Anda di halaman 1dari 10

Laporan Pendahuluan Persalinan Normal

Minggu, Juni 08, 2014 |


PERSALINAN NORMAL

A. PENGERTIAN
Persalinan adalah proses pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan, letak memanjang
atau sejajar sumbu badan ibu, presentase belakang kepala, keseimbangan diameter kepala bayi
dan panggul ibu, serta ddengan tenaga ibu sendiri. (abdul bari; 2008)
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup
bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. (Mitayani, 2009).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-
42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2006).

B. ETIOLOGI PERSALINAN NORMAL
1. Penurunan kadar progesterone
Progesterone menimbulakan relaksi otot-otot rahim. Sebaliknya estrogen meninggikan
kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terhadap keseimbangan antara kadar progesterone dan
estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun, sehingga
timbul his.
2. Teori oxytosin
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu, timbul kontraksi otot-otot
rahim.
3. Keregangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya teregang oleh karena
isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian puladengan
rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot rahim makin rentan
4. Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya memegang peranan oleh karena pada
anenchephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
5. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah satu permulaan persalinan.


C. PATHWAYS PERSALINAN NORMAL


D. TANDA DAN GEJALA PERSALINAN NORMAL
a. tanda-tanda permulaan persalinan
1. Lightening atau dropping atau settling yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida, menjelang minggu ke 36. pada multigravida tidak begitu kentara,
karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan
2. Perut kelihatan melebar, fundus uteri turun
3. Perasaan sering kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin
4. Perasaan sakit di perut dan pinggang oleh adanya kontraksi kontraksi lemah dari uterus,
disebut false labor pains atau his permulaan.
b. tanda-tanda persalinan
1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek,
pinggang terasa sakit yang menjalar ke perut.
2. Dapat terjadi pengeluaran lendir dan lendir bercampur darah atau bloody show.
3. Kadang kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks :
a. Pelunakan serviks
b. Pendataran serviks
c. Terjadi pembukaan serviks

FAKTOR-FAKTOR PENTING DALAM PERSALINAN
1. Jalan lahir (Passage)
a. Bagian keras : tulang tulang panggul
b. Bagian lunak : Otot otot, jaringan jaringan dan ligamen - ligamen
2. Janin ( Passenger )
a. Letak janin (situs)
b. Besar janin
c. Presentasi janin (presentation)
d. Posisi janin (position)
e. Sikap janin (habitus)
3. Tenaga (Power )
a. His ( kontraksi uterus )
b. Kontraksi otot otot perut
c. Kontraksi diafragma
d. Aksi dari ligamentum







E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium rutin (Hb dan urinalisis serta protein urine).
2. Pemeriksaan laboratorium khusus.
3. Pemeriksaan ultrasonografi.
4. Pemantauan janin dengan kardiotokografi.
5. Amniosentesis dan Kariotiping.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS

PENATALAKSANAAN PERSALINAN KALA I
1. Berikan dukungan dan suasana yang menyenangkan bagi parturien
2. Berikan informasi mengenai jalannya proses persalinan kepada parturien dan pendampingnya.
3. Pengamatan kesehatan janin selama persalinan
1. Pada kasus persalinan resiko rendah, pada kala I DJJ diperiksa setiap 30 menit dan pada kala
II setiap 15 menit setelah berakhirnya kontraksi uterus ( his ).
2. Pada kasus persalinan resiko tinggi, pada kala I DJJ diperiksa dengan frekuensi yang lbih
sering (setiap 15 menit ) dan pada kala II setiap 5 menit.
4. Pengamatan kontraksi uterus
1. Meskipun dapat ditentukan dengan menggunakan kardiotokografi, namun penilaian kualitas
his dapat pula dilakukan secara manual dengan telapak tangan penolong persalinan yang
diletakkan diatas abdomen (uterus) parturien.
5. Tanda vital ibu
1. Suhu tubuh, nadi dan tekanan darah dinilai setiap 4 jam.
2. Bila selaput ketuban sudah pecah dan suhu tubuh sekitar 37.50 C (borderline) maka
pemeriksaan suhu tubuh dilakukan setiap jam.
3. Bila ketuban pecah lebih dari 18 jam, berikan antibiotika profilaksis.
6. Pemeriksaan VT berikut
1. Pada kala I keperluan dalam menilai status servik, stasion dan posisi bagian terendah janin
sangat bervariasi.
2. Umumnya pemeriksaan dalam (VT) untuk menilai kemajuan persalinan dilakukan tiap 4 jam.
3. Indikasi pemeriksaan dalam diluar waktu yang rutin diatas adalah:
1) Menentukan fase persalinan.
2) Saat ketuban pecah dengan bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul.
3) Ibu merasa ingin meneran.
4) Detik jantung janin mendadak menjadi buruk (< 120 atau > 160 dpm).
7. Makanan oral
a. Sebaiknya pasien tidak mengkonsumsi makanan padat selama persalinan fase aktif dan kala II.
Pengosongan lambung saat persalinan aktif berlangsung sangat lambat.
b. Penyerapan obat peroral berlangsung lambat sehingga terdapat bahaya aspirasi saat parturien
muntah.
c. Pada saat persalinan aktif, pasien masih diperkenankan untuk mengkonsumsi makanan cair.
8. Cairan intravena
a. Keuntungan pemberian cairan intravena selama inpartu:
a) Bilamana pada kala III dibutuhkan pemberian oksitosin profilaksis pada kasus atonia uteri.
b) Pemberian cairan glukosa, natrium dan air dengan jumlah 60120 ml per jam dapat mencegah
terjadinya dehidrasi dan asidosis pada ibu.
9. Posisi ibu selama persalinan
a. Pasien diberikan kebebasan sepenuhnya untuk memilih posisi yang paling nyaman bagi
dirinya.
b. Berjalan pada saat inpartu tidak selalu merupakan kontraindikasi.
10. Analgesia
a. Kebutuhan analgesia selama persalinan tergantung atas permintaan pasien.
11. Lengkapi partogram
a. Keadaan umum parturien ( tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan ).
b. Pengamatan frekuensi durasi intensitas his.
c. Pemberian cairan intravena.
d. Pemberian obat-obatan.
12. Amniotomi
a. Bila selaput ketuban masih utuh, meskipun pada persalinan yang diperkirakan normal terdapat
kecenderungan kuat pada diri dokter yang bekerja di beberapa pusat kesehatan untuk melakukan
amniotomi dengan alasan:
a) Persalinan akan berlangsung lebih cepat.
b) Deteksi dini keadaan air ketuban yang bercampur mekonium ( yang merupakan indikasi
adanya gawat janin ) berlangsung lebih cepat.
c) Kesempatan untuk melakukan pemasangan elektrode pada kulit kepala janin dan prosedur
pengukuran tekanan intrauterin.
b. Namun harus dingat bahwa tindakan amniotomi dini memerlukan observasi yang teramat ketat
sehingga tidak layak dilakukan sebagai tindakan rutin.
13. Fungsi kandung kemih
a. Distensi kandung kemih selama persalinan harus dihindari oleh karena dapat:
a) Menghambat penurunan kepala janin
b) Menyebabkan hipotonia dan infeksi kandung kemih
c) Carley dkk (2002) menemukan bahwa 51 dari 11.322 persalinan pervaginam mengalami
komplikasi retensio urinae ( 1 : 200 persalinan ).
d) Faktor resiko terjadinya retensio urinae pasca persalinan:
1. Persalinan pervaginam operatif
2. Pemberian analgesia regional
PENATALAKSANAAN PERSALINAN KALA II
Tujuan penatalaksanaan persalinan kala II :
1. Mencegah infeksi traktus genitalis melalui tindakan asepsis dan antisepsis.
2. Melahirkan well born baby.
3. Mencegah agar tidak terjadi kerusakan otot dasar panggul secara berlebihan.
Penentuan kala II : Ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan vaginal toucher yang acapkali
dilakukan atas indikasi :
1. Kontraksi uterus sangat kuat dan disertai ibu yang merasa sangat ingin meneran.
2. Pecahnya ketuban secara tiba-tiba.
Pada kala II sangat diperlukan kerjasama yang baik antara parturien dengan penolong persalinan.
1. Persiapan :
1. Persiapan set pertolongan persalinan lengkap.
2. Meminta pasien untuk mengosongkan kandung kemih bila teraba kandung kemih diatas
simfisis pubis.
3. Membersihkan perineum, rambut pubis dan paha dengan larutan disinfektan.
4. Meletakkan kain bersih dibagian bawah bokong parturien.
5. Penolong persalinan mengenakan peralatan untuk pengamanan diri ( sepatu boot, apron,
kacamata pelindung dan penutup hidung & mulut).
2. Pertolongan persalinan :
1. Posisi pasien sebaiknya dalam keadaan datar diatas tempat tidur persalinan.
2. Untuk pemaparan yang baik, digunakan penahan regio poplitea yang tidak terlampau renggang
dengan kedudukan yang sama tinggi.
3. Persalinan kepala:
1. Setelah dilatasi servik lengkap, pada setiap his vulva semakin terbuka akibat dorongan kepala
dan terjadi crowning.
2. Anus menjadi teregang dan menonjol. Dinding anterior rektum biasanya menjadi lebih mudah
dilihat.
3. Bila tidak dilakukan episiotomi, terutama pada nulipara akan terjadi penipisan perineum dan
selanjutnya terjadi laserasi perineum secara spontan.
4. Episotomi tidak perlu dilakukan secara rutin dan hendaknya dilakukan secara individual atas
sepengetahuan dan seijin parturien.
4. Membersihkan nasopharynx:
Perlu dilakukan tindakan pembersihan muka , hidung dan mulut anak setelah dada lahir dan anak
mulai mengadakan inspirasi,
5. Lilitan talipusat
Setelah bahu depan lahir, dilakukan pemeriksaan adanya lilitan talipusat dileher anak dengan
menggunakan jari telunjuk. Lilitan talipusat terjadi pada 25% persalinan dan bukan merupakan
keadaan yang berbahaya. Bila terdapat lilitan talipusat, maka lilitan tersebut dapat
dikendorkanmelewati bagian atas kepala dan bila lilitan terlampau erat atau berganda maka dapat
dilakukan pemotongan talipusat terlebih dulu setelah dilakukan pemasangan dua buah klem
penjepit talipusat.
6. Menjepit talipusat:
Klem penjepit talipusat dipasang 45 cm didepan abdomen anak dan penjepit talipusat (plastik)
dipasang dengan jarak 23 cm dari klem penjepit. Pemotongan dilakukan diantara klem dan
penjepit talipusat.

PENATALAKSANAAN PERSALINAN KALA III
Persalinan Kala III adalah periode setelah lahirnya anak sampai plasenta lahir.
Segera setelah anak lahir dilakukan penilaian atas ukuran besar dan konsistensi uterus dan
ditentukan apakah ini aalah persalinan pada kehamilan tunggal atau kembar.
Bila kontraksi uterus berlangsung dengan baik dan tidak terdapat perdarahan maka dapat
dilakukan pengamatan atas lancarnya proses persalinan kala III.
Penatalaksanaan kala III FISIOLOGIK :
Tehnik melahirkan plasenta :
1. Tangan kiri melakukan elevasi uterus (seperti tanda panah) dengan tangan kanan
mempertahankan posisi talipusat.
2. Parturien dapat diminta untuk membantu lahirnya plasenta dengan meneran.
3. Setelah plasenta sampai di perineum, angkat keluar plasenta dengan menarik talipusat keatas.
4. Plasenta dilahirkan dengan gerakan memelintir plasenta sampai selaput ketuban agar selaput
ketuban tidak robek dan lahir secara lengkap oleh karena sisa selaput ketuban dalam uterus dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan pasca persalinan.

Penatalaksanaan kala III AKTIF :
Penatalaksanaan aktif kala III ( pengeluaran plasenta secara aktif ) dapat menurunkan angka
kejadian perdarahan pasca persalinan.
Penatalaksanaan aktif kala III terdiri dari :
1. Pemberian oksitosin segera setelah anak lahir
2. Tarikan pada talipusat secara terkendali
Masase uterus segera setelah plasenta lahir
Tehnik :
1. Setelah anak lahir, ditentukan apakah tidak terdapat kemungkinan adanya janin kembar.
2. Bila ini adalah persalinan janin tunggal, segera berikan oksitosin 10 U i.m (atau methergin 0.2
mg i.m bila tidak ada kontra indikasi)
3. Regangkan talipusat secara terkendali (controlled cord traction):
a. Telapak tangan kanan diletakkan diatas simfisis pubis. Bila sudah terdapat kontraksi, lakukan
dorongan bagian bawah uterus kearah dorsokranial Tangan kiri memegang klem talipusat , 56
cm didepan vulva.
b. Pertahankan traksi ringan pada talipusat dan tunggu adanya kontraksi uterus yang kuat.
c. Setelah kontraksi uterus terjadi, lakukan tarikan terkendali pada talipusat sambil melakukan
gerakan mendorong bagian bawah uterus kearah dorsokranial.
PENATALAKSANAAN PERSALINAN KALA IV
2 jam pertama pasca persalinan merupakan waktu kritis bagi ibu dan neonatus. Keduanya baru
saja mengalami perubahan fisik luar biasa dimana ibu baru melahirkan bayi dari dalam perutnya
dan neonatus sedang menyesuaikan kehidupan dirinya dengan dunia luar.
Petugas medis harus tinggal bersama ibu dan neonatus untuk memastikan bahwa keduanya
berada dalam kondisi stabil dan dapat mengambil tindakan yang tepat dan cepat untuk
mengadakan stabilisasi.
Langkah-langkah penatalaksanaan persalinan kala IV:
1. Periksa fundus uteri tiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
2. Periksa tekanan darah nadi kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam
pertama dan 30 menit pada jam kedua.
3. Anjurkan ibu untuk minum dan tawarkan makanan yang dia inginkan.
4. Bersihkan perineum dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
5. Biarkan ibu beristirahat.
6. Biarkan ibu berada didekat neonatus.
7. Berikan kesempatan agar ibu mulai memberikan ASI, hal ini juga dapat membantu kontraksi
uterus .
8. Bila ingin, ibu diperkenankan untuk ke kamar mandi untuk buang air kecil. Pastikan bahwa
ibu sudah dapat buang air kecil dalam waktu 3 jam pasca persalinan.
9. Berikan petunjuk kepada ibu atau anggota keluarga mengenai:
1) Cara mengamati kontraksi uterus.
2) Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan neonatus.
Ibu yang baru bersalin sebaiknya berada di kamar bersalin selama 2 jam dan sebelum
dipindahkan ke ruang nifas petugas medis harus yakin bahwa:
1. Keadaan umum ibu baik.
2. Kontraksi uterus baik dan tidak terdapat perdarahan.
3. Cedera perineum sudah diperbaiki.
4. Pasien tidak mengeluh nyeri.
5. Kandung kemih kosong.


G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN PERSALINAN NORMAL
1. Identitas pasien
1. Nama , alamat dan usia pasien dan suami pasien.
2. Pendidikan dan pekerjaan pasien dan suami pasien.
3. Agama, suku bangsa pasien dan suami pasien.
2. Anamnesa obstetri
1. Kehamilan yang ke ..
2. Hari pertama haid terakhir-HPHT ( last menstrual periode-LMP )
3. Riwayat obstetri:
1. Usia kehamilan : ( abortus, preterm, aterm, postterm ).
2. Proses persalinan ( spontan, tindakan, penolong persalinan ).
3. Keadaan pasca persalinan, masa nifas dan laktasi.
4. Keadaan bayi ( jenis kelamin, berat badan lahir, usia anak saat ini ).
4. Pada primigravida :
1. Lama kawin, pernikahan yang ke .
2. Perkawinan terakhir ini sudah berlangsung . Tahun.
3. Anamnesa tambahan:
Anamnesa mengenai keluhan utama yang dikembangkan sesuai dengan hal-hal yang berkaitan
dengan kehamilan (kebiasaan buang air kecil / buang air besar, kebiasaan merokok, hewan
piaraan, konsumsi obat-obat tertentu sebelum dan selama kehamilan).

PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan fisik umum
1. Kesan umum (nampak sakit berat, sedang), anemia konjungtiva, ikterus, kesadaran,
komunikasi personal.
2. Tinggi dan berat badan.
3. Tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan, suhu tubuh.
4. Pemeriksaan fisik lain yang dipandang perlu.
2. Pemeriksaan khusus obstetri
1. Inspeksi :
1) Chloasma gravidarum.
2) Keadaan kelenjar thyroid.
3) Dinding abdomen ( varises, jaringan parut, gerakan janin).
4) Keadaan vulva dan perineum.
2. Palpasi
1) Tujuan melakukan palpasi :
1. Memperkirakan adanya kehamilan.
2. Memperkirakan usia kehamilan.
3. Presentasi - posisi dan taksiran berat badan janin.
4. Mengikuti proses penurunan kepala pada persalinan.
5. Mencari penyulit kehamilan atau persalinan.
PALPASI ABDOMEN PADA KEHAMILAN
Tehnik :
1. Jelaskan maksud dan tujuan serta cara pemeriksaan palpasi yang akan saudara lakukan pada
ibu.
2. Ibu dipersilahkan berbaring telentang dengan sendi lutut semi fleksi untuk mengurangi
kontraksi otot dinding abdomen.
3. Leopold I s/d III, pemeriksa melakukan pemeriksaan dengan berdiri disamping kanan ibu
dengan menghadap kearah muka ibu ; pada pemeriksaan Leopold IV, pemeriksa berbalik arah
sehingga menghadap kearah kaki ibu.

Leopold I
1. Leopold I :
o Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri.
o Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.
o Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus ( bokong atau kepala atau kosong ).
Leopold II
1. Leopold II :
o Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai disamping kiri dan kanan
umbilikus.
o Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi denyut jantung janin
nantinya.
o Tentukan bagian-bagian kecil janin.
Leopold III
1. Leopold III :
o Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat menyebabkan perasaan tak
nyaman bagi pasien.
o Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
o Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan apakah sudah mengalami
engagemen atau belum.
Leopold IV
1. Leopold IV :
o Pemeriksa merubah posisinya sehingga menghadap ke arah kaki pasien.
o Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah janin.
o Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat desensus janin.
H. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Kecemasan berhubungan dengan proses persalinan
2. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
3. Resiko gangguan integritas kulit berhubunngan dengan robekan jalan lahir
4. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan perdarahan

I. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PERSALINAN NORMAL

No Diagnosa keperawatan Tujuan/Kriteria hasil Rencana tindakan
1 Kecemasan berhubungan dengan proses persalinan Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama ....x24jam, kecemasan teratasi dengan kriteria hasil :
A. Kontrol kecemasan
B. Koping
a) Klien mamou mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.
b) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tekhnik untuk mengontrol cemas.
c) Vital sign dalam batas normal.
d) Postur tubuh, ekpresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya
kecemasan. Anxiety reduction (penurunan kecemasan)
1) Gunakan pendekatan yang menenangkan.
2) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien.
3) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur.
4) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut.
5) Berikan informasi faktualmengenai diagnosis.
6) Libatkan keluarga untuk mendampingi klien.
7) Identifikasi tingkat kecemasan.
8) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.
2 Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus Setelah dilalukan tindakan selama ...x24jam. nyeri
berkurang dengan kriteria hasil :
A. Paint control
B. Paint level
a) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
c) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e) Tanda vital dalam rentang normal a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
e. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
f. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
g. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi.


3 Resiko gangguan integritas kulit berhubunngan dengan robekan jalan lahir Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama ...x24jam gangguan integritas kulit tidak terjadi dengan kriteria
hasil:
A. Tissue integrity : skin and mucous membranes.
B. Status nutrisi
C. Tissue perfusion:perifer
D. Dialiysis access integrity.
a) Melaporkan adanya gangguan sensasi atau nyeri pada daerah kulit yang mengalami gangguan.
b) Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera
berulang.
c) Status nutrisi adekuat
d) Sensasi dan warna kulit normal. 1) Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar.
2) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering. Monitor kulit akan adanya kemerahan.
3) Monitor status nutrisi pasien.
4) Kolaborasikan dengan ahli gii untuk pemberian tinggi protein, mineral dan vitamin.
5) Monitor serum albumin dan transferin.
4 Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan perdarahan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ...x24jam kurang volume cairan teratasi dengan kriteria hasil :
A. Fluid balance
B. Hydration
C. Nutrition status :food and fluid intake
a) TTV dalam batas normal.
b) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan.
c) Orientasi terhadap waktu dan tempat baik.
d) Jumlah dan irama pernapasandalam batas normal.
e) Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal
f) Intake oral dan intravena adekuat. 1) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
2) Monitor status hydrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik)
3) Monitor hasil lab.
4) Monitor vital sign.
5) Monitor status nutrisi.
6) Kolaborasi pemberian cairan IV
7) Monitor status nutrisi.
8) Berikan cairan oral.
9) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
10) Atur kemungkinan tranfusi.
11) Pasang kateter jika perlu.
12) Monitor intake dan urin output.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Editor, Abdul Bari
Saifuddin, jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2008.
Nanda International.DIAGNOSIS KEPERAWATAN DefinisidanKlasifikasi. 2012-2014.
Jakarta : EGC.
Nursing Outcomes Classification (NOC). Fourth Edition
Nursing Interventions Classification (NIC). Fourth Edition
http://www.scribd.com/doc/170006320/Laporan-Pendahuluan-Persalinan-Normal
http://kadekindrii.wordpress.com/2013/10/05/laporan-pendahuluan-asuhan-persalinan-normal/

Anda mungkin juga menyukai