Anda di halaman 1dari 21

PERAN BIDAN SEBAGAI PRAKTISI YANG

OTONOMI, TEORI OTONOMI,


AKUNTABILITAS, DAN REGULASI

Dr. Hj. Ella Nurlelawati, S.SiT., SKM., M.Kes


STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia
Pengertian Akuntabilitas

• Akuntabilitas menurut Ghartey dalam Sedarmayanti (2009:195)


menyebutkan bahwa akuntabilitas ditujukan untuk mencari jawaban
terhadap pertanyaan yang berhubungan dengan pelayanan apa, siapa,
kepada siapa, milik siapa, yang mana, dan bagaimana.

• Akuntabilitas merupakan instrument untuk kegiatan kontrol terutama


dalam pencapaian hasil pada pelayanan publik.

• Akuntabilitas bidan adalah pertanggungjawaban dan tanggung gugat


(accountability) atas semua tindakan yang dilakukannya. Oleh karena
itu, semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis
kompetensi dan didasari suatu evidence based.
Pengertian Regulasi

• Menurut Collins Dictionary, regulasi adalah aturan yang


dibuat oleh pemerintah atau otoritas lain untuk
mengontrol cara sesuatu yang dilakukan atau cara orang
berperilaku.

• Regulasi adalah seperangkat peraturan untuk


mengendalikan suatu tatanan yang dibuat supaya bebas
dari pelanggaran dan dipatuhi semua anggotanya.
Otonomi Bidan Dalam Pelayanan
Pengertian
Kebidanan
Otonomi
Profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia,
Menurut Wayong (1979) otonomi adalah pertanggungjawaban dan tanggung gugat
sebagai kebebasan untuk memelihara (accountability) atas semua tindakan yang dilakukannya.
dan memajukan kepentingan khusus
daerah, keuangan sendiri, menentukan
hukuman sendiri, dan pemerintahan • semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis
sendiri, kompetensi dan didasari evidence based.

• Akuntabilitas diperkuat dengan satu landasan hukum


yang mengatur batas-batas wewenang profesi, dengan
adanya legitimasi kewenangan bidan memiliki hak
otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional
yg dilandasi kemampuan berfikir logis dan bertindak
sesuai standar profesi dan etika profesi
Praktik kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus
ditingkatkan mutunya melalui:
1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan.
2. Penelitian dalam bidang kebidanan.
3. Pengembangan ilmu dan tekhnologi dalam kebidanan.
4. Akreditasi.
5. Sertifikasi.
6. Registrasi.
7. Uji kompetensi.
8. Lisensi.
Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal (regulasi
hukum) yang mendasari dan terkait dengan pelayanan
kebidanan adalah sebagai berikut:
1. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 900/ Menkes/ SK/ VII/ 2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan.
2. Standar Pelayanan Kebidanan, 2001.
3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 369/ Menkes/ SK/ III/ 2007 tentang Standar Profesi Bidan.
4. Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 tentang Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Kesehatan.
5. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
6. Undang-undang No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1277/ Menkes/ SK/ XI/ 2001 tentang Organisasi & Tata Kerja DepKes
8. PMK No. 28 tahun 2017 tentang Izin & Penyelenggaraan Praktik Bidan.
9. Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
10. Undang-undang No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan.
11. Undang-undang tentang Aborsi, Adopsi, Bayi Tabung, dan Transplantasi.
12. KUHAP dan KUHP 1981.
13. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1464/ Menkes/ SK/ X/ 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
14. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 585/ Menkes/ Per/ IX/ 1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik.
15. Undang-undang yang terkait dengan Hak Reproduksi dan Keluarga Berencana.
a. UU No. 10 tahun 1992 tentang Pengembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.
b. UU No. 23 tahun 2003 tentang Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan di dalam Rumah Tangga.
TUJUAN OTONOMI DALAM PELAYANAN
KEBIDANAN

Tujuan otonomi dalam pelayanan kebidanan


adalah supaya bidan mengetahui kewajiban
otonomi dan mandiri yang sesuai dengan
kewenangan yang didasari oleh undang-undang
kesehatan yang berlaku.
Selain itu, tujuan dari otonomi pelayanan kebidanan ini meliputi:

1. Untuk mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan.

2. Untuk menyusun rencana asuhan kebidanan.

3. Untuk mengetahui perkembangan kebidanan melalui penelitian.

4. Berperan sebagai anggota tim kesehatan.

5. Untuk melaksanakan dokumetasi kebidanan.

6. Untuk mengelola perawatan pasien sesuai dengan lingkup tanggung jawabnya.


Bentuk-bentuk Otonomi dalam Pelayanan Kebidanan

Adapun bentuk-bentuk otonomi dalam pelayanan


kebidanan yaitu:
1. Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan.
2. Menyusun rencana asuhan kebidanan.
3. Melaksanakan asuhan kebidanan.
4. Melaksanakan dokumentasi kebidanan.
5. Mengelola keperawatan pasien dengan lingkup
tanggung jawab.
Kegunaan Otonomi dalam Pelayanan
Kebidanan
Otonomi pelayanan kesehaan meliputi
pembangunan kesehatan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat dalam upaya promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif untuk mengkatkan sumber
daya manusia yang berkualitas.
REGISTRASI
• Pengertian registrasi menurut Kepmenkes RI
No. 900/ MENKES/ SK/ VII/ 2002 yaitu proses
pendaftaran, pendokumentasian, dan pengakuan
terhadap seorang bidan setelah memenuhi
standar penampilan minimal yang ditetapkan
sehingga mampu dalam melaksanakan
profesinya. Setelah terpenuhinya persyaratan
yang ada maka tenaga profesi tersebut telah
mendapatkan surat izin melakukan praktik.
TUJUAN PERSYARATAN
a. Fotocopy ijazah bidan;
a. Mendata jumlah dan kategori
b. Fotocopy transkrip nilai akademik;
melakukan praktik.
c. Surat keterangan sehat dari dokter;
b. Meningkatkan mekanisme yang
d. Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat
objektif dan komprehensif dalam
Profesi;
penyelesaian kasus malpraktik.
e. Surat pernyataan telah mengucapkan
c. Meningkatkan kemampuan sumpah/janji profesi; dan
tenaga profesi dalam
f. Membuat pernyataan tertulis untuk
mengadopsi kemajuan ilmu
mematuhi dan melaksanakan
pengetahuan dan tekhnologi
ketentuan etika profesi;
yang berkembang pesat.
g. Pas foto 4 x 6 cm sebanyak 2 lembar.
Masa berlaku registrasi dalam rentang waktu 5 tahun,
setelah 5 tahun bidan harus melakukan registrasi ulang.
Persyaratan untuk registrasi ulang adalah sebagai berikut:
a. Memiliki STR lama;
b. Memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
c. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
d. Membuat pernyataan tertulis mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika profesi;
e. Telah mengabdikan diri sebagai tenaga profesi atau vokasi;
f. Memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan,
pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya.
Lisensi Praktik Kebidanan
Lisensi praktik kebidanan merupakan proses
administrasi yang dilakukan pemerintah dalam
mengeluarkan surat izin praktik yang diberikan kepada
suatu tenaga profesi untuk pelayanan yang mandiri.
Menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI), lisensi
adalah pemberian izin praktiksebelum diperkenankan
melakukan pekerjaan yang telah ditetapkan.
Tujuan Lisensi Praktik Persyaratan Lisensi Praktik
Kebidanan Kebidanan

Syarat-syarat yang harus penuhi


1. Memberikan kejelasan batas dalam melakukan lisensi praktik
wewenang suatu profesi antara lain:

2. Menetapkan sarana dan prasarana


a. Fotocopy STR yang masih
berlaku.
3. Meyakinkan klien
b. Fotocopy ijazah bidan.
c. Surat keterangan sehat.
d. Rekomendari dari organisasi
profesi.
e. Pas foto 4 x 6 cm sebanyak 2
lembar.
Wewenang / Otonomi Bidan dalam
Melakukan Praktik Profesi
Berdasarkan regulasi hukum yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 4
tahun 2019 tentang Kebidanan pada pasal 46-48 tentang Tugas dan
Wewenang Bidan.
Pada pasal 47, dalam menyelenggarakan praktik kebidanan, Bidan dapat
berperan sebagai:

1. Pemberi pelayanan kebidanan;


2. Pengelola Pelayanan Kebidanan;
3. Penyuluh dan konselor;
4. Pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik;
5. Penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan;
dan/atau
6. Peneliti.
Pada pasal 46, Bidan dalam menjalankan praktik
kebidanannya bertugas memberikan pelayanan yang
meliputi:

1. Pelayanan kesehatan ibu (pasal 49)


a. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil
b. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal
c. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan
menolong persalinan normal
d. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas
e. Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin,
nifas, dan rujukan
f. Melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa
kehamilan, masa persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta asuhan
pasca keguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.
2. Pelayanan kesehatan anak (pasal 50)
a. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak prasekolah
b. Memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat
c. Melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita, dan anak prasekolah serta
deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh kembang, dan rujukan
d. Memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru lahir dilanjutkan
dengan rujukan.

3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana (pasal 51-52).


Bidan berwenang melakukan komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan memberikan
pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana.

4. Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang (pasal 53-58)


5. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu atau keadaan gawat
darurat (pasal 59) yang berbunyi :

a. Dalam keadaan gawat darurat untuk pemberian pertolongan pertama, Bidan dapat
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sesuai dengan kompetensinya.

b. Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk


menyelamatkan nyawa Klien.

c. Keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan
yang mengancam nyawa Klien.

d. Keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bidan
sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.

e. Penanganan keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (4) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan regulasi hokum yang tertuang dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002, bidan dalam menjalankan
praktik profesinya berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi:

1. Pelayanan kebidanan kepada ibu pada masa pranikah, prakonsepsi, masa


kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui

2. Pelayanan Keluarga Berencana

3. Pelayanan Kesehatan Masyarakat


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai