Anda di halaman 1dari 2

RUPTUR UTERI

Ruptur uteri atau rahim1 robek adalah kondisi yang terjadi ketika ada robekan pada
dinding rahim. Tidak menutup kemungkinan, ruptur uteri bisa mengakibatkan perdarahan hebat
pada ibu dan bayi yang tertahan di dalam rahim. Kondisi ini membahayakan kesehatan ibu dan
bayinya. Ruptur uteri adalah komplikasi melahirkan yang sangat jarang terjadi.

Gejala Ruptur Uteri

 Perdarahan dari vagina2 dalam jumlah yang berlebihan


 Timbul rasa sakit hebat di sela-sela kontraksi3 saat melahirkan normal
 Kekuatan kontraksi persalinan cenderung melambat, melemah, dan kurang intens4
 Nyeri atau sakit pada perut yang tidak biasa
 Kepala bayi terhenti di jalan lahir ketika dikeluarkan melalui vagina
 Timbul rasa sakit tiba-tiba pada bekas sayatan operasi caesar5 sebelumnya di rahim
 Kekuatan otot-otot pada rahim menghilang
 Detak jantung ibu berubah menjadi lebih cepat
 Tekanan darah ibu rendah
 Denyut jantung bayi abnormal
 Persalinan normal tidak mengalami perkembangan

Penyebab Ruptur Uteri

Kebanyakan kasus ruptur uteri saat proses persalinan terjadi tepat di area bekasi luka dari
operasi caesar sebelumnya. Kemudian ketika menjalani persalinan normal, pergerakan bayi akan
memberikan tekanan kuat pada rahim. Saking kuatnya, tekanan yang ditimbulkan dari
pergerakan bayi tersebut dapat memengaruhi bekas luka operasi caesar. Hal inilah yang
membuat ruptur uteri karena rahim seolah menahan berat dan tekanan dari pergerakan bayi.
Ketika ruptur uteri terjadi, bayi yang ada di dalam rahim dapat naik dan mengarah kembali ke
perut ibu. Penyebab lainnya yaitu :

 Memiliki sayatan vertikal bekasi operasi caesar di bagian atas rahim.


 Pernah melakukan berbagai jenis operasi pada rahim sebelumnya,
 Operasi pengangkatan tumor6 jinak atau fibroid pada rahim dan melakukan perbaikan
pada rahim yang bermasalah

Faktor Risiko Ruptur Uteri

 Pernah melahirkan 5 kali atau lebih


 Posisi plasenta7 yang berada terlalu masuk di dalam dinding rahim
 Kontraksi yang terlalu sering dan kuat entah karena pengaruh pemberian obat-obatan
seperti oksitosin8 dan prostaglandin9, maupun lepasnya plasenta dari dinding rahim
(solusio plasenta)
 Proses persalinan memakan waktu cukup lama karena ukuran bayi terlalu besar
ketimbang ukuran panggul ibu
 Pernah melakukan operasi caesar sebelumnya
 Pernah melahirkan normal atau melalui vagina
 Melakukan induksi10 persalinan
 Ukuran bayi terlalu besar
 Kondisi rahim terlalu buncit atau besar
 Pernah mengalami kecelakaan mobil yang berpengaruh pada rahim maupun menjalani
tindakan external cephalic version(External cephalic version adalah prosedur untuk
mengubah posisi bayi sungsang saat persalinan.)

Diagnosis Ruptur Uteri

Dokter dapat mencurigai adanya ruptur uteri selama proses persalinan. Untuk
memastikan hal tersebut, biasanya dokter akan melihat gejala ruptur uteri pada ibu dan bayi.
Diagnosis rahim robek hanya bisa dilakukan oleh dokter selama persalinan berlangsung. Sebab,
di sinilah gejala rahim robek sangat mudah terlihat ketimbang sebelum masuk waktu melahirkan

Komplikasi Ruptur Uteri

Bagi ibu, misalnya, dapat menyebabkan perdarahan dalam jumlah banyak. Sementara
pada bayi, ruptur uteri dapat menimbulkan masalah kesehatan yang jauh lebih besar.

Pencegahan Ruptur Uteri

 Menempuh operasi caesar untuk melahirkan.


 Rutin memeriksakan kandungan, serta mengonsultasikan semua rencana-rencana terkait
persalinan nantinya dengan dokter
 Pastikan juga dokter mengetahui semua riwayat kesehatan, beserta riwayat mengenai
kehamilan dan melahirkan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai