Abstrak
Indonesia merupakan negara hukum. Artinya segala sesuatu di dalam setiap tatanan
kehidupan masyarakat wajib diliputi oleh hukum. Salah satunya yaitu di bidang ekonomi.
Hukum di dalam aspek ini dipergunakan untuk memberikan kaidah-kaidah bagi perbuatan
ekonomi agar para peaku ekonomi mendapatkan perlindungan hak dan juga kepentingan
mereka. Salah satu upaya untuk menciptakan pembangunan ekonomi ini dilaksanakan melalui
terciptanya suatu iklim usaha yang kondusif. Persaingan usaha yang sehat nantinya akan
menjadi suatu sarana terciptanya keadaan yang efisien di dalam suatu sektor ekonomi. Seperti
selayaknya hukum ekonomi, maka pelaku usaha yang tidak memiliki kemampuan untuk
bersaing akan tersingkir dari pasar. Untuk itu para pelaku usaha yang tersingkir ini perlu
mengadakan suatu usaha agar mereka tetap eksis. Salah satu usaha yang ditempuh yaitu dengan
melakukan merger atau pembelian saham. Akan ada dampak negatif dan positif dari hal
tersebut, untuk menghindari dampak negatif maka diperlukan adanya hukum. Penelitian ini
bertujuan untuk melakukan analisis yuridis persaingan usaha dalam pengambilalihan saham
perusahaan. Metode peenlitian yaitu hukum normatif dengan data sekunder. Hasil dari
penelitian menunjukan bahwa Hukum persaingan usaha di Indonesia secara umum dikatakan
masih terlalu global dan tidak mengatur secara khusus mengenai pengambilalihan saham.
Perusahaan pertambangan yang memang ingin melaksanakan merger akan dilaksanakan
berdasarkan peraturan hukum persaingan usaha yang berlaku bagi Perseroan Terbatas (PT)
mellaui UU Nomor 5 Tahun 1999.
Kata Kunci: Analisis Yuridis, Pengambil Alihan Saham, Hukum Persaingan.
Abstract
Indonesia is a state of law. This means that everything in every order of community life
must be covered by law. One of them is in the economic field. The law in this aspect is used to
provide the rules for economic actions so that the economic leaders get the protection of their
rights and interests. One of the efforts to create economic development is carried out through
the creation of a conducive business climate. Fair business competition will later become a
means of creating efficient conditions in an economic sector. As with economic law, business
actors who do not have the ability to compete will be excluded from the market. For this reason,
these eliminated business actors need to make an effort so that they can still exist. One of the
efforts taken is by conducting a merger or purchase of shares. There will be negative and
positive impacts from this, to avoid negative impacts it is necessary to have a law. This study
aims to conduct a juridical analysis of business competition in the takeover of company shares.
The research method is normative law with secondary data. The results of the study show that
the competition law in Indonesia is generally said to be too global and does not specifically
regulate share acquisition. Mining companies that really want to carry out a merger will be
carried out based on the business competition law regulations that apply to Limited Liability
Companies (PT) through Law Number 5 of 1999.
Keywords: Juridical Analysis, Takeover of Shares, Competition Law.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara hukum. Artinya segala sesuatu di dalam setiap tatanan
kehidupan masyarakat wajib diliputi oleh hukum. Hal ini tercantum di dalam Pasal 1 Ayat
3 UUD 1945 dimana dijelaskan bahwasanya Negara Indonesia ini merupakan negara
hukum 1. Hukum sendiri merupakan sebuah instrumen yang ada di dalam masyarakat yang
bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap berbagai kepentingan yang ada di
masyarakat. posisi hukum ini sangat krusial dan berpengaruh terhadap berbagai aspek
bidang diluar politik dan pemerintahan, hampir semua aspek yang ada di negara ini diliputi
oleh hukum sebagaimana yang sebelumnya dijelaskan.
Salah satu pengaruh dari hukum ini yaitu pada bidang ekonomi. Hukum di dalam
aspek ini dipergunakan untuk memberikan kaidah-kaidah bagi perbuatan ekonomi agar
para peaku ekonomi mendapatkan perlindungan hak dan juga kepentingan mereka. Adanya
hukum ini menjadikan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh para pelaku ekonomi ini
mendapatkan perlindungan secara hukum. Adanya hukum ini sangat diperlukan di dalam
aspek ini, terutama pembangunan ekonomi dimana dengan adanya hukum maka kegiatan
ekonomi dapat dicondongkan ke arah kemajuan dan kesejahteraan bagi setiap
masyarakatnya.
1
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia (Surabaya: Bina Ilmu, 1987).
2
F Y P Amboro and H Hermanto, “Tinjauan Yuridis Penerapan Notifikasi Akuisisi Sebagai Upaya Pencegahan
Persaingan Usaha Tidak Sehat,” Journal of Judicial Review XX, no. 1 (2018): 49–59,
https://journal.uib.ac.id/index.php/jjr/article/view/312.
Persaingan usaha yang sehat nantinya akan menjadi suatu sarana terciptanya
keadaan yang efisien di dalam suatu sektor ekonomi sehingga kedepannya akan terus
diupayakan baik secara sistematis ataupun secara terencana dengan penyusunan berbagai
aturan kebijakan mengenai persaingan usaha dan juga pencegahan serta penindakan
terhadap para pelaku usaha yang melakukan praktik monopoli dan persaingan usaha yang
dianggap tidak sehat. Hal ini harus dilaksanakan berdasarkan prinsip perekonomian yang
ada di Indonesia disertai dengan penyusunan kebijakan mengenai persaingan usaha terkait
pencegahan dan penindakan para pelaku usaha yang memiliki niat negatif seperti
melakukan praktik monopoli dan persaingan yang tidak sehat.
Untuk menghindari hal negatif tersebut maka diperlukan adanya hukum yang
mengatur. Hukum ini dikenal dengan hukum persaingan usaha. Hukum persaingan usaha
merupakan ssengketa perdata dimana pelanggaran terhadap hukum persaingan ini memiliki
3
unsur pidana dan juga unsur administrasi . Adanya pelanggaran terhadap hukum
persaingan akan memberikan dampak negatif berupa kerugian pada masyarakat dan juga
perekonomian negara.
Seperti selayaknya hukum ekonomi, maka pelaku usaha yang tidak memiliki
kemampuan untuk bersaing akan tersingkir dari pasar. Untuk itu para pelaku usaha yang
tersingkir ini perlu mengadakan suatu usaha agar mereka tetap eksis. Salah satu usaha yang
ditempuh yaitu dengan melakukan merger atau penggabungan. Merger sendiri diartikan
sebagai penyatuan ataupun penggabungan dari dua perusahaan atau lebih dengan
menidrikan perusahaan baru dan membubarkan perusahaan lainnya. Dalam hal ini maka
saham dari suatu perusahaan yang dibubarkan ini diambil alih oleh perusahaan lainnya
yang lebih bonafit.
3
Justica Yuventia, “Analisis Yuridis Keterlambatan Pemberitahuan (Notifikasi) Atas Tindakan Akuisisi Saham
Perusahaan,” Hukum Universitas Pelita Harapan, 2020.
4
Febrian Hernanda and Rinitami Njatrijani, “KAJIAN YURIDIS KETERLAMBATAN PEMBERITAHUAN AKUISISI
SAHAM PT GLOBAL LOKET SEJAHTERA OLEH PT APLIKASI KARYA ANAK BANGSA,” Diponegoro Law Journal 11,
no. 1 (2022).
Pengambilalihan saham ini bukan merupakan perbuatan yang negatif dan juga
melanggar hukum asalkan penguasaan ini tidak mengarah pada penguasaansumber
perekonomian dan pemusatan perekonomian hanya pada satu kelompok ataupun pada
golongan tertentu saja 5. Oleh karena itu untuk menghindari hal tersebut maka seperti yang
sudah disinggung sebelumnya perlu adanya hukum yang mengatur dan melindungi
berbagai pihak yang berdampak akan pengambil alihan saham suatu perusahaan ini,
perlindungan ini diberikan kepada siapa saja selama mereka terkena dampak baik secara
langsung ataupun secara tidak langsung.
5
Fanita Ariyanti, “Tinjauan Yuridis Atas Pelaksanaan Pengambilalihan Saham PT Pertamina Gas (Pertagas) Oleh
PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Dalam Konteks Hukum Persaingan Usaha = Juridical Review of Acquisition PT
Pertamina Gas (Pertagas)’s Shares by PT Perusahaan Gas Negara,” Law of Universitas Indonesia, 2018.
6
Paulus Aluk Fajar Dwi Santo, “Merger, Akusisi Dan Konsolidasi Dalam Perspektif Hukum Persaingan Usaha,”
Binus Business Review 2, no. 1 (2011): 423, https://doi.org/10.21512/bbr.v2i1.1149.
7
Deffy Dewanti, “Tinjauan Yuridis Akuisisi Saham PT Asmin Bara Bronang Dan PT Asmin Bara Jaan Oleh PT
Pamapersada Nusantara Ditinjau Dari UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat,” Hukum UGM, 2015.
pelaku usaha menyalahgunakan pengambilalihan saham ini sehingga mendatangkan
kerugian bagi pihak tertentu 8.
Tidak hanya pihak internal saja yang berdampak bahkan pengambilalihan ini juga
membawa dampak yang signifikan bagi pihak eksternal. Pihak eksternal yang dimaksud
disini adalah konsumen atau masyarakat umum. Adanya persaingan pelaku usaha di
pasaran menjadikan konsumen turut dirugikan.
8
Yolanda Mariana Pasaribu, “KAJIAN HUKUM PERSAINGAN USAHA TERHADAP KEGIATAN PENGAMBILALIHAN
(AKUISISI) SAHAM PT MUTIARA MITRA BERSAMA OLEH PT NIRVANA PROPERTY (STUDI KASUS PUTUSAN KPPU
NOMOR 08/KPPU-M/2017),” Hukum Ekonomi USU, 2019.
9
Preeti Kartika Putri, Paramita Prananingtyas, and Siti Mahmudah, “ANALISA YURIDIS PENGAWASAN KPPU
ATAS TINDAKAN MERGER YANG DILAKUKAN OLEH PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DI INDONESIA,”
Diponegoro Law Journal 8, no. 2 (2019): 1384–97.
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan tersebut, maka penelitian ini
akan membahas mengenai analisis yuridis hukum pada persaingan usaha di dalam
pengambilalihan saham di suatu perusahaan. Studi kasus di dalam penelitian ini adalah
analisis yuridis hukum pada pengambilalihan usaha tambang. Penelitian ini bertujuan untuk
menghindari tindakan negatif seperti monopoli yang menyebabkan kerugian pada kegiatan
perekonomian apabila pelaku usaha melakukan praktik negatif dalam proses
pengambilalihan usaha ini. Adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan
tersendiri bagi pihak yang terkena dampaknya baik internal maupun eksternal dan baik
langsung ataupun tidak langsung. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian dengan
menggunakan metode kualitatif. Metode penelitian yang digunakan di dalam penulisan
hukum ini adalah metode penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif atau
normative law research merupakan suatu metode penelitian yang menggunakan studi kasus
normatif berupa produk perilaku hukum 10. Data yang ada di dapat melalui data sekunder
peraturan perundang-undangan yang sudah ada. Hasil penelitian akan dalam bentuk
penjabaran deskriptif karena penelitian kualitatif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Analisa Yuridis Hukum persaingan usaha dalam pengambil alihan
saham suatu perusahaan: studi kasus dalam perusahaan tambang?
2.
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2016).
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum persaingan usaha merupakan gabungan dari dua kata yakni hukum dan juga
persaingan usaha. Hukum persaingan usaha atau yang sering dikenal dengan competition
law merupakan sebuah pengambbaran dari hukum ekonomi dengan karakteristik khusus,
karakteristik khusus ini yaitu hukum persaingan usaha ini sifatnya fungsional dan tidak ada
perbedaan antara hukum publik dan juga hukum privat. Hukum persaingan usaha ini ada
dan dibuat dengan tujuan agar terciptanya sebuah efisiensi ekonomi pasar dan mencegah
terjadinya praktik monopoli, harapannya adanya hukum ini dapat menciptakan suatu
persaingan yang sehat dan juga bebas serta apabila memang ada pelaku usaha yang
melanggar praktik ekonomi tersebut. Adanya hukum persaingan usaha ini diharapkan dapat
menciptakan terjadinya suatu keadilan, tidak hanya bagi pelaku usaha tetapi juga bagi
konsumen dari produk yang dihasilkan oleh para pelaku usaha tersebut. Kebijaksanaan di
dalam menegakkan persaingan yang wajar dan juga sehat di dalam dunia usaha ditujukan
untuk menciptakan persaingan pasar yang inherent dan juga pencapaian efisiensi ekonomi
seluruh bidang kegiatan usaha dan juga perdagagan, menjamin kesejahteraan konsumen
dan juga membuka peluang pasar yang seluas-luasnya serta menjaga agar tidak ada
konsentrasi kekuatan ekonomi hanya pada kelompok tertentu saja 11.
11
Dwi Santo, “Merger, Akusisi Dan Konsolidasi Dalam Perspektif Hukum Persaingan Usaha.”
12
Amalia Fitri Kusuma Dewi and Muhammad Ali Hanafiah Selian, “TINJAUAN YURIDIS KETENTUAN TANGGAL
EFEKTIF PEMBERITAHUAN AKUISISI SAHAM KEPADA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (STUDI KASUS
PUTUSAN KPPU NOMOR: 05/KPPU-M/2017),” Jurnal UIN Jakarta, 2019.
tidak langsung melarang keras adanya praktik monopoli dan juga persaingan usaha
yang tidak sehat yang akan membawa dampak negatif bagi masyarakat.
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 mengenai larangan untuk melaksanakan
praktik monopoli dan juga persaingan usaha yang tidak sehat.
3. Peraturan Pemerintah (PP) No.57 Tahun 2010 mengenai penggabungan atau
peleburan badan usaha dan juga pengambilalihan saham perusahaan yang diduga
kuat dapat menyebabkan terjadinya praktik monopoli dan adanya persaingan yang
tidak sehat.
4. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (PERKOM) Nomor 4 Tahun 2012
mengenai perdoman pengenaan denda keterlambatan pemberitahuan penggabungan
atau peleburan badan usaha dan pengambilalihan saham perusahaan yang dinilai
sudah tidak sehat.
C. Pengambilalihan Saham
Pengambilalihan saham dikenal juga dengan sebutan akusisi saham. Akusisi sendiri
diartikan sebagai suatu tindakan untuk mendapatkan sesuatu melalui usaha atau
perbuataannya sendiri. Akusisi berarti mengambil alih atau men -takeover sebuah
perusahaan yang sudah beridiri dan sudah ada sebelumnya dengan melakukan pembelian
saham ataupun aset pada perusahaan tersebut, namun dengan status hanya sahamnya saja
yang dibeli, tetapi perusahaannya masih tetap ada. Pengambilalihan saham ini dilaksanakan
untuk mengembangkan perusahaan yang sebelumnya memang sudah ada ataupun
menyelamatkan perusahaan yang sedang dalam kondisi mengalami kesulitan dana.
Mengambil alih saham perusahaan lain berarti membeli saham atau perusahaan tersebut.
Pengambilalihan saham ini merupakan hal yang umum dan juga banyak dilakukan di setiap
kegiatan akusisi. Pengambilalihan saham sendiri dilaksanakan dengan cara sebagai berikut
13
:
13
Fachrurrozy Aziz Purba, “ANALISIS YURIDIS PERSAINGAN USAHA DALAM KASUS KETERLAMBATAN
PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PT JAMBI PRIMAL COAL OLEH PT PLN BATUBARA (STUDI
PUTUSAN KPPU NOMOR: 23/KPPU-M/2019),” Hukum USU, 2021.
Terdapat banyak sekali alasan yang melandasi sebuah perusahaan melakukan
pengambilalihan saham ini. Alasan-alasan tersebut yakni sebagai berikut:
14
Putri, Prananingtyas, and Mahmudah, “ANALISA YURIDIS PENGAWASAN KPPU ATAS TINDAKAN MERGER
YANG DILAKUKAN OLEH PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DI INDONESIA.”
BAB III
ANALISA
Hukum persaingan usaha di Indonesia secara umum dikatakan masih terlalu global
dan tidak mengatur secara khusus mengenai pengambilalihan saham ini baik bagi
perusahaan secara umum atau perusahaan pertambangan secara khusus yang menjadi studi
15
kasus bahasan disini . Hukum persaingan usaha dalam Undang—Undang, Peraturan
Pemerintah ataupun Peraturan secara khusus dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha tidak
menunjukkan adanya pengaturan akan pengambilalihan saham ini.
Adanya penguasaan nilai aset yang berjumlah melebihi dari jumlah tertentu yang
sudah ditentukan juga dilarang dan dianggap sebagai pelanggaran perbuatan hukum
pengambilalihan saham. Hal ini diatur di dalam Pasal 29 Ayat 1 yang menyebutkan
bahwasanya penggabungan ataupun peleburan badan usaha atau pengambilalihan saham
akan mengakibatkan nilai aset dan nilai penjualan suatu perusahaan melebihi jumlah
tertentu, hasil dan kesepakatan ini juga wajib untuk diberitahukan kepada Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) selambat-lambatnya 200 hari setelah adanya
pengambilalihan saham ini.
15
Putri, Prananingtyas, and Mahmudah.
16
Putri, Prananingtyas, and Mahmudah.
Tahun 1999 serta Pasal 29 Ayat 2 yang mengamanatkan perlunya peraturan pemerintah
dalam rangka penetapan nilai aset ataupun nilai penjualan hasil pengambialihan saham.
Konsultasi dapat dilakukan setelah terdapat perjanjian atau kesepakatan atau nota
kesepahaman atau dokumentasi tertulis lainnya antara para pihak yang menyatakan adanya
rencana untuk melakukan merger.Penilaian yang diberikan oleh KPPU terhadap konsultasi
pengambialihan saham tidak menghapuskan kewenangan KPPU untuk melakukan
penilaian setelah transaksi merger. KPPU akan melakukan penilaian perusahaan hasil
pengambialihan saham sesuai dengan ketentuan apabila pelaku usaha tidak melakukan
konsultasi secara sukarela sebelum transaksi merger, yaitu setelah pengambialihan saham
berlaku efektif secara yuridis 17.
17
Purba, “ANALISIS YURIDIS PERSAINGAN USAHA DALAM KASUS KETERLAMBATAN PEMBERITAHUAN
PENGAMBILALIHAN SAHAM PT JAMBI PRIMAL COAL OLEH PT PLN BATUBARA (STUDI PUTUSAN KPPU NOMOR:
23/KPPU-M/2019).”
BAB IV
KESIMPULAN
1. Hukum persaingan usaha di Indonesia secara umum dikatakan masih terlalu global dan
tidak mengatur secara khusus mengenai pengambilalihan saham ini baik bagi
perusahaan secara umum atau perusahaan pertambangan secara khusus yang menjadi
studi kasus bahasan disini.
2. Perusahaan pertambangan yang memang ingin melaksanakan merger akan
dilaksanakan berdasarkan peraturan hukum persaingan usaha yang berlaku bagi
Perseroan Terbatas (PT).
3. Pengaturan mengenai merger dari aspek persaingan dapat dilihat di dalam Pasal 28 dan
29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang menjelaskan bahwa pada dasarnya
terdapat kewajiban untuk meniadakan analisis aspek persaingan usaha terhadap reaksi
transaksi pengambilalihan saham ini.
4. Pasal 28 Undang – Undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat melarang tindakan merger yang bersifat
antikompetitif.
DAFTAR PUSTAKA
Dewanti, Deffy. “Tinjauan Yuridis Akuisisi Saham PT Asmin Bara Bronang Dan PT Asmin
Bara Jaan Oleh PT Pamapersada Nusantara Ditinjau Dari UU No. 5 Tahun 1999
Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.” Hukum
UGM, 2015.
Dewi, Amalia Fitri Kusuma, and Muhammad Ali Hanafiah Selian. “TINJAUAN YURIDIS
KETENTUAN TANGGAL EFEKTIF PEMBERITAHUAN AKUISISI SAHAM
KEPADA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (STUDI KASUS
PUTUSAN KPPU NOMOR: 05/KPPU-M/2017).” Jurnal UIN Jakarta, 2019.
Dwi Santo, Paulus Aluk Fajar. “Merger, Akusisi Dan Konsolidasi Dalam Perspektif Hukum
Persaingan Usaha.” Binus Business Review 2, no. 1 (2011): 423.
https://doi.org/10.21512/bbr.v2i1.1149.
Hadjon, Philipus M. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. Surabaya: Bina Ilmu,
1987.
Putri, Preeti Kartika, Paramita Prananingtyas, and Siti Mahmudah. “ANALISA YURIDIS
PENGAWASAN KPPU ATAS TINDAKAN MERGER YANG DILAKUKAN OLEH
PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DI INDONESIA.” Diponegoro Law Journal 8,
no. 2 (2019): 1384–97.