1/Jan-Feb/2017
167
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017
nasional. Jadi kedua tujuan tersebut ada akan tujuan Undang-undang Antimonopoli
didalamnya saling berdampingan, yaitu tersebut, dengan demikian semua pihak yang
menjaga kepentingan umum yang merupakan berkaitan dengan semua pelakasanaan
tujuan diluar ekonomi, yang memberikan rasa Undang-undang Antimonopoli tersebut
aman dan pasti kepada semua pelaku usaha mempunyai arah dan tujuan yang sama yaitu
dan masyarakat didalam berusaha, dan meningkatkan ekonomi nasional dan
meingkatkan ekonomi nasional adalah kesejahteraan rakyat Indonesia, yang
merupakan tujuan eknomi. merupakan tujuan UUD 1945.
Didalam huruf b pasal 3, ditetapkan lagi Apakah undang-undang ini benar
tujuan ekonomi yaitu mewujudkan iklim usaha merupakan salah satu langkah awal reformasi
yang kondusif dan adanya persaiangan usaha ekonomi, khususnya bagaimanakah manfaat
yang sehat, sehingga menjamin adanya pengaturan persaingan usaha yang sehat dan
kepastian kesempatan berusaha bagi pelaku larangan praktek monopoli bagi perekonomian
usaha besar, pelaku usaha menengah, dan Indonesia merupakan hal yang menarik untuk
pelaku usaha kecil. Undang-undang ini dikaji dalam penulisan ini.
memberikan kesempatan yang sama kepada
semua pelaku usaha didalam menjalankan B. Perumusan Masalah
usahanya masing-masing, ini mencakup tujuan 1. Tolak ukur apa saja yang dapat
ekonomi dan juga tujuan diluar ekonomi. dikategorikan sebagai praktek bisnis
Kemudian didalam huruf c pasal 3 curang ?
ditetapkan, bahwa tujuan undang-undang ini 2. Bagaimana penyelesaian sengketa
mencegah praktek monopoli dan/atau persaingan curang menurut Undang-
persaiangan usaha yang tidak sehat yang undang No. 5 Tahun 1999 ?
ditimbulkan oleh pelaku usaha yang juga
merupakan tujuan ekonomi. Ini adalah fungsi C. Metode Penelitian
persaingan yang normal dari semua Undang- Oleh karena ruang lingkup penelitian ini
undang Antimonopoli yang ada didunia ini. Dan adalah pada disiplin Iilmu Hukum, maka
jaminan adanya efisiensi juga merupakan penelitian ini merupakan bagian dari penelitian
tujuan ekonomi. Dihindarkannya praktek hukum pada umumnya yakni penelitian hukum
monopoli dan persaiangan usaha tidak sehat normatif dengan cara menelusuri dan meneliti
dan dapat mencegah adanya kosentrasi bahan pustaka. 3
ekonomi ditangan tertentu atau ditangan satu
kelompok tertentu, yang merupakan tujuan PEMBAHASAN
ekonomi. Didalam huruf d pasal 3 juga A. Jenis-jenis Praktek Bisnis Curang
ditetapkan tujuan ekonomi yaitu terciptanya Jenis-jenis praktek bisnis curang yang di
efektivitas dan efisiensi dalam berusaha. larang oleh Undang-undang Nomor 5 Tahun
Jadi pada prinsipnya tujuan undang-undang 1999 adalah:
ini ada dua yaitu tujuan bidang ekonomi dan 1. Oligopoli dalam produksi dan atau
tujuan diluar ekonomi. Kalau tujuan ekonomi distribusi.
tercapai yaitu meningkatnya ekonomi nasional, Maksud praktek bisnis ini adalah dua atau
maka tujuan diluar ekonomi juga akan tercapai, beberapa pelaku usha di bidang yang sama
yaitu meningkatnya kesejahtraan rakyat. Dalam membuat perjanjian untuk bersam-sama
pelaksanaan Undang-undang Antimonopoli melakukan pengusaan produksi dan atau
oleh para praktisi hukum, pelaku usaha dan pemasaran barang yang mengakibatkan
khususnya Komisi Pengawas Persaingan Usaha terjadinya praktek monopoli dan atau
perlu kiranya memperhatikan kedua tujuan persaingan usaha yang tidak sehat.
tersebut, yaitu untuk menigkatkan ekonomi Kegiatan ini terlarang apabila dua atau tiga
nasional dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Semua pihak yang berkaitan dengan
pelaksanaan penerapan Undang-undang
3
Antimonopoli tersebut harus tahu dan sadar Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
Normatif, Rajawali, Jakarta, 1985 hal, 14.
168
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017
penguasa menguasai lebih dari 75% Perjanjian yang dilarang menurut Pasal 16
pangsa pasar. 4 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999,
2. Kartel harga (Pince Fixing Contract) yaitu jika pelaku usaha membuat
Maksud praktek bisnis yang dilarang ini perjanjian dengan pihak lain di luar negeri
adalah pelaku usaha membuat perjanjian yang memuat ketentuan yang dapat
dengan pelaku usaha lain sebagai mengakibatkan terjadinyan praktek
persaingan untuk mendapatkan suatu monopoli dan atau persaingan usaha tidak
barang dan jasa. Hal ini terjadi bilamana sehat.
peran produsen produk sejenis atau yang 10. Monopoli.
identik saling sepakat untuk menentukan Kegiatan monopoli dilarang menurut Pasal
atau menetapkan harga jual produknya, 17 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999,
larangan ini diatur dalam Pasal 5 Undang- maksudnya pelaku usaha dilarang
Undang Nomor 5 tahun 1999.5 melakukan penguasaan atas produksi dan
3. Kartel harga berupa menetapkan harga pemasaran barang atau jasa yang dapat
dibawa pasar. mengakibatkan dapat terjadinya praktek
Praktek bisnis yang dilarang ini terjadi bila monopoli dan atau persaingan usaha tidak
pelaku usaha membuat perjanjian dengan sehat. Dan pelaku usaha dapat duduga
pelaku usaha persaingannya untuk atau dianggap melakukan penguasaan atas
menetapkan harga dibawah pasar, produksi dan atau pemasaran barang atau
sehingga dapat mengakibatkan persaingan jasa apabila:
usaha tidak sehat. Larangan seperti ini a. barang atau jasa belum ada
perlu sebab praktek semacam ini sangat subsitusinya.
potensial menghancurkan pelaku usaha b. pelaku usaha lain tidak dapat masuk
pesaing lainnya. Ketentuan ini diatur kedalam persaingan usaha barang dan
dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 5 atau jasa yang sama.
tahun 1999.6 c. satu pelaku usaha atau satu kelompok
4. Kartel Distribusi/Produksi. pelaku usaha menguasai lebih dari
5. Penetapan harga vertikal (Vertikal Prince 50% pangsa pasar satu jenis barang
Fixing) atau jasa tertentu.
6. Perjanjian tertutup atau perjanjian 11. Monopsoni.
eksklusif/restrain of trade. Maksud kegiatan yang terlarang ini
7. Perjanjian tertutup atau perjanjian menurut Pasal 18 Undang-Undang Nomor
ekslusif/Tie-Ins Contact. 5 tahun 1999 ialah pelaku usaha dilarang
Perjanjian Tie-ins menurut Pasal 15 ayat 2 menguasai pembelian dan atau pasokan
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999. suatu produk dan kegiatan ini dianggap
8. Tie-ins di kaitkan dengan harga. atau patut diduga melakukan monopsoni
Perjanjian yang dilarang ini maksudnya jika jika pelaku usaha menguasi lebih dari 50%
penjual/produsen mewajibkan pembeli pangsa pasar satu jenis barang ataunjasa
utuk membeli produk lain darinya atau tertentu;
untuk tidak membeli produk yang 12. Penguasaan pasar/menghalangi akses
sama/sejenis dan pelaku usaha pesaingnya pasar.
bila pembeli itu ingin memperoleh harga Penguasaan pasar dilarangmenurut Pasal
tertentu/discon harga atas produk dari 18 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999,
pihak penjual tersebut dan penguasaan pasar ini terjadi kalau
9. Perjanjian dengan pihak luar negeri. pelaku usaha melakukan satu atau
beberapa kegiatan, baik sendiri maupun
bersama pelaku usaha lain yang dapat
4
L.B Kagramanto, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar mengakibatkan praktek atau persaingan
Grafika, Jakarta, 2008, Hal.222
5
Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di
usaha tidak sehat, dan hal ini terjadi kalau:
Indonesia, Op.cit Hal.282 a. menolak atau menghalangi pelaku
6
Hermansyah, Pokok-pokok Hukum Persaingan Usaha, usaha tertentu untuk melakukan
Kencana, Jakarta, Hal.26
169
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017
kegiatan usaha yang sama pada pasar barang dan jasa yang ditawarkan atau
yang bersangkutan atau; dipasok dipasar bersangkutan menjadi
b. menghalangi konsumen atau pelaku kurang baik dari kualitas maupun
usaha persaingannya; ketetapan waktu yang dipersyaratkan. Jadi
c. membatasi peredaran atau penjualn tujuannya adalah untuk sabotase.
barang atau jasa. 18. Penyalahgunaan posisi dominan
d. melakukan praktek diskriminasi Yang dilarang dengan penyalah gunaan
terhadap pelaku usaha tertentu. posisi dominan yaitu jika pelaku usaha
13. Jual rugi/predatory dumping menetapkan persyaratan perdagagan
Maksud jual rugi adalah pelaku usaha tertentu dengan maksud menghalangi
menjual produk dengan harga sangat konsumen memperoleh produk sejenis
rendah dengan tujuan mematikan secara bersaing atau untuk maksud
persaingannya, dan praktek itu terlarang membatasi akses pasar dan teknologi atau
kalau mengakibatkan monopoli dan atau menghambat akses pasar bagi pengusaha
persaingan usaha tidak sehat. Prilaku lain dan pelaku usaha memiliki posisi
bisnis dilarang menurut Pasal 20 Undang- dominan apabila :
Undang Nomor 5 tahun 1999. a. satu pelaku usaha atau satu kelompok
14. Curang dalam komponen harga produk. pelaku usaha mengiasai 50% (lima
Maksudnya pelaku usaha melakukan puluh persen) atau lebih pangsa pasar
kekurangan dalam menetapkan biaya satu jenis barang atau jasa tertentu.
produksi dan biaya lainnya yang menjadi b. dua atau tiga usaha atau kelompok
bagian dari komponen jharga barang dan usaha menguasai 75% (tuju puluh
atau jasa yang mengakibatkan persaingan lima persen) atau lebih pangsa pasr
usaha tidak sehat. Hal ini di larang satu jenis barang atau jasa tertentu.
menurut Pasal 21 Undang-Undang Nomor Hal ini diatur dalam Pasal 25 Undang-
5 tahun 1999. Undang Nomor 5 tahun 1999.
15. Persekongkolan dalam proses tender 19. Jabatan rangkap :
Hal ini dilarang menurut Pasal 22 Undang- Pelaku usaha dilarang merangkap sebagai
Undang Nomor 5 tahun 1999. yang direksi/komisaris pada beberapa
menentukan: Pelaku usaha dilarang perusahaan apabila perusahaan-
bersekongkol dengan pihak lain untuk perusahaan tersebut:
mengatur dan atau menentukan a. berada dalam pasar bersangkutan
pemenang tender sehingga dapat yang sama atau;
mengakibatkan terjadinya persaingan b. memiliki keterkaitan erat dan dalam
usaha tidak sehat. biadang dan atau jenis usaha, atau
16. Persaingan dalam memperoleh rahasia c. secara bersama dapat menguasai
dagang. pangsa pasar barang dan atau jasa
Maksudnya kalau pelaku usaha tertentu, yang dapat mengakibatkan
berkonspirasi dengan pihak lain untuk terjadinya praktek monopoli dan atau
memperoleh rahasia dagabg pesaingnya persaingan usaha tidak sehat.
sehingga mengakibatkan persaingan usaha Jabatan rangkap ini dilarang menurut
tidak sehat ; perbuatan ini dilarang ketetentuan Pasal 26 Undang-Undang
menurut Pasal 23 Undang-Undang Nomor Nomor 5 tahun 1999.
5 tahun 1999. 20. Pemilikan saham mayoritas :
17. Persekongkolan untuk sabotase : Pelaku usaha dilarang memiliki saham
Persekongkolan ini bertujuan untuk mayoritas beberapa perusahaan yang
sabotase dan dilarang menurut Pasal 24 bergerak dibidang yang sama dan pasar
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999, yang sama. Apabila hal tersebut
maksudnya pelaku usaha berkonspirasi mengakibatkan monopoli dan persaingan
dengan pihak lain dengan maksud usaha tidak sehat, yakni menguasai 50%
menghambat produksi dan atau distribusi pangsa pasar atau tiga pelaku usaha atau
170
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017
171
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017
172
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017
173
Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017
dan peningkatan kinerjanya dan kondisi Soekanto, Soerjano dan Mamudji Sri. 1985.
ini akan menciptakan efektifitas dan Penelitian Hukum Normatif, Jakarta:
efisiensi dalam kegiatan usaha, sehingga Rajawali
menjadi keuntungan bagi perekonomian Sjahdeini, R. Sutan. 2000. Monopoli dan
secara keseluruhan. Persaingan Bebas, Jurnal Hukum
Bisnis, Volume 10, Jakarta: Yayasan
B. SARAN Perkembangan Hukum Bisnis
1. Bahwa hendaknya semua pihak terutama Usman, Rachmadi. 2013. Hukum Persaingann
pelaku usaha menghayatidengan penuh Usaha Di Indonesia. Jakarta: Sinar
tanggung jawab akan pentingnya Grafika
persaingan usaha yang sehat dan Sumber-sumber lainnya:
larangan praktek monopoli, dengan cara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
mematuhi larangan-larangan dalam http://avnasution.blogspot.com/2011/05/kegia
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tan-dan-perjanjian-yang-
sehingga para pelaku usaha tidak dilarang.html, makalah antimonopoly
melanggar prinsip-prinsip dan etika bisnis dan persaingan curang, diakses pada
yang baik dan bermoral. tanggal 29 September 2016.
2. Meninggalkan pentingnya persaingan https://id.wikepedia.org/wiki/Komisi_Pengawa
usaha yang sehat dan larangan praktek s_Persaingan_Usaha , di akses pada
monopoliyang di atur dalam Undang- tanggal 1 oktober 2016
Undang Nomor 5 Tahun 1999 harus https://nikoprasetia.wordpress.com/2010/12/1
ditegakkan dengan sungguh-sungguh, 7/tugas-dan-wewenang-kppu, di
sehingga Komisi pengawasan persaingan akses pada tanggal 1 Oktober 2016
usaha, hendaknya tidak ragu-ragu dalam
menegakkan undang-undang ini, agar
undang-undang ini jangan hanya
pengaturan yang tertidur (Slapende
Regel), demi kesejahteraan rakyat secara
keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Hermansyah. 2008. Pokok-Pokok Hukum
Persaingan Usaha Di Indonesia.
Jakarta: Kencana
Janus, Sidabalok. 2006. Aspek-aspek Hukum
Perorangan dan Kekeluargaan di
Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika
Kagramanto, L. Budi. 2008. Hukum Jaminan
Keperdataan, Jakarta: Sinar Grafika
La Ode M Syarif, Partnership For Business
Competition. 2000. telaah UU No. 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat. Makasar: Fakultas Hukum
UNHAS
Lubis, Andi. 2009. Produk dan Akad Perbankan
Syariah di Indonesia; Implementasi
dan Pratek Hukum. Jakarta: PT Citra
Aditya Bakti
174