melakukan deteksidini kasus risiko dan
komplikasi padamasa kehamilan, masa persalinan, pascapersalinan, masa
nifas, sertaasuhan pascakeguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.
 Pelayanan kesehatan anakBidan berwenang memberikan Asuhan
Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi,balita, dan anak prasekolah,
memberikan imunisasi sesuai programPemerintah Pusat, melakukan
pemantauan tumbuh kembang pada bayi,balita, dan anak prasekolah serta
deteksi dini kasus penyulit, gangguantumbuh kembang, dan rujukan, dan
memberikan pertolongan pertamakegawatdaruratan pada bayi baru lahir
dilanjutkan dengan rujukan.
 Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencanaBidan
berwenang melakukan komunikasi, informasi, edukasi, konseling,
danmemberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketentuan
peraturanperundang-undangan.
 Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenangPelimpahan
wewenang sebagaimana dimaksud terdiri atas pelimpahansecara
mandat dan pelimpahan secara delegatif.
 Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.Penugasan
pemerintah yang dilaksanakan pada keadaan tidak adanyatenaga medis
dan/atau tenaga kesehatan lain di suatu wilayah tempat Bidan bertugas.

2. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,

kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:

 Kewenangan normal:

1. Pelayanan kesehatan ibu

2. Pelayanan kesehatan anak

3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

 Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah


 Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter

 Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan.

Kewenangan ini meliputi:

a. Pelayanan kesehatan ibu ,ruang lingkup:

1. Pelayanan konseling pada masa pra hamil

2. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

3. Pelayanan persalinan normal

4. Pelayanan ibu nifas normal

5. Pelayanan ibu menyusui

6. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

7. Episiotomi

8. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

9. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

10. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

11. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

12. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu

ibu (ASI) eksklusif


13. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum

14. Penyuluhan dan konseling

15. Bimbingan pada kelompok ibu hamil

16. Pemberian surat keterangan kematian

17. Pemberian surat keterangan cuti bersalin

b. Pelayanan kesehatan anak, ruang lingkup:

1. Pelayanan bayi baru lahir

2. Pelayanan bayi

3. Pelayanan anak balita


4. Pelayanan anak pra sekolah

Kewenangan:

a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,

pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K

1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan

perawatan tali pusat.

b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk

c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah

e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah

f. Pemberian konseling dan penyuluhan

g. Pemberian surat keterangan kelahiran

h. Pemberian surat keterangan kematian

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana,

dengan kewenangan:

1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi


perempuan dan keluarga berencana

2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom

     Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus bagi bidan yang

menjalankan program Pemerintah mendapat kewenangan tambahan untuk melakukan

pelayanan kesehatan yang meliputi:

1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan

pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit

2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu

(dilakukan di bawah supervisi dokter)


3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan

4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak

usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan

5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah

6. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas

7. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi

Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya

8. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya

(NAPZA) melalui informasi dan edukasi

9. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah

     Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi,

penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan

memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta

pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA),

hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapat pelatihan untuk pelayanan tersebut.

     Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau kelurahan/desa) yang belum ada dokter,

bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar
kewenangan normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar

kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah tersebut sudah

terdapat tenaga dokter.

Anda mungkin juga menyukai