Anda di halaman 1dari 8

Nama : Lidya Kusuma Putri

Kelas : 2B
Nim : PO7124322063

ASPEK LEGAL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


A. PENGERTIAN SIP DAN SIPB
SURAT IZIN PRAKTIK ( SIP )
Surat izin praktik atau SIP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah
kabupaten atau kota kepada Tenaga Kesehatan sebagai pemberian kewenangan untuk
menjalankan praktik. Surat Izin Praktik Tenaga Kesehatan meliputi semua jenis tenaga
kesehatan lainnya yang memerlukan SIP seperti Fisioterapis, Nutrisionis, Radiografer,
Elektromedis, Ahli Teknologi Laboratorium Medik, Fisikawan medik, Radioterapis, Ortotik
prostetik, dan lain sebagainya. Biaya atau Retribusi dari pembuatan SIP ini gratis (Rp. 0) – Tidak
dipungut retribusi’. Norma waktu dalam pembuatan SIP ini berlangsung maksimal 14 hari.
Dasar Hukum:
 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan.
 Peraturan Bupati Lamandau Nomor 06 Tahun 2013 Tentang Perizinan Bidang Kesehatan.
 Peraturan Bupati Lamandau Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 06 Tahun 2013 Tentang Perizinan
Bidang Kesehatan

Persyaratan:
1. Surat Permohonan
2. Surat pernyataan kebenaran dokumen bermetrai Rp. 10.000;
3. Fotocopy ijazah tenaga kesehatan;
4. Fotocopy Surat Tanda Registrasi (STR) yang diterbitkan dan masih berlaku;
5. Surat rekomendasi dari organisasi profesi;
6. Surat keterangan berbadan sehat dari dokter yang memiliki SIP yang masih berlaku;
7. Surat rekomendasi dari Dinas Kesehatan;
8. Fotocopy KTP yang masih berlaku;
9. Fotocopy kartu tanda anggota organisasi profesi;
10. Foto copy Kartu NPWP Perorangan/Berbadan Hukum;
11. Surat Rekomendasi dari Kepala Puskesmas / Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
tempat berkerja;
12. Pas photo berwarna (latar belakang warna merah) ukuran 4×6 sebanyak 2 lembar dan
ukuran 3×4 sebanyak 2 lembar
Mekanisme:
1. Pemohon dapat langsung mengajukan permohonan secara online melalui aplikasi
SICANTIK (sicantik.go.id) dengan mengunggah (upload) scan dokumen persyaratan.
2. Petugas DPMPTSP akan memeriksa kelengkapan dokumen persyaratan.
3. Jika dinyatakan lengkap, petugas DPMPTSP akan memproses dengan notifikasi Dinas
Kesehatan untuk verifikasi secara teknis.
4. Dinas Kesehatan menerbitkan Rekomendasi Teknis sesuai atau tidak dan layak untuk
diterbitkan atau tidak.
5. Berdasarkan rekomendasi Dinas Kesehatan, Surat Izin Praktik akan diterbitkan.
6. Pemohon dapat mengunduh (download) SIP dari aplikasi SICANTIK.

SURAT IZIN PRAKTIK BIDAN ( SIPB )


Sedangkan surat izin praktik bidan atau SIPB alah bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Bidan sebagai pemberian kewenangan untuk
menjalankan praktik kebidanan. Bidan yang menjalankan praktik keprofesiannya wajib memiliki
SIPB. SIPB diberikan kepada Bidan yang telah memiliki STRB. SIPB berlaku untuk 1 (satu)
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. SIPB berlaku selama STR Bidan masih berlaku, dan dapat
diperpanjang selama memenuhi persyaratan. Bidan hanya dapat memiliki paling banyak 2 (dua)
SIPB. Permohonan SIPB kedua, harus dilakukan dengan menunjukan SIPB pertama. SIPB
diterbitkan oleh Instansi Pemberi Izin yang ditunjuk pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Penerbitan SIPB harus ditembuskan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. Jika Instansi
Pemberi Izin merupakan dinas kesehatan kabupaten/kota, Penerbitan SIPB tidak perlu
ditembuskan.
Berikut adalah persyaratan untuk mengajukan Izin Praktik Kebidanan:
1. Surat permohonan yang didalamnya terdapat pernyataan kebenaran dan keabsahan
dokumen & data di atas kertas bermaterai Rp 6.000
2. Identitas Pemohon/Penangung Jawab
 WNI : Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) (Fotokopi)
 WNA : Kartu Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau VISA / Paspor (Fotokopi)
 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) (Fotokopi)
3. Jika dikuasakan, Surat kuasa di atas kertas bermaterai RP 6.000 dan KTP orang yang
diberi kuasa
4. Pasfoto berwarna terbaru ukuran 4x6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar
5. Surat Tanda Registrasi (STR) yang masih berlaku (Fotokopi Legalisir)
6. Ijazah (Fotokopi)
7. Sertifikat Pendidikan dan Pelatihan (kontrasepsi, APN PONED, dan lain-lain) yang
diselenggarakan oleh institusi pendidikan nasional atau organisasi profesi terkait yang
diakui oleh pemerintah (Fotokopi)
8. Surat kerjasama pengelolaan limbah medis padat dan cair dengan pihak ketiga
9. Rekomendasi dari organisasi profesi
10. Surat pernyataan di atas kertas bermaterai Rp 6.000 dari pemohon yang menyatakan:
 Akan bekerja sama dengan puskesmas kecamatan setempat
 Tidak melakukan tindakan aborsi
 Akan melakukan penapisan pada ibu bersalin
 Mentaati peraturan yang berlaku dan melaksanakan etika profesi
11. Surat Pernyataan memiliki tempat kerja/praktik di praktik mandiri (bermaterai 6000)
12. Surat keterangan dari pimpinan bagi PNS atau TNI atau POLRI
13. Foto lokasi tempat praktik (tampak muka dan tampak dalam)
14. Proposal teknis yang dilengkapi dengan:
 Denah lokasi dengan situasi sekitar tempat praktik
 Denah ruang praktik
 Data kelengkapan alat medis dan non medis
 Data obat yang tersedia
 Daftar tarif dan jenis pelayanan
15. Bukti Kepemilikan Tanah
16. Jika Milik Pribadi: Sertifikat Tanah/ Akte Waris/ Akte Hibah/ Akte Jual Beli (AJB), bila
bukan atas nama pemohon, lampirkan data pendukung
17. Jika tanah atau bangunan disewa: Perjanjian sewa-menyewa tanah atau bangunan,
Surat pernyataan diatas kertas bermaterai Rp 6.000 dari pemilik tanah atau bangunan
yang menyatakan tidak keberatan tanah atau bangunan digunakan, Kartu Tanda
Penduduk (KTP) pemilik tanah atau bangunan (Fotokopi)
18. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL)
19. Persetujuan tetangga (kiri, kanan, depan, belakang disertai KTP)

B. SYARAT MENDIRIKAN KLINIK DAN PMB


Syarat Mendirikan Klinik
Klinik yang dimiliki oleh masyarakat yang menyelenggarakan rawat jalan dapat didirikan
oleh perorangan atau badan usaha. Sedangkan klinik yang dimiliki oleh masyarakat yang
menyelenggarakan rawat inap harus didirikan oleh badan hukum. Untuk menyelenggarakan
klinik, wajib memiliki izin mendirikan dan izin operasional. Izin mendirikan diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten atau kota. Sedangkan izin operasional diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan kabupaten atau kota.
Untuk mendapatkan izin mendirikan, penyelenggara Klinik harus melengkapi persyaratan:
1. identitas lengkap pemohon
2. salinan/fotokopi pendirian badan hukum atau badan usaha, kecuali untuk kepemilikan
perorangan
3. salinan/fotokopi yang sah sertifikat tanah, bukti kepemilikan lain yang disahkan oleh
notaris, atau bukti surat kontrak minimal untuk jangka waktu 5 (lima) tahun;
4. dokumen Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup (SPPL) untuk Klinik rawat jalan, atau dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) untuk Klinik rawat inap
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
5. profil Klinik yang akan didirikan meliputi pengorganisasian, lokasi, bangunan, prasarana,
ketenagaan, peralatan, kefarmasian, laboratorium, serta pelayanan yang diberikan
6. persyaratan lainnya sesuai dengan peraturan daerah setempat.

Syarat Mendirikan PMB


Praktik Mandiri Bidan adalah tempat pelaksanaan rangkaian kegiatan pelayanan kebidanan
yang dilakukan oleh Bidan secara perorangan. Bidan yang menyelenggarakan Praktik Mandiri
Bidan harus memenuhi persyaratan, selain ketentuan persyaratan memperoleh SIPB.
Persyaratan Praktik Mandiri Bidan meliputi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan,
serta obat dan bahan habis pakai. Persyaratan lokasi berupa Praktik Mandiri Bidan harus berada
pada lokasi yang mudah untuk akses rujukan dan memperhatikan aspek kesehatan lingkungan.
Praktik mandiri bidan merupakan bentuk pelayanan kesehatan di bidang kesehatan dasar
yang diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga, dan masyarakat) sesuai dengan
kewenangan dan kemampuannya yang ditujukan khusus bagi perempuan. Dengan pelayanan
diantaranya:
1. Selama masa sebelum kehamilan
2. Masa kehamilan
3. Persalinan
4. Pasca persalinan
5. Kesehatan Bayi dan Balita
6. Kesehatan Reproduksi
7. Keluarga Berencana

Praktik mandiri bidan ( PMB ) merupakan bentuk pelayanan kesehatan di bidang kesehatan
dasar. Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
bidan kepada pasien (individu, keluarga, dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan
kemampuannya. Bidan yang menjalankan praktek harus memiliki Surat Izin Praktek Bidan (SIPB)
sehingga dapat menjalankan praktek pada saran kesehatan atau program.

Persyaratan Pendirian Bidan Praktek Mandiri


1. Menjadi anggota IBI (Ikatan Bidan Indonesia)
2. Permohonan Surat Ijin Praktek Bidan selaku Swasta Perorangan
3. Surat Keterangan Kepala Puskesmas Wilayah Setempat Praktek
4. Surat Pernyataan tidak sedang dalam sanksi profesi/ hukum.
5. Surat Keterangan Ketua Ranting IBI Wilayah
6. 6. Persiapan peralatan medis dan medis usaha praktek bidan secara perorangan dengan
pelayanan pemeriksaan pertolongan persalinan dan perawatan.
7. Membuat Surat Perjanjian sanggup mematuhi perjanjian yang tertulis.
8. Bidan dalam menjalankan praktek harus :
a. Memiliki tempat dan ruangan praktek yang memenuhi persyaratan kesehatan.
b. Menyediakan tempat tidur untuk persalinan minimal 1 dan maksimal 5 tempat
tidur.
c. Memiliki peralatan minimal sesuai dengan ketentuan dan melaksanakan prosedur
tetap (protap) yang berlaku.
d. Menyediakan obat-obatan sesuai dengan ketentuan peralatan yang berlaku.
9. Bidan yang menjalankan prakytek harus mencantumkan izin praktek bidannya atau foto
copy prakteknya diruang praktek, atau tempat yang mudah dilihat.
10. Bidan dalam prakteknya memperkerjakan tenaga bidan yang lain, yang memiliki SIPB
untuk membantu tugas pelayanannya
11. Bidan yang menjalankan praktek harus harus mempunyai peralatan minimal sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan peralatan harus tersedia ditempat prakteknya.
12. Peralatan yang wajib dimilki dalam menjalankan praktek bidan sesuai dengan jenis
pelayanan yang diberikan .
13. Dalam menjalankan tugas bidan harus serta mempertahankan dan meningkatkan
keterampilan profesinya antara lain dengan :
a. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan atau saling tukar informasi
dengan sesama bidan .
b. Mengikuti kegiatan-kegiatan akademis dan pelatihan sesuai dengan bidang
tugasnya, baik yang diselenggarakan pemerintah maupun oleh organisasi profesi.
c. Memelihara dan merawat peralatan yang digunakan untuk praktek agar tetap siap
dan berfungsi dengan baik
Saat memiliki kesempatan untuk membuka BPM, hal yang dilakukan agar PMB
memenuhi SPK, berikut persyaratan umum pendirian BPM memenuhi syarat bangunan,
menerapkan analisis SWOT, memiliki perijinan (SIPB), melengkapi adminisrasi, kelengkapan,
sarana dan prasarana BPM, memiliki perlengkapan asuhan bayi rooming-in/rawat gabung dan
memberikan pelayanan yang berkualitas.

C. REGISTRASI TENTANG TENAGA KESEHATAN


Surat Tanda Registrasi (STR) merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah
kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi. Tenaga kesehatan yang
telah memiliki STR dapat melakukan aktivitas pelayanan kesehatan. STR dapat diperoleh jika
setiap tenaga kesehatan telah memiliki ijazah dan sertifikat uji kompetensi yang diberikan
kepada peserta didik setelah dinyatakan lulus ujian program pendidikan dan uji kompetensi.
Ijazah diterbitkan oleh perguruan tinggi peserta didik dan sertifikat uji kompetensi yang
diterbitkan oleh DIKTI.. Surat Tanda Registrasi (STR) berlaku selama lima tahun dan dapat
diperpanjang setiap lima tahun. Sesuai dengan Permenkes 1796 tahun 2011, STR yang telah
habis masa berlakunya dapat diperpanjang melalui partisipasi tenaga kesehatan dalam kegiatan
pendidikan dan/ atau pelatihan, kegiatan ilmiah lainnya sesuai dengan profesinya, serta
kegiatan pengabdian masyarakat.

Dasar Hukum
Sebagai dasar hukumnya, penerbitan Surat Tanda Registrasi diatur dalam Permenkes Nomor 18
Tahun 2019.
Pada pasal 2 ayat 1 hingga 3 ini tertulis bahwa:
1. Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik wajib memiliki STR.
2. STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia dan diberikan oleh konsil masing-masing Tenaga Kesehatan.
3. STR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditandatangani oleh ketua konsil masing-
masing Tenaga Kesehatan yang berfungsi sebagai registrar.

Dari sini, dapat disimpulkan bahwa STR adalah syarat mutlak yang harus dimiliki setiap
tenaga kesehatan. Kemudian, STR sendiri diterbitkan oleh Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia
(KTKI) dan akan diberikan oleh konsil masing-masing tenaga kesehatan.

Persyaratan Permohonan STR Seumur Hidup untuk Tenaga Kesehatan (KTKI)


1. Persyaratan Permohonan Baru
a. Ijazah/ sertifikat profesi;
b. Sertifikat kompetensi;
c. Pas foto formal terbaru ukuran 4x6 menghadap kedepan, berlatar belakang
merah dan wajah terlihat jelas tanpa penutup wajah (format file jpeg dengan
ukuran maksimal 200 kb); dan
d. Kartu Tanda Penduduk
2. Persyaratan Permohonan Perpanjangan:
a. STR lama

Untuk mendapatkan dokumen STR adalah hanya melalui aplikasi registrasi online sesuai dengan
ketentuan pada pasal 4 ayat 1.

D. KLASIFIKASI RUMAH SAKIT


Semua hal tentang pembagian tipe rumah sakit telah diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 340/Menkes/Per/III/2010. Dijelaskan bahwa rumah sakit
dikelompokkan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan menjadi tipe umum dan
khusus, yang mana rumah sakit umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang
dan jenis penyakit sedangkan rumah sakit khusus memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau jenis penyakit tertentu berdasarkan ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit.
Penetapan kelas rumah sakit wajib mendapatkan persetujuan dari Menteri Kesehatan dan tidak
menutup kemungkinan jika dapat terjadi peningkatan kelas setelah lulus dari tahap pelayanan
akreditasi kelas di bawahnya.

Klasifikasi Rumah Sakit Umum


Pasal 4 Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum diklasifikasikan
menjadi sebagai berikut :
1. Rumah Sakit Umum Kelas A
Untuk rumah sakit kelas A harus memiliki fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 4 medik spesialis dasar, 5 spesialis penunjang medik, 12 medik spesialis lain, dan 13
medik sub spesialis. Baik sarana dan prasarana serta peralatan rumah sakit tipe A harus
memenuhi standar yang ditetapkan oleh menteri. Selain itu, peralatan radiologi dan kedokteran
nuklir harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan undang-undang. Pada rumah sakit
kelas A, pasien bisa menikmati layanan pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat,
pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan medik
spesialis lain, pelayanan medik spesialis gigi mulut, pelayanan medik subspesialis, pelayanan
keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, dan pelayanan penunjang non klinik.

2. Rumah Sakit Umum Kelas B


Untuk rumah sakit kelas B, setidaknya disediakan fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
paling sedikit 4 spesialis dasar, 4 spesialis penunjang medik, 8 spesialis lainnya, dan 2
subspesialis dasar. Masyarakat yang mendapat rujukan ke rumah sakit kelas B bisa mendapatkan
fasilitas seperti pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis
dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan medik spesialis lain, pelayanan medik
spesialis gigi mulut, pelayanan medik subspesialis, pelayanan keperawatan dan kebidanan,
pelayanan penunjang klinik, serta pelayanan penunjang non klinik.

3. Rumah Sakit Umum Kelas C


Rumah sakit umum kelas C lebih membatasi pelayanan mediknya, yang mana paling sedikit
menyediakan 4 medik spesialis dasar dan 4 spesialis penunjang medik. Di sini masyarakat bisa
menikmati pelayanan medik umum, gawat darurat, medik spesialis dasar, spesialis penunjang
medik, medik spesialis gigi mulut, keperawatan dan kebidanan, serta pelayanan penunjang klinik
dan non klinik.

4. Rumah Sakit Umum Kelas D


Pada rumah sakit umum kelas D sedikitnya tersedia 2 pelayanan medik spesialis dasar,
dengan fasilitas dan kemampuan pelayanan yang meliputi pelayanan medik umum, gawat
darurat, medik spesialis dasar, keperawatan dan kebidanan, serta pelayanan penunjang klinik
dan non klinik.
Masih dalam peraturan yang sama di Pasal 23, rumah sakit khusus dibagi berdasarkan jenis-
jenisnya, antara lain: rumah sakit khusus ibu dan anak, jantung, kanker, orthopedi, paru, jiwa,
kusta, mata, ketergantungan obat, stroke, penyakit infeksi, bersalin, gigi dan mulut, rehabilitasi
medik, telinga hidung tenggorokan, bedah, ginjal, kulit, dan kelamin.
Sebagai peserta BPJS Kesehatan, Anda wajib mengetahui tipe-tipe rumah sakit di atas agar
tiap anggotanya dapat memilih dengan tepat rumah sakit mana yang sesuai dengan
pemeriksaan dan fasilitas yang dibutuhkan. Yang perlu digaris-bawahi adalah sistem pelayanan
BPJS Kesehatan memiliki jenjang, yang artinya setiap tindakan perlu adanya rujukan untuk
mendapatkan pelayanan medis tertentu.
Jenjang untuk fasilitas kesehatan atau faskes ini terdiri dari:
1. Faskes tingkat 1 yang meliputi puskesmas, klinik, praktik dokter, praktik dokter gigi, dan
rumah sakit kelas D.
2. Faskes tingkat 2 yang merupakan lanjutan faskes tingkat 1 dengan rujukan rumah sakit
kelas C dan B.
3. Faskes tingkat 3 yang meliputi rumah sakit kelas A dengan sarana dan prasarana yang
lebih lengkap.

WNI dan WNA yang telah bekerja di Indonesia selama minimal 6 bulan wajib menjadi
anggota BPJS Kesehatan. Sistem kesehatan ini mengedepankan iuran sesuai dengan kelasnya
masing-masing. Pekerja Penerima Upah, iuran BPJS Kesehatan dipotong dari upah tiap bulan. Di
sini yang menjadi kewajiban seorang HRD atau finance sebuah perusahaan untuk menghitung
besaran iuran BPJS Kesehatan untuk masing-masing karyawan. Potongan ini termasuk dalam
perhitungan PPh Pasal 21.

Anda mungkin juga menyukai